Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR AKUNTASI KEPERILAKUAN

A. Tinjauan Umum
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
oleh pemakainya untuk menghasilkan keputusan bisnis. Tujuan informasi ini adalah memberikan
petunjuk dalam memilih tindakanyang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang
langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun pemilihan dan penetapan suatu keputusan
bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari pengambil keputusan. Dengan demikian,
akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan
informasi yang dapat dihasilkan oleh akuntasi. Akhirnya akuntansi bukanlah sesuatu yang statis,
akan tetapi selalu berkembang agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
penggunanya.
Hal diatas menjelaskan aspek keperilakuan dari pihak pelaksana/penyusun informasi akuntasi
dan pihak pemakai akuntasi. Pihak pelaksana/penyusun informasi akuntasi adalah seorang atau
kumpulan orangyang mengoperasikan system informasi akuntasi dari awal sampai terwujudnya
laporan keuangan. Sedangkan pihak pemakai laporan keunagan dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu : (1) pemakai internal (internal user); (2) pemakai eksternal (external user). Yang
dimaksud dengan pihak internal adalah organisasi yang memiliki garis dan staf personel, yang
memandang laporan akuntansi sebagai landasan yang melibatkan pendanaan, penginvestasian
dan pengambilan keputusan operasional. Sedangkan pemakai ekternal meliputi sejumlah
kelompok pemegang saham, kreditor, serikat buruh, analis keuangan dan pemerintah. Pemakaian
informasi akuntasi oleh pihakinternal dimaksudkan untuk melalukan serangkaian evaluasi
kinerja. Sedangkan pemakaian oleh pihak eksternal dimaksudkan sama dengan pihakinternal,
tetapi mereka lebih focus pada jumlah investasi yang mereka lakukan pada organisasi tersebut.
Sejak tahun 1950-an, beberapa riset akuntasi mulai mencoba menghubungkan akuntasi dengan
aspek perilaku yan gidmulai oleh Argyris pada tahun 1952. selain itu, binberg dan Shields (1989)
mengklasifikasikan riset akuntasi keperilakuan dalam lima aliran (school), yaitu : (1)
pengendalian manajemen (management control); (2) pemrosesan informasi akuntasi (accounting
information processing); (3) desain system informasi akuntasi (information system desain); (3)
riset audit (audit research); (4) sosiologi organisasional (organizational sociology).
Akuntansi keperilakuan menjelaskan bagaimana perilaku manusia mempengaruhi data akuntasi
dan keputusan bisnis serta bagaimana mempengaruhi keputusan bisnis dan perilaku manusia
selalu dicari jawabannya. Akuntasi keperilakuan menyediakan suatu kerangkayang disusun
berdasarkan teknik berikut ini :
1. Untuk memamahi dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan.
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan
strategis.
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi
kebijakan perusahan.
B. Akuntasi Konvensional
Ada banyak pengertian mengenai akuntansi, salah satunya dikemukakan oleh American
Accounting Association (AAA). AAA mendefinisikan akuntasi sebagai suatu proses
pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasianinformasiekonomi untuk memungkinkan
pembuata pertimbangan dan keputusan berinformasi oleh pemakai informasi dan yang terkini.
Dari pengertian diatas, dapat dilihat bahwa akuntasi pada dasarnya juga dirancang untuk
memenuhi kebutuhan praktis. Artinya, teori akuntasi memiliki hubunganyang bersifat definitive
dengan praktik akuntansi. Apabila suatu struktur akuntansi sebagai hasil rekayasa telah
diterapkan dalam lingkungan tertentu, maka secara sempit, akuntansi dapat dipandang sebagai
suatu proses atau kegiatanyang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,
pengklasifikasian, penguraian, penggabungan, pengikhtisaran dan penyajian data keuangan
dasaryang terjadi sebagai akibat dari kegiatan operasi suatu unit organisasi, dengan cara-cara
tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak berkepentingan.
Akuntasi melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari system informasi keuangan memiliki
tujuan yaitu :
1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor
serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumber-
sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tersebut.
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba.
4. Menyediakan informasi keuangan yang data menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba.
5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan
perusahaan.
6. Menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam memperkirakan arus kasi
masuk ke dalam perusahaan.
C. Akuntasi Sebagai Suatu Sistem Informasi
Manajemen, pengguna dan personel system diperlukan dalam pengembangan system. Umumnya,
kelompok perancang atau tim proyek pengambangan system meliputi pemakai, analis dan wakil
manajemen untuk mengidentifikasi kebutuhan pemakai system, mengembangkan spesifikasi
teknis, dan mengimplementasikan system baru. Alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak
dalam pengembangan system informasi merupakan halyang penting, yaitu :
1. Pengembangan system merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan.
2. Manajemen puncak merupakan focus utama dalam proyek pengembangan system.
3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek teknisnya.
4. Pemilihan system yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang akan
diperoleh, dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut.
5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan yang
lebih baik dalam pengembangan system.
Sedangkan tingkatan keterlibatan pemakai dalam pengembangan system informasi adalah :
1. Tidak ada keterlibatan
2. Keterlibatan simbolis
3. Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah
4. Keterlibatan dengan melakukan
5. Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat
Selain masalah system, akuntansi juga dapat dipandang sebagai suatu informasi. Informasi yang
diperlukan oleh manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu.
Tahapan-tahapan dalam pengembangan system informasi akuntasi yaitu :
1. Perencanaan dan analisis system yang meliputi formulasi dan evaluasi soslusi-solusi masalah
system dan penekanannya pada tujuan keseluruhan system.
2. Perancangan system, yaitu proses memspesifikasi rincian solusi yang dipilih oleh proses
analisis system.
3. implementasi system, yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan metode
baru atau revisi ke dalam operasi.
D. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan
Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan
proses informasi akuntansi dan audit. Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu fenomena
baru yang sebetulnya dapat ditelusuri kembali pada awal tahun 1960-an, walaupun sebetulnya
dalam banyak hal riset tersebut dapat dilakukan lebih awal.
Sejarah akuntansi telah dimulai dari tahun 1749 dimana Luca Pacioli telah membahas mengenai
system pembukuan berpasangan. Kemudian pada tahun 1951, Controllership Foundation of
America mensponsori suatu riset untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Pada
tahun 1960, Steadry menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu
eksperimen analog. Dan riset-riset ini terus berkembang sampai dengan saat ini.
E. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntasi Keperilakuan
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntasi manajemen masih sangat
sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk.
Berbagai riset tersebut masih bersifat normative, yaitu hanya mengangkat permasalahan
mengenai desain pengendalian manajemen dengan berbagai model seperti arus kas yang
didiskonto atau pemrograman linear guna membantu manajer membuat keputusan ekonomi yang
optimal, tanpa melibatkan factor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas desain pengendalian
manajemen seperti perilaku manusia serta kondisi lingkungan organisasi. Namun sejak tahun
1950-an, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi
nyata yang dihadapi oleh pelaku organisasi.
Riset akuntasi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal. Tetapi karena
pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang
selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontijensi. Variable
kontijensi yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen adalah :
1. Ketidakpastian
2. Teknologi dan saling ketergantungan
3. Industri, perusahaan dan unit variable
4. Strategi kompetitif
5. Faktor-faktor yang dapat diamati
BAB II
TINJAUAN TERHADAP ILMU KEPERILAKUAN :
DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI
A. Mengapa Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan Pada Akuntasi
Berdasarkan pengalaman, banyak manajer dan akuntan telah memperoleh suatu pemahaman
yang lebih dari sekadar aspek manusia dalam tugas mereka. Bagaimanapun harus diakui bahwa
banyak system akuntansi masih dihadapkan pada berbagai kesulitan manusia yang tidak
terhitung, bahkan penggunaan dan penerimaan seluruh system akuntansi terkadang dapat
menjadi meragukan. Para manajer terbiasa bebas untuk memanipulasi laporan informasi system
akuntansi. Pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan dilakukan atas dasar sudut pandang
hasil laporan mereka dan bukan atas dasar kontribusi mereka yang lebih luas terhadap efektivitas
organisasi. Sebagian prosedur saat ini juga dapat menimbulkan pembatasan yang tidak
diinginkan terhadap inisiatif manajerial. Prosedur dapat menjadi tujuan akhir itu sendiri jika
semata-mata dibandingkan dengan teknik organisasi yang lebih luas.
Dalam organisasi, semua anggota mempunyai peran yang harus dimainkan dalam mencapai
tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi tanggung jawab dan rasa
tanggung jawab anggota terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggung jawab tersebut pada
sebagian organisasi dihargai dalam bentuk penghargaan tertentu. Dalam organisasi, masing-
masing mempunyai tujuan dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan manakala individu memahami dan patuh pada
ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran.
B. Dimensi Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan,
mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian, dimensi akuntansi
berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi, serta penggunaan suatu
system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi keperilakuan, dengan mempertimbangkan
hubungan antara perilaku manusia dan system akuntansi, mencerminkan dimensi social dan
budaya manusia dalam suatu organisasi.
Bernard Berelson dan GA. Stainer juga menjelaskan secara singkat mengenai definisi
keperilakuan, yaitu sebagai suatu riset ilmiah yang berhadapan secara langsung dengan perilaku
manusia. Definisi ini menangkap permasalahan inti dari ilmu keperilakuan, yaitu riset ilmiah dan
perilaku manusia.
C. Lingkup dan Sasaran Hasil Dari Akuntasi Keperilakuan
Pada masa lalu, para akuntan semata-mata focus pada pengukuran pendapatan dan biaya yang
mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksi masa depan. Mereka
mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan
kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu factor yang akan mempengaruhi perilaku di masa
depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari suatu organisasi
harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu
yang saling berhubungan dalam organisasi.
D. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan
Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan manusia.
Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Ilmu
keperilakuan merupakan bagian dari ilmu social, sedangkan akuntansi keperilakuan merupakan
bagian dari ilmu akuntasi dan pengetahuan keperilakuan. Namun ilmu keperilakuan dan
akuntansi keperilakuan sama-sama menggunakan prinsip sosiologi dan psikologi untuk menilai
dan memecahkan permasalahan organisasi.
E. Perspektif Berdasarkan Perilaku Manusia : Psikologi, Sosiologi dan Psikologi Sosial
Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi social menjadi kontribusi utama dari
ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan
perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang berbeda
mengenai kondisi manusia. Psikologi terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara individu
bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap
stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri,
arah dan motivasi individu. Keutamaan psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu
organisasi. Di pihak lain, sosiologi dan psikologi social memusatkan perhatian pada perilaku
kelompok social. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada
rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu social, pengaruh social
dan ilmu dinamika kelompok.
F. Beberapa Hal Penting Dalam Perilaku Organisasi
Ada beberapa teori perilaku organisasional yang mencerminkan inti yang ditangani oleh teori-
teori, yaitu :
1. Teori Peran
2. Struktur Sosial
3. Budaya
4. Komitmen Organisasi
5. Konflik Peran
6. Konflik Kepentingan
7. Pemberdayaan Karyawan

