DISUSUN OLEH :
Kelompok 2
Kelas : 8 EGC
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah “Etika dan Keprofesian” yang telah banyak
membimbing penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Etika dan Moral”.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik, dan
saran yang membangun agar penulis bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan
dalam pembuatan dan penulisan makalah. Semoga makalah ini bisa berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis
sendiri.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mempelajari apa pengertian etika dan moral?
2. Mempelajari apa hubungan antara etika dan moral?
3. Mempelajari bagaimanan kedudukan moralitas sebegai norma?
4. Mempelajari apa perbedaan etika, moral dan nilai?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Moral
Adapun kata “moral” berasal dari bahasa Latin, mores, jamak dari mos yang
berarti kebiasaan, adat (Bertens, 2002: 4). Dalam Kamus Bahasa Indonesia moral
diartikan sebagai: (1) (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila; dan (2) kondisi
mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin,
bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dsb; isi hati atau keadaan
perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Pusat Bahasa Depdiknas,
2008: 1041). Secara umum makna moral ini hampir sama dengan etika, namun
jika dicermati ternyata makna moral lebih tertuju pada ajaran-ajaran dan kondisi
mental seseorang yang membuatnya untuk bersikap dan berperilaku baik atau
buruk. Jadi, makna moral lebih aplikatif jika dibandingkan dengan makna etika
yang lebih normatif. Dalam pandangan umum dua kata etika dan moral ini
memang sulit dipisahkan. Etika merupakan kajian atau filsafat tentang moral, dan
moral merupakan perwujudan etika dalam sikap dan perilaku nyata sehari-hari.
Kata moral selalu mengarah kepada baik buruknya perbuatan manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
dari baik atau buruk perbutaannya. Kata lain yang juga lekat dengan kata moral
adalah moralitas, amoral, dan immoral. Kata moralitas (Inggris: morality)
sebenarnya sama dengan moral (Inggris: moral), namun moralitas bernuansa
abstrak. Moralitas bisa juga dipahami sebagai sifat moral atau keseluruhan asas
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002: 7). Kata amoral
dan immoral memiliki makna yang sama, yakni lawan dari kata moral. Amoral
berarti tidak bermoral, tidak berakhlak (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 53).
Sedang kata immoral tidak termuat dalam Kamus Bahasa Indonesia. Kata ini
adalah kata Inggris yang berarti tidak sopan, tunasusila, jahat, dan asusila (Echols
& Shadily, 1995: 312).
Dalam berinteraksi di tengah-tengah masyarakat, etika dan moral sangat
diperlukan agar tercipta tatanan masyarakat yang damai, rukun, dan tenteram (etis
dan bermoral). Meskipun kedua kata ini secara mendalam berbeda, namun dalam
praktik sehari-hari kedua kata ini hampir tidak dibedakan. Dalam kehidupan
sehari-hari perbedaan konsep normatif tidaklah penting selama hasilnya sama,
yakni bagaimana nilai-nilai positif (baik dan benar) dapat diwujudkan dan nilai-
nilai negatif (buruk dan salah) dapat dihindarkan.
A. Persamaan
Objeknya adalah perbuatan manusia
Moral dan etika merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang, yang
aktualisasinya dibutuhkan motivasi, pendidikan dan lingkungan yang
mendukung. Sesuai dengan pernyataan Prof. Dr. Alaya Fransisco, bahwa
penilaian etika dan moral bergantung pada pendidikan setiap individu, maka
moral yang dimiliki setiap orang berbeda-beda.
Acuannya pada ajaran tentang perbuatan, tingkah laku dan sifat yang baik.
Penilaian dan pandangan etika dan moral bergantung pada perkembangan
bangsa (Terachir Luman) serta pada adat istiadat, kebudayaan dan agama
setempat.
Merupakan aturan hidup manusia untuk mengangkat harkat dan martabatnya.
Semakin buruk moral dan etika seorang manusia, maka semakin buruk pula
kualitas kemanusiaannya.
B. Perbedaaan
Moral Etika
1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa
Tuhanmemerintahkan sesuatu, tetapu ia juga ingin mengertimengapa Tuhan
memerintahkannya. Etika dapatmembantu menggali rasionalitas agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling
berbeda dan bahkan bertentangan.
3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama
menghadapimasalah moral yang secara langsung tidak disinggung-singgung dalam wahyu.
Misalnya bayi tabung,reproduksi manusia dengan gen yang sama.
4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada argumentasi
rasionalsemata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama
hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi
setiap orang dari
B. Moral
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena
banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-
absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral
diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah
laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang
dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat
tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka
orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah
produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak
lama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang
dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat,dll.
C. Nilai
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan
atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara
pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang
benar, baik, atau diinginkan.
Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu
keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu,
(3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap
tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan
derajat kepentingannya.
3.1 Kesimpulan
Moral Etika