Anda di halaman 1dari 15

Candi Kedulan : Menguak

Potensi Geohazard Jogja dan


sekitarnya
Penulis
pakde
-
Agustus 18, 2006
0
Mungkin belum banyak yg
mengenal Candi Kedulan yang
berada disebelah barat laut
Candi Prambanan ini. Candi yg
masih dalam tahap ekskavasi
ini menarik utk disimak,
mengapa ? karena Candi
Kedulan ini salah satu candi
yang “terkubur” dibawah
tanah. Iya, candi ini terkubur
lebih dari 5-7 meter. Wah, karena batuan yg menguburnya ini menjadi menarik
buat ahli perbatuan (Geologi).

Kalau selama ini banyak yg tertarik melihat candi ini dari sisi arkeologi, Pak Dr
Subagyo dari UGM awal bulan Agustus 2006 lalu mengajak untuk dilihat dari sisi
geologi. Looh Geologi bukannya cerita sesuatu yg jutaan tahun lalu ?

Kan, Candi ini paling-paling baru ratusan tahun kan ? Lantas mengapa candi ini
terkubur ….. Lah ya ini yang menarik, kan ?

Sesama LOGI (arkeologi dan geologi) keduanya merupakan ilmu tentang


masalalu. Keduanya kalau dikombinasikan tentunya menjadi ilmu hidup masa
lalu yg sangat mungin bisa dipakai utk hidup masa kini. Candi merupakan
peninggalan kehidupan manusia masa lalu, batuan yg menutupi bisa dikaji oleh
ahli geologi.
CANDI KEDULAN

Situasi penggalian Candi


Kedulan
Lokasi candi terletak dalam
koordinat Lintang Utara
07.44.33,7 dan Bujur Timur
110.28.11,1, sekitar tiga
kilometer arah barat laut Candi Prambanan. Situs tersebut dikelilingi sawah dan
ladang, sementara rumah penduduk tampak dalam radius sekitar 300 meter.
Situs candi Kedulan diketemukan pertama kali pada tahun 1993 oleh para
penggali pasir. Karena disekitar lokasi ini banyak sekali endapan pasirnya.
Endapan pasir inilah yg mengubur candi Kedulan selama ini.

Secara arkeologis Candi Kedulan merupakan satu-satunya temuan yang benar-


benar komplet, meskipun sudah roboh karena terbenam pasir.

Mengapa candi ini ditinggalkan ?

Dari hasil penelitian geologi yang dilakukan oleh Pak Subagyo dkk dari Geologi
UGM diketahui candi tersebut terpendam karena tertutup aliran lahar dari
letusan Gunung Merapi yang terjadi dalam beberapa periode. Dilihat dari jenis
tanah yang menutup candi yang kini telah dibuka atau dilakukan pengerukan,
terlihat ada 13 lapis. Beberapa lapisan diketahui berupa endapan lahar,
sehingga diperkirakan lahar yang mengubur candi tersebut berasal dari 13 kali
letusan Gunung
Merapi.

Profil penggalian candi


Namun ada sesuatu yg
menarik dari
penampang susunan
batuan (stratigrafi) di
lokasi ini. Terlihat
adanya bekas pohon
yg dijumpai pada
lapisan yg sama
dengan elevasi dasar
candi. menurut para ahli arkeologi, bahwa pada lokasi hampir di semua candi
tidak dijumpai pohon yg terletak pada kompleks candi. Pohon biasanya ada di
luar candi. Namun mengapa ada pohon didalam kompleks candi ini ? Apakah
candi ini berbeda dari candi yg lain ? Dari hasil rekonstruksi sementara
menunjukkan bahwa candi ini mirip dengan Candi Sambisari yg terletak dekat
(2 Km) dengan lokasi candi ini. Dengan demikian candi ini sudah ditinggalkan
(tidak dipakai) sebelum adanya endapan lahar yg menguburnya.

Coba perhatikan gambar penampang runtuhan diatas itu. Terlihat bahwa Pohon
terletak dibawah endapan lahar kan ? Ini diinterpretasikan bahwa candi
tersebut ditinggalkan bukan karena dikubur oleh lahar. Namun ditinggalkan
sebelum terkena lahar ?

Lantas apa yg menjadikan alasan mengapa Candi Kedulan ini ditinggalkan ? ….


“lah iya ini mau dijelasin, jangan buru-buru soalnya critanya menarik nih …”
Bagian dasar dari candi ini rusak berat. Bagian dasarnya hancur. Dan ada satu
hal yg menarik adalah diketemukannya sebuah lingga (arca) dibagian luar dari
pagar kompleks candi yang mungkin merupakan salah satu tanda adanya usaha
memindahkan candi-candi ini sebelum terkubur. Jadi apa yg membuat candi ini
ditinggalkan ?

Apakah terkena runtuhan (longsoran) ?

Kalau dilhat dari morfologi permukaan serta batuan yg menguburnya jelas candi
ini tidak terkena longsoran. karena secara topografis berada pada punggungan
bukit. Endapan longsoran juga tidak dijumpai pada lapisan-lapisan batuan
penutup yg mengubur candi ini. Bahkan yg mengubur berupa endapan lahar.
Namun adanya pohon seperti dijelaskan diatas menunjukkan bahwa Candi
Kedulan telah ditinggalkan sebelum adanya lahar.

Apakah karena Gempa ?


Kenampakan
candi
Kalau dilihat dari
struktur dasar
candi terlihat
bahwa struktur
dasar candi ini
bergelombang
dimana batuan-
batuan dibagian
dasarnya rusak
berat dan
berantakan.
Disinilah mungkin kuncinya. Candi ini ditinggalkan akibat adanya gempabumi
besar yg terjadi di sekitar Jogja. Candi ini ditinggalkan bukan karena terkena
lahar merapi, bukan pula akibat longsoran. Selama ini kita melihat merapi
sangat aktif. Tentunya banyak potensi bencana dari aktifitas Gunung Merapi.
Namun ternyata tidak selalu merapi merupakan penyebab mengapa sebuah
candi ditinggalkan atau tidak dipakai lagi.

Bagaimana tinjauan geologi kegempaannya ?


kebetulan saya juga mendengar presentasinya Pak Danny Hilman yang ahli
kegempaan Sumatra iini juga telah melihat dan menelitikegempaan Jogja dan
sekitarnya . Apa salah satu kesmpulan yg dijumpainya, ternyata sangat
menarik.

Daerah Sumatra merupakan daerah yg memilki kegempaan cukup sering


bahkan sangat aktif, dengan frekuensi sangat sering ini menjadikan Sumatra
sering menjadi objek penelitian tentang gempa selama ini. Banyak sekali
gempa-gempa berkekuatan sedang (4-5 M) terjadi disepanjang Patahan
Sumatra, Patahan Mentawai, juga pada zona penunjaman dimana salah satunya
penyebab tsunami Aceh (Desember 2004) dan Tsunami Mentawai (Maret 2005).
Walupun juga banyak gempa-gempa besar di Sumatra gempa-gempa kecil juga
sering terjadi disini.
Sedangkan Jogja dan sekitarnya, termasuk Jawa bagian selatan dan juga zona
penunjaman kerak tektoniknya merupakan daerah yg lebih jarang frekuensinya
dibanding yang ada di Sumatra. Frekuensinya barangkali 150-200 tahun sekali
namun ketika terjadi gempa seringkali berukuran diatas 6/7 SR. Bahkan gempa
tahun 1867 yang merusak Taman Sari diselatan Jogja itu diperkirakan
berkekuatan 8 MW. Sebuah gempa yg sangat kuat kan ? Ya, perkiraan ini
didasarkan atas kerusakan Taman Sari (di selatan Pasar Ngasem Jogja) juga
adanya korban hingga 500 orang. Memang sepertinya hanya 500 orang korban
meninggal tetapi pada kala itu tentunya Jogja belum sepadat saat ini kan ?

Berikut update dari komentar dari Mbak Sri Mulyaningsih yang mengambil
doktor dari Candi Kedulan.

Sebagai bahan tambahan, saya ingin berpendapat ada periode dari penggunaan Candi
Kedulan. Periode yang pertama adalah pada kisaran waktu abad ke 3-6, bangunannya
ada di sisi selatan dari bagunan utama (sekarang sudah agak nongol di permukaan).
material yang mengubur dasar candi ini adalah endapan pyroclastic surge dalam 3
lapisan, yang masing-masing dibatasi oleh lapisan tipis paleosol, endapan tersebut
masing-masing berumur 1445+/-50 yBP, 1175+/-50 yBP dan 1060+/-40 yBP. Periode
ke II yaitu Candi yang berada di utaranya. dari prasasti yang ditemukan, candi ini
pernah direnovasi pada abad ke 8-9M. Kemudian candi ini tertimbun dan digali lagi
pada 940+/-100 yBP (menimbun dasar candi di sisi tenggara). Selanjutnya candi
terkena gempabumi, sehingga lantai dan pondasinya menjadi bergelombang dan
sebagian besar batucandi (bahkan arca) terlempar bahkan sejauh 5 m ke selatan-
baradaya. candi selanjutnya dibiarkan saja, hingga terkena awan panas pada 1285 M
(740+/-50 yBP). Lalu permukaan
Kedulan naik hingga pada halaman dalam Candi yang selanjutnya tumbuh pohon Aren
dan Jokong, dan berikutnya secara berulang-ulang tertimbun lahar dalam 4 periode,
yaitu 1587 M (360+/-50 yBP, 240+/-50 yBP, 200+/-50 yBP dan unknown date pada
lapisan fluvium teratas).

Mudah-mudahan dapat membantu.

Salam
Sri Mulyaningsih (pernah disertasi di candi Kedulan)
Mungkin saja patahan-patahan di Sumatra ini relatif “licin” ya jadinya
bergeraknya lebih sering. Sedangkan di Jawa karena penunjamannya frontal.
Coba perhatikan gambar arah gerakan plate di Selatan Sumatra (yg miring)
dengan benturan jawa yg relatif membujur barat-timur.

Tamansari
Jogja yg
hancur oleh
gempa 10
juni 1867

Tamansari
setelah
direnovasiRer
untuhan
Taman Sari
Yogyakarta
akibat gempa
Taman Sari
ini dulunya
sangat indah dimana sebuah taman yang dilengkapi dengan laut buatan dan
juga adanya Masjid serta terowongan yang tentusaja elevasinya dibawah
elevasi air dari laut buatan ini. Sketsa gambar Tamansari ini tentunya cukup
indah seperti yg digambarkan pada sebuah kitab Kuno di Surakarta. Dan juga
coba tengok ketika Nyi Laras kesana awal Agustus lalu. Di sebelah kiri ini
sebagian taman sari yang sudah direnovasi sedangkan sebelah kanannya
reruntuhan sebagian tamansari yang ditinggalkan akibat gempa Jogja 10 Juni
1867. Namun pada tahun 2003, sebuah yayasan pelestarian seni-budaya dari
Portugal bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3)
dan Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogja, telah
merehabilitasi Tamansari. Karenanya saat ini Tamansari telah kembali indah
dan lebih menarik untuk dikunjungi.

Keindahan Tamansari ini merupakan salah satu bukti tingginya peradaban


dan teknologi Jawa yg hilang.

Jadi kita dapat belajar dari Candi Kedulan dan juga Taman Sari, bahwa
ancaman bebncana alam di Jogja dan sekitarnya yg paling berbahaya dan
mengancurkan mungkin saja adalah bahaya gempabumi. Sesuatu yg kalau aku
dulu sebelumnya ditanya, mengapa kok kita tidak pernah belajar gempa dari
sejarah ? aku hanya menjawab “Simbahku ora ngalami, bapakku yo ora
ngandani, aku yo terus ora ngerti” (kakekku tidak mengalami, bapakku juga
tidak menceriterakan, dan aku jadi tidak tahu). Ini semua karena frekuensi
gempa merusak di Jogja sangatlah jarang, frekuensi terjadinya 150-200
tahunan sekali. Dah, mulai sekarang kita harus rajin mencatat dan membaca
catatan-catatan lama tentang kehidupan kita sendiri dimasa lampau. Ya, untuk
bekal hidup (survival) dimasa mendatang tentunya.

Referensi :

Subagyo Pramumijoyo, Wartono Rahardjo, 2006, Firld trip guide book during the
International Simposium on Geoscience Education and Geohazard in Jogjakarta.
Candi Morangan - Sleman
Terletak di dusun morangan, Desa sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman,
DIY. situs ini hanya berupa sisa reruntuhan bangunan candi yang hingga kini masih dalam
tapak konservasi.

situs ini memiliki sebuah tinggalan berupa arca dan reruntuhan candi. tepatnya 2 reruntuhan
candi yaitu candi induk dan candi perwara.

Candi ini ditemukan sejak zaman penjajahan Belanda. Setelah Belanda meninggalkan
Indonesia candi ini kembali tertutup tanah. Pihak SPSP DIY pernah melakukan ekskavasi pada
tahun 1982. Ekskavasi yang dilakukan oleh SPSP DIY ini berhasil menampakkan 2 buah
bangunan candi yakni candi induk dan candi perwara. Hingga saat ini candi induk pun belum
seluruhnya dapat disingkap dan baru dapat digali sekitar tiga perempat bagian saja.

Bentuk Candi
Candi induk Morangan menghadap ke barat berbilik satu dan
berdenah bujursangkar. Secara lengkap candi induk Morangan terdiri atas kaki, tubuh, dan atap
candi. Pembagian tersebut dalam agama Hindu melambangkan tiga alam yaitu bhurloka,
bhuvarloka, dan savarloka.

Pada Candi Morangan ditemukan pula yoni dengan ukuran yang cukup besar. Sedangkan
lingga yang seharusnya ada dan menjadi pasangan dari yoni tidak ditemukan lagi. Pada
kompleks candi Morangan ini juga ditemukan pula arca resi dan sejumlah arca lain di dalam
relung-relung candi. Saat ini relung tersebut kosong karena arca-arca di dalamnya telah
diamankan untuk mencegah pencurian.

Selain itu juga ditemukan patung Nandi atau sapi dalam posisi mendekam. Nandi atau
Nandiswara adalah lembu yang menjadi kendaraan dari dewa Siwa dalam mitologi Hindu.
Candi yang mempunyai arca Nandi biasanya dikategorikan sebagai candi untuk pemujaan
agama Hindu Siwa.

Karena bentuk bangunan candi Morangan ini belum tersusun utuh, maka bentuk bangunan
belum dapat dilihat sepenuhnya. Meski begitu, pengunjung bisa mengamati relief-relief yang
tidak kalah menariknya. Berikut ini relief yang terdapat di dinding candi Morangan:

Pertama relief dua laki-laki mengapit tumpukan bunga-bungaan. Relief ini menggambarkan
salah satu adegan dalam upacara keagamaan. Bunga merupakan salah satu unsur penting
dalam pemujaan agama Hindu.

Kedua relief dua wanita mengapit kendi besar dengan membawa kendi-kendi kecil. Relief ini
menggambarkan salah satu adegan dalam upacara keagamaan. Kendi adalah tempat air suci
yang dianggap dapat membersihkan noda dan dosa.
Ketiga dua wanita menunggang gajah. Relief ini menggambarkan dua orang wanita
menunggang gajah.Gajah adalah binatang istimewa karena pada zaman dulu hanya seorang
raja yang boleh memilikinya sebagai simbol kemegahan kerajaan.

Keempat tiga resi membawa pustaka (kitab suci) fan uptala (teratai biru)

Kelima relief kepala dalam relung. Relief ini merupakan hiasan yang terdapat pada bagian atap
candi. Relief seperti ini juga terdapat di candi Gebang.

Keenam relief ayam jantan disangga gana. Gana, atau sering juga disebut Syiwaduta, adalah
makhluk kecil pengiring Syiwa. Sedangkan ayam jantan melambangkan kekuatan, keberanian
dan kesuburan. Selain itu dalam kehidupan keagamaan, sering digunakan sebagai hewan
korban.

Berlatar Belakang Candi Hindu

Candi morangan merupakan salah satu candi Hindhu yang ditemukan sekitar tahun 1982.
Candi ini ditemukan terkubur dalam tanah sedalam sekitar 6,5 m. Melihat ciri-ciri ragam hias
pada arca Candi Morangan yang mirip dengan Candi Prambanan, maka diduga usia Candi
Morangan yakni pada abad 9 M.

Read more: http://warnainfo.blogspot.com/2012/06/candi-morangan-sleman.html#ixzz5AI3fkwzl


Candi Kedulan - Terkubur lahar 13 kali letusan Merapi
Diposting oleh agung novanto , di 06.55

Lokasi Candi dalam proses rekonstruksi

CANDI KEDULAN terletak dalam koordinat Lintang Utara 07.44.33,7 dan Bujur Timur

110.28.11,1, sekitar tiga kilometer arah barat laut Candi Prambanan. Situs tersebut dikelilingi

sawah dan ladang, sementara rumah penduduk tampak dalam radius sekitar 300 meter. Candi

Kedulan mempunyai tipe seperti halnya candi Sambisari yang terletak di dusun Sambisari,

Purwomartani Kalasan Sleman. Data otentik berkenaan dengan latar belakang sejarah Candi

Kedulan, berupa prasasti ataupun naskah kuno, sampai saat ini belum ditemukan.

Bentuk arsitektur candi tersebut mirip Candi Sambisari, tapi dengan seni hias yang lebih kaya.

Dari segi hiasannya, justru mendekati hiasan Candi Ijo (Dusun Groyokan, Sambirejo Prambanan)

dan Candi Barong (Dusun Candisari, Sambirejo Prambanan). Kala itu tak ada yang mengira

bahwa tanah bengkok di Bulak Perung Dusun Kedulan, Kelurahan Tirtomartani, Kalasan Sleman,

Yogyakarta, menyimpan harta yang amat berharga. Gara-gara pemanfaatan tanah kas desa

yang tidak begitu subur lantaran dipenuhi pasir itu, apa yang tersimpan di bawah permukaan

tanah itu menjadi terkuak. Penambangan pasir di lokasi tersebut telah menghasilkan temuan

situs candi, yang kemudian dinamai Candi Kedulan, sebuah peninggalan kebudayaan Hindu

antara abad VIII dan X.


Gambaran lokasi Candi

Hari Jumat 4 September 1993, 13 penambang menemukan susunan batu-batu candi ketika

menggali tanah untuk urug pada kedalaman tiga meter. Dari hasil observasi geologi, diketahui

candi tersebut terpendam karena tertutup aliran lahar dari letusan Gunung Merapi yang terjadi

dalam beberapa periode. Dilihat dari jenis tanah yang menutup candi yang kini telah dibuka atau

dilakukan pengerukan, terlihat ada 13 lapis jenis lahar, sehingga diperkirakan lahar yang

mengubur candi tersebut berasal dari 13 kali letusan Gunung Merapi.

Lokasi Candi pada waktu pengerukan


Dari hasil rekonstruksi diketahui bahwa bangunan Candi Kedulan mempunyai sebuah candi induk

berdenah bujur sangkar dan tiga buah candi perwara di sisi timur candi induk. Diperkirakan

candi ini memiliki pagar halaman I dan II, namun sampai sekarang baru ditemukan pagar

halaman I di sisi utara-selatan. Candi induk mempunyai ukuran lebih kecil dari kaki candi yaitu 4

x 4 m. Tubuh candi mempunyai bilik yang berisi lingga dan yoni dengan pintu masuk di sebelah

timur. Sedangkan pada kanan kiri pintu masuk terdapat relung berisi Arca Mahakala dan

Nandiswara.

Candi induk

Cerat yoni mengarah ke utara dan pada dinding utara di bawah relung ditemukan lubang

(saluran air) menuju selasar.Meskipun bagian tubuh dan atap candi yang belatar belakang

agama Hindu ini belum selesai disusun, namun Candi Kedulan tetap menarik untuk dikunjungi.

Tak seperti umumnya candi lain yang didirikan di atas bukit, candi ini justru berada di bawah

permukaan tanah dengan kedalaman kurang lebih 8 m. Keadaan seperti ini mengingatkan akan

Candi Sambisari yang juga berada di bawah permukaan tanah. Jika kelak Candi Kedulan telah

dipugar pastilah candi ini terlihat sangat cantik. Sebab selain letaknya yang unik, candi ini

memiliki relief-relief yang sangat indah. Selain berhiaskan kala makara dan dewa-dewa, dari

batuan-batuan yang belum selesai disusun ini kita dapat melihat relief semacam motif batik yang

nampak dikerjakan dengan sangat detail.

Alamat : Kalasan, Sleman, Yogyakarta, Indonesia

Koordinat GPS : S7°44'12.7" E110°28'13.2"

Anda mungkin juga menyukai