Anda di halaman 1dari 18

ETIKA DAN MORAL

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

Indah Lestari 061540411890


M. Bintang Cendikia 061540411892

Kelas : 8 EGC

Dosen Pengampuh : Ir. Siti Chodiah, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah “Etika dan Keprofesian” yang telah banyak
membimbing penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Etika dan Moral”.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik, dan
saran yang membangun agar penulis bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan
dalam pembuatan dan penulisan makalah. Semoga makalah ini bisa berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis
sendiri.

Palembang, 17 Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut
sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik
dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang
tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki
nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang
harus dimiliki oleh manusia.
Sekarang ini zaman globalisasi, remaja harus diselamatkan dari globalisasi.
Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak
kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk, sementara tidak cocok dengan
kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan
kebudayaan kita. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
mengkuatirkan.
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa
depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih
baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada
kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya
tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif,
yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan
lain-lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian etika dan moral?
2. Apa hubungan antara etika dan moral?
3. Bagaimanan kedudukan moralitas sebegai norma?
4. Apa perbedaan etika, moral dan nilai?

1.3 Tujuan
1. Mempelajari apa pengertian etika dan moral?
2. Mempelajari apa hubungan antara etika dan moral?
3. Mempelajari bagaimanan kedudukan moralitas sebegai norma?
4. Mempelajari apa perbedaan etika, moral dan nilai?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Dan Moral


Etika dan moral merupakan dua istilah yang sejak dulu kala hingga sekarang
terus diperbincangkan oleh para ahli, terutama di dunia filsafat dan pendidikan.
Kedua istilah ini cukup menarik untuk dikaji mengingat keduanya berbicara
tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan yang
seharusnya ditinggalkan. Etika dan moral selalu menghiasi kehidupan manusia
dalam segala aspek kehidupannya.
A. Etika
Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno, ethos. Dalam bentuk tunggal
kata ethos memiliki beberapa makna: tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Sedang
bentuk jamak dari ethos, yaitu ta etha, berarti adat kebiasaan. Dalam arti terakhir
inilah terbentuknya istilah “etika” yang oleh Aristoteles, seorang filsuf besar
Yunani kuno (381-322 SM), dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Karena
itu, dalam arti yang terbatas etika kemudian berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2002: 4).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008) kata etika diartikan dengan: (1) ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral;
(2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan (3) asas perilaku
yang menjadi pedoman (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:402). Dari tiga definisi ini
bisa dipahami bahwa etika merupakan ilmu atau pemahaman dan asas atau dasar
terkait dengan sikap dan perilaku baik atau buruk. Satu kata yang hampir sama
dengan etika dan sering dimaknai sama oleh sebagian orang adalah “etiket”.
Meskipun dua kata ini hampir sama dari segi bentuk dan unsurnya, tetapi
memiliki makna yang sangat berbeda. Jika etika berbicara tentang moral (baik dan
buruk), etiket berbicara tentang sopan santun.
Secara umum dua kata ini diakui memiliki beberapa persamaan sekaligus
perbedaan. K. Bertens mencata beberapa persamaan dan perbedaa makna dari dua
kata tersebut. Persamaannya adalah: (1) etika dan etiket menyangkut perilaku
manusia, sehingga binatang tidak mengenal etika dan etiket; dan (2) baik etika
maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi
norma bagi perilaku manusia sehingga ia tahu mana yang harus dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan. Adapun perbedaannya adalah: (1) etiket menyangkut
cara suatu perbuatan harus dilakukan, sedang etika tidak terbatas pada cara
dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan
boleh dilakukan atau tidak; (2) etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedang etika
selalu berlaku dan tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain; (3) etiket
bersifat relatif, sedang etika bersifat lebih absolut; dan (4) etiket memandang
manusia dari segi lahiriahnya saja, sedang etika memandang manusia secara lebih
dalam (Bertens, 2002: 9-10).

