Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ASKEP KEGAWAT DARURATAN PADA KASUS

MUSKULOSKELETAL : TRAUMA MUSKULOSKELETAL, FRAKTUR,

SINDROM KOMPARTEMEN

Mata kuliah : Keperawatan gawat darurat

Pengampu : Ns. Sukarno, S.Kep., Ns., M.Kep.

DISUSUN OLEH :

Annisa Latifatul Irsiana (010116A009)

Della (010116A018)

Friska (010116A027)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem musculoskeletal merupakan salah satu system tubuh yang sangat
berperan terhadap fungsi pergerakan dan mobilitas seseorang. Komponen
penununjang yang paling dominan pada system ini adalah tulang. Masalah atau
gangguan pada tulang akan dapat mempengaruhi system pergerakan seseorang, mulai
dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, maupun pada lansia.. salah satu masalah
musculoskeletal yang sering kita temukan di sekitar kita adalah fraktur atau patah
tulang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Smeltzer, 2001). Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki laki daripada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak
terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan
perubahan hormon. Hal ini didukung dengan data WHO yang menyebutkan bahwa
1/3 warga dunia pernah mengalami patah tulang dan insiden terbesar terjadi pada
remaja antara usia 14 tahun hingga 21 tahun. Faktor utamanya adalah kecelakaan,
sedangkan faktor osteophorosis pada lansia menjadi penyebab kedua sebesar 8, 1%
(Depkes RI, 2010). Kecelakaan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan yang
terjadi secara mendadak dan dapat mengenai semua umur. Trauma merupakan suatu
cedera atau rupadaksa yang dapat mencederai fisik maupun psikis. Trauma jaringan
lunak muskuloskeletal dapat berupa vulnus (luka), perdarahan, memar (kontusio),
regangan atau robekan parsial (sprain), putus atau robekan (avulsi atau rupture),
gangguan pembuluh darah dan gangguan saraf. Dan Sindroma kompartemen
merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap syaraf, pembuluh darah
dan otot didalam kompatement osteofasial yang tertutup
B. Tujuan
a. Mendeskripsikan konsep dasar fraktur, meliputi pengertian, etiologi, menifestasi
klinis, patofisiologi, dan komplikasinya.
b. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada klien fraktur
c. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien fraktur.
d. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien fraktur.
e. Mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan pada klien fraktur.

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat
total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Terjadinya suatu fraktur
lengkap atau tidak lengkap ditentukan oleh kekuatan, sudut dan tenaga, keadaan
tulang, serta jaringan lunak di sekitar tulang.
Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan
sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur
tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga
tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/dunia luar. Fraktur terbuka adalah
fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun luar. Fraktur dengan komplikasi
adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi seperti malunion, delayed union,
nounion dan infeksi tulang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 : 347).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia
luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya
lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI,
1995:543)
Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh
kekerasan langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi
anterior dari sendi tersebut (FKUI, 1995:553).

2. Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b. Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi
pada berbagai keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh
defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
3. Patofisiologi
Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu :
a) Fase hematum
1) Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar
fraktur
2) Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat
b) Fase granulasi jaringan
1) Terjadi 1 – 5 hari setelah injury
2) Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis
3) Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh
darah baru fogoblast dan osteoblast.
c) Fase formasi callus
1) Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri
2) Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
d) Fase ossificasi
1) Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh
2) Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan
garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah
e) Fase consolidasi dan remadelling Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat
berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas (Black,
1993 : 19 ).

4. Tanda dan Gejala


i. Deformitas Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi
seperti :
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang b. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi
dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan
fraktur
ii. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
1) Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
2) Tenderness/keempukan
iii. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
iv. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan)
v. Pergerakan abnormal
vi. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
langsung− Mengetahui tempat dan type fraktur− Biasanya diambil sebelum
dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara
periodic
b. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
c. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
d. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menrurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipl) Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
e. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi
multiple atau cedera hati
6. Penatalaksanaan
a) Fraktur Reduction
Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan
kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi
sebelumnya. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang−terusan
penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi
terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan
paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien. Peralatan traksi :
 Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
 Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
b) Fraktur Immobilisasi
 Pembalutan (gips)
 Eksternal Fiksasi
 Internal Fiksasi
 Pemilihan Fraksi
c) Fraksi terbuka
 Pembedahan debridement dan irigrasi
 Imunisasi tetanus
 Terapi antibiotic prophylactic
 Immobilisasi

Anda mungkin juga menyukai