Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terkadang kita sangat jarang untuk memperhatikan di lingkungan


sekitar kita, tak jarang kita menemui seorang anak penderita retardasi
mental. Mereka yang kita temui itu biasanya bersama dengan pengasuhnya
atau mungkin dengan orang tuanya sendiri. Ya, memang seorang anak
penderita retardasi mental membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang
di lingkungannya (sekitarnya). Hal ini tak jarang menimbulkan rasa iri
pada saudaranya, atau bahkan lebih besar lagi yaitu keretakan hubungan
keluarga.
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan
inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir
atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau
sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Keadaan tidak menyenangkan tersebut juga dipicu oleh depresi
karena memilii anak/anggota keluarga yang menderita retardasi mental.
Apalagi jika terjadi pada keluarga yang tinggal di kota besar. Hidup
seorang penderita retardasi mental di kota besar jauh lebih berat dibanding
dengan penderita di pedesaan.Mungkin anda tidak dapat memperkirakan
berapa jumlah penderita retardasi mental di Indonesia tercinta ini, dan
mungkin anda akan terkejut dengan kenyataan yang ada.. Dan pada tahun
1999 jumlah penderita retardasi mental diperkirakan mencapai 3,11% atau
sekitar 6 juta orang. Sungguh suatu angka yang cukup atau bahkan sangat
memprihatinkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan retardasi mental?
2. Bagaimana ciri-ciri retardasi mental?
3. Bagaimana cara menangani retardasi mental?
1
4. Bagaimana cara pencegahan retardasi mental?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ilmu seputar Retardasi Mental.
2. Untuk menambah wawasan tentang psikologi abnormal.
3. Agar pembaca dapat mengetahui devinisi, cirri-ciri, tingkatan, dan
pencegahan dari Retardasi Mental.

BAB II

2
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Retardasi Mental

Retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata (IQ di bawah


70) yang disertai dengan keterbatasan yang penting dalam area fungsi
adaptif, seperti keterampilan interpersonal atau sosial, penggunaan sumber
masyarakat, penunjukkan diri, keterampilan akademis, pekerjaan, waktu
senggang, dan kesehatan serta keamanan (King, 2000 dalam Videback, 2008).
Retardasi mental adalah keadaan yang penting secara klinis maupun sosial.
Kelainan ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh
ganggugan yang bermakna dalam intelegensia terukur dan perilaku
penyesuaian diri (adaptif). Retardasi mental juga mencakup status sosial, hal
ini dapat lebih menyebabkan kecacatan daripada cacat khusus itu sendiri.
Karena batas-batas antara normalitas dan retardasi seringkali sulit
digambarkan, identifikasi pediatri, evaluasi, dan perawatan anak dengan
kesulitan kognitif serta keluarganya memerlukan tingkat kecanggihan teknis
maupun sensitivitas interpersonal yang besar (Behrman, 2000).

B. Etiologi Retardasi Mental

Kemungkinan meneumkan etiologi retardasi mental bergantung pada beratnya


retardasi mental. Hanya kira-kira 50% kasus retardasi mental ringan yang
etiologinya tidak diketahui. Kelainan kromoson adalah penyebab yang paling
sering teridentifikasi, dengan penyebab utama adalah sindrom down dan sinar
X fragil. Penyebab retardasi mental lain adalah cidera perinatal, sindrom
genetikal lain, cedera postnatal, sindrom

3
alkohol fetus, infeksi intrauterin, dan kelainan metabolisme bawaan (Batshaw,
1993 dalam Schwartz, 2005).

C. Patofisologi

Faktor Faktor Faktor Faktor


Genetik Prenatal Perinatal Pascanatal

Kelainan Gizi Proses kelahiran Akibat infeksi


jumlah dan Mekanis yang lama Trauma kapitis
Bentuk Toksin Posisi janin dan tumor otak
Kromosom Endokrin yang abnormal Kelainan tulang

Radiasi Kecelakaan tengkorak


Infeksi pada waktu Kelainan endokrin
Stres lahir dan dan metabolik,
Imunitas kegawatan fatal keracunan pada
Anoksia embrio otak

Kerusakan pada fungsi otak:


Hernisfer kanan : keterlambatan perkembangan motorik kasar dan halus
Hernisfer kiri : keterlambatan perkembangan bahasa, sosial dan kognitif

Penurunan fungsi intelektual secara umum


Gangguan perilaku adaptif sosial

Keluarga Hubungan sosial Perkembangan

1. Kecemasan 1. Gangguan Fungsi intelektual


keluarga komunikasi
2. Kurang verbal
pengetahuan 2. Gangguan
3. Koping bermain
keluarga tak 3. Isolasi sosial 1. Risiko
ketergantungan
efektif 4. Kerusakan 2. Risiko cedera
interaksi sosial

Bagan 2.1
Patofisiologi Retardasi Mental (Mutaqqin, 2008)
D. Tingkatan Retardasi Mental

