Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ TB PARU”

Disusun oleh :

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR


MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Acara Penyuluhan Cedera Kepala

RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG


Tanggal :______________________

Oleh :

Mengetahui,

Persepton Akademik Perseptor Klinik

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Topik : TB PARU
Sasaran : keluarga, klien dan pengunjung ruang 25 RSSA
Tempat : Ruang tunggu R. 25 RSSA
Hari / Tgl : Jumat, 22 Maret 2019
Waktu : 30 menit
I. Tujuan Intruksinasional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta memahami tentang
penyakit TB Paru
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta dapat :
a. Menyebutkan pengertian dari TB paru dengan bahasa sendiri
b. Menyebutkan penyebab TB paru
c. Menjelaskan tanda-tanda dari TB paru
d. Menjelaskan komplikasi dari TB paru
e. Menyebutkan penatalaksanaan dari TB paru
III. Materi
(Terlampir)
a. Pengertian TB paru
b. Penyebab TB paru
c. Tanda-tanda TB paru
d. Komplikasi TB paru
e. Penatalaksaan TB paru
IV. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
V. Media
a. Leaflet
b. LCD
VI. Setting Tempat
Ruang 25
DENAH TEMPAT

Pemateri

Peserta Peserta Peserta Peserta

VII. Kegiatan Belajar Mengajar


N Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metod
o e
1. Pembu 5  Mengucapkan salam  Menjawab Ceram
kaan Menit  Menjelaskan nama dan salam ah
akademi  Mendegarkan
 Menjelaskan tujuan /memperhatik
pendidikan kesehatan an
 Menyebutkan materi
yang diberikan
 Menanyakan kesiapan
peserta
2. Penyaji 15 Pelaksanaan : Ceram
an menit 1. Penyampaian materi  Mendengar/ ah,
- Persiapan persalinan memperhatik tanya
- Tanda-tanda an jawab
persalinan
- Hal yang harus
dilakukan ibu  Mendengarka
bersalin n
- Masalah dalam
N Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metod
o e
persalinan
- Tanda-tanda bahaya  Memperhatik
ibu bersalin an
- Bahaya Yang Tejadi
Jika Persalinan  Memperhatik
Tidak Ditolong Oleh an
Petugas Kesehatan
- Persiapan Persalinan
Dan  Mendengar/
Kegawatdaruratan memperhatik
2. Tanya jawab an
- Memberikan
kesempatan kepada  Mendengarka
peserta untuk n
bertanya

 Bertanya
3. Penutu 5  Menyimpulkan materi  Mendengarka Ceram
p menit penyuluhan n ah,
 Melakukan evaluasi /memperhatik tanya
sumatif. an. jawab
 Melakukan refleksi  Merespon/me
perasaan peserta ngulangi
 Mengucapkan  Merespon.
terimakasih dan
mengucapkan salam  Menjawab
salam
VIII. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta ikut dalam kegiatan penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang 25 RSSA
c. Pengorganisasian penyuluhan dilakukan hari sebelumnya.
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi hasil
a. Peserta memahami Pengertian TB paru
b. Peserta memahamiPenyebab TB paru
c. Peserta memahamiTanda-tanda TB paru
d. Peserta memahamiKomplikasi TB paru
e. Peserta memahamiPenatalaksaan TB paru
f. Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
MATERI PENYULUHAN
“TB Paru”
1. PENGERTIAN
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium
tubercolosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Ardiyansyah,2012).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang


parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe(Brunner & Suddart, 2015) .

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)


adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks mycobacterium
tuberculosis (Diguilio & Jackson, 2014).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat


dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru,
bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen,
tulang, dan nodus limfe.

2. PENYEBAB
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman
terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.

3. TANDA-TANDA
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat
rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada
waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.
2) Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian
berubah menjadi purulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian
berubah menjadi kental bila sudah terjadi perlunakan.

3) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak
darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.

4) Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah
aksila, di ujung skapula atau di tempat-tempat lain)

5) Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh
sekret, bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada
tuberkulosis lanjut).

6) Dispneu
Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat
adanya restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed /
thrombosis yang dapat mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan
korpulmonal.

7) Panas badan
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting sering kali panas
badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari.

8) Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran
panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum
yang lebih hebat.

9) Keringat malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis
paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut. Nausea,
takikardi dan sakit kepala timbul bila ada panas.

10) Gangguan menstruasi


Gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah menjadi
lanjut.

11) Anoreksia
Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia yang
timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.

12) Lemah badan


Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan
keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan, karena itu harus dianalisa
dengan baik dan harus lebih berhati-hati apabila dijumpai perubahan sikap dan
temperamen (misalnya penderita yang mudah tersinggung), perhatian penderita
berkurang atau menurun pada pekerjaan, anak yang tidak suka bermain, atau
penyakit yang kelihatan neurotik.

4.KOMPLIKASI

 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
 Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.

5.PENATALAKSANAAN

Kategori Pemberian Obat Anti Tuberculosis (OAT)

1. Kategori 1 (211RZE/4113R3)

Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan
Etambutol(E). Obat-obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2
HRZE), kemudian teruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H)
dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :

 Penderita baru TBC paru BTA positif


 Penderita TBC paru BTA negatif, rontgen positif.
 Penderita TBC ekstra paru berat.

2. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3RE3)

Tahap intensif diberikan selama 3 (tiga) bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
isoniasid (H), Rifampisn, Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan Isoniasid (H),Rifampisin
(R), Etambutol (E) yang diberikan 3 kali dalam seminggu.

Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai


menelan obat. Obat ini diberikan untuk penderita kambuh, penderita gagal,
penderita dengan pengobatan setelah lalai

3. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z)
diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan
terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk :

 Penderita baru BTA negatif dan roentgen positif sakit ringan


 Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis),
pleuritis aksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang
belakang) sendi dan kelenjar adrenal.

4. OAT Sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan Isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) setiap hari selama 1 bulan.

6. NUTRISI
1. Makanlah berbagai macam buah segar dan sayuran setiap hari, tetapi tetap
dalam jumlah kalori yang direkomendasikan dokter.
Pilih sayuran yang berbeda dari berbagai jenis seperti sayuran hijau tua, sayuran
berwarna oranye, kacang, dll.
2. Susu atau produk susu harus dikonsumsi setidaknya 3 kali sehari.
Kalsium dalam susu sangat penting dalam membangun kesehatan tulang pasien
TBC.
3. Untuk produk daging, pilihlah daging tanpa lemak atau rendah lemak. 10
persen asupan kalori harian harus berasal dari lemak jenuh dan sekitar 200 mg
kolesterol.
Jagalah asupan total lemak dan minyak antara 25 – 30 persen kalori harian.
Sebagian besar lemak harus berasal dari lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh
tunggal yang ditemukan dalam makanan seperti ikan, kacang-kacangan dan
minyak sayur.
4. Makanlah berbagai macam makanan yang kaya protein seperti kacang-
kacangan dan biji-bijian.
Makanlah makanan kecil sepanjang hari dengan rentang waktu yang singkat.
Pastikan agar tubuh mendapat cukup asupan cairan dan garam dalam makanan.
5. Makanan untuk pasien TB harus sederhana, dipersiapkan dengan baik dan
mudah dicerna. Makanan yang lebih berat baru dapat diberikan kepada pasien
setelah kondisinya sangat membaik.
Selain makanan yang dianjurkan untuk para penderita penyakit TBC, ada juga
beberapa makanan yang harus dihindari bahkan merupakan pantangan bagi para
penderita penyakit tuberkulosis (TBC).N
7. PENCEGAHAN
• Tidak meludah di sembarang tempat upayakan meludah pada tempat yang
tarkena sinar matahari atau ditempat khusus seperti tempat sampah
• Menutup mulut pada waktu ada orang batuk ataupun bersin
• Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karna kuman TBC akan
mati bila terkena sinar matahari
• Jaga kesehatan badan supaya sistem imun senantiasa terjaga dan kuat
• Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang sehat
dan bergizi
• Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem kekebalan
tubuh, seperti begadang dan kurang istirahat
• Jaga jarak aman ketika berhadapan dengan penderita TBC
• Olahraga teratur untuk membantu menyehatkan tubuh
• Lakukan imunisasi pada bayi termasuk imunisasi untuk mencegah
penyakit TBC

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012) Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA


Press.
Brunner, Suddarth. (2015). Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
Diguilio, M., & Jackson, M. (2014). Keperwatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Deepublish.
Muttaqin, A. (2013). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai