Anda di halaman 1dari 27

GENESA TARGET EKSPLORASI

Disusun Oleh:
Muhammad Budi Setyoputro
111.150.116
Manajemen Eksplorasi Kelas D
Selasa (07.30-9.15)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
GENESA TARGET EKSPLORASI

A. Endapan Bahan Galian Logam Primer


1. EMAS

Emas dapat terbentuk melalui proses hidrotermal dan metamorfogenik. Pada proses
hidrotermal, emas dapat ditemukan pada sistem endapan epitermal dan porfiri. Endapan
epitermal terbentuk dari magma yang membeku kemudian mengalami proses geologi
kemudian terbentuk rekahan dan rekahan tersebut di intrusi oleh magma dan kembali
membeku setelah itu larutan sisa pembekuan magma akan terus bergerak menembus zona-
zona lemah dan mengubah serta menghancurkan batuan samping dan akan menjadi breksi
hidrotermal dan endapan emas yang berasosiasi dengan pirit akan terakumulasi mengikuti
pola rekahan serta pada breksi hidrotermal. Untuk yang endapan porfiri, larutan sisa
pembekuan magma kembali menimbulkan panas pada batuan serta fluida di sekitar batuan
yang telah mendingin kemudian terjadi second boilling dan terbentuknya stockworck. Selain
itu, emas dapat terbentuk pada proses metamorfisme yang terjadi pada batuan asal berupa
lanau atau lempung yang awalnya sudah mengandung emas. Proses metamorfisme yang
terjadi mengakibatkan panas pada fluida metamorfik dan menjadi fluida hidrotermal
kemudian bergerak melalu shearzone dan membawa emas mengikuti pola shearzone yang
ada.

2. PERAK

Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa. Sebagai perak alami/murni
(Ag) mempunyai sifat; kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, arboresen, menjarum,
atau menjaring, kadang-kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk mineral didapatkan
sebagai argentit (Ag;S), cerargirit (AgCl), polybasit (Ang,Sb28), proustit (AggAsS3),
pyrargirit (Ag3SbS3), miagirit (Angsg), stephanit (Ag58b84), pearceit [(AgCu)16SbZS 11].

Kandungan perak pada beberapa mineral dapat mencapai; perak murni (100%), argentit
(87%), pyrargirit (59%), prousit (65%), miagrit (36%), stephanit (67%), pearceit (75%) dab
cerargirit (75%). Dalam beberapa hal terdapat kandungan emas hingga 28%.

Macam endapan perak seperti yang terdapat pada endapan emas. Kurang lebih 75% perak
didapatkan sebagai hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel, tembaga, timbal dan
seng. Logamlogam lain yang terkandung didalam mineral selain perak, juga tembaga, platina,
arsen, antimon, besi, air raksa. Perak didapatkan berasosiasi dengan sulfida-sulfida timbal,
tembaga, arsen, kobalt dan nikel, sedang mineral non logam seperti kalsit, dolomit, kuarsa,
barit, ataupun flourit sering didapatkan.

Macam dan contoh endapan perak yang penting di dunia antara lain;

 Endapan metasomatik kontak, didapatkan di Fresnillo Meksiko, Irlandia.

 Endapan pengisian celah-celah, ditemukan di Pachuca Meksiko, Sunshine,


Idaho Amerika, Schneeberg Jerman

 Endapan penggantian ditemukan di Park City, Utah, Amerika, Leadville


Colorado, Amerika dan Bolivia.

 Pengkayaan sulfida supergene di Parral Meksiko.

Kebanyakan perak didunia dihasilkan dari endapan hidrotermal tipe fissure filling.

3. ALUMUNIUM

Aluminium diambil dari mineral bauksit Nama bauksit diambilkan dari nama daerah
Baux (atau Beaux) di Perancis dekat St. Remy Bauksit sebetulnya bukan nama suatu mineral,
tetapi merupakan campuran koloid oksida-oksida Al dan Fe yang mengandung air. Istilah
bauksit dipergunakan untuk bijih yang mengandung aluminium monohidrat atau trihidrat
berupa mineralmineral gibsit (Al2033H20) disebut pula sebagai hidrargirit, boehmit
(Al2O3H2O), dengan kotoran oksida besi dan lempung. Bauksit yang khas mengandung Al2O3
(55-65%), SiO2 (2-10%), Fe2O3 (2-20%), dan TiO2(1-3%). Kandungan air (10-30%). Bijih
yang diperdagangkan paling sedikit mengandung Al2O3(50%), SiO2 (< 6%), Fe2O3; (< 10%)
dan TiO2 (<4%).

Tenor bauksit berubahubah sesuai dengan kebutuhan industri Kandungan kotoran yang
diperbolehkan untuk masing-masing.

Sifat-sifat aluminium antara lain, penghantar listrik yang baik, sangat ringan dan lunak
dengan berat jenis 2,7, titik cair 657°C dan titik didih 1800°C, mudah dikerjakan/dituang,
penghantar panas yang baik, tahan karat dan non magnetik, mudah ditarik ditempa dan
digulung, menjadi keras setelah mengalami pekerjaan dingin dan menjadi lunak setelah
dipijarkan serta mudah berkarat apabila terkena larutan alkali lemah.

Bauksit terbentuk karena pelapukan mineral-mineral yang mengandung alumina.


Endapan yang cukup besar terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis yang basah, banyak
hujan suhu tetap sepanjang tahun dan penyaluran air dipermukaan tanah relatif baik. Bauksit
di pulau Bintan berasal dari pelapukan serpih pelitik yang sudah berubah menjadi
hornfelsapanitik karena metamorfose sentuh sebagai akibat intrusi granitik.

4. MOLIBDENUM

Sumber dari molibdenum hampir secara eksklusif terdapat pada deposit bijih magmatik-
hidrotermal yang terkait dengan mikroorganisme tipe-I dan substitusi monzonit dan granit.
Sumber molibdenum yang terkait dengan monzonit termasuk deposit porfiri Cu-Mo di Chile
dan Amerika Serikat "). Sumber molibdenum terkait granit adalah deposit porfiri
molibdenum. Porphyry molibdenum besar terjadi di Amerika Utara dan di China (Stein et al
1997). Magma yang menerobos batuan karbonat menghasilkan deposit skarn polimiletik yang
penting (cf "Tungsten"). Deposito molibdenum yang signifikan meliputi:

 molibdenum magmatik-hidrotermal (produk sampingan tungsten) deposit porfiri yang


berhubungan dengan granit atau riolit;
 tembaga magmatik-hidrotermal (produk sampingan molibdenum) deposit porfiri yang
berhubungan dengan monzonit atau latit;
 endapan skarn polymetallic (misalnya Mo, W, Sn, Be, Cu dan logam lainnya);
 uranium pada batu pasir dalam deposit filtrasi dengan produk sampingan Mo;
 bijih hidrothermal lantai samudera (atau sedimen?) Mo-Ni-Cu-Co-Zn.

Deposito molibdenum magmatik-hidrotermal dapat diklasifikasikan menurut bentuk


(stockwork, impregnations, replacement, vein), kedalaman formasi (plutonik, subvolcanic),
posisi bijih yang terkait dengan intrusi (ekso- atau endocontact) dan, tentu saja, sifat
geodinamika granit (pemekaran samudera atau kontinental, atau batu granit alkalin pada
subduksi).

5. TEMBAGA

Mineral-mineral gangue bijih tembaga yang utama antara lain; kuarsa, kalsit, dolomit,
siderit, rhodochrosit, barit, dan zeolit. Pada umumnya bijih tembaga yang berbentuk sulfida
berasosiasi dengan monzonit kuarsa atau batuan yang sejenis dengannya, dan agak jarang
berasosiasi dengan intrusi yang bersifat basa.

Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan merupakan cadangan besar berasal dari
larutan hidrothermal dan proses penggantian, lebih dominan dibandingkan dengan yang
dihasilkan oleh proses pengisian celah-celah. Endapan yang terbentuk dari hasil metasomatik
kontak dan yang langsung dipisahkan dari magma sangat sedikit dan hampir tidak berarti.
satu contoh tambang tembaga yang mempunyai cadangan terbesar di dunia adalah
tambang tembaga di Bingham, Utah Amerika Serikat. Endapan tembaga ditempat ini berasal
dari proses penggantian, merupakan tembaga porfiri. Ciri endapannya, bijih tembaga
berhambur dan bervolume besar, berasosiasi dengan porfrri monzonite, metaonit, kuarsa, dan
pofiri diorite yang berumur mesozoikum atau tersier awal.

6. BERILIUM

Berilium diperkaya dengan late liquids yang difraksinasi dan cairan magma felsik
(<0,05% dari volume aslinya: Evensen & London 2002). Cairan ini membentuk endapan
berilium pegmatitik. Kurang lebih serupa di lingkungan vulkanik, yang berhubungan
epithermal beryllium impregnations di tuffite. Beberapa endapan zamrud dunia yang yang
berada di serpih hitam kemungkinan berasal dari diagenesis atau metamorphogenic-
hydrothermal, namun keraguan tetap ada. Sumber ekonomi berilium hanya:

 epithermal stratiform volcanogenic beryllium impregnations dalam riolit tuffite;


 unsur langka pegmatites dari tipe lithium-cesium-tantalum (LCT).

Beberapa deposit berilium epratermal stratiform volcanogenic terjadi di daerah Spor


Mountain di Utah, pada kisaran antara 42 dan 6Ma, beberapa fase vulkanisme terjadi.
Letusan awal menghasilkan aliran lava intermediate dan tuf tapi setelah 21Ma, tufa alkali-
riolit dan ignimbrites diendapkan. Lapisan topaz riolit tuffite pada basement, channel upflow
menunjukkan uraniferous flourite yang dieksploitasi di masa lalu. Cairan menginvasi tuffite
yang permeabel di antara batuan yang kurang berpori dan menggantikan dolomit dengan
bertrandite, uraniferous fluorite, chalcedonic quartz dan mangan oksida (Lindsey 1977).
Perubahan hidrotermal yang melarutkan berilium (> 1000 ppmBe) terdiri dari zona adularia
dan argillisasi, termasuk busur lempeng trioctahedral lithium.

B. Endapan Bahan Galian Logam Sekunder

7. BAUKSIT
Bauksit adalah material yang berupa tanah atau batuan yang tersusun dari komposisi
utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit, buhmit dan diaspor.
Selain itu juga terdapat mineral pengotor atau mineral gangue seperti kuarsa, titanium oksida,
besi oksida, mineral lempung dan air yang umumnya hadir dalam bauksit (Gow dan Gian,
1993). Bauksit ini kemudian diolah menjadi aluminium. Aluminium adalah logam yang lunak
dalam bentuk murni namun keras seperti baja jika padat, ringan, tahan terhadap korosi dan
merupakan konduktor listrik yang baik.

Bauksit (Al2O3.2H2O) memiliki sistem kristal oktahedral, terdiri dari 35-65% Al 2O3,
2- 10% SiO2, 2-20% Fe2O3, 1-3% TiO2 dan 10- 30% H2O. Sebagai bijih alumina, bauksit
mengandung sedikitnya 35% Al2O3, 5% SiO2, 6% Fe2O3, dan 3% TiO2. Bauksit terbentuk dari
batuan yang mempunyai kadar aluminium tinggi, kadar besi rendah dan sedikit kadar kuarsa
bebas. Pada saat batuan mengalami pelapukan kimiawi unsur kimia silika (Si) terlarut dan
terlepas dari ikatan kristal begitu juga sebagian unsur besi. Alumina, Titanium dan mineral
oksidasi terkonsentrasi sebagai endapan residu. Batuan yang dapat memenuhi persyaratan itu
antara lain nephelin sienit, batuan lempung/serpih. Batuan itu akan mengalami proses
lateritisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan mengalami
pelapukan).
8. TIMBAL DAN SENG

Mineral-mineral tersebut juga sering berasosiasi dengar mineral sulfida lainnya, misalnya
dengan pirit. Baik mineral timba maupun seng terutama galenit dan sfalerit biasanya
mengandung emas, sedang galenit jarang yang tidak mengandung perak. Seng lebih
cenderung berasosiasi dengan unsur kadmium, sedang galenit diikut: oleh bismut dan
stibium.
Endapan timbal dan seng didapatkan sebagai hasil metasomatlk kontak, pengisian celah
ataupun diakibatkan oleh penggantian.
Sifat-sifat timbal (sering disebut sebagai timah hitam) antara lain;
 berwarna kebiru-biruan,
 sangat tahan pada reaksi kimia,
 kurang tahan terhadap asam cuka dan kapur,
 kurang tahan terhadap getaran,
 tahan korosi, agak lunak dan mudah dicairkan.
 timbal mempunyai titik cair 274°C dengan titik didih 1560°C
 dan tahanan jenis 0,94 ohm mmz/m.
Seng mempunyai sifat;
 berwarna kelabu muda,
 tahan korosi,
 berat jenis 7,1,
 titik cair 419°C dan titik didih 906°C,
 pada suhu 130-150°C seng dapat dipecah-pecah dan kenyal hingga dapat
digiling.

9. ENDAPAN NIKEL

Endapan sekunder adalah endapan-endapan bijih yang tidak berasosiasi langsung dengan
aktivitas magma, tetapi merupakan hasil dari proses pelapukan-transportasi-sedimentasi yang
merupakan proses kimia, fisika ataupun gabungan dari dua proses tersebut. Biasanya proses
ini terjadi ketika deposit mineral tersingkap ke permukaan, maka proses konsentrasi sekunder
di permukaan mulai bekerja. Endapan sekunder tersebar di pulau Sumatra, Kalimantan dan
Papua.
Secara umum, nikel laterit diartikan sebagai suatu endapan bijih nikel yang terbentuk
dari proses laterisasi pada batuan ultramafik (peridotit, dunit dan serpentinit) yang
mengandung Ni dengan kadar yang tinggi, yang pada umumnya terbentuk pada daerah tropis
dan sub tropis. Kandungan Ni di batuan asal berkisar 0.28 % dapat mengalami kenaikan
menjadi 1 % Ni sebagai konsentrasi sisa (residual concentration) pada zona limonit (Waheed
Ahmad, 2006). Proses laterit ini selanjutnya dapat berkembang menjadi proses pengayaan
nikel (supergene enrichment) pada zona saprolit sehingga dapat meningkatkan kandungan
nikel menjadi lebih besar dari 2 %.
Beberapa faktor yang dianggap sangat mempengaruhi proses penbentukan endapan
nikel laterit ini adalah:
1. Kandungan dari batuan peridotite dan pola tektoniknya, adanya batuan asal
merupakan syarat utama terbentuknya endapan nike laterit. Batuan asal biasanya
batuan beku ultrabasa dengan kadar Ni 0.2-0.3%.

2. Struktur geologi, dalam pembentukan endapan nikel laterit adalah patahan atau
rekahan. Adanya rekahan dan patahan ini akan mempermudah rembesan air ke dalam
tanah dan mempercepat proses pelapukan terhadap batuan induk. Selain itu, adanya
patahan dan rekahan akan dapat berfungsi sebagai tempa tpengendapan larutan-
larutan yang mengandung Ni sebagai vein-vein.
3. Iklim, yang sesuai untuk endapan laterit adalah iklim tropis dan sub-tropis, dimana
curah hujan dan sinar matahari memegang peranan penting dalam proses pelapukan
dan pelarutan unsur-unsur yang terdapat pada batuan asal.
4. Topografi, geometri relief dan lereng akan mempengaruhi proses pengaliran dan
sirkulasi air serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk
pengendapan bijih nikel adalah punggung-punggung bukit yang landau dengan
kemiringan antara 10-30O. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh ke
permukaan akan lebih banyak mengalami run off (mengalir) daripada meresap ke
dallam tanah, sehingga pelapukan kurang intensif.

5. Waktu, cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena
akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

Adapun genesa terbentuknya nikel laterit dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1. Batuan induk (peridotit) akan berubah menjadi serpentin akibat pengaruh larutan
hidrotermal atau larutan residual pada waktu proses pembentukan magma (proses
serpentinisasi) dan akan merubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau
batuan serpentinit peridotit.

2. Selanjutnya terjadi proses pelapukan dan laterit yang menghasilkan serpentin dan
peridotit lapuk. Adanya proses kimia dan fisika dari udara, air, serta pergantian panas
dan dingin yang kontinyu, akan menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada
batuan induk. Batuan asal yang mmengandung unsur-unsur Ca, Mg, Si, Cr, Mn, Ni
dan Co akan mengalami dekomposisi.

3. Air tanah yang mengandung Co2 dari udara meresap ke bawah sampai ke permukaan
air tanah sambil mencuci mineral primer yang tidak stabil (olivine, serpentin dan
piroksen). Air tanah meresap secara perlahan dari atas ke bawah sampai ke batas
antara zona limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir secara lateral dan
selanjutnya lebih banyak di dominasi oleh transportasi larutan secara horizontal.
Proses ini menghasilkan Ca dan Mg yang larut disusul dengan Si yang cenderung
sangat halus sehingga memungkinkan terbentuknya mineral baru melalui
pengendapan kembai unsur-unsur tersebut. Semua hasil pelarutan terbawa turun
mengisi celah-celah dan pori-pori batuan.
4. Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa ke bawah sampai batas
pelapukan dan diendapkan sebagai Dolomit dan Magnesit yang mengisi celah-celah
atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Di lapangan, urat-urat ini dikenal sebagai
batas penunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan
akar pelapukan (root of weathering).

5. Fluktuasi muka air tanah yang berlangsung secara kontinyu akan melarutkan unsur-
unsur Mg dan Si yang terdapat pada bongkah-bongkah batuan asal di zona saprolit,
sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih dalam. Dalam hal ini, zona
saprolit akan bertambah dalam, demikian juga dengan ikatan yang mengandung
oksida MgO sekitar 30-50% dan SiO 2 antara 35-40%. Oksida yang masih terkandung
pada bongkah-bongkah di zona saprolit akan tercuci (terlindi) dan ikut bersama-sama
dengan airan air tanah, sehingga sedikit demi sedikit zona saprolit atas akan berubah
porositasnya dan akhirnya menjadi zona limonit. Sedangkan unsur-unsur yang sukar
larut akan turun ke bawah. Unsur-unsur seperti Fe, Ni, dan CO akan membentuk
konsentrasi residu yang disebut dengan zona saprolit, dengan ciri-ciri berwarna coklat
kemerahan. Batuan asal ultramafik di zona ini selanjutnya diimpregnasi oleh larutan
yang mengandung Ni, sehingga kadar Ni dapat naik hingga 7%. Dalam hal ini, Ni
dapat menambahkan unsur Mg dalam serpentin atau mengendap pada rekahan
bersama dengan larutan yang mengandung Mg dan Si sebagai Garnierit dan
Krisopras.

6. Sementara Fe di dalam arutan akan teroksidasi dan mengendap sebagai Ferri-


Hidroksida membentuk mineral-mineral seperti Limonit dan Hematit yang dekat
permukaan. Semakin ke bawah menuju bedrock maka Fe dan Co akan mengalami
penurunan kadar. Pada zona saprolit Ni akan terakumulasi di dalam mineral Garnierit.
Gambar 3. Tipe nikel laterit

Adapun profil endapan nike laterit adalah sebagai berikut :


1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan ,lunak dan berwarna coklat
kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar
nikel maksimal 1,3% dan di permukaan atas. Gradasi ke arah zona Limonit ditunjukkan
dengan hilangnya material di atas, perubahan warna lebih cerah,coklat kekuningan –
coklat merah.

2. Lapisan Limonit
Lapisan ini terletak di bawah lapisan tanah penutup Fine grained, merah-coklat
atau kuning, agak lunak. Terlihat adanya mineralisasi yang kuatdan enderung
homogen Mineral yang biasanya dijumpai dalam zonasi ini yaitu hemetit, mangan,
geotit. Gradasi kearah zona Saprolite dapat dilihat dari perubahan warna menjadi coklat
kekuningan,coklat kehijauan.

3. Lapisan Bijih (Saprolit)


Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna kuning
kecoklatan agak kemerahan, terletak di bagian bawah dari lapisan limonit. Perselingan
antara Laterit dengna batuan asal (biasanya berukuran boulder) sering dijumpai di zona
ini.Semakin ke arah bawah terlihat adanya gradasi ukuran butir menjadi lebih kasar. Ke
arah bawah kondisi fracturing semakin intensif yang biasanya terisi oleh mineral-mineral
silika seperti garnierit dan krisopras Mineral yang biasanya dijumpai dalam zonasi ini
yaitu serpentin, olivin, garnierit.

4. Lapisan Batuan Dasar (Bed Rock)


Bagian terbawah dari profil laterit Lapisan ini merupakan batuan peridotit yang
tidak atau belum mengalami pelapukan . Blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum
sudah tidak mengandung mineral ekonomis lagi (kadar logam sudah mendekati atau
sama dengan batuan dasar). Berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan. Zona ini
terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika.
Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high
grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Gambar 4. Profil nikel laterit


C. Placer

10. ENDAPAN TIMAH PLACER


Endapan timah placer sering disebut juga sebagai endapan timah alluvial, karena
sebagian besarnya berupa endapan sedimen yang terbentuk di daratan (alluvial). Meskipun
saat ini keberadaannya banyak di laut, namun pada saat terendapkan kondisinya masih berupa
daratan. Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari endapan timah sekunder
(alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat (termasuk pulau-pulau timah), dan di
lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal dari endapan timah primer yang mengalami
pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi secara
selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan alluvial yang
berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir
atau kerikil.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (Sn02). Batuan
pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma asam dan
menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi
peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang
akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka
terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping.
Pembentukan mineral kasiterit (Sn02) dan mineral berat lainnya, erat hubungannya
dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah (Sn) yang membentang dari
Mynmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan sejumlah intrusi batholit.
Batuan induk yang mengandung bijih timah (Sn) adalah granit, adamelit, dan granodiorit.
Batholit yang mengandung timah (Sn) pada daerah Barat ternyata lebih muda (Akhir
Kretasius) daripada daerah Timur (Trias).
Proses pembentukan bijih timah (Sn) berasal dari magma cair yang mengandung mineral
kasiterit (Sn02). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi
fase pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih diantaranya bijih timah (Sn).
Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan yang
diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat), yaitu : pada batuan granit dan pada
batuan samping yang diterobosnya.
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih timah sekunder dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat pelapukan secara
intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan samping dan perpindahan mineral
kasiterit (Sn02) secara vertikal sehingga terjadi konsentrasi residual. Ciri-ciri endapan
elluvial adalah sebagai berikut :
 Terdapat dekat sekali dengan sumbernya
 Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
 Ukuran butir agak besar dan angular

2. Endapan Kollovial
Endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil pelapukan endapan bijih
timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu gradien yang agak mendatar
diikuiti dengan pemilahan. Ciri-cirinya :
 Butiran agak besar dengan sudut runcing
 Biasanya terletak pada lereng suatu lembah

3. Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai, dimana mineral berat
dengan ukuran butiran yang lebih besar diendapkan dekat dengan sumbernya. Sedangkan
mineral-mineral yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya. Ciri-cirinya
:
 Terdapat di daerah lembah
 Mempunyai bentuk butiran yang membundar

4. Endapan Miencan
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif secara berulang-
ulang pada lapisan tertentu. Ciri-cirinya :
 Endapan berbentuk lensa-lensa
 Bentuk butiran halus dan bundar

5. Endapan Disseminated
Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan. Jarak transportasi
sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang luas tetapi tidak teratur. Ciri-cirinya
:
 Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
 Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
 Terdapat pada lapisan pasir atau lempung

D.BAHAN GALIAN INDUSTRI

11. PASIR KUARSA

Pasir kuarsa pada dasarnya merupakan endapan placer yang terbentuk akibat proses
pelapukan batuan-batuan asal yang banyak mengandung mineral utama seperti feldspar dan
kuarsa itu sendiri contohnya seperti riolit, riodasit, dasit dsb. Awalnya batuan-batuan itu tadi
mengalami pelapukan baik itu fisika dan kimia, yang menyebabkan hasil lapukan itu tadi
tercuci dan mengalami transportasi kemudian terendapkan pada suatu cekungan. Setelah itu
barulah endapan-endapan sedimen tadi mengalami litifikasi menjadi batupasir dengan
komposisi hasil lapukan batuan asal berupa mineral kuarsa.

12. GIPSUM

Gipsum merupakan mineral hidrous kalsium sulfat. Gipsum terbentuk karena proses
penguapan dari air laut yang terakumulasi di zona yang tenang atau bisa juga pada air danau
yang memiliki kandungan garam. Selain itu, Gipsum juga dapat terbentuk dari proses
vulkanik, dimana gas H2S bereaksi dengan material-material kapur.

13. KALSIT

Kalsit terbentuk dari runtuhan batugamping yang mengalami presipitasi kemudian


terkristalisasi pada zona dimana air laut mulai menunjukkan arus yang tenang sehingga
membentuk perawakan kristal dari kalsit yang membata. Selain itu Kalsit juga dapat
terbentuk dari batuan beku yang memiliki kandungan Ca-Plagioklas dan bereaksi dengan air
meteorik.

14. ZIRKON

Zirkon terbentuk sebagai mineral ikutan (accessory mineral) pada batuan yang terutama
mengandung Na-feldspar, seperti batuan beku asam (granit dan syenit) dan batuan metamorf
(gneiss dan skiss). Secara ekonomis, zirkon dijumpai dalam bentuk butiran (ukuran pasir),
baik yang terdapat pada sedimen sungai maupun sedimen pantai. Pada umumnya zirkon
terkonsentrasi bersama—sama minerai titanium (rutil dan ilmenit), monazit, dan mineral
berat lainnya. Di Indonesia, zirkon merupakan sedimen sungai yang terdapat di daratan dan
lepas pantai. Mineral ini dijumpai bersama-sama dengan mineral kasiterit dan elektrum (Au,
Ag) sebagai mineral utama, ilmenit, magnesit, monazit. xenotim, pyrit, mineral sulfida
Iainnya, dan kuarsa. Cebakan keseluruhan mineral ini pada umumnya berasai dari batu granit
yang telah mengalami pelapukan dan transportasi.

15. MANGAN

a. Cebakan Terrestial

MenurutPark(1956), cebakan mangan dibagi dalam lima tipe, yaitu :

- Cebakan hidrothermal,

- Cebakan sedimenter. baik bersama-sama maupun tanpa affiliasi vulkanik,

- Cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah Iaut,

- Cebakan metamorfosa

- Cebakan laterit dan akumulasi residual‘

Dari kelima tipe cebakan tersebut, sumber mangan komersial berasal dari cebakan
sedimenter yang terpisahkan dari aktivitas vulkanik dan cebakan akumulasi residual.

Cebakan sedimen laut mempunyai ciri khusus yaitu berbentuk perlapisan dan lensa-
lensa. Seluruh cebakan bijih karbonat berasosiasi dekat dengan batuan karbonat atau grafitik,
dan kadang-kadang mengandung lempung yang menunjukkan adanya suatu pengurangan
lingkungan pengendapan dalam cekungan terdekat. Sebaliknya, cebakan bijih oksida Iebih
umum dan berasosiasi dengan sedimen klastik berukuran kasar. dengan sedikit atau sama
sekali bebas dari unsur karbon organik. Cebakan bijih ini dihasilkan di bawah kondisi
oksidasi yang kuat dan bebas sirkulasi air.

Cebakan bijih oksida merupakan cebakan sedimenter yang sangat komersial dengan
kadarbijih 25 - 40% Mn, sedangkan cebakan bijih karbonat kadarnya cenderung lebih kecil,
yaitu 15 - 30% Mn.

b. Nodul
Istilah nodul mangan umum digunakan walaupun sebenarnya kurang tepat. karena
selain mangan masih terkandung pula unsur besi, nikel, kobalt dan molybdenum, sehingga
akan lebih sesuai bila dinamakan dengan nodul poli-metal.

Dasar samudra diperkirakan diselimuti lebih dari 3 triliun ton nodul berukuran
kentang. Di Samudra Pasifik Sendiri, nodul yang terbentuk diperkirakan sebesar 10 juta ton
per tahun. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh USBM, diketahui bahwa bahwa
zona kadar tertinggi terdapat dalam cekungan Sedimen Pasifik bagian timur yang terletak
pada jarak 2.200 km Sebelah tenggara Los Angeles, Kalifornia. Di zona ini, nodul mangan
terjadi dalam lapisan tunggal dan tidak teratur.

Secara individu, nodul mempunyai kilap suram dengan warna coklat tanah hingga hitam
kebiruan tekstur permukaan dari halus hingga kasar. Setiap nodul mengandung satu atau lebih
sisa-sisa makhluk air laut, pragmen batuan, atau nodul lainnya. Nodul ini diliputi oleh lapisan
mangan, besi, dan logam oksida lainnya yang berbentuk konsentrasi namun tidak terus-
menerus. Lapisan lempung kemudian mengisi celah—celah di antara lapisan oksida
tersebutsecara tidak beraturan dan biasanya dapat dijadikan patokan dalam perhitungan
periode pertumbuhan nodul bersangkutan.

16. BENTONIT

Endapan Hasil Pelapukan

Pembentukan bentonite hasil pelapukan diakibatkan oleh adanya reaksi kimia antara ion-
ion hidrogen yang berada pada airtanah dengan senyawa silikat. Ion H+ berasal dari zat-zat
organik yang mengalami pembusukan. Pelapukan ini dipengaruhi oleh komposisi mineral
batuan, komposisi kimia, daya lalu air dalam batuan, iklim, dan vegetasi.

Endapan Hasil Hidrotermal

Larutan hidrotermal bersifat asam akan bereaksi dengan batugamping dan berubah
menjadi basa. Larutan yang banyak mengandung unsur-unsur alkali akan mengubah batuan
samping yang dilaluinya. Pada alterasi lemah, kehadiran unsur alkali dan alkali tanah akan
membentuk montmorilonit, kecuali kalium, mika, ferromagnesia, dan feldspar.
Montmorilonit akan terbentuk jika adanya unsur magnesium

Endapan Transformasi
Endapan bentonite terbentuk dari hasil letusan gunungapi berupa abu vulkanik mengalami
divetrivikasi yang terbentuk pada lingkungan danau atau laut.

Endapan Sedimen

Ca-bentonit terbentuk dari alterasi mineral pada batuan kristalin yang terdapat di
permukaan. Hal ini terjadi akibat penggantian ion Na + oleh ion Ca+ dan H+ pada proses
pelapukan selanjutnya.

17. KROMIT

Endapan Primer

Stratiform

Kromit terbentuk dari hasil proses kristalisasi magma yang bersifat asam. Kromit
akan terbenam, mengkerut, dan mengkristal sebelum mengendap dalam ruang-ruang magma.
Hal ini akan membentuk lapisan-lapisan kromit yang tipis dan homogen dengan penyebaran
secara lateral yang luas.

Podiform

Cebakan podiform terbentuk dari batuan ultramafik (ofiolit) yang terlipat dengan kuat
dan terangkat ke permukaan. Bentuk dari podiform umumnya seperti pod, lensa-lensa, dan
sack-form.

Endapan Sekunder

Kromit terbentuk dari hasil pelapukan dari batuan ultramafik yang mengakibatkan
terakumulasinya butir-butir kromit. Butiran kromit yang terakumulasi membentuk pasir hitam
dapat pula terbentuk pada tanah laterit.

18. ZEOLIT

Zeolit terbentuk dari alterasi tuff akibat perubahan suhu dan tekanan.

19. FOSFAT

Fosfat terbentuk dari pembekuan magma yang kaya alkali dan terdapat pada mineral
apatit. Selain itu fosfat juga dapat terbentuk dari proses sedimentasi yang dipengaruhi oleh
perbedaan temperatur dari material pembawa material sedimen seperti air. Air yang
mempunyai perbedaan temperatur bertemu kemudian menumpuk menjadi sebuah endapan
yang kaya akan fosfat. Terbentuknya fosfat juga biasanya berkaitan dengan material organik.

20. BATU BARA

Proses pembentukan batubara pada umumnya terjadi di lingkungan rawa. Lingkungan ini
merupakan lingkungan yang jenuh akan kandungan air dan banyak terdapat tumbuhan baik
itu berkayu maupun tidak, lumut, dedaunan, dan bagian-bagian dari suatu tumbuhan atau
pohon yang tidak mengalami proses dekomposisi secara menyeluruh.

Kemudian material-material organic ini berubah menjadi lapisan-lapisan peat atau


gambut. Pada saat-saat tertentu rawa ini tertutupi oleh pasir serta lumpur yang berasal dari
limpahan banjir sungai saat terjadinya kenaikan muka air laut (transgresi). Akibatnya
sedimen-sedimen itu membebani gambut itu tadi, oleh karena itu maka terjadi pengurangan
kandungan air serta gas dan membentuk lignite. Dengan terus bertambahnya atau
meningkatnya tekanan serta suhu, kandungan air serta gas semakin banyak yang hilang dan
mulai membentuk batubara jenis bituminous. Pada tahap akhir, suhu dan tekanan yang tinggi
akan dapat merubah batubara jenis bituminous itu tadi menjadi batubara keras jenis
anthracite.

21. PERLIT

Perlit terdapat pada hasil Ietusan atau lelehan di bagian bawah atau tengah. Hal ini
diinterprestasikan bahwa terjadinya perlit disebabkan oleh proses perlitisasi selama atau pada
waktu pembekuan. Proses tersebut. berlangsung pada temperatur tertentu yang disebabkan
oleh berat Iapisan di atasnya.

Selama perlitisasi berlangsung terjadi penambahan air yang berasal dari batuan sekitarnya
atau post magmatic hydration. Pecahan-p‘ecahan perlit berbentuk kulit bawang (onion skin
fracture). mungkin disebabkan oleh gaya tarikan (strain) pada waktu proses pendinginan.

Tebal Iapisannya mencapai ratusan meter. Umumnya batuan pengandung tersebut adalah
batuan piroklastik, sedimen tufaan yang kadang - kadang mengandung kerakal (pebbles)
tersisipkan bersama-sama dengan aglomerat amygdaloidal. Perlit yang terdapat pada batuan
intrusi di dekat permukaan umumnya berbentuk kubah (dome), retas (dike), dan sill.

22. BARIT

residual, sedimen volkanik, dan cebakan eksogen (Tabel 1).


a. Metasomatik Cebakan metasomatik merupakan hasil intrusi magma yang
mengandung unsur barium yang menerobos dan mengisi rekahan (fissure) pada batuan yang
diterobosnya. Proses pembentukan cebakan jenis ini disebut metasomatisme karena terjadi
pada suhu sedang sampai dengan rendah. Bentuk cebakan yang terjadi berupa urat-urat barit
(fissure vein), yang mempunyai panjang dari beberapa ratus metersampai2.000 mdan
ketebalan dari beberapa sentimetersampaiciengan beberapa meter. Pada cebakan jenis ini,
barit umumnya berasosiasi dengan mineral sulfida seperti pyrit, galena, fluorit, sphalerit, dan
kalkopyrit.

b. residual

Cebakan residual merupakan hasil pelapukan kimia dan pengayaan terhadap urat-urat
barit yang terutama terdapat pada batuan karbonat. Proses pelapukan akan memceraikan urat-
urat barit, sehingga dengan adanya air tanah danatau air permukaan, pecahan urat barit akan
terpisah dari unsur pengotornya. Cebakan jenis ini disebut juga eluvium atau koloviai yang
mempunyai kadarlebih tinggibila dibandingkan dengan jenis cebakan barit primer. Hal ini
terjadi karena barit telah mengalami pencucian dan pengendapan secara alam (residu).
Menurut Bateman (1981), proses pembentukan cebakan residual disebut proses oksidasi dan
pengayaan supergen,dan lapisan baritlapukakan terendapkan di bawah lapisan material lain
yang juga teJah melapuk, tetapi mempunyai berat jenis yang lebih kecil.

c. Sedimen Volkanik Cebakan sedimen volkanik terbentuk sebagai hasii reaksi kimia
antara larutan hidrotermal yang mem- bawa unsurbariumdengan senyawa hidrogen sulfi- da
Cebakanjenisinibiasanya berbentuklensa yang mengisi suatu sinklin batuan sedimen yang
terlipat. Pada cebakan jenis ini, barit pada umumnya berasosiasi dengan mineral sulfida
seperti galena, sphalerit, dan pyrit.

d. Cebakan Eksogen Cebakan eksogen umumnya terdapat pada batuan karbonat, yang
mengisi celah ataupun rongga batuan tersebut yang telah mengalami ambrukan (fallen block).
Menurut Bateman (1981), proses pembentukan cebakan eksogen adalah pengisian rongga
(cavity filling), sedangkan bentuk cebakannya dapat berupa urat, pod,ataupun lensa.

23. BATU KAPUR

Batukapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik,
atau secara kimia. Sebaglan besar batu kapur di alam terjadi secara organik. Jenls Inl berasal
dari pengendapan cangkangrumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal
dari kerangka blnatang koralkerang Untuk balu kapur yang terjadi secara mekanik,
sebetulnya bahannya lldak jauh berbeda dengan jenis batu kapur yang terjadi secara organik.
Yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dan bahan batu kapur tersebut yang
kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.
Sedangkan yang terjadi secara kimia, adalah jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi
iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar Selain hal di atas,
mata air mineral dapat pula mengendapkan batu kapur, (disebut endapan sin- ter kapur). Jenis
batu kapur ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan Japisan batu kapur di
bawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi. Magnesium,
Iempung, dan pasir merupakan unsur pengotor yang mengendap bersama-sama pada saat
proses pengendapan. Keberadaan pengotor batu kapur memberikan klasiflkasi jenis batu
kapur. Apabila pengotomya magnesium, maka batu kapLir tersebut diklasifikasikan sebagai
batu kapur dolomitan. Begitu juga apabila pengotomya lempung, maka batu kapur tersebut
diklasitikasikan sebagai batu kapur lempungan, dan batu kapur pasiran apabila pengotomya
pasir. Persentase unsur-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu kapur
tersebut, yaitu muJai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, cok!at, bahkan
hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsur mangan,
sedangkan kehitam- hitaman disebabkan oleh adanya unsur organik. Balu kapur dapat
bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang pejal (massive) dijumpai
pula yang porous. Batu kapur yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya
maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batu
kapur tersebut menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada marmer.

Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali pada
permukaan batu kapur, sehingga terbentuk hablur kalsit. Di beberapa daerah endapan batu
kapur seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat
reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-
zat organik di permukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batu kapur yang
dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut : CaCO3 2 CO2 H20
Ca (HCO3)2 CO2 Ca(HCO3)2 Iarut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam
tubuh batu kapur tersebut. Secara geologi, batu kapurerat sekali hubungannya dengan
dolomit. Karena pengaruh pelindian (Ieach- ing) atau peresapan unsur magnesium dari air
laut ke dalam batu kapur, maka batu kapur tersebut dapat berubah menjadidolomitan
ataujadidolomit. Kadar dolomit atau Mg0 dalam batu kapur yang berbeda akan memberikan
klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batu kapur tersebut.

24. PANAS BUMI

Secara sederhana, energi panasbumi adalah energi panas yang dipindahkan dari bagian
dalam bumi. Energi tersebut dapat diambildalam bentuk uap atau air panas. Sumber
panasbumi didefinisrkan sebagai suatu reservoar di mana energi panasbumi dapat diekstraksi
secara ekonomis dan dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik atau untuk keperluan
industri, pertanian atau keperluan-keperluan domestik yang sesuai (Armstead, 1978, Gupta
1980) Tulisan ini menge. tengahkan gambaran umum tentang energi panasbumi, meliputi
asal-usulnya, macam-macam sistem panasbumi, sifat ke. terbaruannya, serta sekilas
mengenai keterdapatannya di lndonesia.
Terbentuknya panasbumi
Menurut Hamblin (1992) bumi pada awal terbentuknya diyakini berupa material lelehan
(molten material). Dengan mendinginnya lelehan tersebut, yaitu dengan hilangnya panas di
bagian permukaan, terbentuklah kulit luar (kerak) yang padat. Di bawah kerak tersebut
terdapat mantel bumi. Bagian luar mantel disebut astenosfer, tersusun atas material lelehan
panas bersilat plastis yang disebut magma. Di bawah astenosler terdapat mesosfer yang
tersusun atas batuan yang lebih kuat dan padat dibandingkan astenosfer. Bagian tengah bumi
adalah inti bumi yang tersusun atas inti luar dan inti dalam. lnti dalam bersifat padat, dan inti
luar bersifat likuid. Panas awal pada saat pembentukan bumi serta panas akibat peluruhan
unsur.unsur radioaktif merupakan surnber panas tubuh bumi dan pengontrol aliran panas di
permukaan bumi.
Proses-proses pada bagian dalam bumi dapat menyebabkan lempeng-lempeng kerak
bumi bergerak saling menjauhi saling bertumbukan, maupun saling menggeser satu terhadap
yang lain. Daerah-daerah batas antar lempeng yang saling menjauhi dan yang saling
bertumbukan umumnya berasosiasi dengan aktivitas magmatisme. Sesumber energr
panasburni pada umumnya terkonsentrasi pada daerah-daerah sepanjang batas antar lempeng
yang aktif.
Magma yang menerobos kerak bumi mendingin menjadi tubuh batuan beku intrusif.
Panas dari baluan beku intrusif tersebut drpindahkan ke batuan-batuan di sekitarnya. Pada
kondisi geologi yang sesuai, airtanah yang lerkandung pada batuan reservoar yang bersifat
porus dan permeabel terpanasi oleh tubuh batuan intrusif lersebut Batuan reservoar biasanya
lertutup oleh batuan penudung yang bersifat impermeabel yang berfungsi sebagai perangkap
fluida reservoir. Rekah-rekah pada batuan penudung menjadi saluran keluar bagi uap atau air
panas, sehingga muncul manifestasi energi panasbumi seperti fumarol dan mata air panas.
Sistem panasbumi semacam ini banyak dijumpai di lndonesia, Filipina Jepang, New Zealand,
Afrika dan Amerika Fluida merupakan komponen yang pentrng dalam sistem panasbumi.
Ada 4 macam fluida panasbumi menurut (Nicholson, 1993) yaitu (1) airtanah yang
berasal dari air hujan (meteoric water), (2) fluida yang berasal dari magma itu sendiri yang
disebut sebagai magmatic fluid, (3) air "fosil" atau air yang terperangkap pada saat
pengendapan batuan-batuan sedimen, dan (4) air metamorfik atau air yang dikeluarkan pada
proses metarnorfisme batuan, Meteoric waler merupakan sumber fluida yang utama untuk
produksi energi panasbumi.

25. MINYAK DAN GAS

Menururt teori pembentukan minyak bumi, khususnya teori binatang engler dan teori
tumbuh-tumbuhan (Hofer,1966), senyawa-senyawa organik penyusun minyak bumi
merupakan hasil alamiah proses dekomposisi tumbuhan selama berjuta-juta tahun. Oleh
karena itu, minyak bumi juga dikenal sebagai bahan bakar fosil, selain batubara dan gas alam.

Semua bahan bakar fosil dihasilkan oleh senyawa karbohidrat dengan rumus kimia
Cx(H2O) yang memfosil. Karbohidrat tersebut dihasilkan oleh tumbuhan dengan mengubah
energi matahari menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis. Kebanyakan bahan bakar
fosil diproduksi kira-kira 325 juta tahun yang lalu, yaitu pada abad Karbon dalam era
Paleozoikum. Setelah tumbuhan mati maka karbohidrat dapat berubah menjadi senyawa
hidrokarbon dengan rumus kimia CxHy akibat tekanan dan temperatur yang tinggi serta tidak
tersedianya oksigen (anaerob). Hal yang sama dikemukakan pula oleh Chator dan Somerville
(1978) yang menjelaskan bahwa minyak bumi merupakan salah satu produk minyak mentah
alami yang dihasilkan dari konfersi biomasa pada temperatur dan tekanan yang tinggi secara
alami dilingkungan aerob, senyawa hidrokarbon dapat dirombak oleh berbagai macam
mikroba. Perombakan ini akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga tidak sebanding
dengan dampak yang akan ditimbulkannya, bila minyak bumi tersebut terakumulasi dalam
tanah.

Teori pembentukan minyak bumi

1. Teori Biogenetik (Organik)


Teori ini menyebutkan bahwa Minyak Bumi dan Gas Alam terbentuk dari
beraneka jasad organik seperti hewan dan tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan
pasir dan lumpur. Kemudian endapan lumpur ini menghanyutkan senyawa pembentuk
minyak bumi ini dari sungai menuju ke laut dan mengendap di dasar lautun selama
jutaan tahun. Akibat pengaruh waktu, temperatur dan tekanan lapisan batuan di
atasnya menyebabkan organisme itu menjadi bintik-bintik minyak ataupun gas.

2. Teori Anorganik
Teori menyebutkan bahwa minyak bumi terbentuk karena aktivitas bakteri.
Unsur seperti oksigen, belerang dan nitrogen dari zat yang terkubur akibat aktivitas
bakteri berubah menjadi zat minyak yang berisi hidrokarbon.

3. Teori Duplex
Teori ini merupakan teori yang banyak digunakan oleh kalangan luas karena
menggabungkan Teori Biogenetik dengan Anorganik yang menjelaskan bahwa
minyak bumi dan gas alam terbentuk dari berbagai jenis organisme laut baik hewan
maupun tumbuhan.
Akibat pengaruh waktu, temperatur, dan tekanan, maka endapan Lumpur
berubah menjadi batuan sedimen. Batuan lunak yang berasal dari Lumpur yang
mengandung bintik-bintik minyak dikenal sebagai batuan induk (Source Rock).
Selanjutnya minyak dan gas ini akan bermigrasi menuju tempat yang bertekanan lebih
rendah dan akhirnya terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan perangkap
(Trap).
Dalam suatu perangkap dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2)
minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan minyak bumi
disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam suatu
perangkap disebut Non Associated Gas.

Karena perbedaan berat jenis, maka gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan
air di bagian bawah. Karena proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang
lama, maka minyak bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
(unrenewable).

26. KAOLIN

Nama kaolin berasal dari bahasa China 'kauling" yang berarti"pegunungan tinggi", yaitu
nama gunung dekat Jauchau Fa, China, yang tanah lempungnya telah diambil sejak beberapa
abad yang lampau Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung
dengan kandungan besi yang rendah, dan pada umumnya berwarna putih atau agak
keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat (2H20 Al203 2SiO2),
dengan disertai beberapa material penyerta. Dua proses geologi pembentukan kaolin
(kaolinisasi) adalah proses pelapukan dan proses hidrothermal alterasi pada batuan beku
feldspartik, mineral-min- eral potas alumunium silika dan feldspar diubah menjadi kaolin.
Proses kaolinisasi berada dalam kondisi tertentu, sehingga elemen-elemen selain silika,
alumunium, oksigen, dan hidrogen akan mengalami perpindahan. Gambaran proses ini
seperti dalam persamaan berikut :

2KAISi3Oa 2H20 Al2 (OH)4(Si205) K20 4SiO2 Felspar Kaolinit

Proses pelapukan terjadi pada permukaan atau sangat dekat dengan permukaan tanah,
sebagian besar proses terjadi pada batuan beku. Endapan kaolin yang terjadi karena proses
hidrothermal terdapat pada retakan-retakan, patahan, dan daerah permeabellainnya. Endapan
kaolin ada dua macam, yaitu endapan residual dan endapan sedimentasi. Di Indonesia
endapan kaolin yang besar, yaitu endapan residual dari hasilalterasi batuan granit. Endapanini
terdapat di Pulau Bangka dan Belitung.

27. FELDSPAR

Felspar adalah nama kelompok mineralyang terdiri atas potasium, sodium, dan kalsium
alumino silikat. Pada umumnya kelompok mineral ini terbentuk oleh proses pneumatolistis
dan hidrothermal yang membentuk urat pegmatit. Felsparditemukan pada batuan beku,
batuan erupsi, dan metamorfosa, baik yang bersifat asam maupun basa. Batuan granit
mengandung 60% felspar yang. berasosiasidengan kuarsa, mika khlorit, beryl, dan rutil,
sedangkan pada batuan pegmatit berasosiasi dengan kuarsa, mika, dan topaz Berdasarkan
keterdapatannya endapan felspar dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu : felspar
primer; felspar diagenetik; felspar aluvial. Setiap jenis endapan felspar mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Felspar primer terdapat dalam batuan granitis, felspar
diagenetik terdapat dalam batuan sedimen piroklastik, sedangkan felspar aluvial terdapat
dalam batuan yang telah mengalami metamorforsa. Dari seluruh jenis fel- spar di atas yang
dikenal memiliki nilai ekonomis adalah felspar yang berasal dari batuan asam.

28. AIR TANAH

Airtanah adalah air yang terjadi terdapat dibawah muka tanah pada lapisan jenuh
(Saturated Zone), dan tekanan hidrostatis adalah sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.
Airtanah merupakan salah satu bagian/unsur siklus hidrologi yang bersifat rahasia, karena
manusia tidak dapat melihat aliran air di dalam tanah. Airtanah merupakan air yang terdapat
pada semua rongga di dalam satu lapisan geologi, baik pada zona jenuh air, zone tak jenuh,
maupun zona diantaranya (Todd, 1995).

Pembentukan airtanah berasal dari permukaan seperti air hujan, danau, sungai dan
sebagainya, yang meresap kedalam tanah mengisi ruang pori pada tanah dan batuan dan
terakumulasi dalam suatu cekungan air tanah. Keberadaan air tanah sangat tergantung
besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang
berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air
hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan kompak
memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil, air yang meresap kedalam tanah akan
mengalir mengikuti gaya gravitasi bumi.Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut
lapisan permeabel (tembus air), seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil,
sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeabel (tak tembus air),
seperti lapisan lempung.

Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan (recharge area) merupakan air
yang masuk kedalam permukaan bumi (tanah/batuan) yang kebanyakan berasal dari air hujan
dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah buangan (discharge area) merupakan air
yang mengalir mendekati permukaan seperti laut dan sungai. Daerah tangkapan didefinisikan
sebagai bagian dari suatu aliran (watershed) dimana aliran air tanah menjauhi muka air tanah.
Sedangkan daerah buangan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (watershed)
dimana aliran air tanah menuju muka tanah. Daerah tangkapan (recharge area), pada saat
hujan turun dapat membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun,
ratusan tahun bahkan ribuan tahun tinggal didalam akuifer sebelum muncul ke daerah
buangan (discharge area).

DAFTAR PUSTAKA
Armstead, H dan Christopher, H. 1983. Geothermal Energy: Its Past, Present and Future
Contribution to the Energy Needs of Man. E. & F.N Spon, New York.
Ahmad, Waheed., 2009. Nickel Laterites (Fundamentals of chemistry, mineralogy,
weathering processes, formation and exploration). PT. Vale Inco : Sorowako.
Sulawesi.
Bateman, A., 1950. Economic Mineral Deposit, 3rd Edition (revised printing), John Willey &
Sons, Inc., New York.
Boldt. 1967. Genesa Bahan Galian Bijih Nikel Laterit. Bandung.
Gurajati,D. 1984. Basic Economics 4th.New York: Mc Graw Hill
Hamblin, W.K., 1992, Earth’s Dynamic System, Edisi keenam, Macmillan Publ. Co., New
York.
Hofer. 1966. Minyak Bumi. (Online), Repository.usu.ac.id/bitstreamChapter%2011.pdf,
diakses 8 September 2017: chapter 2 Universitas Sumatra Utara.
Knill, J.L. 1978. Industrial Geology. Oxford. Oxford University Press

Kuzvart,M. 1984. Industrial Minerals and Rocks, Developments in Economic


Geology.Amsterdam : Elsevier
Major, Trevor. 1996. Genesis and The Origin of Coal and Oil. Chapter 2, Page 4.
Montgomery:ApologeticsPress
Nicholson, K. 1993. Geothermal Fluids, Chemistry & Exploration Techniques. Springer
Verlag, inc, Berlin.
Rusman Rinawan. 1992. Pengantar Kuliah Geologi Batubara. Sekolah Tinggi Teknologi
Mineral Indonesia

Scott, P.W. and Bristow, C.M. 2002. Industrial Minerals and Extractive Industry Geology.
Bath. The Geological Society Publishing House

Sudradjat, Adjat dkk. 1997. Bahan Galian Industri. Bandung:Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral
Sukandarrumidi. 2007. Geologi Mineral Logam hal. 60 - 61. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Taylor, R.G. 1979. Geology of Tin Deposits. Elsevier Scientific Publishing Company. Canada

Thomas Larry. 2002. Coal Geology. John Wiley & Sons Ltd. England.
Todd, D. K. 1995. Groundwater Hydrology. Second Edition. John Wiley & Sons, Singapore.
Tucker, E. Maurice. 2003. Sedimentary Rocks in the Field Third Edition. John Wiley & Sons
Ltd. England.

Williams, H., Turner, F.J and Gilbert, C.M.. 1982. Petrography. An Introduction to The Study
of Rocks in Thin Section. University of California, Berkeley W.H. Freeman and
Company, San Fransisco.

Anda mungkin juga menyukai