B. Moral
Adapun kata “moral” berasal dari bahasa Latin, mores, jamak dari mos yang
berarti kebiasaan, adat (Bertens, 2002: 4). Dalam Kamus Bahasa Indonesia moral
diartikan sebagai: (1) (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila; dan (2) kondisi
mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin,
bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dsb; isi hati atau keadaan
perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Pusat Bahasa Depdiknas,
2008: 1041). Secara umum makna moral ini hampir sama dengan etika, namun
jika dicermati ternyata makna moral lebih tertuju pada ajaran-ajaran dan kondisi
mental seseorang yang membuatnya untuk bersikap dan berperilaku baik atau
buruk. Jadi, makna moral lebih aplikatif jika dibandingkan dengan makna etika
yang lebih normatif. Dalam pandangan umum dua kata etika dan moral ini
memang sulit dipisahkan. Etika merupakan kajian atau filsafat tentang moral, dan
moral merupakan perwujudan etika dalam sikap dan perilaku nyata sehari-hari.
Kata moral selalu mengarah kepada baik buruknya perbuatan manusia. Inti
pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai
dari baik atau buruk perbutaannya. Kata lain yang juga lekat dengan kata moral
adalah moralitas, amoral, dan immoral. Kata moralitas (Inggris: morality)
sebenarnya sama dengan moral (Inggris: moral), namun moralitas bernuansa
abstrak. Moralitas bisa juga dipahami sebagai sifat moral atau keseluruhan asas
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002: 7). Kata amoral
dan immoral memiliki makna yang sama, yakni lawan dari kata moral. Amoral
berarti tidak bermoral, tidak berakhlak (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 53).
Sedang kata immoral tidak termuat dalam Kamus Bahasa Indonesia. Kata ini
adalah kata Inggris yang berarti tidak sopan, tunasusila, jahat, dan asusila (Echols
& Shadily, 1995: 312).
Dalam berinteraksi di tengah-tengah masyarakat, etika dan moral sangat
diperlukan agar tercipta tatanan masyarakat yang damai, rukun, dan tenteram (etis
dan bermoral). Meskipun kedua kata ini secara mendalam berbeda, namun dalam
praktik sehari-hari kedua kata ini hampir tidak dibedakan. Dalam kehidupan
sehari-hari perbedaan konsep normatif tidaklah penting selama hasilnya sama,
yakni bagaimana nilai-nilai positif (baik dan benar) dapat diwujudkan dan nilai-
nilai negatif (buruk dan salah) dapat dihindarkan.

2.2 Hubungan Antara Etika Dan Moral


Moral dan etika ini memang tidak dapat dipisahkan , karena dari artinya
sendiri memiliki pengertian yang sama, yaitu adat kebiasaan. Pada dasarnya moral
ini ditentukan oleh etika. Moral merupakan pengertian tentang mana hal yang baik
dan mana hal yang tidak baik. Sedangkan etika itu sendiri adalah tingkah laku
yang dilakukan oleh manusia berdasarkan hal-hal yang sesuai dengan moral tadi.
Etika juga diartikan sebagai filsafat bidang moral yang mengatur bagaimana
manusia harus bertindak. Etika dan moral ini memberi petunjuk tentang
bagaimana cara hidup dengan baik. Dimana petunjuk ini biasanya bersumber dari
agama dan kebudayaan tertentu.

A. Persamaan
 Objeknya adalah perbuatan manusia
 Moral dan etika merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang, yang
aktualisasinya dibutuhkan motivasi, pendidikan dan lingkungan yang
mendukung. Sesuai dengan pernyataan Prof. Dr. Alaya Fransisco, bahwa
penilaian etika dan moral bergantung pada pendidikan setiap individu, maka
moral yang dimiliki setiap orang berbeda-beda.
 Acuannya pada ajaran tentang perbuatan, tingkah laku dan sifat yang baik.
 Penilaian dan pandangan etika dan moral bergantung pada perkembangan
bangsa (Terachir Luman) serta pada adat istiadat, kebudayaan dan agama
setempat.
 Merupakan aturan hidup manusia untuk mengangkat harkat dan martabatnya.
Semakin buruk moral dan etika seorang manusia, maka semakin buruk pula
kualitas kemanusiaannya.

B. Perbedaaan

Moral Etika

 Bersifat praktis  Bersifat teori

 Memandang tingkah laku  Memandang tingkah laku


manusia secara lokal manusia secara umum

 Menyatakan ukuran baik atau


buruk  Menjelaskan ukuran itu

 Menggunakan tolak ukur


norma yang berkembang di  Menggunakan tolak ukur
masyarakat setempat pikiran atau rasio

 Perbuatan yang sedang dinilai  Sistem penilaian yang ada

Sebagai contoh bila ada pengedar narkoba, kita mengatakan bahwa


perbuatannya itu tidak bermoral, maka perbuatan orang itu sudah melanggar nilai-
nilai dan norma etis yang berlaku dalam masyarakat.

2.3 Moralitas Sebagai Norma

Kata ’bermoral’ mengacu pada bagaimana suatu masyarakat yang berbudaya


berperilaku. Dan kata moralitas juga merupakan kata sifat latin moralis,
mempunyai arti sama dengan moral hanya ada nada lebih abstrak. Kata moral dan
moralitas memiliki arti yang sama, maka dalam pengertiannya lebih ditekankan
pada penggunaan moralitas, karena sifatnya yang abstrak. Moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Senada dengan pengertian tersebut, W.Poespoprodjo mendefinisikan moralitas
sebagai ”kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan
itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang baik buruknya
perbuatan manusia.
Baron, dkk mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Asri Budiningsih, bahwa
moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang
membicarakan salah atau benar. Ada beberapa istilah yang sering digunakan
secara bergantian untuk menunjukkan maksud yang sama, istilah moral, akhlak,
karakter, etika, budi pekerti dan susila. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
“moral” diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga berarti
kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu moral berarti
sebagai ajaran Kesusilaan. Kata moral sendiri berasal dari bahasa Latin “mores”
yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat dan kebiasaan.
Dengan demikian, pengertian moral dapat dipahami dengan
mengklasifikasikannya sebagai berikut : 1. Moral sebagai ajaran kesusilaan,
berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan tuntutan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik dan meningalkan perbuatan jelek yang bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku dalam suatu masyarakat. 2. Moral sebagai aturan,
berarti ketentuan yang digunakan oleh masyarakat untuk menilai perbuatan
seseorang apakah termasuk baik atau buruk. 3. Moral sebagai gejala kejiwaan
yang timbul dalam bentuk perbuatan, seperti berani, jujur, sabar, gairah dan
sebagainya. Dalam terminologi Islam, pengertian moral dapat disamakan dengan
pengertian “akhlak”, dan dalam bahasa Indonesia, moral dan akhlak maksudnya
sama dengan budi pekerti atau kesusilaan. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa
(bahasa Arab) yang berarti perangai, tabi’at dan adat istiadat.
Moralitas adalah ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang
terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai
manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidupsupaya menjadi
baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan padaumumnya.
Kebaikan moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada
umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau
isteri,sebagai pustakawan. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adala sopan santun,
segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal dari
sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa sumber. Etika
dan moralitas Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang
mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyailima ciri khas yaitu rasional, kritis,
mendasar, sistematik dan normatif. Rasional berarti berdasarkan pada rasio atau nalar, pada
argumrntasi yang bersedia atau dipersoalkam tanpa perkecualian. Kritis berarti filsapat ingin
mengerti sebuah masalah sampai ke akar - akarnya, tidak perlu dengan pengertian dangkal.
Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki bagaimana
pandangan moral yang seharusnaya. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan
orientasi moral. Pemeluk agamamenemukan orientasi dasar ehidupan dalam agamanya. Akan
tetapi agama itu memerlukan ketrampilanetika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar
indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasansebagai berikut:

1. Orang agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa
Tuhanmemerintahkan sesuatu, tetapu ia juga ingin mengertimengapa Tuhan
memerintahkannya. Etika dapatmembantu menggali rasionalitas agama.
2. Seringkali ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling
berbeda dan bahkan bertentangan.
3. Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat maka agama
menghadapimasalah moral yang secara langsung tidak disinggung-singgung dalam wahyu.
Misalnya bayi tabung,reproduksi manusia dengan gen yang sama.
4. Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri pada argumentasi
rasionalsemata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh karena itu ajaran agama
hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika terbuka bagi
setiap orang dari

2.4 Perbedaan Etika, Moral Dan Nilai


A. Etika
Etika (Yunani) “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan
tanggung jawab.
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian
filsafat praktis (practical philosophy). Etika dimulai bila manusia merefleksikan
unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi
itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari
tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu
ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan
ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap
perbuatan manusia.

B. Moral
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena
banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus
memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-
absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral
diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah
laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang
dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat
tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka
orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah
produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak
lama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang
dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat,dll.

C. Nilai
Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan
atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara
pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen
pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang
benar, baik, atau diinginkan.

Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu
keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu,
(3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap
tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan
derajat kepentingannya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman


tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah
laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu
keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan
individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.

Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk


berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh
pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur
psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil
(Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun
masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi
perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja,
1985).

Perbedaan Umum Khusus


ETIKA Dibagi Dibagi
menjadi 2: menjadi 2:
a. ETIKA UMUM, berbicara
Etika individual dan etika sosial,
mengenai kondisi-kondisi
yang keduanya berhubungan dengan
dasar bagaimana manusia
tingkah laku manusia sebagai warga
bertindak secara etis,
masyarakat.
bagaimana manusia mengambil
keputusan etis, teori-teori etika
Etika individual membahas
dan prinsip-prinsip moral dasar
kewajiban manusia terhadap diri
yang menjadi pegangan bagi
sendiri dalam kaitannya dengan
manusia dalam bertindak serta
kedudukan manusia sebagai warga
tolak ukur dalam menilai baik
masyarakat. Sedangkan Etika
atau buruknya suatu tindakan.
sosial menyangkut hubungan antar
Etika umum dapat di
manusia baikhubungan yang bersifat
analogkan dengan ilmu
langsung maupun dalam bentuk
pengetahuan, yang membahas
kelembagaan.
mengenaipengertian umum dan
teori-teori. Contoh etika sosial antara lain,
b.ETIKA KHUSUS, etika profesi , etika politik, etika
merupakan penerapan bisnis, etika lingkungan hidup, dan
prinsip-prinsip moral dasar sebagainya.
dalam bidang kehidupan yang
khusus. Penerapan ini bisa
berwujud : Bagaimana saya
mengambil keputusan dan
bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus
yang saya lakukan, yang
didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar.
Namun, penerapan itu dapat
juga berwujud : Bagaimana
saya menilai perilaku saya dan
orang lain dalam bidang
kegiatan dan kehidupan khusus
yang dilatarbelakangi oleh
kondisi yang memungkinkan
manusia bertindak etis : cara
bagaimana manusia mengambil
suatu keputusan atau tidanakn,
dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya.
MORAL Moralitas Moralitas
perbuatan yang menentukan perbuatan yang menentukan suatu
suatu perbuatan , baik atau perbuatan benar atau salah, baik
buruk berdasarkan hakikatnya atau buruk berdasarkan
terlepas tidak bergantung dari hakikatnya bergantung dari
pengaruh hokum positif, pengaruh hokum positif. Hukum
contohnya berilah kepada positif dijadikan patokan dalam
orang lain apa yang menjadi menentukan kebolehan dan larangan
haknya. Hal tersebut pada atas suatu perbuatan.
dasarnya sudah merupakan
kewajiban. Meskipun
kemudian diatur dalam
hokum positif, tidaklah
memberikan akibat yang
signifikan.
NILAI Lebih Aturan yang berlaku dalam bidang
bersifat umum dan sampai kegiatan atau kehidupan khusus,
tingkat tertentu boleh misalnya olahraga, aturan
dikatakan bersifat universal. pendidikan, aturan disekolah, dan
Nilai umum dibedakan sebagainya.
menjadi 3, yaitu nilai sopan
santun, nilai hukum dan nilai
moral.

1. Nilai Sopan Santun, nilai


ini disebut juga sebagai nilai
etiket, yaitu nilai yang
mengatur pola perilaku dan
sikap lahiriah manusia,
misalnya sikap duduk, makan
dan minum, berpakaian, dan
sebagainya.

2. Nilai Hukum, yaitu nilai


yang dituntut keberlakuannya
secara tegas oleh masyarakat
karena dianggap perlu dan
niscaya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.

3. Nilai Moral, yaitu aturan


mengenai sikap dan perilaku
manusia sebagai manusia.
Nilai ini menyangkut aturan
tentang baik buruknya, adil
tidaknya tindakan dan
perilaku manusia sejauh ia
dilihat sebagai manusia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Etika dan Moral mempunyai pengertian yang hampir bersamaan/berkaitan,


karena keduanya mengandung nilai dan norma untuk mengatur tingkah
laku manusia, yang mengacu pada kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat.
 Hubungan Etika dan Moral : Pada dasarnya moral ini ditentukan oleh
etika. Moral merupakan pengertian tentang mana hal yang baik dan mana
hal yang tidak baik. Sedangkan etika itu sendiri adalah tingkah laku yang
dilakukan oleh manusia berdasarkan hal-hal yang sesuai dengan moral
tadi. Etika dan moral ini memberi petunjuk tentang bagaimana cara hidup
dengan baik. Dimana petunjuk ini biasanya bersumber dari agama dan
kebudayaan tertentu.
 Persamaan Etika dan Moral
a) Objeknya adalah perbuatan manusia
b) Moral dan etika merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang,
yang aktualisasinya dibutuhkan motivasi, pendidikan dan lingkungan yang
mendukung. Sesuai dengan pernyataan Prof. Dr. Alaya Fransisco, bahwa
penilaian etika dan moral bergantung pada pendidikan setiap individu,
maka moral yang dimiliki setiap orang berbeda-beda.
c) Acuannya pada ajaran tentang perbuatan, tingkah laku dan sifat yang baik.
d) Penilaian dan pandangan etika dan moral bergantung pada perkembangan
bangsa (Terachir Luman) serta pada adat istiadat, kebudayaan dan agama
Setempat/
e) Merupakan aturan hidup manusia untuk mengangkat harkat dan
martabatnya. Semakin buruk moral dan etika seorang manusia, maka
semakin buruk pula kualitas kemanusiaannya.
 Perbedaan Etika dan Moral

Moral Etika

 Bersifat praktis  Bersifat teori

 Memandang tingkah laku  Memandang tingkah laku


manusia secara lokal manusia secara umum

 Menyatakan ukuran baik atau


buruk  Menjelaskan ukuran itu

 Menggunakan tolak ukur


norma yang berkembang di  Menggunakan tolak ukur
masyarakat setempat pikiran atau rasio

 Perbuatan yang sedang dinilai  Sistem penilaian yang ada


DAFTAR PUSTAKA

Marzuki. 2018. Etika dan Moral dalam Pembelajaran. PKn-FIS-UNY


Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, cet.1, Rajawali Press, Jakarta, 1992, hlm.
8.
Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994,
hlm.192.
Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, Cet. Ke-12, PT : BPK Gunung Mulia,
Jakarta, 1999, hlm. 38.
Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Depdikud, op. cit., hlm.195.
https://pangsicepot.wordpress.com/2012/09/03/moral-dan-etika/
http://alfallahu.blogspot.com/2013/04/perbedaan-etikamoral-dan-nilai.html

Anda mungkin juga menyukai