Disusun Oleh :
Evie Kurniawati (P2.31.31.1.13.035)
Septia Rahmawati (P2.31.31.1.13.047)
Dosen Pembimbing :
Dr. Marudut S, MPS
DIV-B
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah Pengembangan Makanan Formula & Modifikasi Kuliner
mengenai Diabetes Melitus dan Ginjal sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan
juga kami berterima kasih pada DR. Marudut Sitompul, M. P. S selaku Dosen mata kuliah
Pengembangan Makanan Formula & Modifikasi Kuliner yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap penugasan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kami. Kami juga menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami mengharapkan
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.Akhir kata, semoga
makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya makalahl yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
A. DIABETES MELITUS ......................................................................................................................... 4
1. Pengertian Diabetes Melitus ............................................................................................................. 4
2. Klasifikasi Diabetes Melitus ............................................................................................................. 4
3. Gejala Diabetes Melitus .................................................................................................................... 5
4. Faktor Resiko Penyakit Diabetes Melitus ......................................................................................... 5
5. Patofisiologi DM ............................................................................................................................... 5
6. Perbedaan Diabetes Tipe 1 Dan Tipe 2 ............................................................................................. 6
7. Faktor Penyebab Resistensi Insulin Pada Diabetes Melitus Tipe 2 .................................................. 6
8. Diagnosis DM ................................................................................................................................... 7
9. Insulin ............................................................................................................................................... 7
10. Peran Insulin ................................................................................................................................. 9
11. Pengaruh Insulin Dengan Enzim................................................................................................. 11
12. DM dan peran Insulin ................................................................................................................. 11
13. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan Untuk DM ....................................... 12
14. Kromium ..................................................................................................................................... 13
B. GINJAL............................................................................................................................................... 16
1. Pengertian Ginjal ............................................................................................................................ 16
2. Struktur Makroskopik Ginjal .......................................................................................................... 16
3. Fungsi Ginjal ................................................................................................................................... 17
4. Proses Pembentukan Urin ............................................................................................................... 17
5. Jenis Penyakit Yang Digolongkan Dalam Penyakit Ginjal ............................................................. 18
6. Faktor Risiko Penyakit Ginjal ......................................................................................................... 18
7. Pengertian Gagal Ginjal .................................................................................................................. 20
8. Penyakit Gagal Ginjal Kronik ......................................................................................................... 20
9. Gejala Penyakit Gagal Ginjal Kronik ............................................................................................. 21
10. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik ............................................................................................. 21
11. Hubungan Protein Dengan Kadar Ureum ................................................................................... 21
12. Hubungan Protein Dengan Kadar Kreatinin ............................................................................... 21
13. Syarat Diet .................................................................................................................................. 22
14. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dainjurkan ......................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 24
3
A. DIABETES MELITUS
4
oral. Karenanya tipe ini juga disebut noninsulin dependent diabetes mellitus atau
NIDDM.
Gestational diabetes mellitus, DM pada kehamilan, DM akibat penyakit endokrin
atau pancreas atau akibat penggunan obat.
a. Penyakit genetik
b. Adanya infeksi virus
c. Kegemukan
d. Pola makan yang salah
e. Konsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah
f. Stress
5. Patofisiologi DM
a. Tipe 1
Insulin pada diabetes tipe satu tidak ada, disebabkan oleh karena pada jenis ini timbul
reaksi otonium yang disebabkan adanya perdangan pada sel β insulitis. Ini
menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel β yang disebut ICA (Inslet Cell
5
Antibody). Reaksi antigen (sel β) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya
menyebabkan hancurnya sel β. Insulitis bisa disebabkan macam-macam di antaranya
virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV, herpes dan lain-lain. Yang diserang
pada insulitis itu hanya sel β, biasanya sel α dan delta tetap utuh.
b. Tipe 2
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang.
Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam
sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, makan
glukosa yang masuk ke sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar
(glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat
6
8. Diagnosis DM
Terdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan pemeriksaan glukosa
darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl. Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap tau terdapat keluhan tidak khas (
lemas, kesemutan, gatal, mata kabur, difungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai dengan
dua nilai pemerikasaanglukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl
atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang sama atau pada
hari yang berbeda).
9. Insulin
a. Sekresi Insulin
Proinsulin disintesis dalam elemen poliribososom retikulum endoplasmik sel
B pankreas. Prohormon tersebut di transfer ke kompleks golgi (terjadi perubahan
proinsulin menjadi insulin) lalu ke granula. Bila sel B- terangsang, dari granula akan
keluar sejumlah ekimolar insulin dan peptida-C ke sirkulasi. Peptida-C tidak
mempunyai efek biologik (sebagai marker adanya sekresi insulin).
7
ginjal. Gangguan fungsi ginjal yang berat dapat mempengaruhi kecepatan eliminasi
insulin.
Ada 2 enzim yang berperan pada degradasi insulin yaitu:
1) Enzim glutation insulin transhidrogenase yang menggunakan glutation tereduksi
untuk memecah jembatan disulfida.
2) Enzim proteolitik yang memecah rantai asam amino. Akibat pemecahan jembatan
disulfida maka rantai bebas dapat ditemukan dalam plasma urin.
8
merangsang fosforilase intrasel yang kompleks, berakhir dengan
pembentukantransporter glukosa GLUT4.
• Kemudian GLUT4 ditranslokasi ke dinding sel, glukosa plasma masuk ke sel
melalui GLTU . dalam sel, digunakan untuk metabolisme atau disimpan
sebagai glikogen atau trigliserida
3) Regulasi metabolisme glukosa.
Konversi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat (G6P) terjadi dengan batuan enzim
heksosinase. Keempat heksosinase (1 sampai 4) seperti juga GLUT,
terdistribusi diberbagai jaringan dan 2 diantaranya diregulasi insulin.
Heksokinase IV yang lebih dikenal sebagai glukokinase ditemukan
berhubungan dengan GLUT2 di hepar dan di sel β pankreas.
Terdapat suatu gen glukokinase, tetapi dengan ekson pertama dan promotor
yang berbeda yang digunakan pada 2 jenis jaringan tersebut. Gen glukokinase
hepar diatur oleh insulin. Heksokinase II berada dimana terdapat GLUT4 yaitu
diotot skelet dan jatung serta jaringan adiposa. Seperti hal nya GLUT4,
heksokinase II diergulasi pada proses transkripsi oleh insulin
Insulin, selain bekerja untuk merubah glukosa menjadi glikogen (yang nantinya
akan disimpan di jaringan perifer tubuh) dapat mengakibatkan peningkatan
retensi natrium di ginjal dan meningkatkan aktivitas sistem syaraf simpatik.
Retensi natrium dan meningkatnya aktivitas sistem syaraf simpatik merupakan
dua hal yang berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah. Lebih lanjut,
insulin juga dapat meningkatkan konsentrasi kalium di dalam sel, yang
mengakibatkan naiknya resistensi pembuluh, yang merupakan salah satu faktor
naiknya tekanan darah.
9
kadar glukosa di vena porta lebih tinggi dari di vena hepatika. Setelah absorbsi
selesai glikogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena
hepatica lebih tinggi dari vena porta. Jadi, hepar berperan sebagai glukostat. Pada
keadaan normal, glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa
dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi
hipoglikemia atau hiperglikemia.
b. Pankreas
Peran insulin dan glukagon penting pada metabolisme karbohidrat. Glukagon
menyebabkan glikogenolisis dengan merangsang adenin siklase, enzym yang
dibutuhkan untuk mengaktifka n fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk
glikogenelisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan
lebih aktif.
c. Kerja Fisik
Tanpa insulin, interkasi otot dapat menyebabkan glukosa lebih banyak masuk
kedalam sel. Karenanya pasien DM ssangat dianjurkan untuk melakukan olahraga
secara teratur agar tidak terlalu banyak membutuhkan insulin. Pasien DM yang
bekerja keras harus mendapat kalori atau dosis insulin harus dikurangi.
10
11. Pengaruh Insulin Dengan Enzim
Enzim yang aktivitas perangsangannya dipengaruhi insulin adalah enzim yang
penting untuk proses glikolisis, yaitu glukokinase, fosfofruktokinase dan
piruvatkinase.
Glikogen sintetase, enzim yang perlu untuk sintesis glikogen, juga diaktifkan oleh
insulin. Enzim yang dihambat aktivitasnya oleh insulin ialah enzim yang penting
untuk glukoneogenesis, yaitu glukosa-6-fosfatase, fruktosa-difosfatase,
fosfoenolpiruvatkinase dan piruvatkarboksilase.
Katekolamin, hormon pertumbuhan, kortisol, tiroksin dan glukagon dapat
merangsang aktivitas lipase dl jaringan adiposa sehingga menimbulkan peningkatan
kadar asam lemak bebas dalam darah.
Insulin juga memudahkan transport asam amino melewati membran sel, selain itu
juga merangsang penggabungan asam amino menjadi protein.
Penghambatan proteotik oleh insulin diduga berdasarkan stabilitas protein sehingga
dalam keadaan defisiensi insulin, terjadi katabolisme protein. Pada pasien DM,
karena metabolisme glukosanya terganggu, maka protein dan lemak menjadi sumber
energi utama.
11
4) Lipolisis bertambah dan lipogenesis terhambat, akibatnya dalam jaringan banyak
tertimbun asetil KoA dan senyawa ini akan lebih banyak diubah menjadi zat keton
karena terhambatnya siklus TCA (Tricarboxylic Acid Kreb's Cycle).
12
14. Kromium
a. Pengertian
Kromium adalah mineral yang penting yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme karbohidrat dan lemak dalam keadaan. Kromium dalam makanan
berbentuk kromium 3, terdapat dalam makanan dan suplemen. Trivalen kromium 3
merupakan bentuk yang paling stabil dan paling aman, termasuk salah satu yang
paling tidak toksik. Kromium sangat penting karena seperti kebanyakan mineral
lain, kromium tidak diproduksi oleh tubuh dan dibutuhkan tubuh untuk menjaga
kesehatan dalam jumlah tertentu. Kromium mempunyai fungsi meningkatkan kerja
biologis insulin. Hormon yang berperan penting dalam menjaga metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein sehingga dapat menjaga kadar gula darah dalam
kondisi normal.
b. Mekanisme Kerja Kromium
Setelah diserap dalam tubuh, ion kromium terikat oleh apokromodulin
supaya aktif secara biologi menjadi kromodulin. Kromodulin kemudian mengikat
reseptor insulin dan meningkatkan aktivitas dari reseptor kinase sehingga pada
akhirnya meningkatkan kerja insulin. Kromium juga menunjukkan efek stimulasi
aktivitas dalam sel yang mengarah pada peningkatan penyerapan glukosa pada sel
otot sebagai kofaktor insulin, kerja kromium konsisten terhadap meningkatnya
sensitivitas insulin.
c. Angka Kecukupan Kromium
13
d. Bahan Makanan Sumber Kromium (Institute Of Medicine, 2001)
14
Buah dan Juice
• Apel 35 gram 2
• Jus jeruk 40 gram 0,6-0,9
• Pisang 40 gram 0,5
• Jeruk 50 gram Kurang dari 0,5
Sayur
• Brokoli 100 gram 0,9-11
• Kacang hijau 20 gram 1,1
• Tomat 20 gram 0,9
• Wortel 100 gram 0,5
• Seledri 5 gram 0,5
Lain-lain
• Anggur merah 35 gram 0,6-8,5
• Sampanye 40 gram 1-3,3
• Teh dan kopi 40 gram 4
• Ragi 50 gram 3,3
• Biskuit coklat chip 10 gram 3,4
e. Penyerapan Kromium
Sejumlah faktor yang dapat meningkatkan penyerapan kromium adalah
vitamin C, asam amino dan oksalat (sayur dan sereal), sedangkan yang
menghambat adalah fitat (kacang) dan gula sederhana, sebanyak 28% studi pada
periode 1982-1987 mencatat bahwa jika ada penambahan konsumsi gula (gula
pasir, gula merah) akan menambah kebutuhan kromium karena terjadi penurunan
penyerapan kromium
15
B. GINJAL
1. Pengertian Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ perkemihan (ginjal > ureter > kandung kemih
> uretra). Apabila penyakit ginjal dapat dideteksi secara dini, penyakit lain yang
menyebabkan kematian bisa di cegah. Karena ketidaknormalan fungsi ginjal sering kali
menggambarkan tahapan awal dari gejala penyakit jantung (Purnomo B, 2003)
16
3. Fungsi Ginjal
Fungsi Ekskresi Fungsi Non ekskresi
Mengeluarkan zat toksis/racun Renin, penting dalam pengaturan
Mengatur keseimbangan air, tekanan darah
garam/elektrolit, asam /basa Eritropoetin, merangsang produksi
Mempertahankan kadar cairan sel darah merah oleh sumsum tulang
tubuh dan elektrolit (ion-ion lain) 1,25-dihidroksivitamin D3 :
Mengekskresikan produk akhir hidroksilasi akhir vitamin D3
nitrogen dari metabolisme protein menjadi bentuk yang paling kuat
(terutama urea, asam urat dan Prostaglandin : sebagian besar
kreatinin) adalah vasodilator, bekerja secara
Bekerja sebagai jalur ekskretori lokal, dan melindungi dari
untuk sebagian besar obat kerusakan iskemik ginjal
Degradasi hormon polipeptida
Insulin, glukagon, parathormon,
prolaktin, hormon pertumbuhan,
ADH dan hormon gastrointestinal
(gastrin, polipeptida intestinal
vasoaktif).
17
c. Ekskresi
Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak
digunakan dan terjadi reabsornsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di
tempat sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan
protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
18
dengan penurunan kecepatan ekskresi glomerulus dan memburuknya fungsi
tubulus. Terjadi pada kelompok usia > 60 tahun, semakin bertambah umur maka
semakin berisiko.
2. Jenis Kelamin
Secara klinik laki-laki mempunyai risiko mengalami penyakit ginjal 2 kali
lebih besar daripada perempuan. Hal ini dimungkinkan karena perempuan lebih
memperhatikan kesehatan dan menjaga pola hidup sehat dibandingkan laki-laki,
sehingga laki-laki lebih mudah terkena gagal ginjal kronik dibandingkan
perempuan. Perempuan lebih patuh dibandingkan laki-laki dalam menggunakan
obat karena perempuan lebih dapat menjaga diri mereka sendiri serta bisa
mengatur tentang pemakaian obat (Morningstar et al., 2002).
b. Perilaku
1. Merokok
Efek merokok fase akut yaitu meningkatkan pacuan simpatis yang akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah, takikardi, dan penumpukan
katekolamin dalam sirkulasi. Pada fase akut beberapa pembuluh darah juga sering
mengalami vasokonstriksi misalnya pada pembuluh darah koroner, sehingga pada
perokok akut sering diikuti dengan peningkatan tahanan pembuluh darah ginjal
sehingga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan fraksi filter (Grassi et al.,
1994 ; Orth et al., 2000).
2. Penggunaan Minuman
Beberapa psikostimulan (kafein dan amfetamin) terbukti dapat
mempengaruhi ginjal. Amfetamin dapat mempersempit pembuluh darah arteri ke
ginjal sehingga darah yang menuju ke ginjal berkurang. Akibatnya, ginjal akan
kekurangan asupan makanan dan oksigen. Keadaan sel ginjal kekurangan oksigen
dan makanan akan menyebabkan sel ginjal mengalami iskemia dan memacu
timbulnya reaksi inflamsi yang dapat berakhir dengan penurunan kemampuan sel
ginjal dalam menyaring darah (Hidayati, 2007).
19
c. Faktor Utama
1. Hipertensi
Hipertensi dapat memperberat kerusakan ginjal yaitu melalui peningkatan
tekanan intraglomeruler yang menimbulkan gangguan struktural dan gangguan
fungsional pada glomerulus. Tekanan intravaskular yang tinggi dialirkan melalui
arteri aferen ke dalam glomerulus, dimana arteri aferen mengalami konstriksi
akibat hipertensi (Susalit, 2003).
2. Diabetes Melitus
Kelainan glomerulus disebabkan oleh denaturasi protein karena tingginya
kadar glukosa, hiperglikemia, dan hipertensi intraglomerulus. Kelainan atau
perubahan terjadi pada membran basalis glomerulus dengan proliferasi dari sel-sel
mesangium. Keadaan ini akan menyebabkan glomerulosklerosis dan
berkurangnya aliran darah, sehingga terjadi perubahan-perubahan pada
permeabilitas membran basalis glomerulus yang ditandai dengan timbulnya
albuminuria (Sue et al., 2000).
Beberapa penelitian lainnya juga mendukung hal ini bahwa diabetes
melitus lebih banyak mengarah pada penyakit-penyakit oklusi arteri diameter
kecil seperti ekstrimitas bawah, gagal ginjal, retinopati, dan saraf kranial atau
perifer (Jorgensen, 1994).
20
patologi, dan adanya pertanda kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan laboratorium
darah atau urine, atau kelainan radiologi.
b. LFG <60 mL/menit/1,73 m2 selama >3 bulan, dapat disertai atau tanpa disertai
kerusakan ginjal.
21
urin. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin didalam darah akan meningkat. Hal
inilah yang menyebabkan adanya hubungan asupan protein dengan kadar kreatinin (
IKAPI, 2007 ).Syarat Diet Penyakit Ginjal Kronik
22
Sumber vitamin Semua sayuran dan buah- Sayuran dan buah tinggi
dan mineral buahan , kecuali pasien dengan kalium pada pasien dengan
hiperkalemia dianjurkan yang hiperkalemia.
mengandung kalium
rendah/sedang
23
DAFTAR PUSTAKA
24