Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu hal yang menarik seperti apa yang digambarkan selama ini, yakni Islam
memiliki karakteristik global, bisa diterima dalam setiap ruang dan waktu. Namun, pada
sisi yang lain, saat ia memasuki berbagai kawasan wilayah, karakteristik global seolah-
olah hilang melebur ke dalam berbagai kekuatan lokal yang dimasukinya. Satu
kecenderungan dimana biasa Islam mengadaptasi terhadap kepentingan mereka.
Dalam hal ini Islam dipandang sebagai agama yang memiliki kesatuan dalam
keragamannya dalam aspek-aspek teologi dan spritualnya, sementara lokalitas
keragamamannya berbeda dalam pola-pola penerapan dengan variasi cultural masing-
masing.

B. Tujuan Makalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam.
2. Untuk mengetahui orientalisme dan oksidentalisme.
3. Untuk mengetahui studi islam di Barat, didunia Islam, di Indonesia.

C. Manfaat Makalah
Disamping untuk memenuhi tugas, pemakalah berharap makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan yang kita miliki terutama tentang mata kuliah Metodologi
Studi Islam.

Metodologi Studi Islam | 1


BAB II

PEMBAHASAN

KAWASAN STUDI ISLAM

1. Pengertian Studi Kawasan Islam


Secara Etimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam kajian
Islam di Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah kajian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ke Islaman. Secara Terminologis adalah kajian secara sistematis dan
terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang
berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun realitas
pelaksanaanya dalam kehidupan.1
Pengertian studi kawasan Islam adalah kajian yang tampaknya menjelaskan
bagaimana situasi sekarang ini terjadi, karena fokus materi kajiannya tentang berbagai
area mengenai kawasan dunia Islam dan lingkup pranata yang ada. Mulai dari
pertumbuhan, perkembangan, serta ciri-ciri karakteristik social budaya yang ada
didalamnya, termasuk juga faktor-faktor pendukung bagi munculnya berbagai ciri dan
karakter serta pertumbuhan kebudayaan masing-masing dunia kawasan Islam. Dengan
demikian, secara formal objek studinya harus meliputi aspek-aspek geografis,
demografis, historis, bahasa serta berbagai perkembangan social dan budaya, yang
merupakan ciri-ciri umum dari keseluruhan perkembangan yang ada pada setiap kawasan
budaya.2
a. ORIENTALISME
Orientalis berasal dari kata “orient” yang mengandung pengertian “timur”, kata-
kata tersebut berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia timur. 3 Orang-orang
yang mempelajari budaya timur dari segala aspeknya gaya berpikir yang berdasarkan
pada perbedaan ontologism dan epistemologis yang dibuat antara timur dan barat. 4 Kata
orientalis digunakan bagi setiap cendikiawan Barat yang bekerja untuk mempelajari

1
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspek, Jakarta: Bulan Bintang, hlm 33.
2
Azyumardi Azra, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pers, hlm 2.
3
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau dari Kacamata Agama, (Al-quran dan Hadis), Jakarta: Pustaka Al-Husna,
tt, hlm 9.
4
Zulfran Rahman, Kajian Sunnah Nabi Saw, Sebagai Sumber Hukum Islam, Kerinci: CV Pedoman Ilmu
Jaya, hlm. 135.

Metodologi Studi Islam | 2


masalah ke Timuran, baik dibidang bahasanya, etika, peradaban dan agamanya. Jadi,
orientalis merupakan suatu studi yang dilakukan oleh orang-orang Barat untuk
mempelajari situasi Timur, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan sejarah, agama,
bahasa, etika, seni, tradisi, serta adat kebiasannya. Sebagaimana bahwa orientalisme
adalah suatu warna perang dingin yang dilancarkan oleh bangsa Eropa guna memperdaya
Islam dan umatnya, yang dilakukan setelah mereka kalah dan gagal dalam perang salib
yang dahsyat.5
Orientalis pada mulanya berdiri diatas pendeta-pendeta, kemudian mereka
berhubungan dengan kolonialis dan imperialis. Pada hakikatnya hingga kini pun tetap
bersandar pada mereka, walaupun realitas yang mereka tunjukkan seakan-akan hanya
risalah keagamaan dan urusan social semata. Namun, dibalik layarnya, mereka pantau
keadaan golongan-golongan yang ada di masyarakat sebagai data guna mengatur strata
untuk mempermudahkan realisasi program-programnya.
Satu hal lagi yang sangat penting bahwa semua kaum orientalis Barat, tanpa
pengecualian adalah orang-orang yang mengingkari kenabian Muhammad, dan kafir
terhadap Islam. Kebanyakan dari mereka adalah Ahli Kitab (bangsa Yahudi dan pemeluk
Nasrani) yang dikenal sangat memusihi Islam dan kaum Muslimin. Mereka dengan gigih
dan terarah selalu membuat tipu daya terhadap ummat Islam. Selalu berusaha untuk
meniupkan keraguan-keraguan terhadap kebenaran ajaran Islam, dan selalu berusaha
untuk menyesatkan ummat Islam dari ajaran agamanya. Dengan kata lain merekalah yang
disebut dan dimaksud dalam firman Allah dalam surah Ali- Imran ayat 69.
b. OKSIDENTALISME
Sebagai sebuah istilah independen, oksidentalisme amat jarang dijumpai dalam
literatur keislaman modern, bahkan dalam wacana dunia berkembang dalam scope yang
lebih besar. Paling tidak, hal ini berlangsung sampai tahun 1990-an.
Oksidentalisme sebagai suatu disiplin ilmu yang secara khusus mempelajari dan
mengkaji Barat dan kebaratan dari perspektif non-Barat, merupakan gejala yang baru
muncul pada akhir dekade abad ke-20. Itu pun baru dalam bentuk sebuah gaung wacana
atau ide yang belum diaplikasi dalam sebuah bentuk ilmu yang mapan.

5
Hasanain Batth, Anatomi Orientalisme, Terjm. M. Faisal Muchtar, Jogjakarta: MenaraKudus, 2004, hlm.
19.

Metodologi Studi Islam | 3


Memang studi kebaratan sudah dimulai sejak awal era kebangkitan Islam. Namun,
studi-studi yang pernah ada masih sarat dengan analisis deskriptif yang sumber utamanya
adalah Barat sendiri. Sehingga kajian-kajian semacam itu tidak lebih dari promosi bagi
superioritas Barat. Jadi, model tersebut belum merepresentasikan apa yang dimaksudkan
pada format oksidentalisme diskursif, yakni satu wacana yang melihat dan mengkaji
Barat dari luar Barat, sebagaimana orientalis mengkaji Timur dari perspektif mereka.6
Oksidentalisme berambisi menjadikan Barat objek kajian, sedangkan Timur
sebagai subyek kajian. Oksidentalisme menjadi alternatif pembacaan kritis atas Barat.
Menurut Hasan Hanafi, kehadiran oksidentalisme menjadi penting ditengah dua
kecenderungan pembacaan atas Barat : menerima atau menolak Barat. Menurutnya,
pembacaan seperti itu tidak membawa perubahan, justru pembacaan yang ekstrem (1999 :
9).
Oksidentalisme merupakan tawaran pemikiran terhadap munculnya penolakan
begitu besar atas Barat. Jauh hari sebelum invasi Amerika Serikat ke Irak, demonstrasi
anti perang meluas di berbagai penjuru dunia. Dari sekian demostrasi itu, membuat relasi
antara Timur dan Barat tak sedap. Dan bisa dipastikan, muncul cara pandang monolitik
terhadap Barat.
Sikap Amerika Serikat yang kaku terhadap Arab menyebabkan respons dari
kalangan Arab pun keras pula. Pendudukan asing ke beberapa negara Arab selain
membawa modernisasi dan pembaharuan, di sisi lain juga membawa dampak negatif bagi
menguatnya kelompok radikal di Timur Tengah, yang ditandai dengan penolakan non-
Arab dan non-Islam.7
Hasan hanafi dilahirkan di Cairo, Mesir pada 14 Februari 1934 M. Beliau adalah
seorang penulis yang pertama kali menulis buku khusus tentang oksidentalisme barat yang
ditulis dalam bahasa Islam (Arab, Parsi, dan Urdu) atau bahasa Eropa lainya. Pada
pengujung tahun 1991, Hasan Hanafi menerbitkan bukunya Muqaddimah fi Ilm al-
Istighrab( pengantar kepada oksidentalisme). Buku ini hanya dicetak 1000 eksemplar

6
KH. Muhammad Solikhin, Filsafat dan Metafisika Dalam Islam (Yogyakarta : Penerbit NARASI, 2008),
hal.252
7
Zuhairi Misraawi, Pandangan Muslim Moderat : Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian (Jakarta : PT
Kompas Media Nusantara, 2010), hal.169

Metodologi Studi Islam | 4


mengingat tebalnya lebih dari 800 halaman) yang otomatis menjadikan harga buku ini agak
sulit dijangkau oleh khalayak umum.

Hasan hanafi adalah seorag penulis dan pemikir dari Mesir yang sangat produktif.
Ia menguasai tiga bahasa (Arab, Inggris, dan Prancis). Banyak karya beliau yang sangat
fundamentalis antara lain Min Al- Aqidah ila al- Tsaurah- lima volume 1988 dll.
Pengantar okesidentalisme adalah karya beliau yang terbaru sampai sekarang.

Hassan Hanafi adalah salah satu tokoh yang mencetuskan tentang oksidentalisme
sebagai suatu kajian kebudayaan dan berbagai aspek dunia Barat. Oksidentalisme muncul
sebagai suatu disiplin keilmuan yang menjadi lawan dari orientalisme. Hanafi menyebut
identitas masyarakat timur itu dengan istilah ego (al-ana) dan masyarakat Barat sebagai the
other. Dulu ego merupakan objek kajian dari the other, kini saatnya ego menjadi
pengkaji/subjek yang mengkaji the other sebagai subjeknya.8
Hassan Hanafi juga menjelaskan hasil- hasil yang akan dicapai bila oksidentalisme
berhasil berkembang dengan baik dan mendapatkan objeknya, ia akan membawa pada
perubahan besar. Beberpa hasil dari oksidentalisme jika berhasil dibangun adalah :
1. Kontrol akan pembendungan kesadaran Eropa. Eropa yang dulu merupakan subjek,
kini menjadi ojek kajian bagi ego. Kini saatnya murid menjadi guru, dan tiba saatnya
guru menjadi murid. Yang terbelakang memimpin, dan yang maju mulai dibelakang.
2. Mempelajari kesdaran Eropa dalam kapasitas sebagai sejarah. Kesadaran Eropa
merupakan sejarah yang terbentuk dari fase sejarah, namun ia tetap merupakan
eksperimentasi manusia dan perjalanan sebuah peradaban.
3. Mengendalikan Barat pada batas alamiahnya, mengakhiri perang kebudayaan,
menghentikan ekspansi tanpa batas, mengembalikan filsafat Eropa ke lingkungan
kelahirannya. Sehingga partikularitas Eropa kelihatan. Mengembalikan kebudayaan
Barat ke wilayah geografisnya dan historisnya.
4. Menghapus budaya kosmo polit, menemukan spesifikasi bangsa seluruh dunia.
5. Membuka jalan bagi terciptanya inovasi non Eropa dan membebaskan dari “akal”
Eropa yang menghalangi nuraninya, sehingga ego dapat berpikir sesuai dengan “akal”
dan kerangka lokalnya sendiri.Sehingga akan ada keragaman tipe dan model. Tidak

