Anda di halaman 1dari 18

SEDIAAN EMULSI

Emulsi
Definisi
 Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-bulatan kecil zat
cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005.
Halaman 376 )
 Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam
bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6 )
 Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III. Halaman
9)
 Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air dan
minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain ( sistem
dispersi, formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 )
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsiadalah sistem dua fase yang
salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil
dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Macam-macam emulsi
 Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak
bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
 Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis
efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan
efek lokal.
 Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan,
bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
(Syamsuni, A. 2006)
Tipe-tipe emulsi
 Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi
ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
 Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke
dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.
(Syamsuni, A. 2006)
Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan
 Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi lebih
banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan
akan terdispersi kembali.
 Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak
dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini
bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
b. Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
 Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya
sifatnya irreversible.
Komponen emulsi
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas
:
a. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.
b. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar ( bahan pendukung
) emulsi tersebut.
c. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :
 Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
 Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
 Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
 Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
 CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan
Emulgator alam
 Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas dan digerus
dnegan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit, lalu
diencerkan dengan air dan disaring dengan kasa.
 Adeps lanae
Emulgator mineral
 Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara Pembuatan diapaki 1%
 Bentonit : Cara Pembuatan 5% bentonit yang digunakan
Emulgator buatan/sintesis
 Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan eter
dengan oksi etilen, berikut macam-macam jenis tween :
a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan seperti minyak.
b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan seperti minyak.
c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat seperti minyak.
d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti minyak.
 Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span :
a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan
b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat seperti malam
c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak
B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet
Metode Pembuatan Emulsi
 Metode GOM kering 4:2:1
~ GOM dicampur minyak sampai homogen
~ Setelah homogen ditambahkan 2 bagian air, campur sampai homogen
 Metode GOM basah
~ GOM dicampur dengan air sebagian
~ Ditambahkan minyak secara perlahan, sisa air ditambahkan lagi
 Metode botol
~ GOM dimasukkan ke dalam botol + air, dikocok
~ Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus dikocok.
(Ansel, Howard. 2005)
Stabilitas Emulsi
 Jika didiamkan tidak membentuk agregat
 Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi
 Jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.
Evaluasi Sediaan Emulsi

 Organoleptis : Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari seeiaan emulsi pada penyimpanan
pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing 12 jam.
 Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman 1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti
prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu persatu.
Prosedur:
Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas
gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara
hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan dan
diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.
Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata
larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah
yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata
kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya
kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume
kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan
pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah
tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30
wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.
 Penentuan viskositaas: Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna
viskometer brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
 Daya hantar listrik : Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian
dihubungkan dengan rangkaian arus listrik. Jika mampu menyala maka emulsi tipe minyak
dalam air. Jika sistem tidak menghantarkan listrik maka emulsi tipe air dalam minyak.
 Metode pengenceran : Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas piala kemudian
diencerkan dengan air. JIka dapat diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air dan sebaliknya.
 Metode percobaan cincin: Jika satu tetes emulsi yang diuji diteteskan pada kertas saring maka
emulsi minyak dalam air dalam waktu singkat membentuk cincin air disekeliling tetesan.
 Metode warna : Beberapa tetes larutan bahan pewarna lain ( metilen ) dicampurkan ke
dalam contoh emulsi. Jika selurih emulsi berwarna seragam maka emulsi yang diuji berjenis
minyak dalam air, oleh karena air adalah fase luar. Sampel yang diuji bahan warna larut sudan III
dalam minyak pewarna homogen pada sampel berarti sampel tipe air dalam minyak karena
pewarna pelarut lipoid mampu mewarnai fase luar.

Contoh Resep
Resep standart
Fornas hal 13
R/ Oleum Ricini 30
PGA 10
Sach. Alb 15
Aqua ad 250

Resep rancangan
R/ Oleum Ricini 30
PGA 10
Sach. Alb 15
Pengaroma jeruk 10 gtt
Pewarna kuning qs
Aqua ad 250
S.1.dd.1.c.o.n
Monografi :
a) Oleum Ricini / Minyak Jarak (FI IV. Halaman 631)
Pemerian : cairan kental, transparan, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, bebas dari bau
asing dan tengik; rasa khas.
Kelarutan : larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol mutlak, dengan asam asetat glasial, dengan
kloroform dan dengan air.
Khasiat : laksativum / pencahar.
b) Gom Arab / Acasia (FI IV. Halaman 718)
Pemerian : serbuk, putih atau putih kekuningan; tidak berbau.
Kelarutan : larut hampir semua dalam air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam
jumlah sangat sedikit, dan memberikan cairan seperti mucilage, tidak berwarna / kekuningan,
kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut
dalam eter dan etanol. Terdiri dari 40% PGA yang dilarutkan dalam 1,5 bagian air.
c) Sacharum Album (FI III. Halaman 334)
Pemerian : hablur tidak berwarna, serta warna putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol 95% P.

Perhitungan Bahan
a) Oleum Ricini = 30 / 250 x 30 = 3,6 gram
b) PGA = 10 / 250 x 30 = 1,2 gram
Air untuk PGA = 1,2 x 1,5 = 1,8 mL
c) Sach. Alb = 15 / 250 x 30 = 1,8 gram
d) Pengaroma jeruk = 10 / 250 x 30 = 1,2 tetes = 2 tetes

Alat dan bahan


Alat : Bahan :
Mortir dan stamper Ol. Ricini
Timbangan dan anak timbangan PGA
Botol 50 mL Sach Alb
Etiket putih Aquadest
Cara pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan, dikalibrasi botol 30 mL.
2. Dibuat korpus emulsi dengan cara digerus 1,2 g PGA dalam mortir, ditambahkan 2,4 mL
ol.ricini, diaduk sampai terbentuk korpus emulsi dan tidak ada tetes minyak di mortir.
3. Ditambahkan sisa ol.ricini sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai dimortir tidak terlihat tetes
minyak.
4. Ditimbang sach alb 1,8 g diletakkan di cawan, ditambahkan aquades 1 mL air diaduk ad
homogen, dimasukkan ke mortir no.3.
5. Ditambahkan air sedikit demi sedikit ad encer, diaduk ad homogen.
6. Ditambahkan pewarna secukupnya, diaduk ad homogen.
7. Dimasukkan ke dalam botol, ditambahkan sisa aquades ad 30 mL + pengaroma jeruk 2 tetes,
dikocok ad homogen.
8. Botol diberi cup, diberi etiket putih dan tanda “kocok dahulu”.

Pembahasan :
Pada saat pembuatan emulsi ol.ricini dilakukan langkah – langkah sesuai dengan langkah
- langkah yang ada di cara pembuatan di atas. Hasilnya sediaan yang dibuat tercampur secara
homogen dan sesuai dengan yang diinginkan. Warna dan aroma sediaan yang dibuat juga sudah
sesuai. Maka cara pembuatan yang dirancang seperti di atas bisa digunakan untuk membuat
emulsi ol.ricini yang baik.

Resep standart
FMS hal 47
R/ Benzyl Benzoat 14
Emulgide 1,750
Ol. Sesami 1,750
Aq.ad 70
s.u.e
Resep Rancangan
R/ Ol. Olivae 14
Triethanolamine 1,4
Acid Stearic 5,6
Pengaroma Jeruk q.s
Pewarna Kuning q.s
Aqua ad 70
s.u.e

Monografi
a) Ol. Olivae/Ol. Olivarum (FI IV. Halaman 630)
Pemerian : minyak, berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan terang; bau dan rasa khas lemah dengan
rasa ikutan agak pedas.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol; bercampur dengan eter, dengan kloroform, dan dengan karbon
disulfida
Bobot jenis : 0,910 – 0,915
b) Triethanolamin (FI IV. Halaman 1203)
Pemerian : cairan tidak berwarna; berbau kuat amoniak.
Kelarutan : sukar larut dalam air; dapat bercampur dengan etanol, dengan eter, dan dengan air dingin.
c) Acidum stearicum/Asam stearate (FI III. Halaman 576)
Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak
lilin.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%), dalam 2 bagian kloroform P,
dalam 3 bagian eter P.
d) Ol. Sesami (FI III. Halaman 459)
Pemerian : cairan kuning pucat, bau lemah, rasa tawar.
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P.
Khasiat : emolien.
Bobot jenis : 0,916 – 0,921.

Kesulitan : sulit mengukur ol.sesami dan ol.olivarum dalam gram.


Usulan : karena bobot jenisnya mendekati 1 maka diukur dalam mL supaya lebih mudah dalam
mengukur.

Perhitungan bahan

a) Ol. Olivae = 14 / 70 x 30 = 6 ml

b) Triethanolamine = 1,4 / 70 x 30 = 0,6 ml

c) Acid stearic = 5,6 / 70 x 30 = 2,4 gram

d) Ol. Sesami = 1,750 / 70 x 30 = 0,75 ml

e) Aqua = 30 – (6+0,6+2,4+0,75)

= 30 – 9,75

=20,25 mL

Alat dan bahan


Alat : Bahan :
Mortir dan stamper Ol. Olivae
Timbangan dan anak timbangan Triethanolamine
Botol 50 mL Acid Stearic
Cawan penguap Pengaroma Jeruk
Pewarna Kuning
Aquades

Cara pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan, dikalibrasi botol 30 ml.
2. Disiapkan mortir panas, disisihkan.
3. Ditimbang acid stearic 2,4 g, diukur ol. Sesami 0,75 mL dimasukkan ke cawan penguap, dilebur
di water bath ad leleh.
4. Setelah leleh dimasukkan ke mortir panas, diaduk.
5. Diukur triethanolamine 0,6 mL ditambahkan sedikit aquades, dimasukkan ke dalam mortir panas
no.4, diaduk kuat ad homogen.
6. Ditambahkan ol. Olivae 6 mL dalam campuran no.5 sedikit demi sedikit dimortir panas, diaduk
ad homogen dan dingin.
7. Ditambahkan aquades untuk mengencerkan, diaduk ad homogen.
8. Ditambahkan pewarna secukupnya, diaduk ad homogen.
9. Dimasukkan ke dalam botol, ditambahkan aquades ad 30 mL + pengaroma jeruk secukupnya,
ditutup, dikocok kuat.
10. Botol di beri cup, diberi etiket biru + tanda “kocok dahulu”.

Pembahasan :
Pada saat pembuatan emulsi ol.olivarum dilakukan langkah – langkah sesuai dengan
langkah - langkah yang ada di cara pembuatan di atas. Hasilnya sediaan yang dibuat tercampur
secara homogen. Warna dan aroma sediaan yang dibuat juga sudah sesuai. Tetapi sediaan yang
dibuat terlalu kental hampir menyerupai krim. Hal ini terjadi karena jumlah triethanolamine dan
acid stearic terlalu banyak. Jumlah triethanolamine dan acid stearic yang digunakan adalah 1,4
dan 5,6 dalam 30 mL sedangkan menurut sumber jumlah triethanolamine dan acid stearic yang
digunakan adalah 1 dan 4 dalam 150 mL. Maka cara pembuatan yang dirancang seperti di atas
bisa digunakan untuk membuat emulsi ol.olivarum yang baik. Hanya saja jumlah perbandingan
triethanolamine dan acid stearic yang digunakan perlu dirubah (disesuaikan) supaya tidak terlalu
kental.
Pembuatan emulsi minyak ikan

LAPORAN SEMENTARA I

I. JUDUL: PEMBUATAN EMULSI MINYAK IKAN


II. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi formulasi sediaan emulsi minyak ikan untuk
penggunaan obat dalam.\
III.
R/Oleum Lecoris Aselli 50
GOM 15
Gliserin 5
Aqua 37,5
Oleum Cinnamomi gtt IIIdid
m.f. emulsi

RESEP

IV. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT:
1. Timbangan
2. Gelas arloji
3. Cawan porselen
4. Mortir dan stamper
5. Spatula logam
6. Beaker glass
7. Gelas ukur
8. Alat evaluasi sediaan
B. BAHAN:
1. Oleum Lecoris Aselli
2. GOM
3. Gliserin
4. Aqua
5. Oleum Cinnamomi
V. PERHITUNGAN PENIMBANGAN BAHAN
Oleum lecoris aselli : ½ x 50 = 25 g
GOM : ½ x 15 = 7,5 g
Gliserin :½x5 = 2,5 g
Aquadest : ½ x 37,5 = 15,75 g
Perhitungan untuk membuat korpus emulsi
Buat korpus emulsi dengan perbandingan:
Emulgator : Air : Minyak
1 : 1,5 : 2
7,5 g : 11,25 g : 15 g
VI. PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN DAN EVALUASI SECARA SKEMATIS

A. PEMBUATAN SEDIAAN

Cara Kerja
– Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan

– Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan penimbangan bahan


Korpus Emulsi
– Dibuat korpus emulsi dengan perbandingan:
Emulgator : Air : Minyak
1 : 1,5 : 2
7,5 g : 11,25 g : 15 g
– Dicampur aqua dengan PGA dalam mortir kering dan aduk ad homogen
– Ditambahkan oleum lecoris aselli dan aduk dengan cepat hingga terbentuk korpus
emulsi massa berwarna putih dan berbunyi
– Ditambahkan gliserin ke dalam korpus emulsi, aduk ad homogen
– Ditambahkan sisa minyak dan air ke dalam korpus emulsi sedikit demi sedikit
– Dimasukkan ke dalam botol
– Ditambahkan oleum cinnamomi 3 tetes

– Tutup botol dengan gabus/ kertas perkamen


Emulsi Minyak Ikan
B. EVALUASI SEDIAAN

1. Uji Organoleptik

Emulsi Minyak Ikan


– Dilakukan dengan mengamati:
1. Bentuk
2. Warna
3. Bau

4. Rasa
Hasil

2. Uji Tipe Emulsi

2.1. Dengan Pengenceran Fase

Emulsi Minyak Ikan


– Diencerkan dengan air
Tipe O/W: jika ditambahkan air emulsi tidak akan pecah

Tipe W/O: jika ditambahkan air emulsi akan pecah


Hasil

2.2. Dengan Kertas Saring


Emulsi Minyak Ikan
– Diteteskan sedikit pada kertas saring
Tipe W/O: meninggalkan noda pada kertas saring

Tipe O/W: tidak meninggalkan noda atau tersebar merata pada kertas saring
Hasil

3. Uji Viskositas

Cara Kerja

– Disiapkan viskometer ostwald yang sudah dibersihkan

Air
– Dimasukkan ke dalam viskometer ostwald melalui lubang yang besar

– Sedot dengan pipet volume sampai tanda batas atas, lepaskan pipet volume, dan tutup lubang
viskometer yang besar.

– Siapkan stopwatch, hidupkan bersamaan lubang viskometer yang besar


dibuka, hitung dan catat waktu larutan turun dari tanda batas atas hingga tanda batas bawah
(Hasil I)
Emulsi Minyak Ikan
– Dimasukkan ke dalam viskometer ostwald melalui lubang yang besar
– Sedot dengan pipet volume sampai tanda batas atas, lepaskan pipet volume, dan tutup lubang
viskometer yang besar.

– Siapkan stopwatch, hidupkan bersamaan lubang viskometer


yang besar dibuka, hitung dan catat waktu larutan turun dari tanda batas atas hingga tanda batas
bawah (Hasil II)
Hasil I ( t air) dan II (t sediaan)

4. Uji Volume Terpindahkan

Emulsi Minyak Ikan


– Tuang sediaan dalam gelas ukur

– Dilihat apakah sesuai volume yang diminta atau tidak


Hasil

5. Uji pH
Emulsi Minyak Ikan
– Dimasukkan kertas pH
– Tunggu beberapa saat
– Diamati kertas pH tersebut
– Dibandingkan dengan indikator pH kemasan
– Diamati warna yang terjadi
Jika pH>7 = basa
pH=7 = netral

pH<7 = asam
Hasil

6. Uji Perubahan Warna

Emulsi Minyak Ikan

– Diamati perubahan warna yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-2, ke-3,
ke-4, dan ke-5
Hasil

7. Uji Perubahan Volume


Emulsi Minyak Ikan

– Diamati perubahan volume yang terjadi pada sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-2, ke-3,
ke-4, dan ke-5
Hasil

VII. KHASIAT RESEP OBAT


1. Oleum lecoris aselli : sumber vitamin A dan D
2. GOM : emulgator
3. Gliserin : zat tambahan
4. Oleum cinnamomi : zat tambahan atau penghilang bau amis
5. Aqua : zat tambahan atau pelarut

Diposkan oleh oiliviani gitti dede di 08.56


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai