Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari cedera kepala?
2. Apa etioligi dari cedera kepala?
3. Apa klasifikasi dari ecedera kepala?
4. Bagaiamana patofisiologi dari cedera kepala?
5. Apa manifestasi klinis dari ceedera kepala?
6. Apa pemeriksaan diagnostic dari cedera kepala?
7. Bagaimana konsep triage pada Cedera Kepala?
8. Bagaimana proses pelaksanaan, diagnose, dan intervensi asuhan
keperawatan pada pasien penderita Cedera Kepala?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari cedera kepala?
2. Untuk mengetahui etioligi dari cedera kepala?
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ecedera kepala?
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari cedera kepala?
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ceedera kepala?
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari cedera kepala?
7. Untuk mengetahui konsep triage pada cedera kepala?
8. Untuk mengetahui proses pelaksanaan asuhan keperawatan pada
pasien penderita cedera kepala?
9.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cedera Kepala


Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma dari otak disertai/tanpa
perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas dari otak. (Nugroho, 2011)
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang
dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak, tanpa terputusnya
kontinuitas otak. Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa
penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak,
percepatan dan perlambatan (acceleasi – decelerasi) yang merupakan
perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada
percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serata notasi yaitu pergerakan
pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada
tingkat pencegahan.

B. Etiologi
1. Trauma oleh benda tajam
Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal.
Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral, hematom serebral,
kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi,
pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh
(difusi)
Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk :
cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar,
hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera
menyebar pada hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya.
3. Faktor lain penyebab cedera kepala:
a. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda,
dan mobil.
b. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
c. Cedera akibat kekerasan.

C. Klasifikasi
Menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glosgow Coma Scale)
1. Cedera Kepala ringan (kelompok risiko rendah)
a) GCS 13-15 (sadar penuh, atentif, orientatif)
b) Kehilangan kesadaran /amnesia tetapi kurang 30 mnt
c) Tak ada fraktur tengkorak
d) Tak ada contusio serebral (hematom)
e) Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
2. Cedera kepala sedang
a) GCS 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)
b) Kehilangan kesadaran lebih dari 30 mnt / kurang dari 24 jam
(konkusi)
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak
d) Muntah
e) Kejang
3. Cedera kepala berat
a) GCS 3-8 (koma)
b) Kehilangan kasadaran lebih dari 24 jam (penurunan kesadaran
progresif)
c) Diikuti contusio serebri, laserasi, hematoma intracranial
d) Tanda neurologist fokal
e) Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur kranium

D. Patofisiologi
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan,
edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat,
perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu
cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer
merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat
kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada
cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya
akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada
epidural hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan
durameter, subdura hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang
antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah
berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita
cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi,
ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan
berakhir pada iskemia jaringan otak.

E. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari cedera kepala adalah sebagai berikut :
1) Gangguan kesadaran
2) Konfusi
3) Abnormalitas pupil
4) Piwitan tiba-tiba defisit neurologis
5) Gangguan pergerakan
6) Gangguan penglihatan dan pendengaran
7) Disfungsi sensori
8) Kejang otot
9) Sakit kepala
10) Vertigo
11) Kejang
12) Pucat
13) Mual dan muntah
14) Pusing kepala
15) Terdapat hematoma
16) Sukar untuk dibangunkan
17) Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) :
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan
perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark /
iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri
2. MRI
Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
3. Cerebral Angiography
Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan jaringan
otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
4. Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
5. X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
6. Kadar Elektrolit
Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intracranial.

G. Konsep Triage Cedera Kepala


Triase memiliki beberapa kategori, antara lain:
1. Prioritas Pertama (Merah)
Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta tindakan
medik dan transport segera untuk tetap hidup. Prioritas tertinggi untuk
penanganan atau evakuasi.
2. Prioritas kedua (Kuning)
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat
dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu
dekat. Meliputi kasus yang memerlukan tindakan segera terutama kasus
bedah.
3. Prioritas ketiga (Hijau)
Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera,
memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian
ulang berkala. Penanganan tidak terlalu mendesak dan dapat ditunda jika
ada korban lain yang lebih memerlukan penanganan atau evakuasi.
4. Prioritas nol (Hitam)
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera
yang mematikan.Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan
tanda sesuai dengan warna prioritas.Tanda triage dapat bervariasi
mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatandengan bahan
yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti
tanda triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita berubah
sebelum memperoleh perawatan maka label lama jangan dilepas tetapi
diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
Seleksi (triage) penderita dengan cidera kepala tergantung pada
beratnya cidera dan fasilitas yang tersedia. Walaupun demikian,
penting untuk melakukan persiapan persetujuan pengiriman dengan
rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap, dengan
demikian penderita dengan cidera kepala sedang dan berat dapat segera
dikirim untuk mendapatkan perawatan yang memadai. Konsultasi
segera dengan ahli bedah saraf pada saat pengobatan dan perawatan
penderita sangat dianjurkan(1), khususnya pada penderita dengan
koma dan atau penderita dengan kecurigaan adanya lesi massa
intrakranial. Keterlambatan dalam perujukan dapat memperburuk
keadaan penderita dan selanjutnya akan menurunkan luaran cidera
kepala.

H. Konsep Asuhan Keperawatan kegawatdaruratan cedera kepala


1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Kepatenan jalan napas, apakah ada sekret, hambatan jalan
napas.
2) Breathing
Pola napas, frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan,
irama pernapasan, tarikan dinding dada, penggunaan otot bantu
pernapasan, pernapasan cuping hidung.
3) Circulation
Frekuensi nadi, tekanan darah, adanya perdarahan, kapiler
refill.
4) Disability
Tingkat kesadaran, GCS, adanya nyeri.
5) Exposure
Suhu, lokasi luka.
b. Pengkajian Sekunder dan penatalaksanaan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan kapan cedera terjadi. Bagaimana mekanismenya.
Apa penyebab nyeri/cedera. Darimana arah dan kekuatan
pukulan?
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami kecelakaan/cedera
sebelumnya, atau kejang/ tidak. Apakah ada penyakti sistemik
seperti DM, penyakit jantung dan pernapasan. Apakah klien
dilahirkan secara forcep/ vakum. Apakah pernah mengalami
gangguan sensorik atau gangguan neurologis sebelumnya. Jika
pernah kecelakaan bagimana penyembuhannya. Bagaimana
asupan nutrisi.
3) Riwayat Keluarga
Apakah ibu klien pernah mengalami preeklamsia/ eklamsia,
penyakit sistemis seperti DM, hipertensi, penyakti degeneratif
lainnya.

4) Inspeksi Keseluruhan Kepala, Termasuk Wajah


 Laserasi
 Adanya LCS dari lubang hidung dan telinga
5) Palpasi Keseluruhan Kepala, Termasuk Wajah
 Fraktur
6) Inspeksi Semua Laserasi Kulit Kepal
 Jaringan otak
 Fraktur depresi tulang tengkorak
 Debris
 Kebocoran LCS
7) Menentukan Nilai GCS dan Respon Pupil
 Respon buka mata
 Respon motorik terbaik anggota gerak
 Respon verba
 Respon pupil
8) Pemeriksaan Vertebra Servikal
 Palpasi untuk mencari adanya rara nyeri dan pakaikan
kolar servikal semirigid bila perlu.

 Pemeriksaan foto ronsen vertebra servikalis


proyeksi cross-tablelateral bila perlu
9) Penilaian Beratnya Cedera
10) Pemeriksaan Ulang Secara Kontinyu-Observasi Tanda-tanda
Perburukan
 Frekuens
 Parameter yang dinilai
 Ingat, pemeriksaan ulang ABCDE

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


No Diagnose NOC NIC
1 (00204) Setelah dilakuka tindakan Monitor Tekanan
keperawatan selama 3x24 Intra Kranial
Ketidakefektifan
jam, klien mampu  Catat
perfusi jaringan mencapai status sirkulasi perubahan
dan perfusi jaringan repon klin
perifer (spesifik
serebral dengan baik terhadao
serebral) berhubungan denagan KH: stimulus /
1. Status sirkulasi rangsangan
dengan aliran arteri
dengan indikator:  Monitor
dan atau vena putus, a. Tekanan darah
sistolik dan
dengan batasan
diastolic dalam
karakteristik: rentang yang
diharapkan
1. Perubahan
b. Tidak ada
respon motorik tanda-tanda
PTIK.
2. Perubahan
c. Tidak ada
status mental ortostatik
hipotensi
3. Perubahan
2. Perfusi jaringan
respon pupil
serebral
4. Amnesia a. Klien mampu
berkomunikasi
retrograde (
dengan jelas
gangguan dan sesuai
kemapuan
memori)
b. Klien
menunjukkan
perhatian,
kosentrasi, dan
orientasi
c. Klien mampu
meproses
informasi
d. Klien mampu
membuta
keputusan
dengan benar
e. Tingkat kesadaran
klien membaik
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan, Jakarta : Salema Medika

Batticaca Fransisca B, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan, Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddarth. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
3.Jakarta:EGC

Bulechek, M. Gloria. dkk. 2016. Nursing Intervension Classification (NOC). Ed.


5. Singapore: Elsevier Inc

Herdman, T. Heather. 2015. Namda Internasional Inc. diagnosis keperawtan:


definisi & klasifikasi 2015 – 2017. Ed. 10. Jakarta : EGC

Morhead, Sue. dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5.


Singapore: Elsevier Inc

Anda mungkin juga menyukai