8
Hassan Hanafi, Oksidentalisme : sikap kita terhadap tradisi Barat. Terj (Jakarta : Paramsdina, 2000). hal.
18.

Metodologi Studi Islam | 5


tunggal bagi semua bangsa di dunia. “Tidak ada kreasi tanpa pembebasan diri dari
kontrol the other dan tidak ada inovasi orisinal tanpa kembali kepada diri sendiri yang
telah terbebas dari keterasingan dalam the other. Orisinalitas ini akan beralih dari
tingkat kesenian rakyat ke tingkat substansial dan konsepsi tentang alam.
6. Menghapus rasa inferioritas (rendah diri) dihadapan Eropa. Dengan begitu juga
otomatis menghapus rasa superioritas yang tumbuh dalam diri Eropa.
7. Penulisan ulang sejarah, agar dapat semaksimal mungkin mewujudkan persamaaan
bagi setiap bangsa di dunia yang sebelumnya menjadi korban perampasan kebudayaan
oleh Eropa.
8. Permulaan filasafat sejarah baru yang dimulai dari angin timur. Ditemukannya siklus
peradaban dan hukum evolusinya yang lebih komprehensif dan universal
dibandingkan yang ada dilingkungan Eropa. Tinjauan ulang posisi bangsa timur
sebagai permulaan sejarah.
9. Mengakhiri orientalisme, dan mengubah posisi timur yang tadinya sebagai objek
menjadi subjek, yang tadinya hanya sebongkah batu menjadi bangsa.
10. Menciptakan oksidentalisme sebagi ilmu yang akurat.
11. Membentuk peneliti-penelitiyang mempelajari peradabannya dari kaca mata
sendiridan mengkaji peradaban lain secara lebih netraldari yang pernah dilakukan
Barat dalam megkaji bangsa lain.
12. Dimulainya pemikir baru yang dapat disebut filosof pasca generasi pelopor di era
kebangkitan.
13. Membebaskan ego dari the other pada tingkat peradaban agar ego dapat memposisikan
diri sebagai dirinya sendiri.
14. Tak ada rasialisme terpendam, seperti yang ditimbulkan akibat dari orientalisme.9

c. STUDI ISLAM DI BARAT, DI DUNIA ISLAM, DI INDONESIA


1. SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI DUNIA BARAT
Kemajuan peradaban barat dimulai pada priode pertengahan (1250-1800 M), yang
mana peradaban Islam pada periode ini mengalami stagnasi. Sedangkan peradaban barat
mengalami perkembangan yang sangat pesat dari ilmu pengetahuan yang sangat pesat

9
Ibid, hal.176-183

Metodologi Studi Islam | 6


dari ilmu pengetahuan dan teknologi sampai sekarang ini. Sebenarnya perkembangan
tersebut banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan Islam. Sebagaimana kita ketahui
bahwa Andalusia (Spanyol) pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah adalah merupakan
salah satu tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam baik
dalam bentuk hubungan politik, social, maupun perekonomian dan perasaban antar
negara. Salah satu contoh yang kami ambil adalah pemikiran Ibnu Rusyd yang
melepaskan belenggu taklid dan mengamjurkan kebebasan berpikir.
Dari pemikiran Ibnu Rusyd inilah yang menarik minat orang-orang barat untuk
belajar. Diantara pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas-universitas Islam di
Andalusia, sperti Universitas Cadova, Seville, Malaga, Granada dan Salamancan. Selama
mereka belajar di lembaga-lembaga tersebut, mereka aktif menerjemahkan buku-buku
para ilmuan muslim. Setelah mereka kembali kenegara masing-masing, mereka
mendirikan sekolah-sekolah dan universitas. Universitas yang pertama mereka dirikan di
Eropa pada tahun 1231 M.10
Jadi sudah jelaslah bahwa latar belakang berkembangnya studi Islam di Dunia
Barat adalah disebabkan para pelajar barat yang datang ke Jazirah Arabiyah untuk
belajar. Disamping itu juga mereka telah berhasil menterjemahkan karya-karya ilmuan
muslim kedalam bahasa latin. Gerakan ini pada akhirnya menimbulkan masa pencerahan
dan revolusi industry, yang menyebabkan Eropa maju. Dengan demikian Andalusia
merupakan sumber-sumber cahaya bagi Eropa.
2. SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI DUNIA ISLAM
a) Studi Islam Pada Era Klasik
Pendidikan islam pada zaman awal di laksanakan di masjid-masjid. Mahmud
yunus menjelaskan bahwa pusat-pusat studi islam klasik adalah mekkah dan
madinah(hijaz), basrah, dan kuffah (irak, damaskus dan palestina(syam) dan fistat
(mesir); Madrasah mekkah dipelopori oleh mu’adz bin jabal, madrasah madinah di
pelopori oleh abu bakar, umar dan utsman; Madrasah basrah di pelopori oleh abu musa
al-asyari dan anas bin malik; Madrasah kuffah di pelopori oleh ali bin abi thalib dan

10
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Madrasah Aliyah Kelas Tiga, Jakarta: Karya Toha Putra Semarang,
2003, hlm. 65

Metodologi Studi Islam | 7


abdullah bin mas’ud; madrasah di damaskus (syiria) di pelopori oleh ubadah dan abu
darda, sedangkan madrasah fistat(mesir) di pelopori oleh abdullah bin amr bin ash11

b) Studi Islam Pada Era Modren


Studi islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik di
dunia islam maupun bukan negara islam. di dunia islam terdapat pusat-pusat studi islam,
seprti universitas al-azhar di mesirdan universitas ummul qura di arab saudi. Di teheran
didirikan universitas teheran. Di universitas ini, studi islam dilakukan dalam satu fakultas
yang disebut kulliyat ilahiyat (fakultas agama). Di universitas damaskus (syiria), studi
islam di tampung dalam kulliyat al-syari’ah (fakultas sayari’ah) yang di dalamnya
terdapat program studi ushuluddin,tasawuf dan sejenisnya. Universitas al-azhar(mesir)
dapat dibedakan menjadi dua periode; pertama, periode sebelum tahun 1961; dan kedua,
periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama fakultas-fakultas yang ada sama
dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah thun 1961, di universitas ini
diselenggarakan fakultas-fakultas umum di samping fakultas agama. 12
3. SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA
a. Perkembangan Studi Islam di Indonesia
Indonesia adalah sebuah negeri agraris sekaligus maritime yang memiliki
berbagai bentuk masyarakat, kebudayaan, watak, dan kehidupan social yang berbeda-
beda. Agama Islam sebagai agama yang memiliki rahmat bagi seluruh alam memiliki
otoritas dalam upaya menyatukan cara berfikir yang kemudian berimplikasi pada
perbuatan yang nyata, khususnya pada masyarakat Indonesia itu sendiri.
Dalam upayanya, Islam yang dibawa oleh saudagar-saudagar dari Timur Tengah
pada awalnya masih memiliki keterbatasan pada sistem dan kurikulumnya. Namun, ada
hal yang menarik dalam memahami dinamika-dinamika perkembangan studi Islam di
Indonesia.
Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa
lembaga/ sistem pendidikan Islam di Indonesia memilki tahapan-tahapan seperti:

11
Atang abdul hakim dan jaih mubarok, metodologi studi islam,(bandung:rosda karya, 2004), hal 9-10
12
Faisal ananda arfa,Dkk, metode studi islam jalan tengsh memahami islam,(jakarta:raja grafindo,2016), hal
60-61

Metodologi Studi Islam | 8


1. Sistem Langgar
Yang dimaksud pendidikan dengan sistem langgar, surau, masjid atau dirumah
guru. Kurikulumnya pun bersifat elementer, yakni mempelajari BJd huruf arab. Dengan
sistem ini dikelolah oleh ‘alim, mudin, lebai. Mereka ini umumnya berfungsi menjadi
tukang baca doa, dimasjid atau langgar mereka.
2. Sistem Pesanten
Umumnya kurikulum sistem pesantren adalah pada tingkatan awal hanya untuk
mengenal huruf abjad Arab. Kemudian pada tingkat selanjutnya diajarkan lagu-lagu
qasidah, berjanzi, tajwid, mengkaji kitab farukunan. Sistemnya pesantren ini dilakukan
dengan dua cara yaitu sorogan dan halaqah.
3. Sistem Kelas
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, mulai lahir sekolah model Eropa
yang khusus untuk ningrat Belanda. Disamping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai
sistem yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut. Seperti sekolah taman siswa
yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta.
Sekolah taman siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di
jalan Taman Siswa, Yogyakarta.
Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrasah-madrasah dan sekolah-
sekolah model Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama,
Jama’at al-Khair, dan lain-lain.
4. Perguruan Tinggi
Kemudian pada level perguruan tinggi dapat digambarkan, bahwa berdirinya
perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam
Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak colonial. Untuk
mewujudkan keingan tersebut, pada bulan april 1945 ulama cendikianwan. Dalam
pertemuan itu dibentuklah panitia Perencana Sekolah Tinggi Islam. Bertepatan dengan
hari Isra’ dan Mi’raj diadakan upacara pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di
Jakarta.13

13
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 21-22.

Metodologi Studi Islam | 9


BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Pengertian studi kawasan Islam adalah kajian yang tampaknya menjelaskan bagaimana
situasi sekarang ini terjadi, karena fokus materi kajiannya tentang berbagai area mengenai
kawasan dunia Islam dan lingkup pranata yang ada.
Studi Kawasan Islam ini sendiri terbagi kepada :
 Orientalisme : Orang-orang yang mempelajari budaya timur dari segala aspeknya gaya
berpikir yang berdasarkan pada perbedaan ontologism dan epistemologis yang dibuat
antara timur dan barat.
 Oksidentalisme : Oksidentalisme sebagai suatu disiplin ilmu yang secara khusus
mempelajari dan mengkaji Barat dan kebaratan dari perspektif non-Barat.
 Studi Islam di Barat, di dunia Islam, dan di Indonesia. Yang terdiri dari :
1. Sejarah perkembangan studi Islam di dunia Barat
2. Sejarah perkembangan studi Islam di dunia Islam
3. Sejaran perkembangan studi Islam di Indonesia

b. Saran
Untuk pengembangan makalah ini lebih lanjut, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun, demi kemajuan makalah dimasa mendatang.
Penulis menyadari bahwa didalam makalah ini, mungkin penulis belum benar-benar
menjabarkannya secara lengkap dan rinci, penulis akan berusaha untuk terus lebih baik untuk
makalah-makalah di masa mendatang.

Metodologi Studi Islam | 10


DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspek, Jakarta: Bulan Bintang.
Azyumardi Azra, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pers.
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau dari Kacamata Agama, (Al-quran dan Hadis), Jakarta:
Pustaka Al-Husna, tt.
Zulfran Rahman, Kajian Sunnah Nabi Saw, Sebagai Sumber Hukum Islam, Kerinci: CV
Pedoman Ilmu Jaya.
Hasanain Batth, Anatomi Orientalisme, Terjm. M. Faisal Muchtar, Jogjakarta: Menara
Kudus, 2004.
KH. Muhammad Solikhin, Filsafat dan Metafisika Dalam Islam, Yogyakarta : Penerbit
NARASI, 2008.
Zuhairi Misraawi, Pandangan Muslim Moderat : Toleransi, Terorisme, dan Oase
Perdamaian, Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2010.
Hassan Hanafi, Oksidentalisme : sikap kita terhadap tradisi Barat. Terj, Jakarta :
Paramsdina, 2000.
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Madrasah Aliyah Kelas Tiga, Jakarta: Karya Toha
Putra Semarang, 2003.
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, metodologi studi Islam, Bandung : Rosdakarya,
2004.
Faisal Ananda Arfa, dkk, metode studi islam jalan tengsh memahami Islam, Jakarta :
Raja Grafindo, 2016.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Metodologi Studi Islam | 11

Anda mungkin juga menyukai