Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN KELUARGA

Tugas Ini Disusun Untuk Memperbaiki Nilai Keperawatan Keluarga Semester 5

DI SUSUN OLEH :

DURROTUL LAM’ATIS TSANIYAH

( NIM 16.100.34 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KONSEP PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
1. Pengertian Pelayanan kesehatan primer
Pelayanan Kesehatan Primer adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin
tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC
menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan
kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa diraih, yang essensial dan
mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya diri sendiri
disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.
Primary HealthCare/PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara
umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi
mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan
negara untuk memelihara setaip tingkat perkembangan mereka dalam semangat
untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
Detemination).
2. Tinjauan Sejarah PHC
Gerakan PHC dimulai resmi pada tahun 1977, ketika sidang kesehatan WHO
ke 30. pada konferensi internasional 1978 di Alma Alta (Uni Soviet) pada tanggal
12 september 1978, ditentukan bahwa tujuan agar menemukan titik temu dengan
PHC. resolusi dikenal dengan Health For All by the Year 2000 (HFA 2000) atau
sehat untuk semua ditahun 2000 adalah merupakan target resmi dari bangsa-bangsa
yang tergabung dalam WHO.
Pada tahun 1981 setelah diidentifikasi tujuan kesehatan untuk semua dan strategi
PHC untuk merealisasikan tujuan, WHO membuat indikator global untuk
pemantauan dan evaluasi yang dicapai tentang sehat untuk semua pada tahun 1986.
indikator tersebut adalah
a. Perkembangan sosial dan ekonomi
b. Penyediaan pelayanan kesehatan status kesehatan
c. Kesehatan sebagai objek atau bagian dari perkembangan sosial ekonomi.
Pemimpin perawat yang menjadi kunci dalam mencetuskan usaha perawatan PHC
adalah Dr. Amelia Maglacas pada tahun 1986. Konsep pelayanan primer
merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara
universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. fokus dari pelayanan
kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat
dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan
dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut
seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik (Mubarak,2006).

3. Tujuan PHC
a. Tujuan Umum
Menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan
sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima
pelayanan.
b. Tujuan Khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber
daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
4. Fungsi PHC
a. Pemeliharaan kesehatan
b. Pencegahan penyakit
c. Diagnosis dan pengobatan
d. Pelayanan tindaj lanjut
e. Pemberian sertifikat
5. Unsur Utama PHC
a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
b. Melibatkan peran serta masyarakat
c. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
6. Prinsip Dasar PHC
a. Pemerataan upaya kesehatan
b. Penekanan pada upaya preventif
c. Menggunakan tehnologi tepat guna
d. Melibatkan peran serta masyarakat
e. Melibatkan kerjasama lintas sektoral
7. Ruang Lingkup PHC
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya.
b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
h. Penyediaan obat-obat essensial.

8. Ciri-Ciri PHC
a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
b. Pelayanan yang menyeluruh
c. Pelayanan yang terorganisasi
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
e. Pelayanan yang berkesinambungan
f. Pelayanan yang progresif
g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

9. Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC


a. Mendorong partisipasi aktif dalam pengenbangan dan implementasi pelayanan
kesehatan dan program pendidikan kesehatan
b. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri
pada masyarakat
d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat
e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat
(Setiadi, 2016)
KONSEP DASAR KELUARGA

A. Definisi Keluarga
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, dalam bentuk bio-psiko-sosiokultural-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, pedoman standar
keperawatan, serta landasan etika dan etiket keperawatan dalam lingkup wewenang
dan tanggung jawab keperawatan. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Sudiharto, 2007 : 22)
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. (Sri Setyowati, 2008 : 75)

B. Bentuk-Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
a. Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang lain
(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk
keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga
pasangan sejanis (guy/lesbian families)
c. Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-
anak kandung dan anakanak tiri.
d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang tinggal
bersama.
e. Keluarga orang tua tinggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin
karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria,
wanita dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta
memiliki kepercayaan bersama.
g. Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang
telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-
masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masingmasing,
tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
h. Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam dengan
beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan
anak-anaknya (poliandri).
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang terdiri
dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
Sedangkan menurut Sussman (1970) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu :
1. Keluarga Tradisional (Traditional Family)
a. Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma
kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati bersamasama,
yang terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga.
b. Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri
serta anak-anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga
c. Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family) Keluarga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak mereka telah tidak tinggal
bersama.
d. Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family) Keluarga inti yang
suami atau istrinya telah meninggal dunia.
e. Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone) Keluarga
yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita yang hidup
secara membujang.
f. Keluarga tiga generasi (Three Generation Family) Keluarga inti
ditambah dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka.
g. Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or Aldert
Couple) Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia
pertengahan atau lanjut.
h. Keluarga jaringan keluarga (Kin Network) Keluarga inti ditambah
dengan saudara-saudara menurut garis vertikal atau horizontal, baik dari
pihak suami maupun istri.
i. Keluarga karier kedua (Second Carrier Family) Keluarga inti diad yang
anak-anaknya telah meninggalkan keluarga, suami atau istri aktif lagi
kerja.
2. Keluarga Non Tradisional Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau
dianggap melanggar norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati
bersama. Yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan antara
suami-istri. Dibedakan 5 macam sebagai berikut :
a. Keluarga yang hidup bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri
dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan
tanggungjawab bersama serta memiliki kekayaan bersama.
b. Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried Parents
and Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah kawin tetapi
tinggal bersama dengan anak yang dilahirkannya.
c. Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with
children Family): keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat
perkawinan sah.
d. Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga yang
terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan perkawinan
yang sah.
e. Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga yang
terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup
bersama sebagai suami istri. (Sudiharto, 2007 :23)

C. Tugas Kesehatan Keluarga


Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga merupakan
faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas
kesehatan keluarga menurut Friedmann 1998 adalah sebagai berikut:
1. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembagalembaga
kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik. (Sri
Setyowati, 2007 : 32)

D. Struktur dan Fungsi Keluarga


Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal.
Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari
nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistempendukung diantara anggota
keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999) ada lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai
berikut.
1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling
menerima dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan
di lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. (Sudiharto, 2007 :
24)

E. Peran Perawat Keluarga


Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu memerhatikan
prinsip-prinsip berikut.
1. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.
2. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.
3. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan
keluarga.
4. Menerima dan mengakui struktur keluarga.
5. Menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.
1) Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga,terutama untuk
memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan.
2) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.
3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan
dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun
yang tidak.
5) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat
keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
6) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan
dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga.
8) Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat
memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati, 2007 : 29 dan
43)
TREND DAN ISU KEPERAWATAN KELUARGA

Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual, dan
sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup keperawatan
keluarga.
Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:
Global
a. Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku
keluarga. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga
penyebarannya semakin meluas.
b. Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh
terhadap interaksi keluarga yang berubah.
c. Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang
ketat serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan
kualitas pendidikan.
d. Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan
kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.
e. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang.
f. Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah
menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan
keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan.
g. Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.
h. Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.
i. Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.
j. Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
Pelayanan
 SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat keluarga.
 Penghargaan / reward rendah.
 Bersikap pasif.
 Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.
 Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.

Pendidikan
 Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”
 Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.
 Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.
 Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.
 Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.

Profesi
 Standar kompetensi belum disosialisasikan.
 Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.
 Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.
 Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.
 Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.
 Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.

1. Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Indonesia


Perkembangan keperawatan di Indonesia sejak tahun 1983 sangat pesat, di
tandai dengan buka nya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas
Indonesia Jakarta sejak tahun 1985 dan tahun 1985 telah menjadi fakultas keperawatan,
kemudian disusul PSIK di Universitas Padjadjaran Bandung, berkembang lagi di 7
Universitas Negeri di Indonesia pada tahun 1999, serta mulai berkembang pada sekolah
tinggi ilmu kesehatan dengan jurusan keperawatan yang pengelolaannya dimiliki oleh
masyarakat.
Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen Kesehatan pada tahun
90-an dengan program pokok Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas yang
sasarannya adalah keluarga. Namun, perkembangan jumlah keluarga yang menerus
meningkat dan banyaknya keluarga yang rawan kesehatan (risiko), keperawatan
komunitas mungkin tidak dapat menjangkau meskipun salah satu sasarannya adalah
keluarga yang rawan (berisiko). Dengan keadaan demikian keperawatan komunitas
(masyarakat) memfragmentasi menjadi keperawatan yang spesifik diantaranya
keperawatan keluarga. Akibatnya, jelas sekali bahwa keperawatan keluarga menjadi
sasaran yang spesifik dengan masalah keperawatan (kesehatan) yang spesifik.
Sesuai dengan perkembangan terjadi pula perubahan yang di motori oleh
Dirtjen Dikti Pendidikan Nasional dengan Konsorsium Ilmu Kesehatan yang
menyajikan secara tersendiri mata kuliah perawatan keluarga pada kurikulum D-3
keperawatan dan pendidikan ners di Indonesia sejak tahun 1999.
Tuntutan professional yang tinggi sebenarnya tidak berlebihan, keadaan ini
sesuai tuntutan pemerintah di bindang kesehatan untuk membangun “Indonesia Sehat
2010” dengan strategi :
1. pembangunan berwawasan kesehatan
2. desentralisasi
3. profesionalisme
4. jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
Asuhan keperawatan keluarga dapat segera dilakuakan oleh perawat dengan
berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Telah menyelesaikan pendidikan formal Ners (perawat) yang diakui. Pendidikan
formal di Indonesia adalah D-3 keperawatan yang menghasilkan perawat
professional “pemula” dan PSIK yang menghasilkan Ners, yang memiliki
kemampuan professional yang tinggi, yaitu (1) keterampilan intelektual, (2)
keterampilan teknis, dan (3) keterampilan interpersonal dengan berlandaskan etik
dan melaksanakan profesinya sesuai dengan standar praktik keperawatan.
2. Telah melakukan proses registrasi sebagai ners (perawat). Perawat yang telah
menyelesaikan secara formal pendidikannya harus melalui proses legislasi sebagai
ners (perawat) dengan tahap :
a. Registrasi adalah proses pendaftaran seorang ners (perawat) yang telah lulus
pendidikan formal di dinas kesehatan provinsi, sesuai dengan keputusan
Menkes No 1239 tahun 2001.
b. Sertifikasi adalah proses penilaian terhadap kemampuan seorang ners (perawat)
untuk dinyatakan cakap melaksanakan kewenangan (kompetensi) yang
dimiliki. Namun, belum dilalui sehingga setelah tahap registrasi seorang ners
(perawat) akan memperoleh lisensi.
c. Lisensi adalah proses pembelian bukti tertulis setelah seorang ners (perawat)
dinyatakan cakap untuk dapat melaksanakan kewenangannya. Di Indonesia
disebut dengan surat izin perawat (SIP).
3. Memiliki institusi yang mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga. Meskipun telah mempunyai SIP, kegiatan keperawatan
keluarga yang diberikan kepada kliennya harus mempunyai institusi berbadan
hukum yang secara legal bertanggung jawab terhadap pelaksanaan keperawatan,
mutu asuhan yang diberikan, dan untuk meningkatkan kepercayaan publik, serta
dapat dilakukan upaya tanggung gugat oleh klien bila tidak sesuai standar asuhan.
4. Mematuhi standar praktik dan etik profesi yang ditetapkan oleh PPNI atau
pemerintah. Standar praktik yang ada bertujuan agar asuhan yang diberikan ners
(perawat) mempunyai mutu sesuai dengan kaidah profesi. Etik profesi yang dapat
mengendalikan bagaimana seorang ners (perawat) berperilaku yang santun kepada
klien dan tidak merugikan klien atau publik.

Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat keluarga adalah perawatan
kesehatan dirumah. Agar mempunyai arah yang pasti terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga, Departemen Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan No.
HK.00.06.5.1.311 bulan januari 2012 tentang penerapan pedoman perawatan kesehatan
dirumah.
Dengan gambaran situasi diatas, kesempatan sangat besar dimiliki oleh seorang
ners (perawat) untuk mewujudkannya, dan hal ini merupakan tantangan yang cukup
berat bila seorang professional tidak mampu mewujudkannya. Karena bagaimanapun
juga tidak ada alasan bahwa tidak mendapat dukungan secara profesi dan pemerintah.
2. Kriteria kesejahteraan keluarga di indonesia
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan keluarga sejahtera :

a. keluarga prasejahtera
keluarga - keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,
seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan kesehatan.

b. keluarga sejahtera tahap I


keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
tatapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis seperti
kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi
dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
c. keluarga sejahtera tahap II
keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat
memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung
dan memperoleh informasi.
d. keluarga sejahtera tahapan III
keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum dapat memberikan
sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan
sumbangan dalam bentuk materi dan keuangan untuk kepentingan sosial
kemasyarakatan serta peran secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga dan pendidikan.
e. keluarga sejahtera tahap IV
keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang bersifat
dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula memberikan
sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

3. Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang


muncul di Indonesia :
a. Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta belum
adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.
b. Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.
d. Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.
e. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.
f. Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.
g. Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang belum
berkembang.
h. Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah disusun
pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum.
i. Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas
transportasi yang cukup.
j. Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.
k. Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.
l. Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.
m. Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.
n. Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.

Trend dan Isu Nasional :


a. Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.
b. Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.
c. Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu.

4. Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Global


Isu praktik : globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru yang
menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin kecilnya dunia akibat proses yang
dikenal sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan baru dan
menarik untuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah diterapkan oleh
negara lain guna memberikan perawatan yang lebh baik bagi keluarga. Globalisasi
adalah proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan ekonomi, politis dan
profesional, globalisasi mempunyai damfak negatif yang bermakna bagi kesehatan
yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti human imunodeficiency virus/ aquired
immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) menjadi jauh lebih besar. Akan tetapi sisi
positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat amerika dari perawat diseluruh dunia
melalui konferensi internasional, perjalanan dan membaca literatur kesehatan
internasional memberikan pemahaman yang sangat bermanfaat. Sebagai contoh, di
jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat mengesankan. Disana, perawat telah
mengembangkan kurikulum keperawatan keluarga disekolah keperawatan dan telah
menghasilkan teori keperawatan yang berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai
dan konteks jepang. Keperawatan keluarga mengalami pertumbuhan yang pesat di
jepang yang ditandai dengan publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di jepang
(sugisita,1999).
Negara lain, seperti denmark, swedia, israel, korea, chili, meksiko, skotlandia dan
inggris juga mengalami kemajuan bermakna dibidang kesehatan keluarga dan
keperawatan keluarga. Kita mesti banyak berbagi dan belajar dari perawat di beberapa
negara ini.

KOSEP DASAR SUMBER DAYA KELUARGA


Sumber daya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya
untuk
memenuhi keinginan. Terdapat 3 asumsi dasar memepelajari Sumber Daya
Keluarga
yaitu:
a. SDK tidak hanya terdapat di dalam keluarga sendiri tetapi juga terdapat
di berbagai lingkungan sekitar keluarga.
b. Kondisi dari sumber daya merupakan elemen dari sistem yang dapat mendorong
atau menghambat pencapaian tujuan keluarga.
c. Perubahan salah satu sumber daya akan berpengaruh pada sumber daya lainnya
dalam sistem keluarga
1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Keluarga
Manajemen adalah perencanaan dan pelaksanaan penggunaan
sumberdaya untuk mencapai keinginan atau tujuan. Sedangkan manajemen
Sumber Daya Keluarga adalah penggunaan sumber daya keluarga dalam usaha
atau proses mencapai suatu tujuan yang dianggap penting oleh keluarga
2. Faktor yang Mempengaruhi Manajemen SDK
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi manajemen sumber daya
keluarga yaitu:
a. Kompleksitas kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga yang sangat
kompleks memerlukan gaya manajemen yang berbeda daripada keluarga
yang memiliki masalah tidak terlalu kompleks.
b. Stabilitas/ketidakstabilan keluarga. Keluarga yang stabil cenderung dapat
melakukan manajemen sumber daya keluarga dengan lebih baik karena
semua anggota keluarga dapat difokuskan untuk melakukan kegiatan
untuk mencapai tujuan.
3. Peran dan Perubahan Keluarga.
Manajemen sumber daya keluarga juga dipengaruhi oleh peran
masing-masing anggota keluarga di masyarakat dan juga oleh perubahan dalam
keluarga, misalnya adanya keluarga yang meninggal atau baru lahir.
4. Teknologi. Dengan teknologi yang sudah semakin canggih, keluarga dapat
melakukan manajemen sumber dayanya dengan lebih terarah.
5. Sistem Manajemen SDK
Sistem manajemen sumber daya keluarga tergantung pada sistem
keluarga itu sendiri. Sistem Keluarga terdiri dari 2 subsistem yaitu :
a. Sistem personal. Sistem ini berperan dalam menerima masukan dari
kekuatan eksternal dan mengklarifikasi nilai, menumbuhkan
kapasitas individual dari seluruh anggota keluarga.
b. Sistem manajerial yang terdiri dari masukan, proses, keluaran
dan umpan balik.
6. Proses Manajemen SDK
Proses manajemen sumberdaya keluarga terdiri dari masukan,
proses, keluaran, dan umpan balik.
a. Input (masukan)
Input dalam sumber daya keluarga meliputi benda, energi, dan
atau informasi yang memasuki sistem dalam berbagai bentuk
untuk mempengaruhi proses dalam mencapai hasil atau keluaran.
Input atau Masukan untuk keluarga adalah:
1) Tuntutan: tujuan atau kejadian yang memerlukan tindakan
2) Sumber-sumber: alat atau kemampuan yang dimiliki untuk
memenuhi
3) tuntutan yang terdapat pada keluarga karena adanya tujuan dan
kejadian
b. Proses
Proses adalah transformasi benda, energi dan atau informasi oleh
suatu sistem dari masukan sampai keluaran.
c. Output
Output meliputi benda, energi dan atau informasi yang dihasilkan
oleh suatu sistem dalam respon terhadap input dari proses
transformasi. Output dari sistem manajerial adalah respon terhadap
tuntutan dan perubahan sumber-sumber.
d. Umpan Balik
Umpan balik adalah bagian dari output yang memasuki suatu sistem
sebagai input untuk mempengaruhi output yang telah ada.
7. Sifat Manajemen SDK
a. Interdisplin
b. Unik
c. Aplikasi lintas budaya dan internasional

8. Klasifikasi SDK
Berdasarkan jenisnya terdiri dari:
1. Sumber daya manusia
a. Mempunyai 2 ciri : Personal dan Interpersonal
b. Ciri personal : kognitif, afektif, psikomotor; status kesehatan, bakat,
tingkat intelegensia, minat, sensitivitas
c. Ciri interpersonal : HAM, kerjasama/gotong royong dan keterbukaan
antar personal dalam kaitannya dengan pengembangan

2. Sumber daya Non Manusia / Materi


Sumber daya non manusia atau sumber daya materi merupakan benda-benda
yang mempunyai kegunaan pada individu dan keluarga dalam mencapai tujuan.
Sumber daya materi ini dapat berupa:
a. Benda / barang serta aset keluarga (barang tahan lama , barang habis pakai)
b. Jasa

3. Sumber daya Waktu


a. Bersifat unik : tidak dapat ditambah atau dikurangi, diakumulasi atau
disimpan
b. SDW yang dimiliki manusia sama : 24 jam

4. Sumber Daya berdasarkan Nilai Ekonomi


Berdasarkan nilai ekonomi terdapat beberapa jenis sumber daya antara lain:
a. Sumber daya ekonomi (Home economics)
Sumber daya yang dapat dipertukarkan dan diukur bukan hanya untuk
tujuan konsumsi tetapi untuk proses produksi dan distribusi.(lahan, tenaga
kerja, modal, keterampilan & segala sesuatu yang ada di dalam dan
diluar kelauarga yang bermanfaat
b. Sumber daya non ekonomi : jumlahnya relatif terbatas, tidak dapat
dipertahankan, sulit diukur.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/128/jtptunimus-gdl-wahyunovia-6390-2-bab2dhf.pdf

Alleder, J.A., and Spradley, B.W. ( 2001 ), Community Health Nursing: Concept and
Practice, fifth ed., Philadelphia, Lippincott
https://www.researchgate.net/publication/265194235_MANAJEMEN_SUMBER_DAYA_K
ELUARGA
https://www.academia.edu/32356937/TREN_DAN_ISU_KEPERAWATAN_KELUARGA_
KELOMPOK_3.docx

Anda mungkin juga menyukai