Tingkatan retardasi mental menurut kesepakatan Asosiasi Keterbelakangan


Mental Amerika Serikat (American Association of Mental Retardation) seperti
dikemukakan oleh Sarwono Sarlito Wirawan (1999, dalam Sunaryo, 2004)
sebagai berikut:
a. Retardasi mental lambat belajar (slow learner, IQ= 85-90)
b. Retardasi mental taraf perbatasan (borderliner, IQ= 70-84)
c. Retardasi mental ringan (debil atau moron) (mild, IQ= 55-69)
d. Retardasi mental sedang (moderate, IQ= 36-54)
e. Retardasi mental berat/ imbecile (sever, IQ= 20-35)
f. Retardasi mental sangat berat atau idiot (profound, IQ= 0-19)

E. Tanda-tanda Retardasi mental

Tabel 2.1. Tanda-tanda Fisik Atipik yang Dapat Dihubungkan dengan


Bertambahnya Insiden Retardasi Mental
Tanda-Tanda Fisik
Rambut Tangan
Keriting ganda Metakarpal ke-4 atau ke-5 pendek
Halus, mudah putus, cepat abu-abu Jari-jari tangan pendek, gemuk
atau putih menyeluruh Jari-jari tangan panjang, tipis,
Jarang atau tanpa rambut meruncing
Ibu jari tangan lebar
Klinodaktili
Kelainan dermatoglifik (misalnya
triradius distal)
Garis kult telapak tangan melintang
Kelainan kuku
Mata Kaki
Mikroftelmia Metatarsal ke-4 atau ke-5 pendek
Hipertelorisme Jari kaki tumpang tindih
Hipotelorisme Jari kaki pendek, gemuk
Miring ke atas dan ke luar atau ke Ibu jari kaki besar dan lebar
bawah dan ke luar Garis kulit yang mengarah dari sudut
Lipatan epikantus sebelah dalam jari kaki pertama dan kedua, terlihat
dan sebelah luar Dalam
Koloboma iris atau retina Kelainan dermatoglifik
Binti-bintik Brushfield
Pupil terletak eksentris
F. Penanganan Retardasi Mental

Untuk mendiagnosa Retardasi Mental pada seseorang dengan tepat,


perlu diambil Anamnesa dari orang tua dengan sangat teliti mengenai
kehamilan, persalinan dan perkembangan anak.Bila mungkin dilakukan juga
pemeriksaan Psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan
evaluasi pendengaran dan bicara.Observasi Psikiatrik dikerjakan untuk
mengetahui adanya gangguan Psikiatrik disamping Retardasi Mental itu
sendiri.
Pencegahan Primer pada orang dengan Retardasi Mental dapat
dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan
Sosio-Ekonomi, Konseling Genetik dan Tindakan Kedokteran (seperti
perawatan Prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan
pada wanita Adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan
peradangan otak pada anak-anak).
Pencegahan Sekunder meliputi diagnosa dan pengobatan dini
peradangan otak, Perdarahan Subdural, Kraniostenosis (sutura tengkorak
menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan Kraniotomi; pada Mikrosefali
yang Kogenital, operasi tidak menolong)
Pencegahan Tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan
khusus sebaiknya disekolah luar biasa. Dapat diberi Neuroleptika kepada yang
gelisah, Hiperaktif atau Dektruktif
Konseling kepada orang tua dilakukan secara Fleksibel dan Pragmatis
dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi Frustrasi oleh
karena mempunyai anak dengan Retardasi Mental. Orang tua sering
menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa
sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai,
hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran Zat (Metabolisme) sel-sel
otak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang


(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
anak).Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara
keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi
mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa)
atau tuna mental.
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental
merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan
gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi
mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik
lainnya.
Jadi, sebagai orangtua harus menjaga dan mengerti atas kebutuhan
anaknya, serta tidak menjatuhkannya namun, membimbing ia agar menjadi
anak yang memiliki potensi khusus di balik kekurangannya.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk dapat menerapkan ilmu yang telah didapat di dalam
kelas di lapangan sebaik mungkin.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi referensi bahan pembelajaran bagi mahasiswa
dan mahasiswi keperawatan dengan selalau rajin membaca di
perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA
Associantions for Retarded Citizens.(1982). The Prevalence of Mental
Retardation. New York: ARC National Research and Demonstration Institute
Association for Retarded Citizens of United States

Nelson et. al.(1999).Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Muttaqin, Arif.(2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Semiun, Yustinus.(2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius(Anggota IKAPI

Sunarwati, S. T. & Kadim, M.( 2000). Retardasi Mental. Sari Pediatri.


Vol. 02 No. 03 Hal. 170-177

Soetjiningsih& Ranuh, Gde IGN.(1995). Tumbuh Kembang Anak.


Jakarta: EGC

William. Schwart, M.(2004). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai