Cedera Kepla Fiks
Cedera Kepla Fiks
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cedera kepala?
2. Apa etioligi dari cedera kepala?
3. Apa klasifikasi dari ecedera kepala?
4. Bagaiamana patofisiologi dari cedera kepala?
5. Apa manifestasi klinis dari ceedera kepala?
6. Apa pemeriksaan diagnostic dari cedera kepala?
7. Bagaimana konsep triage pada Cedera Kepala?
8. Bagaimana proses pelaksanaan, diagnose, dan intervensi asuhan
keperawatan pada pasien penderita Cedera Kepala?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari cedera kepala?
2. Untuk mengetahui etioligi dari cedera kepala?
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ecedera kepala?
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari cedera kepala?
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ceedera kepala?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari cedera kepala?
7. Untuk mengetahui konsep triage pada cedera kepala?
8. Untuk mengetahui proses pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien penderita cedera kepala?
9.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
1. Trauma oleh benda tajam
Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal.
Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral, hematom serebral,
kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi,
pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh
(difusi)
Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk :
cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar,
hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera
menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya.
3. Faktor lain penyebab cedera kepala:
a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda,
dan mobil.
b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
c. Cedera akibat kekerasan.
C. Klasifikasi
Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glosgow Coma Scale)
1. Cedera Kepala ringan (kelompok risiko rendah)
a) GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, orientatif)
b) Kehilangan kesadaran /amnesia tetapi kurang 30 mnt
c) Tak ada fraktur tengkorak
d) Tak ada contusio serebral (hematom)
e) Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
2. Cedera kepala sedang
a) GCS 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
b) Kehilangan kesadaran lebih dari 30 mnt / kurang dari 24 jam
(konkusi)
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak
d) Muntah
e) Kejang
3. Cedera kepala berat
a) GCS 3-8 (koma)
b) Kehilangan kasadaran lebih dari 24 jam (penurunan kesadaran
progresif)
c) Diikuti contusio serebri, laserasi, hematoma intracranial
d) Tanda neurologist fokal
e) Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur kranium
D. Patofisiologi
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan,
edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat,
perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer
merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat
kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada
cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya
akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada
epidural hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan
durameter, subdura hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang
antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah
berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita
cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi,
ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan
berakhir pada iskemia jaringan otak.
E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari cedera kepala adalah sebagai berikut :
1) Gangguan kesadaran
2) Konfusi
3) Abnormalitas pupil
4) Piwitan tiba-tiba defisit neurologis
5) Gangguan pergerakan
6) Gangguan penglihatan dan pendengaran
7) Disfungsi sensori
8) Kejang otot
9) Sakit kepala
10) Vertigo
11) Kejang
12) Pucat
13) Mual dan muntah
14) Pusing kepala
15) Terdapat hematoma
16) Sukar untuk dibangunkan
17) Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) :
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan
perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark /
iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri
2. MRI
Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
3. Cerebral Angiography
Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan jaringan
otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
4. Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
5. X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
6. Kadar Elektrolit
Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intracranial.
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan, Jakarta : Salema Medika
Brunner & Suddarth. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
3.Jakarta:EGC