Dasar Riset Empiris Akuntansi. Riset biasa juga di sebut sebagai penelitian yang mana setiap
ilmu itu memiliki sebuah penelitian atas formula yang di jalankan. Dalam meneliti atau riset itu
di butuhkan sebuah dasar penelitian termasuk dalam ilmu akuntansi. Dan sejalan dengan
perkembangan jaman, penelitian akan akuntansi terjadi pergeseran arah yang mana penelitian
akuntansi sejak tahun 1960 yang di sebut dengan pendekatan klasikal.

Beberapa artikel yang muncul di beberapa jurnal ilmiah akuntansi seperti : the accounting
review, journal of accounting research menggunakan berbagai variasi yang berbeda satu dengan
yang lain. Pendekatan yang pertama yaitu pendekatan klasikal atau pendekatan mainstream
approach / positivisme kemudian yang satunya lagi adalah pendekatan radikal / alternatif yaitu
menjadikan ilmu pengetahuan sosial lainnya sebagai metodologi.

Pada tahun 1970 terjadi pergeseran pendekatan tersebut dari Pendekatan Normatif ke pada riset
empiris. Hal tersebut debabkan oleh :

1. Pendekatan Normatif dianggap tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap di
gunakan dalama praktek akuntansi sehari-hari sedangkan,
2. Pendekatan Empiris (Pemahaman Akuntansi secara empiris) dianggap menfokuskan
pendekatan ekonomi serta prilaku (behavior) yang mana pendekatan ini meminjam
metodologi dari ilmu sosial lainnya seperti filsafat, Sosiologi, antropologi dalam
memahami akuntansi.

Metode Riset

Dalam beberapa hal dalam melakukan riset ada beberapa metode yang di gunakan seperti berikut
:

 Pendekatan Deduktif (Deductive Approach)


 Pendekatan Induktif (Inductive Approach)
 Pendekatan Pragmatis (Pragmatic Approach)
 Pendekatan Etika (Ethical Approach)
 Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)
 Penelitian dengan Metode Ilmiah (Scientific Method of Inquiry)
Mungkin dalam beberapa kesempatan mendatang kita akan coba untuk menjabarkan semua
pendekatan riset di atas dengan lebih lengkap dengan harapan akan memberikan penjelasan yang
tepat terhadap dasar riset Empiris Akuntansi, terima kasih.

ulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah mengenal adanya
hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan semakin majunya
peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengihktisaran dan pelaporan sebagai
bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari proses transaksi telah
mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti saat
ini.Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan
yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan dalam tehnologi komputer akuntansi yang
memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggihpun prosedur
akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan
akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang
paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi.
Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk
perilaku dari para pengambil keputusan.

Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan
organisasi akan informasi akuntansi. Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang
untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada
efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana prilaku orang-
orang di dalam organisasi.

Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting kita mengetahui mengenai sejarah dan
perkembangan akuntansi keperilakuan serta konsep dan ilmu-ilmu lain yang terkait dengan
akuntansi keperilakuan dan tentunya hal ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perkembangan ilmu akuntansi itu sendiri.

Sasaran pembelajaran dari pengertian akuntansi keperilakuan adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan Akuntansi Keperilakuan.


2. Pengenalan Tradisional dari Akuntansi
3. System Informasi Akuntansi
4. Dimana Akuntan Bekerja
5. Dimensi Akuntansi Keperilakuan

Pengenalan Akuntansi Keperilakuan


Akuntansi Keperilakuan merupakan bagian dari akuntansi dan ilmu sosial. Akuntansi
Keperilakuan banyak mencoba membahas tentang bagaimana perilaku manusia dapat
mempengaruhi data-data akuntansi dan pengambilan keputusan bisnis, serta sebaliknya,
bagaimana informasi akuntansi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bisnis dan perilaku
manusia.

Pengenalan Tradisional dari Akuntansi


Akuntansi merupakan disiplin ilmu yang memberikan pelayanan dan berfungsi menyediakan
informasi yang relevan dan tepat waktu tentang kondisi profit maupun nonprofit kepada
pengguna internal dan eksternal dalam mengambil keputusan ekonomi. Pengguna internal dari
informasi akuntansi adalah mereka para pemilik bisnis itu sendiri termasuk staff yang melihat
pelaporan akuntansi sebagai dasar financial, investasi dan keputusan operasi dibuat. Pengguna
eksternal seperti stackholder, kreditur, buruh, dan analisis keuangan serta agen pemerintahan.
Keseluruhan tentunya memiliki kepentingan tersendiri terhadap informasi akuntansi.

Perbedaannya dalam hal ini adalah yaitu antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
Akuntansi keuangan menekankan pada pelaporan untuk pengguna eksternal, sedangkan
akuntansi manajemen menekankan pada pelaporan internal. Akuntansi keperilakuan merupakan
cabang dari akuntansi. Yang lebih mengarah pada hubungan antara perilaku manusia dan system
akuntansi. Akuntansi keperilakuan ini mencakup akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.

System Informasi Akuntansi


Akuntansi dikatakan sebagai bahasa bisnis karena akuntansi dapat mengukur dan
mengkomunikasikan keuangan dan informasi lainnya tentang personal, organisasi, aktivitas
pemerintahan, bisnis venture, kepada pengambil keputusan. Akuntansi dapat juga dilihat sebagai
suatu system informasi. Pada beberapa perusahaan, akuntansi merupakan bagian kuantitatif dari
sisten informasi, dimana system akuntansi menerima informasi dari lingkungan
(perusahaan,pemerintah,supplier,pelanggan,dll), mengukur informasi dan melaporkanya,
memproses dan mengeluarkan laporan kepada lingkungan.

System informasi akuntansi dibangun oleh aktivitas bisnis dan struktur dari suatu perusahaan.
Desain system yang bagus mencakup prosedur-prosedur untuk pengukuran, pelaporan,
penyimpualan/penampungan kegiatan ekonomi. System ini menyediakan desain pengendalian
internal untuk mengamankan asset dan untuk efisiensi, serta menyediakan data yang relevan
untuk pelaporan intern dan ekstern.

Dimana Akuntan Bekerja


Para akuntan bekerja di perusahaan bisnis, perusahaan non-bisnis, atau pada perusahaan akuntan
public. Akuntan-akuntan yang bekerja pada perusahaan bisnis maupun non-bisnis semuanya
bertanggungjawab terhadap desain dan pemeliharaan system informasi akuntansi, perencanaan
dan pengendalian keuangan, serta pelaporan terhadap pengguna intern maupun pengguna
ekstern. Pelaporan kpada pengguna intern menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
memelihara dan mengembangkan efisiensi opersional dan profitabilitas perusahaan,
mengembangkan perencanaan dan kebijakan-kebijakan perusahaan, serta pengambilan keputusan
yang sifatnya sewaktu-waktu (non-rutin)

Perusahaan bisnis maupun non-bisnis, terikat pada perusahaan akuntan public sehingga
menghasilkan audit yang independen dari pelaporan keuangannya. Audit melibatkan proses
pemeriksaan pada penyajian informasi dalam pernyataan keuangan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan, perusahaa akuntan public mengeluarkan laporan audit, yang berupa opini-opini
atas penyajian pernyataan keuangan sesuai dengan Certied Public Accounting (CPA).
Perusahaan akuntan public juga menyediakan klien bisnis dan non-bisnis mereka berupa pajak,
petunjuk akuntansi, serta pelayanan konsultasi manajemen.

Dimensi Akuntansi Keperilakuan


Akuntansi pada dasarnya hanya fokus pada pelaporan informasi keuangan. Beberapa decade
terakhir, para manajer dan akuntan professional telah mengetahui secara gambling kebutuhan
informasi ekonomi yang memenuhi syarat bukan hanya disajikan dari system akuntansi atau
pelaporan pernyataan keuangan. Sebagai bagian dari nonfinansial, informasi yang akurat
mengandung arti terhadap kelengkapan data-data akuntansi yang mengarah paa area perilaku
akuntansi: sebagai sub wilayah akuntansi yang mengintegrasikan dimensi perilaku manusia
dengan akuntansi tradisional.
Definisi dan Ruang Lingkup
Akuntansi keperilakuan yang juga sebagai bagian dari akuntansi tradisional memiliki peran
untuk mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Hal tersebut
merupakan dimensi akuntansi yang konsen pada perilaku manusia dan hubungannya dengan
desain, konstruksi, dan penggunaan efisiensi system informasi akuntasi. Akuntansi keperilakuan
mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dengan system akuntansi, merefleksikan
adanya dimensi social dari organisasi sehingga dengan demikian merupakan suplemen vital
terhadap informasi akuntansi yang harus selalu dilaporkan oleh akuntan.

Adapun ruang lingkup dari akuntansi keperilakuan yaitu:

1. Splikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap desain dan konstruksi system akuntansi,
2. Studi mengenai reaksi terhadap format dan isi dari pelaporan akuntansi,
3. Cara bagaimana informasi diproses untuk pengambilan keputusan,
4. Pengembangan teknik pelaporan untuk mengkomunikasikan perilaku data kepada
pengguna,
5. Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, aspirasi, dan
tujuan dari personal yang menjalankan organisasi.

Secara umum, ruang lingkup akuntansi keperilakuan dapat digolongkan ke dalam 3 kategori
utama:

 Pengaruh prilaku manusia pada desain, konstruksi, dan penggunaan system akuntansi,
dimana hal ini menekankan pada bagaimana sikap dan pilosofis dari manajemen
mempengaruhi secara alami pengendalian keuangan dan memfungsikan semua bagian
dalam organisasi.
 Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia, dimana hal ini menekankan pada
bagaimana system akuntansi berpengaruh terhadap motivasi, produktivitas, pengambil
keputusan, kepuasan kerja, dan kerjasama.
 Metode untuk memprediksi dan strategis mengubah perilaku manusia, menekankan pada
bagaimana system akuntansi dapat digunkan untuk mempengaruhi perilaku.
Aplikasi Akuntansi Keperilakuan
Manfaaat ekonomi dan terhadap manusia dari adanya aspek keperilakuan akuntansi sangat
banyak. Berikut beberapa situasi yang menggambarkan hal tersebut: penelitian menunjukkan
bahwa jika aspek keperilakuan sebagaimana keputusan yang diambil tidak diinvestigasi
sebelumnya, dan jika tidak segera diambil langkah koreksi ketika disfungsi sikap terjadi, maka
alternative ke dua adlah lebih kepada outcome atau keluaran. Seperti pada kasus dimana para
manajer yang menyadari akan pentingnya aspek akuntansi keperilakuan mereka akan melakukan
investigasi terhadap bagaimana personal memandang inovasi, dan apa yang mereka khawatirkan
tentang hal tersebut.

Jika ditentukan bahwa sikap dan perilaku karyawan memiliki tanggungjawab terhadap masalah
anggaran, perusahaannya akan menginvestigasi aspek keperilakuan dari situasi ini. Pertanyaan
yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah bagaimana personal (karyawan) bersikap selama
proses pembuatan anggaran. Apakah hubungan mereka harmoni dengan yang lainnya,
Bagaimana karyawan merasa adanya peranan mereka terhadap proses keseluruhan, dan tujuan
mereka secara individu dalam hubungannya dengan tujuan organisasi. Akuntan keperilakuan
juga akan mengetahui sebab dari sikap dan perilaku serta kemungkinan terhadap perilaku yang
sama akan terulang dimasa akan dating. Sehingga akuntan keperilakuan akan menyarankan
strategi mengubah perilaku untuk membuatnya lebih cocok dengan fungsi organisasi.

Untuk tujuan internal, akuntan keperilakuan menyediakan manajmen bukan hanya untuk
informasi tentang bagaimana kelakuan karyawan, tetapi juga memberikan alas an mengapa
manusia berperilaku sebagaimana yang mereka lakukan dan memberikan rekomendasi untuk
perubahan perilaku yang tidak sesuai fungsinya.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa tujuan dari akuntansi keperilakuan adalah untuk mengukur, dan
megevaluasi factor-faktor perilaku yang relevan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
pengambil keputusan internal dan eksternal.

Sejarah Perkembangan Akuntansi Keperilakuan


Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan
proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non
akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970).
Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:

1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk
menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil
riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak
pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.

Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali
pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya
disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada
akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada
tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan
Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada
akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi
akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang
mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu
membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan
riset yang diikuti.

Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin
meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel
selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam
kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya.
Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai
oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi
menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.

kuntansi keperilakuan – tinjauan umum

Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut
adalah memberikan petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan
sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi dan perilaku dari
pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi
akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai
internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal
dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu
rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi. Pihak eksternal
sama dengan pihak internal, tetapi mereka labih berfokus pada jumlah investasi yang mereka
lakukan dalam organisasi tersebut.

Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran
(school) , yaitu :

1. Pengendalian manajemen (management control)


2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
3. Desain sistem informasi (information system design)
4. Riset audit (audit research)
5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)

Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di
dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses
perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling
berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan didalam perusahaan Awal
perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen
khususnya penganggaran (budgeting), namun yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan
bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Banyak volume riset
atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara
periodik, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :

1. Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang
ingin diperkenankan
2. Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui
sebidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan

Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi
secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan
menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi
dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan
hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan
teknik berikut ini :

1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan perusahaan

Akuntansi Konvensional

Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang
relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai
internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi keuangan
melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yang
beberapa diantaranya adalah :

1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi
investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan
sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang-utangnya
5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan
perusahaan
6. Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.

Akuntansi sebagai Suatu Sistem Informasi

Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai
komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki
sasaran, input output, dan lingkungan untuk mencapai target geser yang telah ditetapkan.

Akuntansi adalah Sistem

Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru diantara
karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur organisasi.
Dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang menent penting yang
menentukan efektukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Jackson (1986)
mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam pengembangan
sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu :

1. Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan


perusahaan.
2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.
3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek teknisnya.
4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang
akan diperoleh dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut.
5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan
yang lebih baik dalam pengembangan sistem.

Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral dari
kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua tahap
yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut adalah perencanaan,
analisis, perancangan, implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan
pemakai ini, Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam tingkatan keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem informasi, yaitu :

1. Tidak ada keterlibatan (no-involvement)


2. Keterlibatan simbolis (symbolic involvement)
3. Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice)
4. Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control)
5. Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing)
6. Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by strong control)
Keterlibatan Manajemen Puncak Dalam Pengembangan Sistem

Perencanaan Strategis Perencanaan Sistem Implementasi


a. Kandungan proses perencanaan strategis a. Integrasi Sistem a. Pengendalian rencana implementasi
b. Kegunaan rencana b. Tingkat rincian rencana proyek b. Keterbatasan sumber daya
c. Keterpaduan dalam rencana c. Integrasi hardware c. Pencapaian tujuan perencanaan

d. Pengkoordinasian tindakan perencanaan d. Perencanaan proyek

Akuntansi adalah Informasi

Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya untuk
mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh
manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi
secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan
oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif. Agar proyek
pengembangan sistem informasi tidak sia-sia, perlu dipahami tahapan-tahapan dalam
pengembangan sistem tersebut seperti yang diutarakan oleh Bodnar dan Hopwood (1995), yaitu :

1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-
solusi masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem
2. Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh
proses analisis sistem
3. Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan
metode baru atau revisi ke dalam operasi

Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat menyediakan
atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan seperti itu sebab
akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang mengkomunikasikan berbagai
fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu organisasi bisnis kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan peristiwa ekonomi tersebut.

Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan
proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non
akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970).
Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:

1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk
menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil
riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak
pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.

Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali
pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya
disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada
akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada
tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan
Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada
akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi
akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang
mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu
membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan
riset yang diikuti.

Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin
meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel
selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam
kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya.
Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai
oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi
menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel perilaku yang
terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi dapat dilihat pada gambar dibawah
ini,

Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan

Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science),
teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam
organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak
diragukan lagi.

Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat
sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk.
Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan
diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah
harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.

Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk
menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.

Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi

Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic


approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena
pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang
selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi
(contingency approach).

Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan


mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang
mempengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor eksternal


lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses
produksi, produk masal, dan lainnya.
3. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan.
5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi,
budaya organisasi dan lainnya

Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian
lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan
persepsi atas manfaat sistem akuntansi.

2. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya
yang pokok dan asli dari Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.
Dalam pendekatan teologis ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan, tidak
ada kekurangan sedikit pun dan tampak bersikap ideal. Dalam kaitan ini agama tampil sangat
prima dengan seperangkat cirinya yang khas. Untuk agama Islam misalnya, secara normative pasti
benar, menjunjung nilai-nilai luhur. Untuk bidang social, agama tampil menawarkan nilai-nilai
kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong menolong, tenggang rasa, persamaan derajat
dan sebagainya. Untuk bidang ekonomi agama tampil menawarkan keadilan, kebersamaan,
kejujuran, dan saling menguntungkan. Untuk bidang ilmu pengetahuan, agama tampil mendorong
pemeluknya agar memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang setinggi-tingginya, menguasai
keterampilan, keahlian dan sebagainya. Demikian pula untuk bidang kesehatan, lingkungan hidup,
kebudayaan, politik dan sebagainya agama tampil sangat ideal dan yang dibangun berdasarkan
dalildalil yang terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.1[6]

Pendekatan teologis ini erat kaitanya dengan pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang
memandang agama dari segi ajaranya yang pokok dan asli dari tuhan yang di dalamnya belum
terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologi normatif ini agama dilihat
sebagai suatu kebenaran mutlakdari tuhan, tidak ada kekurangan sedikitpun dan tempat bersikap
ideal. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi
mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah
variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.[1]
Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan
menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan.[2] Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok,
menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik
dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan,
menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan
seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif
mengenai subjek penelitian.[1]

I. Definisi Pendekatan Kontingensi


Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif (berdasarkan
perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telah dikenal. Manajemen kontingensi
berupaya untuk melangkah keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan
menuju kondisi situasional. Salah seorang penulis manajemen kontingensi yang bernama Fred
Luthans menyatakan, “pendekatan-pendekatan tradisional dalam bidang manajemen, tidak salah
atau keliru, tetapi dewasa ini mereka tidak terlampau cocok. Terobosan baru terhadap teori dan
praktik manajemen dapat kita temukan pada pendekatan kontingensi.”
Apabila dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalah merupakan suatu upaya
untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, dan teknik manajerial mana yang paling cocok
dan tepat dalam situasi-situasi tertentu.
Maka menurut pendekatan kontingensi situai-situasi yang berbeda mengharuskan adanya reaksi
manajerial yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai