Anda di halaman 1dari 13

HOW TO BE A

Good Listener

ZAHRA ALIFA
PENDAHULUAN

Pendengaran merupakan indera pertama yang


teraktivasi pada manusia. Sejak kita dalam
kandungan, kita terbiasa mendengarkan kata-
kata bahkan detak jantung ibu kita. Maka dari itu,
pendengaran menjadi hal penting dalam
kehidupan kita sebagai manusia.

Semakin besar dan dewasa, kita semakin banyak


menggunakan mulut dibandingkan telinga.
Sebagai bukti, kita lebih senang berbicara dan
enggan mendengarkan orang lain. Saat orang
lain menceritakan hal baik, kita memiliki
kecenderungan untuk hal baik pula. Less
empathy, more talkative.

Tahukah Anda bahwa mendengarkan


adalah hal yang dapat membawa kita
pada sebuah perubahan yang baik.
Dengan mendengarkan kita akan menjadi
lebih bijak, empati, dan mampu memikirkan
solusi dengan lebih tenang.

MENDENGAR

Salah satu penyebab utama umat nabi Nuh as.


dihancurkan oleh Allah adalah sikap mereka
yang tidak mau mendengar wahyu dari Sang
Pencipta. Mereka menutupi rapt-rapat indra
pendengaran, bahkan menyombongkan diri.
Allah berfirman :

“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru


mereka(kepada iman)agar Engkau mengampuni mereka,
mereka memasukan anak jari mereka kedalam telinganya
dan menutupi bajunya(kemukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan sangat menyombongkan diri”. [QS. Nuh
(71) ayat 7]

Hal yang sama dilakukan juga oleh orang-orang


Quraisy ketika berinterakasi dengan Rasulullah
saw,. sebagaimana dijelaskan oleh Allah Ta'ala
dalam al-qur'an surat Fushshilat (41) ayat 26.
Lalu bagaimana Rasulullah SAW, menyikapi hal
ini ?

Ketika Rasulullah saw, mulai melebarkan


jangkauan dakwah dengan berdakwah secara
terang-terangan, orang orang kafir Quraisy
merasa ketakutan. Mereka berupaya
membendung laju dakwah beliau dengan
segala cara. Salah satunya dengan negosiasi.
Maka diutuslah Utbah bin Rabi'ah untuk
menemui beliau.

Ketika tiba dan duduk di sebelah Rasulullah saw,


Utbah berkata,

"Wahai anak pamanku, sesungguhnya engkau


mengetahui secara pasti kedudukanmu di tengah-
tengah kaummu. Engkau telah memecah belah
barisan mereka. Engkau caci maki Tuhan-tuhan
mereka. Dan engkau kafirkan nenek moyang mereka.
karena itu dengarkah kata-kataku. Aku akan
menyampaikan beberapa tawaran, mudah-mudahan
engkau mau menerima sebagiannya."

Rasulullah saw, kemudian berkata, "Wahai Abdul


Walid, katakanlah. Aku akan mendengarnya"

Lalu Utbah bin Rabi'ah mengutakan panjang


lebar segala tawarannya.
Ketika selesai, Rasulullah saw, kembali bertanya,
"sudahkan selesai wahai Abdul Walid?"

Ia pun menjawab, "sudah."


Rasulullah saw, kemudian berkata, "Sekarang
dengarlah kata-kataku."
Utbah pun menjawab, "silahkan."
Lalu beliau membacakan beberapa ayat dari
surah Fushshilat, sampai pada akhirnya beliau
membaca ayat sajadah (ayat 37), yang artinya ,

"Dan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam,


siang, matahari, dan bulan. janganlah bersujud kepada
matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi
bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika
kamu hanya kepada-Nya saja menyembah."
Setelah itu beliaupun bersujud. kemudian beliau
berkata kepada Utbah, "Engkau telah
mendengarkannya dan kini silahkan tentukan
sikapmu."

Hati Utbah takluk. Ia segera bangkit dari tempat


duduknya, lalu pergi menjumpai teman-
temannya.

Setibanya Utbah di tengah kaumnya, ia segera


meminta agar kaumnya memanggil Muhammad
SAW, dengan sebutan Rasul Allah. Namun
kaumnya tetap enggan. Mereka malah berkata,
"ia telah menyihirmu dengan ucapannya."

Kesediaan Rasulullah saw, mendengarkan


hingga tuntas pembicaraan orang merupakan
cerminan akhlak yang sangat agung. Dengan
keagungan itulah beliau sukses menaklukan hati
orang.

Lantas bagaimana meneladani akhlak mulia


seperti itu?
1 Mendengar adalah Pekerjaan Mulia

Tanamkan kesadaran bahwa mendengarkan


adalah pekerjaan mulia dan kunci kesuksesan.
beberapa buktinya adalah sebagai berikut :
Nabi Musa as. menjadi hamba yang dipilih-Nya
meski sejak kecil beliau kurang terampil
berbicara. Beliau justru memiliki keterampilan
banyak mendengar. Dengan cara itulah Allah
memuliakannya.

Seorang hamba akan memperoleh kabar


gembira dan petunjuk karena suka
mendengarkan ucapan dan mengikuti yang
terbaik. Hal ini diungkap oleh Allah dalam al-
Qur'an surat Az-zumar (39) ayat 18.

Kualitas kepemimpinan seseorang tidak semata


ditentukan oleh aktivitas meriwayatkan (katsratur
riwayah) seperti berorasi dan bersilat lidah, tetapi
banyak melayani yang dipimpin dan
mendengarkan aspirasi bawahannya.
Hati manusia akan berjiwa besar (lapang dada)
bila diawali dari membuka mata dan membuka
pendengaran.

Umar bin Khaththab menjadi pemimpin besar


karena selalu meminta masukan dari orang-
orang yang tidak memiliki jabatan formal. Ia
bertanggapan bahwa mereka lebih tulus.

2
Beri Perhatian Sepenuhnya

Ketika ada yang ingin mengajak kita berbicara,


berusahalah untuk menjauhkan semua pikiran
yang menganggu dalam kepala kita. Fokuskan
diri kepada uraian pembicaraannya. Kita tidak
mungkin bisa mendengarkannya jika pada saat
yang sama kita memikirkan hal lain yang
menganggu pikiran kita.

3 Hindari Perdebatan

Keadaan ini perlu diperhatikan jika kita sedang


berada dalam pembicaraan yang berbeda
sudut pandang. jangan memberikan komentar
mendadak ketika lawan bicara sedang
mengungkapkan pandangannya.

Jangan pula ajak dia untuk berdebat, apalagi


jika kita ingin mencari siapa pemenang dari
perdebatan tersebut. Hal ini hanya akan
membuatnya malas berkomunikasi dengan kita.
Biasakan memberikan kesempatan padanya
untuk menjelaskan dudukan persoalan sebelum
kita berkomentar.
4 Memberi Tatapan Hormat

Bagaimana rasanya berbicara dengan orang


yang menghindari kontak matanya dengan kita?
mungkin akan menyakitkan. Terutama jika kita
ingin membicarakan sesuatu yang penting.
Maka dari itu, ketika sedang berbicara, tataplah
matanya. Saat kita memandangnya, dia akan
merasa nyaman, mau membuka hati dan
masalahnya pada kita. jangan berkeliling
memandang ruangan atau objek lain.

5 Memerhatikan Intonasi dan Gestur

Biasanya orang akan menyembunyikan


emosinya ketika berbicara dengan kita. Dengan
memperhatikan intonasi suara dan bahasa
tubuhnya, kita bisa memahami apa yang
sebenarnya ada di pikirannya. Kita pun bisa
menjadi semakin tahu abagaimana cara
menghadapinya.
6 Berikan Respon Bersahabat

Respon kecil yang mungkin tampak sepele


membuat lawan bicara merasa dihargai. Sekali-
kali anda bisa mengangguk, menggelengkan
kepala, tersenyum, tertawa kecil, atau
memberikan komentar-komentar pendek seperti,
"Oh, ya?, Hebat!" dan lain-lain. Berikan secara
natural dan tidak berlebihan.

7 Jangan Alihkan Pembicaraan Tiba-


Tiba

Bila kita merasa bosan atau tidak berminat


dengan topik pembicaraannya, alihkan dengan
perlahan-lahan. Jangan mengubah topik
pembicaraan secara tiba-tiba.

8 Peka Terhadap Motif Pembicaraan

Mungkin dia sedang mencurahkan isi hatinya


tanpa keinginan untuk dinasehati, apalagi
disalahkan. Jadi kita cukup berperan sebagai
pendengar saja.
Mungkin dia sedang menceritakan pengalaman
agar kita memujinya. Jadi, pujilah ia dengan tulus.

Ungkapkan dengan Santun jika tidak


9
Memiliki banyak Waktu

Keberanian kita untuk mengkomunikasikan


kondisi kita sejak awal akan membuat lawan
bicara mengukur pembicaraannya. Tapi jika kita
tidak mengungkapkannya sejak awal,
sementara kita tidak bisa berlama-lama karena
ada kepentingan lain, lalu kita putuskan
pembicaraan, ia pun akan merasa kecewa
kepada kita.

10 Sabar dan Tulus

Semua kiat diatas tidak akan membuat kita


menjadi pendengar yang baik bila kita tidak
melakukannya dengan sabar dan tulus. Kita
tidak akan menjadi pendengar yang baik bila
terbiasa berpura-pura menjadi pendengar yang
baik.
1. Hilangkan Distraksi
2. Perhatikan komunikasi non-
verbal dan gestu
3. Jadilah cermin
4. Tunjukan simpati, emoati, dan
ketertaikan
5. Ajukan pertanyaan yang benar
6. Jangan interupsi atau
mengganti subjek
7. Berpikir sebelum membeerikan
respon.

Anda mungkin juga menyukai