Anda di halaman 1dari 1

GEOWISATA PERBUKITAN JIWO : UPAYA KONSERVASI WARISAN GEOLOGI BERUPA SITUS-

SITUS BATUAN METAMORF DI BAYAT, KLATEN


Zilmi Nugroho
Defiska Andang Nugraha
Rizka Amalia
I Gusti Bagus Eddy Sucipta
Adapun titik-titik geowisata yang dikelompokkan berdasarkan situs-situs batuan metamorf yang diteliti
PENDAHULUAN adalah sebagai berikut :
1. Situs Filit Grafit dan Marmer di Daerah Jokotuo
Perbukitan Jiwo terletak di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Litologi penyusun Sekitar 800 meter sebelah tenggara singkapan filit grafit dan marmer di titik G7 terdapat geowisata yang sedang
Perbukitan Jiwo sangat bervariasi dan memiliki keunikan tersendiri, di antaranya terdapat batuan beku intrusi dikembangkan bernama Kawah Putih Negeri Dongeng. Nama tersebut tidak ada kaitannya dengan morfologi
maupun ekstrusi, batugamping foraminifera, dan batuan metamorf. Oleh karena itu, Perbukitan Jiwo kerap gunungapi atau aktivitas vulkanisme, melainkan geowisata tersebut memanfaatkan morfologi bukit yang tersusun
dijadikan tempat pengambilan data untuk penelitian dan pemetaan geologi. Fokus pada penelitian ini adalah terkait dari batugamping dan marmer. Batugamping packstone (Dunham, 1962) menyusun sebagian besar geowisata
batuan metamorf karena proses pembentukan dan tersingkapnya membutuhkan kondisi yang lebih kompleks serta tersebut. Orientasi batugamping tersebut memiliki kemiringan ke arah selatan. Pada bagian kecil di sekitar
geowisata dijumpai batugamping yang sudah muncul tanda adanya kristalisasi. Terdapat beberapa bukit yang
keterdapatannya lebih jarang dijumpai dibandingkan jenis batuan lainnya.
dapat digunakan untuk menikmati panorama sekitar.
Tidak sedikit batuan metamorf yang tersingkap di daerah Bayat dan ditemukan di daerah bertebing maupun 2. Situs Marmer dan Sekishijau di Desa Kebon
di tanah milik warga sekitar. Namun, tidak semua warga mengerti pentingnya singkapan tersebut bagi keilmuan Geowisata yang terdapat di sekitar singkapan marmer dan sekishijau adalah Puncak Arjuna dan Bukit Pertapan.
geologi. Beberapa singkapan sudah tidak ideal dari segi kondisi dikarenakan telah dikubur oleh warga atau karena Puncak Arjuna yang ditandai oleh titik G4 terletak di sebelah tenggara sekitar 500 meter dari lokasi singkapan.
aktivitas penambangan. Terdapat juga singkapan yang letaknya sulit untuk dijangkau sehingga apabila terus Suguhan panorama yang indah dapatdiamati ketika sudah mencapai puncak yang berada di ketinggian sekitar 175
dibiarkan, kondisi singkapan akan semakin lapuk dan tertutupi oleh tanah. mdpl. Kemudian, Bukit Pertapan yang ditandai oleh titik G3 terletak di sebelah barat daya sekitar 1,2 kilometer
dari lokasi singkapan. Bukit Pertapan tersusun dari batuan metamorf dan dapat dijumpai beberapa potongan
sekishijau. Di puncak Bukit Pertapan yang berada di ketinggian sekitar 225 mdpl, terdapat tiga gardu pandang
TUJUAN untuk melihat panorama di sekitar Bukit Pertapan. Selain itu, juga terdapat peninggalan untuk melakukan semedi
Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk menggali potensi geowisata di Perbukitan Jiwo sebagai upaya dari Panembahan Menang Langse yang merupakan cucu dari Sunan Pandanaran.
3. Situs Serpentinit, Skarn, dan Marmer di Daerah Pagerjurang
menjaga kelestarian situs-situs singkapan geologi yang ada, terutama batuan metamorf. Upaya konservasi berupa
Singkapan serpentinit, skarn, dan marmer terletak di sebelah barat Gunung Jabalkat. Selain terdapat singkapan
konsep geowisata dapat dikembangkan dengan baik mengingat morfologi di daerah tersebut didominasi oleh
batuan metamorf, di daerah Gunung Jabalkat juga dapat ditemukan singkapan intrusi batuan beku. Aktivitas
perbukitan dan menyajikan potensi wisata yang dapat dipadukan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
penjelajahan dapat dilakukan di Gunung Jabalkat karena medan tidak terlalu sulit dan dapat menikmati panorama
masyarakat setempat. Selain sebagai sarana kegiatan interaktif, geowisata memuat kegiatan yang bersifat di sekitar Gunung Jabalkat yang memukau. Kemudian, ketika sudah mencapai puncak Gunung Jabalkat (Titik G1)
edukatif terutama dari aspek keilmuan geologi. Dalam paper ini, akan disajikan peta bernama “Bayat dengan ketinggian sekitar 250 mdpl, terdapat petilasan dari Sunan Pandanaran yang merupakan tokoh penyebar
Metamorphosites” yang memuat lokasi situs-situs batuan metamorf serta zonasi potensi geowisata yang sedang agama Islam di Jawa semasa Kerajaan Demak. Di daerah Pagerjurang juga berkembang industri gerabah sehingga
dan dapat dikembangkan. daerah tersebut dijadikan kawasan desa wisata oleh pemerintah daerah setempat yang ditandai dengan titik G2.
Berkembangnya industri gerabah oleh masyarakat lokal dapat meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat sekitar
LOKASI dan berimbas pada pendapatan daerah melalui sektor pariwisata. Kemudian, tidak kalah penting untuk
mengintegrasikan antara industri gerabah, wisata budaya petilasan Sunan Pandanaran, dan suguhan panorama
Perbukitan jiwo terbagi menjadi dua wilayah yang terpisahkan oleh Sungai Dengkeng, yaitu Perbukitan Jiwo yang indah melalui penjelajahan Gunung Jabalkat menjadi kawasan geowisata di daerah Pagerjurang.
Barat dan Perbukitan Jiwo Timur. Perbukitan Jiwo memiliki luas sekitar 20 km2 dengan beberapa puncak yang 4. Situs Filit Mika di Daerah Watuprahu
elevasinya kurang dari 400 m di atas permukaan air laut sehingga dapat dikategorikan sebagai perbukitan rendah. Singkapan filit mika berada di kawasan wisata Watuprahu. Kawasan wisata tersebut terdiri dari Taman
Watuprahu yang diapit oleh geowisata Bukit Cinta di sebelah utara dan Gunung Pendul di sebelah selatan. Selain

TINJAUAN PUSTAKA terdapat filit mika, di daerah Taman Watuprahu juga dapat dijumpai beberapa singkapan batugamping nummulites
dan intrusi batuan beku. Dengan berkembangnya kawasan wisata Watuprahu, dapat membuka peluang usaha yang
Batuan tertua di Perbukitan Jiwo, Bayat merupakan batuan metamorf yang berderajat rendah dengan fasies dapat dilakukan oleh warga sekitar seperti membuka warung makan, menjadi jasa wisata, dan menyediakan sarana
greenschist seperti filit, sekis mika, sekis kalk-silikat, dan marmer dengan arah foliasi NE-SW (Warmada, bermain untuk anak-anak.

Sudarno, dan Wijanarko, 2008). Batuan tersebut merupakan basement dari sedimentasi yang berlangsung pada 1) Gambar 1. a. dan b. Bukit batugamping yang berada
di Kawah Putih Negeri Dongeng. c. Situs filit grafit
3) Gambar 3. a. Panorama sekitar
Gunung Jabalkat. b. Petilasan Sunan
Pandanaran di puncak Gunung
zaman Tersier (Warmada, Sudarno, dan Wijanarko, 2008). Berdasarkan dating umur sampel sekis dengan metode dan marmer di Jokotuo. Gambar merupakan hasil
Jabalkat. c. Salah satu toko industri
dari dokumentasi lapangan penelitian.
gerabah yang berkembang di
radiometri K-Ar yang dilakukan Prasetyadi (2007), batuan metamorf di daerah Perbukitan Jiwo memiliki umur Pagerjurang. d. Situs marmer dan
skarn di Pagerjurang. e. Situs
98 juta tahun yang lalu. serpentinit di Pagerjurang. Gambar
Sisi pandang sejarah geologi Perbukitan Jiwo, Bayat memiliki banyak pendapat yang berbeda yang 2) merupakan hasil dari dokumentasi
lapangan penelitian.
menimbulkan perdebatan. Hal yang menjadi perdebatan adalah status daerah Perbukitan Jiwo, Bayat yang
diragukan sebagai zona subduksi pada tenggara Sundaland berumur Kapur Awal yang menerus dari Luk Ulo,
Karangsambung. Setiawan, Osanai, dan Prasetyadi (2013) memperkirakan Perbukitan Jiwo merupakan zona
Gambar 2. a. Tempat bertapa Panembahan Menang 4)
Langse di Bukit Pertapan. b. Situs sekishijau dan
marmer di Desa Kebon. c. Salah satu gardu pandang
kompleks subduksi yang merupakan bagian dari subduksi berumur Kapur Awal berdasarkan kehadiran sekis biru
dan panorama sekitar Bukit Pertapan. d. Panorama
yang dijumpai di daerah Pagerjurang. Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Satyana (2014) yang dari Puncak Arjuna. Gambar merupakan hasil dari
dokumentasi lapangan penelitian.
menjelaskan bahwa Perbukitan Jiwo bukan merupakan kemenerusan dengan Komplek Luk Ulo yang merupakan
bagian dari subduksi berumur Kapur. Hal tersebut berdasarkan tidak adanya blok tektonik dari ofiolit, sedimen Gambar 4. a. Panorama dari puncak Gunung Pendul. b. Kondisi wisata di Taman Watuprahu. c.
Panorama dari puncak Bukit Cinta. d. Situs filit mika di Watuprahu. Gambar merupakan hasil dari
laut dalam seperti radiolaria dan rijang, serta tidak adanya mélange. dokumentasi lapangan penelitian.

METODE
KESIMPULAN
Pada dasarnya, penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pengambilan data dan analisis data. Pada
tahap pengambilan data, dilakukan pengumpulan data sampel batuan metamorf melalui survey langsung di lima Sebanyak lima lokasi singkapan batuan metamorf pada empat daerah penelitian di Bayat telah dilakukan
pendataan dan dimasukkan ke dalam peta “Bayat Metamorphosites”. Singkapan-singkapan tersebut merupakan
titik lokasi singkapan pada empat daerah penelitian. Kemudian, dilakukan pencatatan koordinat dalam sistem
sebagian kecil dari keseluruhan singkapan batuan metamorf yang berada di Bayat. Dengan dibuatnya peta
UTM pada setiap lokasi singkapan. Selain pengumpulan data sampel batuan metamorf, juga dilakukan identifikasi
“Bayat Metamorphosites” yang didalamnya memuat informasi lokasi singkapan batuan metamorf diharapkan
geomorfologi pada daerah penelitian. Pada tahap analisis data, dilakukan deskripsi sampel batuan metamorf serta dapat menunjang kegiatan penelitian terkait keilmuan geologi di daerah tersebut.
analisis potensi geowisata dengan melihat morfologi daerah penelitian dan dipadukan dengan kondisi sosial, Selain terdapat informasi mengenai lokasi-lokasi singkapan batuan metamorf, peta “Bayat
ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar. Selain itu, juga dilakukan studi literatur mengenai geologi regional Metamorphosites” juga memuat titik-titik geowisata dan zonasi potensi geowisata yang sedang ataupun dapat
dikembangkan. Hal tersebut diharapkan mampu memperkenalkan pariwisata di Bayat yang mengangkat konsep
daerah penelitian dan pengembangan potensi geowisata untuk menunjang pembahasan topik penelitian.
geowisata dan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.
Konsep geowisata yang diangkat mencoba menyelaraskan antara fitur geologi yang ada dengan kondisi sosial,
PEMBAHASAN ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar. Dan pada akhirnya, upaya konservasi, terutama terhadap situs-situs
batuan metamorf, dapat dilakukan dengan baik melalui kegiatan yang edukatif dan interaktif dalam konsep
Setelah data berhasil dikumpulkan dan sampel batuan metamorf telah diidentifikasi, kemudian data koordinat geowisata di Bayat.
lokasi singkapan dimasukkan ke dalam peta “Bayat Metamorphosites”. Selain terdapat titik-titik lokasi
singkapan batuan metamorf, peta “Bayat Metamorphosites” juga terdapat titik-titik geowisata di sekitar lokasi
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.ugm.ac.id/274758/1/OGE-1_GEOWISATA%20PERBUKITAN%20JIWO%20%20UPAYA%20KONSERVASI%20W
singkapan batuan metamorf, akses jalur yang dapat ditempuh ke lokasi singkapan batuan metamorf, dan zonasi
ARISAN%20GEOLOGI%20BERUPA%20SITUS-SITUS%20BATUAN%20METAMORF.pdf
potensi geowisata yang dapat dikembangkan. Titik-titik lokasi singkapan batuan metamorf beserta akses jalur
menuju singkapan tersebut dapat mempermudah pencarian lokasi singkapan sehingga dapat menunjang kegiatan
penelitian seputar keilmuan geologi lebih lanjut.
Zonasi potensi geowisata merupakan pembagian zona atau daerah mengenai potensi dari aspek-aspek
OLEH
geowisata yang dapat dikembangkan dan didasarkan pada aspek kuantitatif, seperti interpretasi geomorfologi dan TRIVENNA A ORAT MANGUN
12.2016.1.00277
kondisi geologi, serta aspek kualitatif yang berkaitan dengan pemanfaatan dari morfologi suatu daerah dengan
menyesuaikan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar. TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai