Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN SEMPADAN WADUK

(STUDI KASUS DAERAH HULU WADUK BATUJAI, KABUPATEN LOMBOK TENGAH)

Oleh:
LALU NOVAN SATRIA UTAMA, ST

Sebagai salah satu syarat menjadi mahasiswa Program Magister Pengelolaan


Sumberdaya Lingkungan & Pembangunan Universitas Brawijaya

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


KABUPATEN LOMBOK TENGAH
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii


DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.4 Batasan Penelitian ......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3


2.1 Ekosistem Danau/Waduk ............................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Danau/Waduk ............................................................................................ 3
2.3 Fungsi dan Manfaat Danau/Waduk ................................................................................ 6
2.4 Kerusakan Ekosistem Danau/Waduk ............................................................................. 6
2.5 Pelaksanaan Teknis Kajian Penetapan Garis Sempadan Danau/Waduk ....................... 7

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................... 9


3.1 Tempat Pelaksanaan .................................................................................................... 9
3.2 Alat dan Data ................................................................................................................. 9
3.2.1 Alat.............................................................................................................................. 9
3.2.2 Data ............................................................................................................................ 10
3.2.3 Analisis Data ............................................................................................................... 11

i
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Hal.


Tabel 1.1. Klasifkasi Ukuran Danau/Waduk ........................................................................ 4
Tabel 1.2. Luas, Kedalaman dan Volume Danau di Indonesia ............................................ 5

ii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Hal.


Gambar 2.1. Batas tepi danau, batas daerah tangkapan air, dan zona littoral .................... 8
Gambar 3.1. Citra wilayah studi menggunakan Google Earth ............................................. 9

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perkembangan kota merupakan konsekuensi logis dari proses urbanisasi. Pertambahan
penduduk yang terus-menerus membawa konsekuensi spasial yang serius bagi kehidupan
kota, yaitu adanya tuntutan akan ruang dalam rangka pemenuhan kebutuhan permukiman,
rumah tinggal ataupun perdagangan dan jasa. Akan tetapi dengan kondisi lahan perkotaan
yang terbatas, menyebabkan semakin tingginya kepadatan bangunan dengan arah persebaran
yang tidak beraturan. Sehingga menimbulkan tekanan pada kawasan sekitarnya, terutama
pada kawasan perlindungan setempat atau dalam hal ini sempadan waduk. Persebaran
bangunan yang tidak terkendali memberi dampak dengan timbulnya bangunan-bangunan di
daerah sempadan waduk. Ditambah lagi, dengan semakin tingginya harga lahan perkotaan dan
disertai lemahnya perekonomian sebagian besar masyarakat, memaksa penduduk
memanfaatkan lahan kosong kawasan sempadan waduk dengan membangun permukiman liar.
Waduk Batujai terletak di Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok
Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat saat ini kawasan sempadannya sudah tidak lestari
akibat perkembangan kota. Tidak lestarinya kawasan sempadan waduk tentu menyebabkan
fungi sempadan sebagai filter alami terhadap dampak – dampak negatif perkembangan kota
tidak optimal. Hal tersebut jelas terlihat dari pencemaran yang terjadi pada Waduk Batujai
berupa tingkat sedimentasi dan eutrofikasi yang tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sulistiyono, dkk (2015) bahwa umur guna Waduk Batujai pada tahun 2017 ini telah mencapai
puncaknya, hal tersebut dikarenakan volume tampungan mati (dead storage) sebanyak
1.400.000 m3 telah terlampaui sebesar 82.705 m3 akibat sedimentasi. Kemudian hasil penelitian
yang dilakukan Achmad (2011) mengatakan bahwa sekitar 30 % permukaannya telah dipenuhi
oleh eceng gondok.
Berdasarkan hal – hal tersebut diatas maka perlu dilakukan perlindungan sempadan melalui
analisis kebijakan pengelolaan kawasan sempadan Waduk Batujai. Sehingga melalui analisis
kebijakan tersebut diharapkan kelestarian Waduk Batujai tetap terjaga serta fungsi waduk
sebagai penyedia air baku untuk irigasi maupun air baku untuk penyediaan air minum tetap
optimal.

1
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara penentuan kawasan sempadan Waduk Batujai sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Tentang
Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau Nomor
28/PRT/M/2015?
2. Bagaimana kehidupan sosial – ekonomi dan persepsi masyarakat yang berada di
kawasan sempadan Waduk Batujai terkait kebijakan pengelolaan kawasan sempadan
waduk?
3. Apa saja alternatif kebijakan yang dapat diterapkan di kawasan sempadan Waduk
Batujai?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menentukan sempadan Waduk Batujai sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Tentang Penetapan Garis Sempadan
Sungai dan Garis Sempadan Danau Nomor 28/PRT/M/2015;
2. Mengetahui kehidupan sosial – ekonomi dan persepsi masyarakat yang berada di
kawasan sempadan Waduk Batujai terkait kebijakan pengelolaan kawasan sempadan
waduk;
3. Mengetahui alternatif kebijakan yang dapat diterapkan di sempadan Waduk Batujai.

1.4. Batasan Penelitian


Adapun batasan penelitian dalam penelitian sebagai berikut:
1. Wilayah studi dalam penelitian hanya mencakup daerah hulu Waduk Batujai.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Danau/Waduk


Danau/waduk adalah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah yang terbentuk
secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari air permukaan dan/atau air tanah.
Pada hakekatnya, ekosistem danau/waduk adalah ekosistem akuatik perairan danau/waduk
dan ekosistem terrestrial daerah tangkapan air danau/waduk. Berdasarkan pembentukannya,
danau/waduk dapat dikelompokkan menjadi danau/waduk yang terbentuk secara alami (natural
lake) dan yang terbentuk secara buatan (man made lake/artifcial lake). Danau/waduk buatan
dikenal dengan sebutan waduk (reservoir) atau bendungan, dan danau/waduk kecil disebut situ
seperti Situ Gintung, Situ Patenggang, Situ Bagendit. Situ umumnya berperan sebagai fungsi
pengaturan air untuk irigasi, pengendali banjir, perikanan, wisata alam dan lain-lain (KLH,
2010).
Kuantitas dan kualitas air danau/waduk berhubungan dengan tata air dan drainase wilayah
serta dipengaruhi oleh tipe pemanfaatan badan air danau/waduk dan pemanfaatan lahan di
dalam wilayah tangkapannya. Fungsi ekosistem danau/waduk akan mengalami penurunan
apabila terjadi kerusakan di wilayah perairan maupun di daerah tangkapan airnya (DTA).
Ekosistem danau/waduk memiliki peranan penting dalam menjamin kualitas dan kuantitas
ketersediaan air tawar, serta fungsi danau/waduk lainnya diantaranya sebagai habitat
kehidupan liar, peluang pengembangan ekonomi lokal, nilai estetika, religi dan tradisi (KLH,
2010).

2.2. Karakteristik Danau/Waduk


Indonesia yang berada di kawasan tektonik aktif memiliki jenis danau/ waduk yang sangat
beragam berdasarkan tipe pembentukannya. Atas dasar kejadiannya danau dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa tipologi yaitu (KLH, 2010) :
a. Danau Tektonik, yaitu danau yang terbentuk oleh tenaga endogen yang bersumber dari
gerakan tektonik seperti cekungan-cekungan akibat patahan dan lipatan. Contohnya: Danau
Tempe, Danau Tondano dan Danau Towuti di Sulawesi.
b. Danau Vulkanik, yaitu danau bekas gunung api. Air danau berasal dari curah hujan yang
tertampung pada lubang kepundan atau kaldera. Contohnya: Danau Kawah Gunung Kelud,
Gunung Batur, dan Gunung Galunggung.
c. Danau Vulkano-Tektonik, yaitu danau yang terbentuk dari gabungan proses vulkanik dan
tektonik. Patahan atau depresi pada bagian permukaan bumi pasca letusan. Dapur magma

3
yang telah kosong menjadi tidak stabil sehingga terjadi pemerosotan atau patah. Cekungan
akibat patahan tersebut kemudian diisi oleh air, contohnya Danau Toba di Sumatera.
d. Danau Karst (solusional), yaitu danau yang terbentuk pada daerah batu gamping yang
mengalami pelarutan sehingga membentuk lahan negative atau berada di bawah rata-rata
permukaan setempat.
e. Danau Ladam (oxbow lake) terbentuk akibat proses pemotongan saluran sungai secara
alami dan ditinggalkan oleh alirannya sehingga disebut juga kali mati.
f. Danau Gletser adalah danau yang terbentuk karena es mencair. Pada saat gletser mencair
dan meluncur ke bawah, gletser tersebut mengikis batuan yang dilaluinya sehingga
terbentuklah cekungan. Jika terisi oleh air maka terbentuklah danau.
g. Danau buatan (biasa disebut sebagai waduk atau bendungan), yaitu danau buatan manusia
yang dibentuk dengan cara membendung aliran sungai. Bendungan buatan manusia lebih
dikenal dengan istilah waduk, seperti: Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, Waduk Saguling,
Bendungan Karangkates, dan Waduk Gajah mungkur.
Berdasarkan ukuran luas dan volumenya, danau/waduk dapat dikelompokkan
menjadi 4 kategori yaitu danau/waduk berukuran besar, medium, kecil dan sangat kecil
(Tabel 1.1).

Tabel 1.1. Klasifkasi Ukuran Danau/Waduk

Sumber : KLH, 2010

Danau/waduk di Indonesia memiliki ukuran yang sangat bervariasi. Danau/ waduk yang
memiliki kategori luas medium adalah Danau Matano, Poso, Ranau, Singkarak, Tempe dan
Towuti. Berdasarkan volume danau/waduk di Indonesia banyak yang memiliki kategori
danau/waduk besar, yaitu Danau Maninjau, Matano, Ranau, Singkarak dan Toba. Bahkan
Danau Toba memiliki memiliki luas 1.130 km2 dan volume sangat besar yaitu 240.000 juta m3,
melebihi kategori danau besar dengan volume 100.000 juta m3. Danau Toba merupakan danau
terluas di Indonesia dan salah satu yang terluas di dunia Untuk kedalaman danau/waduk belum

4
ada ketentuannya secara spesifk, meskipun demikian Deputi Bidang Peningkatan Konservasi
SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup
mengusulkan kategori kedalaman danau seperti tampak pada Tabel 1.2; yaitu sangat dangkal
(<10 m), dangkal (10-50m), medium (50-100m), dalam (100-200m) dan sangat dalam (>200m).
Danau/waduk paparan banjir pada umumnya termasuk dalam kategori danau/waduk sangat
dangkal (Danau Limboto dan Danau Tempe). Danau/waduk yang termasuk kategori sangat
dalam adalah Danau Dibawah, Danau Maninjau, Danau Matano, Danau Poso, Danau Ranau,
Danau Singkarak, Danau Toba dan Danau Towuti (KLH, 2010).

Tabel 1.2. Luas, Kedalaman dan Volume Danau di Indonesia

Sumber : KLH, 2010


Keterangan : tad = tidak ada data.

5
2.3. Fungsi dan Manfaat Danau/Waduk
Danau/waduk mempunyai fungsi penting baik secara ekologis, ekonomis, estetika, wisata
alam maupun religi dan tradisi. Secara ekologis danau/waduk mempunyai fungsi dan manfaat
sebagai tempat penampungan air, daerah resapan, dan habitat kehidupan liar, penahan instrusi
air laut, sedangkan secara ekonomis berfungsi atau bermanfaat sebagai sumber air irigasi,
perikanan dan wisata alam, transportasi dan sebagainya. Secara umum fungsi dan manfaat
ekosistem danau/waduk adalah sebagai berikut (KLH, 2010) :
a. Sumber air baku (PDAM, industri)
b. Sumber air irigasi
c. Sumber air kebutuhan rumah tangga
d. Tempat perikanan tangkap dan perikanan budidaya
e. Sumber energi air untuk PLTA yang dibangun pada outlet danau/waduk
f. Pengendali banjir, karena menyimpan air di waktu musim hujan
g. Obyek pariwisata
h. Sumber plasma nutfah (flora dan fauna endemik)
i. Pengendali iklim mikro
j. Sarana pendidikan dan penelitian
k. Prasarana transportasi

2.4. Kerusakan Ekosistem Danau/Waduk


Kerusakan ekosistem danau/waduk adalah tidak atau berkurangnya fungsi ekosistem
danau/waduk dalam memberikan manfaat sebagai dampak dari adanya perubahan, baik secara
fsik maupun non fsik terhadap ekosistem yang ada. Perubahan fsik yang dapat mengakibatkan
kerusakan ekosistem danau/waduk seperti adanya pembangunan rumah hunian di bagian
tanggul danau/waduk, terjadinya sedimentasi yang berdampak terhadap semakin menyusutnya
luasan danau/waduk. Perubahan non fsik yang dapat berdampak terhadap kerusakan
ekosistem danau/waduk seperti pembuangan limbah yang dapat mengakibatkan pencemaran
perairan, dan berkurangnya populasi endemik. Ada dua faktor penyebab terjadinya kerusakan
ekosistem danau/waduk, yaitu: karena faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan ekosistem
karena faktor alam adalah kerusakan ekosistem danau/waduk yang disebabkan oleh adanya
bencana alam yang berdampak terhadap terjadinya kerusakan ekosistem. Sedangkan
kerusakan ekosistem karena faktor manusia adalah kerusakan ekosistem danau/waduk yang
diakibatkan oleh dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia (KLH, 2010).

6
2.5. Pelaksanaan Teknis Kajian Penetapan Garis Sempadan Danau/Waduk
Penetapan garis sempadan danau pada wilayah studi, maka kajian-kajian yang dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
28/PRT/M/2015 (PERMEN PUPR, 2015) adalah sebagai berikut:
1. Pemetaan topografi, antara lain kegiatan pemetaan potongan melintang dan potongan
memanjang tepi danau, dan gambar detil situasi sekitar tepi danau yang akan ditetapkan
sempadannya.
2. Pemetaan bathimetri, berupakegiatan pemetaan kedalaman dan bentuk dasar danau.
3. Inventarisasi data karakteristik danau, antara lain:
a. Data fisik danau, antara lain lokasi/posisi danau, aliran inflow dan outflow danau, volume
tampungan danau, data tipe danau berdasar kejadian dan sumber airnya, luas danau
dan luas daerah tangkapan air danau, serta elevasi muka air danau.
b. Data penutup lahan dan kecenderungan perubahan penutup lahan sekitar danau.
c. Laju sedimentasi pada danau.
4. Inventarisasi data kondisi sosial budaya masyarakat setempat, antara lain jumlah dan
kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan pendapatan penduduk.
5. Inventarisasi data jalan akses bagi peralatan, bahan, dan sumber daya manusia untuk
melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
6. Inventarisasi data rinci jumlah dan jenis bangunan yang terdapat di dalam sempadan.
Rincian data yang diperlukan pada tahap ini antara lain berupa jumlah bangunan yang
terdapat dalam sempadan danau, jenis bangunan yang terdapat dalam sempadan danau
yang telah telanjur digunakan untuk fasilitas kota, bangunan gedung, jalan, atau fasilitas
umum lainnya.
7. Penentuan batas tepi danau, batas daerah tangkapan air, dan zona littoral.
Batas badan danau ditentukan berdasarkan tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi.
Yang dimaksud dengan ‘muka air tertinggi yang pernah terjadi’ adalah elevasi muka air
danau tertinggi yang diperoleh dari catatan muka air historis dan/atau pengamatan
beberapa penduduk senior setempat yang telah dikonfirmasi melalui kesepakatan para
warga masyarakat. Dengan elevasi ini keberadaan suatu danau tidak mungkin hilang
selama ada catatan elevasi muka air dan/atau pengamatan warga masyarakat tentang
elevasi tersebut, meskipun danau yang bersangkutan telah mati.
Batas daerah tangkapan air danau ditentukan berdasarkan peta topografi. Dalam hal
terdapat pulau di tengah danau, seluruh luasan pulau merupakan daerah tangkapan air
danau dengan sempadan danau di dalamnya. Zona littoral ditentukan berdasarkan

7
keberadaan tanaman yang tumbuh secara alami di sekitar garis perairan pantai danau.
Yang maksud dengan ‘zona littoral’ adalah zona perairan dangkal di sekitar garis perairan
pantai danau yang ditumbuhi tanaman secara alami, berfungsi sebagai tempat bertelur,
menetas, dan tumbuh kehidupan akuatik (flora dan fauna) danau. Berikut pada Gambar 1. 1
dapat dilhat ilustrasi penentuan batas tepi danau, batas daerah tangkapan air, dan
zona littoral.

Gambar 2.1. Batas Tepi Danau, Batas Daerah Tangkapan Air, Dan Zona Littoral
(Sumber : PERMEN PUPR, 2015)

8. Penentuan Garis Sempadan Danau.


Garis sempadan danau ditentukan mengelilingi danau paling sedikit berjarak 50 (lima puluh)
meter dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi. Apabila telah ditentukan garis
sempadan danau, perlu dikaji pula kemungkinan pembebasan lahan sempadan danau
beserta perkiraan biaya yang diperlukan. Penyelesaian administrasi pengadaan tanah dan
penentuan patok batas sempadan danau dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang pengamanan dan perkuatan hak atas tanah.Patok batas
sempadan danau merupakan tanda batas sempadan danau dan Tim Kajian penetapan
garis sempadan danau menuangkannya ke dalam gambar atau peta topografi dengan skala
yang jelas.

8
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan penelitian berada pada daerah hulu Waduk Batujai yang masuk kedalam
Kelurahan Panjisari, Kelurahan Prapen, Kelurahan Tiwugalih dan Kelurahan Semayan
Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah. Berikut pada Gambar 3.1 merupakan citra
wilayah studi menggunakan Google Earth.

Gambar 3.1. Citra Wilayah Studi Menggunakan Google Earth

3.2. Alat dan Data


Pelaksanaan penelitian menggunakan alat berupa perangkat keras dan perangkat lunak.
Data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Berikut alat dan data penelitian
disajikan beserta kegunaannya pada Sub Bab 3.2.1 dan Sub Bab 3.2.2

3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
1. Laptop Asus tipe X201E 32 bit: digunakan untuk menyimpan data dan untuk menjalankan
perangkat lunak;
2. Software Microsoft excel dan Microsoft word 2013: digunakan untuk mengolah data dan
penulisan laporan;

9
3. Software ArcGIS 10.2.1: digunakan untuk menampilkan, memanipulasi, dan mengubah data
spasial;
4. Software HEC-RAS 4.1.0: digunakan untuk menganalisis penampang memanjang dan
melintang serta hidraulika wilayah studi.

3.2.2. Data
Data yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder: Data primer merupakan data sosial ekonomi masyatakat disekitar waduk dan data
sekunder merupakan data bio-fisik waduk. Berikut untuk lebih jelas mengenai data primer dan
sekunder akan dijelaskan dibawah ini:
1. Data primer
Didapat dari hasil penelusuran langsung dilapangan atau wilayah studi yang akan digunakan
sebagai masukan dalam pemilihan alternatif kebijakan. Data primer tersebut berupa
inventarisasi jumlah dan kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
pendapatan penduduk, kepemilikan atas lahan, dan persepsi masyarakat terkait dengan
kebijakan sempadan danau.
2. Data sekunder
Didapat dengan mengumpulkan informasi ilmiah pada instansi ataupun lembaga-lembaga
yang terlibat dalam pengelolaan waduk seperti Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara Barat
(BWS NTB), Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang (PUPR), Dinas Lingkungan hidup (LH), Badan Pertanahan Nasional (BPN),
dan Badan Pusat Statistik (BPS) . Berikut pada Tabel 3.1 dapat dilihat data – data sekunder
yang akan dikumpulkan.
a. Data Hidrologi
Digunakan untuk mengetahui debit banjir rencana Waduk Batujai.
b. Data Peta
Digunakan untuk membuat penampang melintang dan memanjang Waduk Batujai. Selain
peta topografi, peta persil lahan dan bangunan digunakan untuk mengetahui lahan dan
bangunan yang masuk kedalam sempadan waduk.
c. Data Hidraulika
Digunakan untuk mengetahui elevasi bendungan, spillway dan koefisien manning.

10
3.2.3. Analisis Data
Analisis data akan dilakukan melalui dua tahap yaitu analisis data primer dan data
sekunder. Tahap analisis data sekunder merupakan tahapan pertama untuk mengetahui daerah
sempadan danau, penggunaan lahan sempadan danau, jumlah dan jenis bangunan sempadan
danau. Kemudian setelah analisis data sekunder dilanjutkan dengan analisis data primer untuk
mengetahui jumlah dan kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
pendapatan penduduk, kepemilikan atas lahan dan persepsi masyarakat terkait dengan
kebijakan sempadan danau. Lebih jelas mengenai analisis data, berikut dibawah ini akan
dijelaskas secara lebih mendetail.
1. Analisis data sekunder berupa pemodelan geometri, pemodelan hidraulika, dan input debit
banjir rencana waduk.
a. Pemodelan geometri menggunakan software ArcGIS 10.2.1 dilakukan untuk mengetahui
bentuk geometri (penampang melintang dan memanjang) wilayah studi dengan
membuat layer Triangulated Irregular Network (TIN) pada software ArcGIS 10.2.1.
Setelah membuat layer TIN selanjutnya membuat layer stream centerline, layer bank
lines, layer flow paths centerlines, layer cross section, pengisian nilai atribut pada
stream centerline dan XS cut lines.
b. Pemodelan hidraulika menggunakan sofware HEC-RAS 10.1.0 dilakukan untuk
mengetahui tinggi muka air tertinggi dari input nilai debit banjir rencana pada
penampang melintang dan memanjang waduk.
c. Penentuan lebar daerah sempadan danau dilakukan dengan menarik garis sepanjang
50 meter kearah darat dari muka air tertinggi hasil pemodelan hidrolika. Untuk
memudahkan penarikan garis sepanjang 50 meter akan digunakan tool Buffer pada
software ArcGIS 10.2.1
d. Identifikasi pemanfaatan lahan daerah sempadan waduk dilakukan untuk mengetahui
pemanfaatan lahan beserta luas yang digunakan pada daerah sempadan danau.
2. Analisis data primer berupa analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada
didalam sempadan danau atau sekitar sempadan danau berdasarkan analisis data
sekunder. Teknik analisis data yang digunakan berupa deskriptif kualitatif – kuantitatif.
3. Analisis kebijakan pengelolaan sempadan danau berupa analisis kebijakan untuk
menemukan suatu alternatif kebijakan yang bisa diterapkan pada wilayah studi. Input dari
analisis kebijakan ini berupa hasil analisis data sekunder dan data primer. Kemudian teknik
analisis kebijakan yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Agar lebih

11
jelas mengenai analisis data, berikut pada Gambar 3.2 dapat dilihat flowchart penelitian
yang akan dilakukan.

12
Mulai

Identifikasi Masalah Data Primer


1. Data Jumlah & Kepadatan
Penduduk
2. Data Tingkat Pendidikan
Penentuan Wilayah Studi 3. Data Mata Pencaharian
4. Data Pendapatan
Penduduk
5. Data Kepemilikan Atas
Pengumpulan Data Lahan
6. Persepsi Masyarakat

Data Sekunder
Pemodelan Geometri 1. Data Hidrologi
Waduk Batujai 2. Data Peta
3. Data Hidraulika

Pemodelan Hidraulika
Waduk Batujai

Penentuan Lebar Sempadan


Waduk Batujai

Identifikasi Pemanfaatan Lahan &


Luas

Analisis Kualitatif-Kuantitatif Kepadatan


Penduduk, Tingkat Pendidikan, Mata
Pencaharian, Pendapatan Penduduk,
Kepemilikan Atas Lahan, Persepsi Masyarakat

AHP

Alternatif Kebijakan
Pengelolaan Sempadan
Waduk Batujai

Selesai

Gambar 3.2. Flowchart Penelitian

13
DAFTAR PUSTAKA

KLH. 2010. Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Danau/Waduk. Kementerian Lingkungan


Hidup. Republik Indonesia.

PERMEN PUPR. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015 Tentang Penetapan Garis Sempadan
Sungai Dan Garis Sempadan Danau. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Republik Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai