(BELAJAR)
Otak Kiri, Pada individu dengan pola belajar memakai otak kiri walau
dapat membaca cepat, belum tentu pemahamannya baik. Untuk
memahami apa yang dibaca, harus dengan membaca perlahan (silent) dan
pelan-pelan (slowly) sehingga kata tersebut masuk ke dalam pikirannya.
Otak Kanan, Proses berpikir pada individu dengan otak kanan adalah
secara visual dan spasial (penglihatan dalam ruang). Orientasi visualnya
yang multidimensi membuat kecenderungan untuk melakukan kesalahan
dan menyalin huruf dan angka.
3. Menguraikan beberapa dimensi perubahan kognitif dan perilaku sebagai hasil belajar
Jawab : Perilaku yang diakibatkan perubahan kognitif/kematangan :
Kematangan termasuk pengalaman. Kematangan bisa mengubah tingkah
laku dan perubahan tingkah laku akibat kematangan juga berlangsung lama
sekali. Tetapi perubahan tingkah laku akibat kematangan bukan termasuk
belajar. Contohnya : anak anak berubah dari tidak bisa berjalan menjadi bisa
berjalan. Anak-anak tersebut tidak membutuhkan teknik-teknik berjalan.
Secara instinskif, dia bisa berjalan ketika sudah tiba waktunya. Yang
dibutuhkan anak untuk berjalan hanyalah kesempatan,lingkungan,fasilitas.
6. Gunakan tori kognitif Piaget, teori psikososial Erikson dan teori perkembangan moral
Kohlberg untuk menganalisis perkembangan seorang siswa di SMP yang Anda
tentukan sendiri. Ambil kesimpulan tentang kualitas perkembangannya apakah
terlambat, sesuai atau cepat. Beri penjelasan tentang acuan yang Anda pakai untuk
mengambil kesimpulan tersebut!
Jawab : Dunia anak SMP masih termasuk dunia yang labil, masih tergolong masa
pancaroba, sehingga jika salah arah akan mengakibatkan anak SMP terjerumus ke hal
negatif.
a. Perkembangan Kognitif
Pada tahap ini daya piker anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional
dan objektif, memiliki daya ingat yang masih kuat. Dalam tahap ini anak sudah mulai
dapat membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya
b. Perkembangan Psikososial
Pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan-
perbuatan yang membuahkan hasil. Anak sudah siap meninggalkan rumah dan
orangtua nya dalam waktu terbatas yaitu pada saat anak berada disekolah. Melalui
proses pendidikan ini anak belajar untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan
orang lain, saling member dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan-peraturan
yang berlaku dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan
teman.
c. Perkembangan moral
Pada tahap ini anak tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku , remaja mulai
bertanya tentang kebenaran dari susatu yang selama ini diterimanya. Pada tahap ini
anak sering melihat adanya kejanggalan antara yang mereka percayai dahulu dengan
kenyataan disekitarnya kemudian mereka mulai mempertanyakan dan memcari tau
jawabannya. Sehingga sering remaja menemukan susuatu yang berbeda dengan apa
yang diajarkan dan kenyataan yang mereka lihat sehingga terjadi konflik nilai pada
diri mereka. Dan saat inilah seorang remaja akan terjatuh jika dia tidak dapat
menemukan jawabannya sehingga terjadi kenakalan-kenakalan remaja yang
disebabkan oleh hal baru yang mereka terima dan juga lingkungan sekitarnya.
7. Pada taraf manakah perkembangan identitas gaya hidup, identitas prestasi, identitas
religious Anda? Apakah Anda berada pada taraf diffused, foreclosed, moratorium,
achieved? Bagaimanakah kesiapan Anda berdasarkan perkembangan tersebut untuk
menjadi seorang guru?
Jawab :
Identitas diffusion. Orang tipe ini, yaitu orang yang mengalami kebingungan
dalam mencapai identitas. Ia tidak memiliki krisis dan juga tidak memiliki
tekad untuk menyelesaikannya. Ciri seseorang yang memiliki identitas ini
adalah : tidak mempunyai pilihan-pilihan yang dipertimbangkan secara
serius, tidak mempunyai komitmen, tidak yakin pada dirinya sendiri,
cenderung menyendiri, orang tua tidak mendiskusikan mengenai masa depan
dengannya, mereka sering bicara semua terserah mereka, beberapa dari
mereka tidak mempunyai tujuan hidup, cenderung tidak bahagia, sering
menyendiri karena kurangnya pergaulan.
Identitas foreclosure; identitas ini ditandai dengan tidak adanya suatu krisis,
tetapi ia memiliki komitmen atau tekad. Sehingga individu seringkali
berangan-angan tentang apa yang ingin dicapai dalam hidupnya, tetapi
seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya. Akibatnya,
ketika individu dihadapkan pada masalah realitas, tidak mampu menghadapi
dengan baik. Bahkan kadang-kadang melakukan mekanisme pertahanan diri
seperti ; rasionalisasi, regresi pembentukan reaksi dan sebagainya.
Identitas moratorium ; identitas ini ditandai dengan adanya krisis, tetapi ia
tidak memiliki kemauan kuat (tekad) untuk menyelesaikan masalah krisis
tersebut. Ciri seseorang yang memiliki identitas moratorium adalah : dalam
keadaan krisis, ragu-ragu dalam membuat keputusan, banyak bicara, percaya
diri, tetapi juga mudah cemas dan takut, pada akhirnya mungkin akan keluar
dari krisis dengan kemampuannya membuat komitmen.
Identitas achievement ; seorang individu dikatakan telah memiliki identitas,
jika dirinya telah mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu
menghadapinya dengan baik. Justru dengan adanya krisis akan mendorong
dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikannya dengan
baik. Walaupun kenyataannya ia harus mengalami kegagalan, tetapi bukanlah
akhir dari upaya untuk mewujudkan potensi dirinya.
Bila dilihat dari ciri – ciri keempat identitas maka : identitas gaya hidup
berkembang pada taraf identitas achievment karena pada identitas ini remaja
telah mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu menghadapinya
dengan baik. Justru dengan adanya krisis akan mendorong dirinya untuk
membuktikan bahwa dirinya mampu menyelesaikannya dengan baik. Identitas
prestasi berkembang pada taraf identitas moratorium karena seseorang yang
memiliki identitas moratorium adalah : dalam keadaan krisis, ragu-ragu dalam
membuat keputusan, banyak bicara, percaya diri, tetapi juga mudah cemas dan
takut, pada akhirnya mungkin akan keluar dari krisis dengan kemampuannya
membuat komitmen. Identitas religius berkembang pada taraf identitas diffusion
kerena pemilihan tentang keyakinan religius bersumber dari orang tua dan orang
tua tidak pernah mendiskusikan hal tersebut pada anak.
Seorang guru haruslah memahami setiap taraf identitas agar identit dapat
mengembangkan identitas siswa sesuai d engan taraf perkembangannya sehingga
siswa dapat mengerti tugas – tugas perkembangannya.