Anda di halaman 1dari 62

Laporan Tutorial Respirasi

Modul I
Dasar – Dasar Sistem Respirasi

Pembimbing : dr. Rizki , Sp.P

Ketua : Muhammad Fakhmi A M (2014730060)

Sekertaris : Tasya Sabrina Chairunnisa (2013730183)

Anggota: Fahmy Kharisma Akbar (2012730037)

Angia Puspita Dewi (2014730009)

Anis Julianti (2014730010)

Issabella Nisrina P (2014730043)

Jihan Eka Ariyani (2014730044)

M. Sigit Haryanto (2014730059)

Nabilah Rivanti Hamidah (2014730069)

Ramadhan Fauzie Nugraha (2014730080)

Verga Baiqillah Terada (2014730096)

FAKULTAS KEDOKTERAN DANKESEHATAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, zat Yang Maha Indah
dengan segala keindahan-Nya, zat yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk-Nya. Alhamdulillah berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan PBL sistem Respirasi ini mengenai “Dasar-
Dasar Sistem Respirasi”. Shalawat serta salam mahabbah semoga senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad saw, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna
seluruhrisalah-Nya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi, serta yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga kebaikan yang diberikan
oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan
kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, untuk itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Wabilahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 16 February 2016

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………… i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………… 1

BAB I

- PENDAHULUAN
o Tujuan Instruksional Umum (TIU) ……………………………………………… 2
o Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ………………………………………………2
o Skenario ………………………………….…………………………………….... 4
o Kata/kalimat sulit …………………………………………………………………4
o Kata/kalimat kunci ………………………………………………………………..4
o Mind Map …………………………………………………………………………5
o Pertanyaan ……………………………………………………………………… 6

BAB II

- Pembahasan ……………………………………………………………………………….7

BAB III

- Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 50

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………….. 51


BAB I
Pendahuluan
Tujuan Instruksi Umum (TIU)

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang konsep-
konsep dasar Anatomi, Histologi, Fisiologi dan Biokimia Sistem Respirasi, sehingga dapat
menjelaskan Peran Sistem Respirasi pada manusia sehat dan yang mengalami gangguan sistem
respirasi.

Tujuan Instruksi Khusus (TIK)

1. Menyebutkan anatomi sistem respirasi

1.1. Menyebutkan bagian-bagian dinding toraks: Tulang, otot dan selaput yang

membungkus paru

1.2. Menggambarkan susunan anatomi dari organ-organ respirasi

1.3..Menjebutkan bagian-bagian saluran napas

2. Menyebutkan histologi sistem respirasi

2.1. Menyebutkan histologi bagian-bagian sistem respirasi

2.2. Menjelaskan tentang struktur dan fungsi sel-sel dari masing-masing organ

respirasi

3. Menjelaskan fisiologi sistem respirasi

3.1. Menjelaskan mekanik pernapasan

3.2. Menjelaskan ventilasi, difusi dan perfusi sistem respirasi

3.3. Menjelaskan pengendalian pernapasan


SKENARIO I : Lari pagi

Nina, perempuan, usia 20 tahun, bersama adiknya Tino, laki – laki usia 17 tahun pergi ke
senayan untuk olah raga lari pagi.Setelah berlari sekitar 200 langkah, Nina sudah lelah dan
nafasnya terengah – engah (cepat dan dalam), sedangkan Tino masih dapat berlari dengan santai
Nina memang tidak biasa berolah raga dan kebetulan pagi itu ia sedang kurang sehat dan sering
bersin.

Kata/Kalimat Sulit:-

Kata/kalimat kunci:

- Nina, 20 tahun
- Tino, 17 tahun
- Berolahraga lari pagi
- Setelah 200 langkah , nina sudah lelah dan nafas terengah-engah
- Tino masih dapat berlari dengan santai
- Nina tidak terbiasa berolahraga
- Nina sedang tidak enak badan dan sering bersin
MIND MAP

RESPIRASI

PERAN SISTEM

NORMAL GANGGUAN

FISIOLOGI

HISTOLOGI

ANATOMI

BIOKIMIA
Pertanyaan

1. Jelaskan anatomi yang berkaitan dengan sistem respirasi!


2. Sebutakan histologi sistem respirasi pada bagian konduksi!
3. Jelaskan histologi sistem respirasi pada bagian respiratorik!
4. Bagaimana mekanisme pernafasan normal?
5. Jelaskan mengenai ventilasi, perfusi dan difusi!
6. Jelaskan volume dan kapasitas paru normal!
7. Jelaskan mengenai pengendalian pernafasan!
8. Jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi pernafasan pada tubuh saat berolahraga!
9. Jelaskan peran paru pada pengaturan asam basa tubuh!
10. Jelaskan mekanisme bersin!
11. Apa yang dialami oleh nina pada scenario diatas?
BAB II

PEMBAHASAN

Nama : Anis Julianti

NIM : 2014730010

1. Jelaskan anatomi yang berkaitan dengan sistem respirasi!


a. Hidung
Hidung terdiri atas hidung iuar dan cavum nasi. Cavum nasi dibagi oleh septum nasi
menjadi dua bagian, kanan dan kiri.
- Hidung Luar
Hidung luar mempunyai dua lubang berbentuk lonjong disebut nares, yang dipisahkan
satu dengan yang lain oleh septum nasi (Gambar 2-1). Pinggir lateral, ala nasi, berbentuk
bulat dan dapat digerakkan. Rangka hidung luar dibentuk oleh os nasale, processus
frontalis maxillaris, dan pars nasalis ossis frontalis. Di bawah, rangka hidung dibentuk
oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin (Gambar 2-1).
Suplai Darah Hidung Luar
Kulit hidung luar mendapatkan darah dari cabang-cabang arteria ophthalmica dan arteria
maxillaris. Kulit alanasi danbagianbawah septum mendapatkan darah dari cabang-cabang
arteria facialis.
Suplai Saraf Sensoris Hidung Luar
N.infratrochlearis dan rami nasales externae nervus ophthalmicus (Nervus cranialis V)
dan ramus infraorbitalis nervus maxillaris (Nervus cranialis V) mengurus hidung luar.

- Cavum Nasi
Cavum nasi terbentang dari nares di depan sampai ke apertura nasalis posterior atau
choanae di belakang, di mana hidung bermuara ke dalam nasopharlmx. Vestibulum nasi
adalah area di dalam cavum nasi yang terletak tepat di belakang nares (Gambar 2-2).
Cavum nasi dibagi menjadi dua bagiary kiri dan kanan oleh septum nasi (Gambar 2-1).
Septum nasi dibentuk oleh cartilago septi nasi, lamina verticalis osis ethmoidalis, dan
vomer.
Dinding Cavum Nasi
Setiap beiahan cavum nasi mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial
atau dinding septum.
1. Dasar
Dasar dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina horizontalis ossis palatini
(Gambar 2-1).
2. Atap
Atap sempit dan dibentuk di sebelah anterior mulai dari bagian bawah batang hidung oleh
os nasale dan os frontale, di tengah oleh lamina cribrosa ossis ethmoidalis, terletak di
bawah fossa cranii anterior, dan di sebelah posterior oleh bagian miring ke bawah corpus
ossis sphenoidalis (Gambar 2-2).
3. Dinding Lateral
Dinding lateral mempunyai tiga tonjolan tulang disebut concha nasalis superior, media,
dan inferior (Gambar 2-2). Area di bawah setiap concha disebut meatus
4. Recessus Sphenoethmoidolis
Recessus sphenoethmoidalis adalah sebuah daerah kecii yang terletak di atas concha
nasalis superior. Di daerah ini terdapat muara sinus sphenoidalis.
5. Meatus Nasi Superior
Meatus nasi superior terletak di bawah concha nasalis superior (Cambar 2-2). Di sini
terdapat muara sinus ethmoidales posterior.
6. Meatus Nasi Media
Meatus nasi media terletak di bawah concha nasalis media. Meatus inl mempunyai
tonjolan bulat disebut bulla ethmoidalis, yang dibentuk oleh sinus ethmoidales medii
yang bermuara pada pinggir atasnya. Sebuah celah meiengkung, disebut hiatus
semilunaris, terletak tepat di bawah bulla (Gambar 2-2). Ujung anterior hiatus yang
menuju ke dalam sebuah saluran berbentuk corong disebut infundibulum, yang akan
berhubungan dengan sinus frontalis. Sinus maxillaris bermuara ke dalam meatus nasi
media melalui hiatus semilunaris.
7. Meatus Nasi lnferior
Meatus Nasi lnferior terletak di bawah concha nasalis inferior dan merupakan tempat
muara dari ujung barwah ductus nasolacrimalis, 1.ang dilindungi oleh sebuah lipatan
membrana mucosa (Gambar 2.2)
8. Dinding medial
Dinding medial dibentuk oleh septum nasi. Bagian atas dibentuk oleh lamina verticalis
ossis ethmoidalis dan os vomer (Gambar 2-1). Bagian anterior dibentuk oleh cartilago
septalis. Septum ini jarang terletak pada bidang median, sehingga belahan cavum nasi
vang satu lebih besar dari belahan sisi lainnya.
9. Membrana Mucosa Cavum Nasi
Vestibulum dilapisi oleh kulit yang telah mengalami modifikasi dan mempunvai rambut
vang kasar. Area di atas concha nasalis superior dilapisi membrana mucosa olfactorius
dan berisi ujung-ujung saraf sensitif reseptor penghidu. Bagian bawah cavum nasi dilapisi
oleh membrana mucosa respiratorius. Di daerah respiratorius terdapat sebuah anyaman
vena yang besar di dalam submucosa jaringan ikat.
10. Suplai Saraf Cavum Nasi
Nervus olfactorius yang berasal dari membrana mucosa olfactorius berjalan ke atas
melalui lamina cribrosa os ethmoidale menuiu ke bulbus olfactorius (Gambar 2-3). Saraf
untuk sensasi umum merupakan cabang-cabang nervus ophthalmicus (N.Vl) dan nervus
maxillaris (N.V2) divisi nervus trigeminus (Gambar 2-3).
11. Pendarahan Cavum Nasi
Pendarahan cavum nasi berasal dari cabang-cabang arteria maxillaris, yang merupakan
salah satu cabang terminal arteria carotis externa. Cabang yang terpenting adalah arteria
sphenopalatina (Gambar 2-4). Arteria sphenopalatina beranastomosis dengan ramus
septalis arteria labialis superior yang merupakan cabang dari arteria facialis di daerah
vestibulum. Darah di dalam anyaman vena submucosa dialirkan oleh vena-vena yang
menyertai arteri.
b. Pharynx
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, cavum oris, dan larynx (Gambar 2-79) dan
dibagi menjadi bagian-bagian nasopharynx, oropharyx dan laryngopharynx. Pharynx
berbentuk seperti corong, dengan bagian atasnya yang lebar, terletak di bawah cranium
dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus setinggi vertebra
cervicalis ke enam. Pharynx mempunyai dinding musculomembranosa yang tidak
sempurna di bagian depan. Di tempat ini, jaringan musculomembranosa diganti oleh
apertura nasalis posterior (choanae), isthmus faucium (pembukaan ke rongga mulut), dan
aditus laryngis. Melalui tuba auditiva, membrana mucosa juga berhubungan dengan
membrana mucosa dari cavitas tympani.
- Otot-Otot Pharynx
Otot-otot dinding pharynx terdiri dari musculus constrictor pharyngis superior, medius,
dan inferior (Gambar 2-20), yang serabut-serabutnya berjalan hampir melingkar, dan
musculus stylopharyngeus serta musculus salphingopharyngeus yang serabut-serabutnya
berjalan dalam arah hampir longitudinal. Ketiga otot-otot constrictor mengelilingi
dinding pharynx untuk berinsersi pada sebuah pita fibrosa atau raphe yang terbentang
dari tuberculum pharyngeus pars basilaris os occipitale ke bawah sampai ke oesophagus.
Ketiga otot-otot ini saling tumpang tindih, sehingga musculus constrictor pharyngis
medius terletak di sisi luar bagian bawah musculus constrictor pharyngis superior dan
musculus constrictor pharyngis inferior terletak di luar bagian bawah musculus
constrictor pharyngis medius (Gambar 2-21).
Bagian bawah musculus constrictor pharyngis inferior yang berasal dari cartilago
cricoidea, disebut musculus cricopharyngeus (Cambar 2-21). Serabut-serabut musculus
cricopharyngeus ini berjalan horizontal di sekeliling bagian paling bawah dan paling
sempit pharyrrx, dan berfungsi sebagai sphincter. Killian's dehiscence adalah area pada
dinding posterior pharyrrx diantara bagian atas musculus constrictor pharyngis inferior
yang tertekan dan bagian sphincter di sebelah bawah, musculus cricopharlngeus. Origo,
insersi, persarafan, dan fungsi otot-otot pharynx secara rinci diringkas pada Tabel 2-4.
- Dinding dalam Pharynx
1. Nasopharynx
Nasopharynx terletak di atas palatum molle dan di belakang rongga hidung (Gambar 2-
79).Di dalam submucosa atap terdapat kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsilla
pharyngea (Gambar 2-22). Isthmus pharyngeus adalah lubang di dasar nasopharynx di
antara pinggir bebas palatum molle dan dinding posterior pharynx. Pada dinding lateral
terdapat muara tuba auditiva, berbentuk elevasi yang disebut elevasi tuba (Gambar 2-22).
Recessus pharyngeus adalah lekukan kecil pada dinding pharynx di belakang elevasi
tuba. Plica salpingopharyngea adalah lipatan vertikal membrana mucosa yang menutupi
M.salphingopharyngeus.

- Oropharynx
Oropharynx terletak dibelakang cavum oris (Gambar 2-19 dan2-23). Dasar dibentuk oleh
sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah dan epiglotis. Pada garis tengah terdapat
plica glossoepiglottica mediana (Gambar 2-1,3), dan plica glossoepigloftica lateralis pada
masing-masing sisi. Lekukan kanan dan kiri dari plica glossoepiglottica mediana disebut
vallecula (Gambar 2-13). Pada kedua sisi dinding lateral terdapat arcus atau arcus
palatoglossus dan palatofaringeus dengan tonsila palatina di antaranya (Gambar 2-22).
Arcus palatoglossus adalah lipatan membrana mucosa yang menutupi musculus
palatoglossus. Celah di antara kedua arcus palatoglossus drsebut isthmus faucium dan
merupakan batas antara rongga mulut dan pharynx. Arcus palatophaqmgeus adalah
lipatan rnembrana mucosa yang menutupi musculus palatopharyngeus. Recessus di antara
arcus palatoglossus dan palatopharyngeus diisi oleh tonsilla palatina.

- Laryngopharynx
Laryngopharynx terletak di belakang aditus laryngis (Gambar 2-19). Dinding lateral
dibentuk oleh cartilago thyroidea dan membrana thyrohyoidea. Recessus piriformis,
merupakan cekungan pada membrana mucosa yang terletak di kanan dan kiri aditus
laryngis (Gambar 2-21).
- Persarafan Sensorik Membrana Mucosa Pharynx
Nasopharynx: nervus maxillaris (V2). Oropharynx: nervus glossopharyngeus.
Laryngopharynx (di sekitar aditus laryngis): ramus laryrrgeus internus dari nervus vagus.

- Vaskularisasi Pharynx
Pharynx mendapatkan darah dari arteria pharyngica ascendens, cabang-cabang tonsilar
arteria facialis, cabang-cabang arteria maxillaris, dan arteria lingualis.

c. Larynx
Larynx adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada pintu masuk jalan nafas
dan berperan dalam pembentukan suara. Larynx terletak di bawah lidah dan os hyold, di
antara pembuluh-pembuiuh besar leher, dan terletak setinggi vertebra cervicalis keempat,
kelima, dan keenam (Gambar 2-25). Ke atas, larynx terbuka ke laryngopharynx, ke bawah
larynx berlanjut sebagai trachea. Di depan, larynx ditutupi oleh ikatan otot-otot infrahyoid
dan di lateral oleh glandula thyroidea. Kerangka larynx dibentuk oleh beberapa cartilago,
yang dihubungkan oleh membrana dan ligamentum, dan digeraki oleh otot. Larynx dilapisi
oleh membrana mucosa.
- Cartilago Larynx
Cartilago Thyroidea Cartilago thyroidea merupakan cartilago terbesar larynx (Gambar 2-26)
dan terdiri dari dua lamina cartilago hyalin yang bertemu di garis tengah pada tonjolan
bersudut V (disebut Adam's apple). Pinggir posterior menjorok ke atas sebagai cornu
superius dan ke bawah cornu inferius. Pada permukaan luar setiap lamina terdapat linea
obliqua sebagai tempat lekat otot-otot.

- Cartilago Cricoidea
Cartilago cricoidea dibentuk oleh cartilago hyalin dan berbentuk seperti cincin cap,
mempunyai lamina yang lebar di belakang dan arcus yang sempit di anterior (Gambar 2-26).
Cartilago cricoidea terletak di bawah cartilago thyroidea, dan pada masing-masing
permukaan lateralnya terdapat facies articularis untuk bersendi dengan cornu inferius
cartilago thyroidea. Di posterior, pada setiap lamina di pinggir atasnya terdapat facies
articularis untuk bersendi dengan basis cartilago arytenoidea. Semua sendi ini adalah jenis
sinovial.

- Cartilago Arytenoidea
Terdapat dua buah cartilago arytenoidea; kecil, berbentuk pyramid, dan terletak pada
permukaan belakang larynx (Gambar 2-26). Cartilago ini bersendi dengan pinggir atas
lamina cartilage cricoidea. Masing-masing cartilago mempunyai apex di atas yang bersendi
dengan cartilago corniculata yang kecil, serta basis di bawah yang bersendi dengan lamina
cartilago cricoidea, dan sebuah processus vocalis yang menonjol ke depan dan merupakan
tempat lekat dari ligamentum vocale. Processus muscularis yang menonjol ke lateral,
menjadi tempat lekat Musculus cricoarytenoideus lateralis dan posterior.

- Cartilago Corniculata
Dua buah cartilago kecil berbentuk kerucut, bersendi dengan apex cartilaginis arytenoideae
(Gambar 2-27). Menjadi tempat lekat plica aryepiglottica.

- Cartilago Cuneiforme
Dua cartilago kecil yang berbentuk batang ini terletak di dalam plica aryepiglottica dan
berperan memperkuat plica tersebut (Gambar 2-27).

- Epiglotis
Merupakan cartilago elastis berbentuk daun yang terletak di belakang radix linguae (Gambar
2-26). Tangkainya dilekatkan di belakang cartilago thyroidea. Sisi epiglottis dihubungkan
dengan cartilago arytenoidea oleh plica aryepiglottica, yang merupakan sebuah lipatan
membrana mucosa. Pinggir atas epiglottis bebas. Membrana mucosa yang melapisinya
berjalan ke depan, meliputi permukaan posterior lidah sebagai plica glossoepiglottica
mediana. Lekukan pada membrana mucosa di kanan dan kiri plica glossoepiglottica disebut
vallecula (Cambar 2-24). Di sebelah lateral, membrana mucosa berjalan ke dinding pharynx
membentuk plica glossoepigloftica lateralis.

- Persarafan Larynx
Saraf Sensoris Di atas plica vocalis: ramus laryngeus internus, cabang dari nervus laryngeus
superior nervus vagus. Di bawah plica vocalis: nervus laryngeus recurrens (Gambar 2.29)

Saraf Motoris Semua otot-otot intrinsik larynx, kecuali musculus cricothyroideus dipersarafi
oleh nervus laryngeus recurrens. Musculus cricothyroideus dipersarafi oleh ramus laryngeus
externus dari nervus laryngeus superior nervus vagus.

- Vaskularisasi Larynx
Setengah bagian atas larynx: ramus laryngeus superior arteria thyroldea superior. Setengah
bagian bawah larynx: ramus laryngeus inferior arteria thyroidea inferior.
d. Trachea

Trachea adalah sebuah tabung cartilaginosa dan membranosa yang dapat bergerak (Gambar
2-30). Dimulai sebagai lanjutan larynx dari pinggir bawah cartilago cricoidea setinggi corpus
vertebrae cervicalis VI. Berjalan turun ke bawah di garis tengah leher. Di dalam rongga
thorax, trachea berakhir pada catina dengan cara membelah menjadi bronchus principalis
dexter dan sinister setinggi angulus sterni (di depan discus antara vertebra thoracica IV dan
V), terletak sedikit agak ke kanan dari garis tengah. Pada ekspirasi, bifurcatio trachea naik
sekitar satu vertebra, dan selama inspirasi dalam bifurcatio dapat turun sampai setinggi
vertebra thoracica VI. Jaraknya sekitar 3 cm. Pada orang dewasa, panjang trachea sekitar
11.25 cm dan diameter 2.5 cm. Pada bayi, panjang trachea sekitar 4-5 cm dan diameter
sekitar 3 mm. Selama pertumbuhan anak-anak, diameter trachea bertambah sekitar 1 mm
setiap tahurmya. Tabung fibroelastika dipertahankan utuh dengan adanya cartilago hyalin
berbentuk U (cincin) di dalam dindingnya. Ujung posterior cartilago yang bebas
dlhubungkan oleh otot polos, Musculus trachealis. Membrana mucosa trachea dilapisi oleh
epitel silinder bertingkat semu bersilia (Gambar 2-31) serta mengandung banyak sel goblet
dan glandula mucosa tubular.

- Batas-BatasTrachea di Dalam Leher (Gambar 2-32)


Anterior: Kulit, fascia, isthmus glandula thyroidea (di depan cincin kedua, ketiga, dan
keempat), vena thyroidea inferior, arcus jugularis, arteria thyroidea ima (jika ada), dan
vena brachiocephalica kiri pada anak-anak, ditutupi oleh musculus
sternocleidomastoideus dan musculus sternohyoideus. Posterior: nervus laryngeus
recurrens kanan dan kiri serta oesophagus. Lateral: Lobus glandula thyroidea dan sarung
carotis beserta isinya.

- Batas-Batas Trachea di Dalam Mediastinum Superius Thorax (Gambar 2-33)


Anterior: Sternum, thymus, vena brachiocephalica sinister, pangkal arteria
brachiocephalica dan carotis communis sinister, dan arcus aortae. Posterior: Oesophagus,
nervus laryngeus recurrens sinister. Kanan: vena azygos, nervus vagus dexter, dan pleura.
Kiri: Arcus aortae, arteria carotis communis sinister, arteria subclavia sinister, nervus
vagus sinister dan nervus phrenicus sinister, dan pleura.

- Persarafan Trachea
Persarafan sensoris berasal dari nervus vagus dan nervus laringeus recurrens.

- Vaskularisasi Trachea
Dua pertiga bagian atas trachea mendapat darah dari arteria thyroidea inferior, dan
sepertiga bagian bawah mendapat dalah dari arteriae bronchiales.
e. Bronkus

Trachea bercabang dua di belakang arcus aortae menjadi bronchus principalis dexter dan
sinister (primer atau utama) (Gambai 2-30). Bronchus principalis dexter meninggalkan
trachea dengan membentuk sudut sebesar 25 derajat dengan garis vertikal. Bronchus
prlncipalis sinister meninggalkan trachea dengan membentuk sudut 45 derajat dengan
garis vertikal. Pada anak-anak dengan usia lebih kecil dari 3 tahun, kedua bronchus
meninggalkan trachea dengan membentuk sudut yang hampir sama. Bronchus terus-
menerus bercabang dua sehingga akhirnya membentuk jutaan bronchiolus terminalis
yang berakhir di dalam satu atau leblh bronchiolus respiratorius. Setiap bronchiolus
respiratorius terbagi menjadi 2 sampai 11 ductus alveolaris yang masuk ke dalam saccus
alveolaris. Alveoli timbul dari dinding saccus sebagai diverticula.
- Bronchus Principalis Dexter
Bronchus principalis dexter lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal dari bronchus
principalis sinister dan panjangnya lebih kurang 2,5 cm (Gambar 2-30). Vena azygos
melengkung di atas pinggir superiornya. Bronchus lobaris superior dimulai sekitar 2 cm
dari pangkal bronchus principalis di carina. Kemudian bronchus principalis dexter masuk
ke hilus paru-paru kanan, dan bercabang dua menjadi bronchus lobaris medius dan
bronchus lobaris inferior.
- Bronchus Principalis Sinister
Bronchus principalis sinister lebih sempit, leblh panjang, dan lebih horizontal
dibandingkan bronchus principalis dexter dan panjangnya lebih kurang 5 cm (Gambar 2-
30). Berjalan ke kiri di bawah arcus aorta dan di depan oesophagus. Pada waktu masuk
ke hilus pulmonalis sinister, bronchus principalis sinister bercabang menjadi bronchus
lobaris superior dan bronchus lobaris inferior.

f. Pembagian Segmen Pulmonal


Lobus Segmen apical
superior Segmen posterior
3 Segmen anterior

Lobus Segmen lateral


Pulmo medius Segmen medial
Dexter 2
10
Lobus Segmen apical
inferior Segmen mediobasalis
5 Segmen anterobasalis
Segmen laterobasalis
Segmen posterobasalis

Lobus Segmen apicoposterior


superi Segmen anterior
or
4 Segmen lingualis sup
Pulmo
Siniste Segmen lingualis inf
r
8 Lobus Segmen apical
inferio Segmen antero-mediobasalis
r Segmen laterobasalis
4 Segmen posterobasalis
PLEURA
- Membrana serosa yang membungkus
pulmoPleura visceralis
- Pleura parietalis
- Cavum pleura (berisi cairan serous)
Nama : Angia Puspita Dewi

NIM : 2014730009

2. Sebutakan histologi sistem respirasi pada bagian konduksi!

Histologi Sistem Respirasi

Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi struktur saluran napas atas dan bawah. Secara
fungsional, struktur-struktur tersebut membentuk bagian konduksi system, yang terdiri atas
rongga hidung, nasofaring,laring, trakea, bronki, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Dan
bagian respiratorik (tempat berlangsungnya pertukaran gas), yang terdiri atas bronkiolus,
respiratorius ,ductus alveolaris dan alveoli.

Epitel Respiratorik

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia yang dikenal sebagai
epitel respiratorik. Epitel ini sedikitnya memiliki lima jenis sel, yang kesemuanya menyentuh
membrane basal yang tebal :

Gambar 17-2. Epilel respiratorik.


Epitel respiratorik merupakan contoh
klasik epitel kolumnar bertingkat
bersilia. (a): Detail strukturnya
bervariasi di berbagai regio saluran
napas, tetapi epitel ini biasanya
berada di atas membran basal (BM)
yang sangat tebal dan memiliki sejumlah tipe sel, sebagian kolumnar, sebagian basal dan
semuanya berkontak dengan rnembran basal. Sel kolumnar bersilia merupakan sel terbanyak
dengan ratusan silia panjang yang lebat (C) di setiap tonjolan apikalnya yang membentuk suatu
lapisan silia pada permukaan luminal. Sebagian besar sel bulat kecil pada membran basal
merupakan sel punca dan progenitornya yang berdiferensiasi, yang bersamasama membentuk
sekitar 30% epitel. Limfosit intraepitelial dan sel dendritik juga dijumpai pada epitel respiratorik.
Sel goblet (G) penghasil mukus juga ditemukan. Lamina propria tervaskularisasi (V) dengan
baik.400x. Mallorytrichrome. (b): SEM memperlihatkan permukaan luminal sel goblet (G) di
antara sejumlah besar sel bersilia.2500x. (c): Seperti diperlihatkan oleh SEM regio lain, sel
goblet (G) mendominasi di sejumlah area, dengan akumulasi mukus permukaan di sebagian
tempat (panah). Lapisan mukus menjerat sebagian besar partikel debu dan mikroorganisme, dan
pergerakan silia secara kontinu mendorong lapisan mukus ke arah esofagus untuk dikeluarkan.
Sel kolumnar lain, yang hanya mencapai sekitar 3% sel di epitel respiratorik adalah sel sikat (B)
dengan permukaan apikal kecil yang membawa berkas mikrovili pendek yang tumpul. Sel sikat
memiliki gambaran reseptor kemosensorik tetapi makna fisiologisnya masih belum diketahui.

a) Bronchiolus Respiratorius
Bronchiolus Respiratorius Setiap bronchiolus terminalis bercabang menjadi dua atau
lebih bronchiolus respiratorius yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi
dan bagian respiratorik sistem pernapasan (Gambar 17-11). Mukosa bronchiolus respiratorius
secara strukfural identik dengan mukosa bronchiolus terminalis kecuali dindingnya yang
diselingi oleh banyak alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronchiolus
respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus,
epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng (sel alveolus tipe I; lihat bawah).
Semakin ke distal di sepanjang bronkiolus ini, jumlah alveolusnya semakin banyak, dan jarak di
antaranya semakin pendek. Di antara alveolus, epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid
bersilia, meskipun silia dapat tidak dijumpai di bagian yang lebih distal. Otot polos dan jaringan
ikat elastis terdapat di bawah epitel bronchiolus respiratorius.
Gamhar 17-11. Bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius dan alveoli. Bronchiolus
terminalis bercabang menjadi bronchiolus respiratorius, yang kemudian bercabang lebih lanjut
menjadi ductus alveolaris dan setiap alveoli. Bronchiolus respiratorius mirip dengan sebagian
besar bronchiolus terminalis kecuali adanya sebaran alveoli di sepanjang permukaannya. (a):
Diagram memperlihatkan hubungan percabangan, dan pembuluh darah paru yang berjalan
dengan bronkiolus dan lapisan padat percabangan kapiler yang mengelilingi setiap alveolus
untuk pertukaran gas antara darah dan udara. (b): Mikrograf memperlihatkan sifat percabangan
bronkiolus dalam dua dimensi. 60x. H&E. (c): SEM memperlihatkan hubungan tiga-dimensi
alveoli terhadap bronchiolus terminalis dan bronchiolus respiratorius.

b) Ductus Alveolaris
Semakin ke distal pada bronkiolus respiratorius, jumlah muara alveolus ke dalam dinding
bronkiolus semakin banyak. Bronkiolus respiratorius bercabang menjadi saluran yang disebut
ductus alveolaris yang sepenuhnya dilapisi oleh muara aveoli (Gambar 17-12). Ductus alveolaris
dan alveolus dilapisi oleh sell alveolus gepeng yang sangat halus.
Dukfus alveolaris bermuara ke dalam atrium di dua saccus alveolaris atau lebih (Gambar
17-12). Serat elastin dan retikular membentuk jalinan rumit yang mengelilingi muara atrium,
saccus alveolaris, dan alveoli. Serat-serat elastin memungkinkan alveolus mengembang sewaktu
inspirasi dan berkontraksi secara pasif selama ekspirasi. Serat-serat retikular berfungsi sebagai
penunjang yang mencegah pengembangan berlebih dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa
alveolar yang tipis. Kedua serabut tersebut menunjang jaringan ikat yang menampung jalinan
kapiler di sekitar setiap alveolus.
Gambar 17-12' Bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris dan alveoli. Jaringan paru memiliki
struktur berbusa karena banyaknya kantong dan saluran udara yang disebut alveoli. (a): lrisan
jaringan paru yang meliputi banyak bronkiolus, dan beberapa di antaranya berupa bronchiolus
respiratorius (RB) yang terpotong memanjang, dan memperlihatkan kontinuitas percabangan
dengan ductus alveolaris (AD) dan saccus alveolaris (AS). Bronchiolus respiratorius masih
memiliki lapisan otot polos dan sejumlah regio epitel kuboid, tetapi ductus alveolaris memiliki
untaian otot polos dan epitel yang terdiri atas serangkaian alveoli yang berdekitan. Serabut otot
polos berbentuk seperti sfingterdan tampak seperti tonjolan di antara alveoli yang berdekatan.
Setiap alveolus (A) terbuka ke dalam saccus atau ductus. Bronchiolus respiratorius berjalan di
sepanjang cabang a. pulmonalis (A) yang berdindingtipis, yang memiliki dinding yang relatif
tipis, sementara cabang v. pulmonalis (V) berjalan di tempat lain di parenkim. 14x. H&E. (b):
Pembesaran kuat memperlihatkan hubungan alveoli (A) bulat berdinding tipis dengan ductus
alveolaris (AD). Ductus alveolaris berakhir dalam dua atau lebih kumpulan alveoli yang disebut
saccus alveolaris (AS). Alveoli tersebut yang terlihat di sini dan tjdak menampakkan pintu
masuk ke ductus atau saccus, memiliki hubungan dengan bagian lain dalam bidang yang
berdekatan.

c) Alveolus
Alveolus merupakan evaginasi mirip kantong (berdiameter sekitar 200 prm) di
bronchiolus respiratorius, ciuctus alveolaris, dan saccus alveolaris. Alveoli bertanggung jawab
atas terbentuknya struktur berongga dalam paru (Gambar 17-11 dan 17-12). Secara struktural,
alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang mirip dengan sarang
lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung Perfukaran O, dan CO, antara udara
dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi
antara lingkungan luar dan dalam. Umumnya, setiap dinding terletak di antara dua alveolus yang
bersebelahan sehingga disebut sebagai septum interalveolus. Satu septum interalveolar memiliki
sel dan matriks ekstrasel iaringan ikat, terutama serat elastin dan kolagery yang dipendarahi oleh
sejumlah besar jalinan kapiler tubuh.
Udara dalam alveolus dipisahkan dari darah kapiler oleh tiga komponen yang secara kolektif
disebut sebagai membran respiratorik atau sawar darah-udara:
 Lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus,
 Lamina basal yang menyatu dari sel alveolus dan sel endotel kapiler, dan
 Sitoplasma sel endotel
Tebal keseluruhan ketiga lapisan ini bervariasi dari 0,1 sampai 1,5 prm. Di dalam septum
interalveolus, anastomosis kapiler paru ditunjang oleh jalinan serat retikular dan elastin, yang
merupakan penyangga strukfural utama alveolus. Makrofag dan leukosit lain dapat juga
ditemukan di dalam interstisium septum. Lamina basal sel endotel kapiler dan sel epitel
(alveolar) bersatu sebagai satu struktur bermembran . Pori berdiameter 10-15 prm dijumpai pada
septum interalveolus dan menghubungkan alveolus yang berdekatan danbermuara
keberbagaibronkiolus. Pori-poritersebut menyetarakan tekanan udara di alveolus dan
meningkatkan sirkulasi kolateral udara ketika sebuah bronkiolus tersumbat.
O, dari udara alveolus masuk ke darah kapiler melalui sawar udara-darafu CO, berdifusi ke
arah yang berlawanan. Pembebasan CO, dari H,CO. dikatalisis oleh enzim karbonat anhidrase
yang terdapat dalam eritrosit. Sekitar 300 juta alveoli dalam paru menambah luas permukaan
internal Paru-Paru unluk berlangsungnya pertukaran gas, yang diperkirakan mencapai 140 m2.
Sel endotel kapiler sangat tipis dan sering disalah-tafsirkan sebagai sel epitel alveolus tipe I.
Lapisan endotel kapiler bersifat kontinu dan tidak bertingkap. Berkumpulnya inti dan organel
lain menyebabkan sisa daerah sel menjadi sangat tipis sehingga efisiensi pertukaran gas
meningkat. Ciri utama sitoplasma di bagian sel yang tipis adalah banyaknya vesikel pinositotik.
Sel alveolus tipe I (juga disebut pneumosit tipe I atau sel alveolar skuamosa) merupakan se1
yang sangat tipis yang melapisi permukaan aiveolus. Sel tipe I menempati 97% dari permukaan
alveolus (sisanya ditempati sel tipe II). Sel-sel ini begitu tipisnya (kadang-kadanghanya setebal
25 nm) sehingga pembuktian dengan mikroskop elektronbahwa semua alveolus ditutupi oleh
suatu lapisan epitel, diperlukan . Organel-organel seperti retikulum endoplasma, apparatus Golgi,
dan mitokondria berkumpul di sekitar inti sehingga sebagian besar daerah sitoplasma hampir
bebas dari organel dan mengurangi ketebalan sawar darah-udara. Sitoplasma di bagian tipis
mengandung banyak vesikel pinositotik, yang dapat berperan pada pergantian surfaktan dan
pembuangan partikel kontaminan kecil dari permukaan luar. Selain desmosom, semua sel epitel
tipe I memiliki taut kedap yang berfungsi mencegah perembesan cairan jaringan ke dalam ruang
udara alveolus . Fungsi utama sel ini adalah membeniuk sawar dengan ketebalan minimal yang
dapat dilalui gas dengan mudah.
Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II) tersebar di antara sel-sel alveolus tipe I dengan taut
kedap dan desmosom yang menghubungkannya dengan sel tersebut (Gambar 17-76). Se1 tipe II
berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan jumlah dua atau tiga di sepanjang
permukaan alveolus di tempat pertemuan dinding alveolus. Sel ini berada di membran basal dan
merupakan bagian dari epitel, dan memiliki asal yang sama dengan sel tipe i yang melapisi
dinding alveolus. Sel-sel ini membelah dengan cara mitosis untuk mengganti populasinya sendiri
dan juga mengganti populasi sel tipe L Pada sediaan histologi, sel-sel tipe II menampilkan ciri
sitoplasma bervesikel yang khas atau berbusa. Vesikel ini disebabkan adanya badan lamela yang
tetap terpelihara dan terdapat dalam jaringan yang dipersiapkan untuk studi mikroskop elektron.
Badan lamela, yang berdiameter rerata 7-2 '4rn, mengandung lamela konsentris atau paraiel yang
dibatasi oleh suatu membran unit. Kajian histokimia memperlihatkan bahwa badan-badan ini,
yang mengandung fosfolipid, glikosaminoglikan, dan proteiry diproduksi secara kontinu dan
dilepaskan di permukaan apikal sel. Badan berlamel menghasilkan materi yang menyebar di
ataspermukaanalveolusberupa surfaktanparq membentuk lapisan ekstrasel yang menurunkan
tegangan permukaan.
Gambar 17-13 Alveoli dan sawar darah-udara.
Pertukaran udara antara udara dan darah terjadi
di sawar bermembran di antara settap alveolus
dan kapiler yang mengelilinginya. Area total
pada sawar darah-udara di setiap paru
diperkirakan mencapai sekitar 70m2. (a):
Diagram ini memperlihatkan hubungan antara
kapiler dan dua atau lebih alveoli yang menyerupai kantong. (b): Sawar darah-udara terdiri atas
sel alveolar tipe l, sel endotel kapiler, dan membran basalnya yang menyatu. Oksigen berdifusi
dari udara alveolar ke dalam darah kapiler dan karbon dioksida bergerak dalam arah berlawanan.
Lapisan internal alveoli dilapisi oleh selapis surfaktan, yang tidak tergambar di sini, yang
menurunkan tegangan permukaan cairan dan membantu mencegah kolapsnya alveoli.
Nama : Nabilah Rivanti Hamidah

NIM : 2014730069

3. Jelaskan histologi sistem respirasi pada bagian konduksi!

Komposisi sistem pernapasan

Secara histologi dan fungsional sistem pernapasan memiliki 2 bagian yaitu bagian konduksi

dan bagian repiratorik. Bagian konduksi adalah saluran napas solid baik di luar maupun di

dalam paru yang menghantar udara ke dalam paru untuk respirasi. Bagian konduksi memiliki 2

fungsi utama yaitu menyediakan sarana bagi udara yang keluar masuk paru dan

mengkondisikan udara yang dihirup tersebut.

A. Bagian Konduksi

1. Rongga hidung

Rongga Hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur : vestibulum di luar

dan fossa nasalis di dalam. Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar

di setiap rongga hidung. Kulit hidung memasuki nares (cuping hidung) yang berlanjut

ke dalam vestibulum dan memiliki kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan vibrisa

(bulu hidung) yang menyaring partikel besar dari udara inspirasi.

Dari setiap dinding lateral, terdapat tiga tonjolan bertulang mirip rak yang

dikenal sebagai conchae. Conchae media dan inferior dilapisi oleh epitel

respiratorik; concha media dan inferior dilapisi oleh epitel olfaktoris.


1.1 Epitel respiratorik

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia

yang dikenal sebagai epitel respiratorik. Epitel ini sedikitnya memiliki lima

jenis sel, yang kesemuanya menyentuh membran basal yang tebal :

 Sel silindris bersilia adalah sel yang terbanyak. Setiap sel memiliki

lebih kurang 300 silia pada permukaan apikalnya.

 Sel goblet mukosa juga banyak dijumpai di sejumlah area epitel

respiratorik yang terisi di bagian apikalnya dengan granula

glikoprotein musin.

 Sel sikat (brush cell) adalah tipe sel silindris yang lebih jarang

tersebar dan lebih sulit ditemukan dengan permukaan apikal kecil

yang memiliki banyak mikrovili pendekdan tumpul. Sel sikat

memperlihatkan sejumlah komponen transduksi sinyal seperti

komponen pada sel kecap dan memiliki ujung saraf aferen pada

permukaan pada permukaan basalnya dan dipandang sebagai

reseptor kemosensoris.

 Sel granul kecil juga sulit ditemukan pada sediaan rutin tetapi

memiliki banyak granul padat berdiameter 100-300nm. Seperti sel

sikat, sel-sel ini membentuk sekitar 3% total sel dan merupakan

bagian sistem neuroendokrin.


 Sel basal, yaitu sel bulat kecil pada membran basal tetapi tidak meluas

sampai permukaan lumen epitel, merupakan sel punca yang membentuk

jenis sel lain.

1.2 Epitel olfaktorius

Kemoreseptor olfaktorius terletak di epitel olfaktorius, yaitu regio regio

khusus membran mukosa concha superior yang terletak di atap rongga

hidung. Epitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang terdiri atas :

1. Sel penyokong
Berbentuk silindris, tinggi ramping, relatif lebar di puncaknya dan menyempit di bagian
dasar. Inti sel berbentuk lonjong dan terletak di tengah. Di permukaan bebasnya terdapat
mikrovili langsing yang menonjol di dalam lapisan mukus.
2. Sel Basal
Berbentuk kerucut, kecil, dengan inti berbentuk lonjong, gelap dan tonjolan sitoplasma
bercabang. Terletak di anatara sel-sel penyokong di bagian dasar. Dan dianggap mampu
berkembang menjadi sel penyokong.
3. Sel olfaktoris
Merupakan modifikasi bipolar dengan sebuah badan sel, dendrit yang menonjol ke
permukaan dan akson yang masuk lebih dalam ke lamina propia. Di dalam lamina propia terdapat
kelenjar Bowman yang mengeluarkan sekret yang berperan melarutkan bahan-bahan berbau.
2. Faring

 Nasofarings

o Terletak di bawah dasar tengkorak di atas palatum molle, diliputi oleh

epitel bertingkat torak bersilia dan bersel Goblet

 Orofaring

o Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah,

diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

 Laringofaring

o Terletak di belakang laring, diliputi epitel yang bervariasi, sebagian

besar oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

3. Laring
Laring adalah saluran kaku yang pendek (4cmx4cm) untuk udara antara faring

dengan trakea. Dindingnya diperkuat oleh kartilago hialin (di thyroid, krikoid dan

kartilago arytenoid inferior) dan kartilago elastis yang lebih kecil (epiglotis, cunei

formis, corniculatum dan kartilago artenoid superior), yang kesemuanya dihubungkan

oleh ligamen. Selain menjaga agar jalan nafas terbuka, pergerakan kartilago ini oleh

otot rangka berperan pada produksi suara selama fonasi dan epiglotis berfungsi

sebagai katup untuk mencegah masuknya makanan atau cairan yang ditelan ke dalam

trakea

Epiglotis, yang terjulur keluar dari tepian laring, meluas ke dalam faring

dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Seluruh permukaan lingual dan bagian

apikal permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Pada beberapa titik

permukaan laringeal di epiglotis, epitelnya beralih menjadi epitel bertingkat silindris

bersilia. Dibawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa di lamina

propria.

Di bawah epiglotis, mukosa laring menjulurkan 2 pasang lipatan ke dalam

lumen laring. Pasangan atas, yaitu plica vestibularis atau pita suara palsu yang

sebagian dilapisi epitel respiratori yang dibawahnya terdapat banyak kelenjar

seromukosa. Pasangan lipatan bawah membentuk pita suara sejati atau plica vocalis.

Lipatan-lipatan tersebut dilapisi oleh epitel skuamosaberlapis dan memiliki berkas

serat elastis paralel (ligamentum vokalis) dan berkas otot rangka musculus vokalis.

4. Trakea
Trakea memanjang dari laring ke bifuskasio trakea, dimana trakea terbagi

menjadi bronkus cabang utama kanan dan kiri kedua paru. Pada orang dewasa,

panjangnya sekitar 12cm dan diameternya sekitar 1,5cm. Jaringan sekitarnya hanya

sedikit, tetapi tulang rawan dalam dindingnya mencegah trakea kolaps.

Struktur histologis :

 Sel-sel bersilia berisi sejumlah badan basal yang berkaitan dengan

jumlah silia. Selain itu, tampak kompleks golgi yang terdapat di atas

inti dan sedikit retikulum endoplasma kasar.

 Sel lendir sama dengan sel goblet di tractus intestinalis dan sering

disebut sel goblet. Sel-sel ini menghasilkan lendir yang melapisi

ujung silia.

 Sel serosa berisi retikulum endoplasma kasar yang berkembang

baik dan granula sekretoris padat elektron di atas inti. Sekret sel ini

mungkin mempunyai viskositas rendah terdapat sekitar silia.

 Sel sikat mempunyai permukaa seperti sikat terdiri atas mikrovili.

Beberapa sel sikat ini disebut tipe 1, oleh beberapa ahli dianggap

sebagai reseptor sensorik, karena sel ini tampak berhubungan

dengan serat saraf aferen.

 Sel intermedia sel ini dapat dibedakan dari sel silia atau sel

sekretoris.mungkin sama dengan sel sikat tipe 2, Mungkin

mempunyai gambaran karakteristik yang bebeda dan mungkin masih

belum sempurna.
 Lamina propria terdiri atas jaringan ikat jarang, yang banyak

mengandung serat serat elastis. Serat serat elastis ini memadat

membentuk membran elastis pada bagian dalam lamina propria,

sebagian batas terhadap submukosa.

 Kelenjar trakealis terutama terletak di submukosa, dekat dengan

tulang rawan dan jenisnya mukoserosa. Kelenjar ini terutama

banyak di bagian posterior, menembus musculus trakealis masuk ke

tunica adventisia.

 Tulang rawan tulang rawan trakea berbentuk tapal kuda melingkari

mukosa bagian anterior dan lateral. Tulang rawan trakea adalah

tulang rawan hialin yang pada proses penuaan berubah menjadi

tulang rawan fibrosa.

 Tunica adventisia sebelah luar membran fibroelastis dan

perikondrium, yang merupakan permukaan luar tulang rawan yang

paling tebal, tunica adventisia terdiri atas jaringan ikat berisi lemak.

Di tempat ini berjalan pembuluh darah trakea dan saraf.

5. BRONKUS
Susunannya sangat mirip dengan trakea dan hanya berbeda dalam garis tengahnya yang lebih
kecil. Bronkus disusun oleh cincin kartilago hialin yang semakin mengecil menjadi lempeng kartilago
hialin. Lempeng ini dikitari jaringan ikat padat fibrosa yang mengandung serat elastin.
Gambar 1.6 Bronkus

6. BRONKIOLUS
Bronkiolus tidak memiliki kartilago maupun kelenjar pada mukosanya. Pada bronkiolus yang
lebih besar dilapisi epitel bertingkat sindris bersilia kemudian bronkiolus yang lebih kecil dilapisi oleh
epitel selapis silindris.

Gambar 1.7 Bronkiolus

7. BRONKIOLUS TERMINALIS
Dibatasi oleh epitel selapis kuboid bersilia. Pada lamina proprianya terdapat otot polos dan serat
elastis sehingga paru mengembang ketika terjadi inspirasi, dan pilinan serat elastis membantu
kontraksi paru ketika ekspirasi. Merupakan saluran akhir dari bagian konduksi. Terdapat sel Clara
yang tidak bersilia, mempunyai fungsi sekresi glikosaminoglikan untuk melindungi lapisan
bronkiolus
Nama : Ramadhan Fauzie Nugraha

NIM : 2014730080

4. Bagaimana mekanisme pernafasan normal?

Mekanisme pernapasan normal

Udara cenderung mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah, yaitu
menuruni gradien tekanan.

Hubungan antara tekanan didalam dan diluar paru penting dalam ventilasi

Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernafas karena berpindah mengikuti gradien
tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh
aktivitas siklik otot pernafasan. Terdapat 3 tekanan yang berperan penting dalam ventilasi :

1. Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer
pada benda dipermukaan bumi pada ketinggian permukaan laut tekanan ini sama dengan 760
mm Hg. Tekanan atmosfer berkurang sering dengan penambahan ketinggian di atas permukaan
laut karena lapisan-lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin menipis. Pada setiap
ketinggian terjadi perubahan minor tekanan atmosferkarena perubahan kondisi cuaca (yaitu
tekanan barometrik naik atau turun).
2. Tekanan intra-alveolus yang juga dikenal sebagai tekanan intraparu adalah tekanan di dalam
alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar,
udara cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari
tekanan atmosfer ;udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang (ekuilibrium).
3. Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini juga dikenal sebagai
tekanan intrathoraks adalah tekanan yang ditimbulkan diluar paru di dalam rongga thoraks.
Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer, rerata 756 mm Hg saat
istirahat. Seperti tekanan darah yang dicatat dengan menggunakan tekanan atmosfer sebagai
titik referensi (yaitu tekanan darah sistolik 120 mm Hg adalah 120 mm Hg lebih besar daripada
tekanan atmosfer 760 mm Hg atau dalam kenyataan 880 mm Hg).

Paru dalam keadaan normal terengang untuk mengisi rongga thorax yang lebih besar

Rongga thorax lebih besar dari pada paru yang tidak terengang karena dinding thorax tumbuh lebih
cepat daripada sewaktu perkembangan. Namun, du gada-daya kohesif cairan intrapleura dan gradien
tekanan transmural menahan dinding thorax dan paru saling berdekatan, merengangkan paru untuk
mengisi rongga thorax yang lebih besar.

Aliran udara masuk keluar paru terjadi karena perubahan sklik tekanan intra-alveolus

Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan,maka tekanan intra-alveolus hrus lebih
kecil dari tekanan atmosfer agar udara mengalir masuk ke dalam paru sewaktu inspirasi. Demikian juga,
tekanan intra alveolus harus lebih besar daripada tekanan atmosfer agar udara mengalir keluar sewaktu
ekspirasi. Tekanan intra alveolus dapat diubah dengan mengubah volume paru, sesuai Hukum Boyle.

Otot-otot pernafasan yang melakukan gerakan bernafas tidak bekerja langsung pada paru untuk
mengubah volumenya. Otot-otot ini mengubah rongga thoraks,menyebabkan perubahan serupa pada
volume paru karena dinding thoraks dan dinding paru berhubungan melalui datya rekat cairan
intrapleura dan gradien tekanan transmural.

Permulaan respirasi : Kontraksi otot inspirasi

Sebelum inspirasi otot-otot pernafasan berada dalam keadaan rileks. Otot inspirasi utama-otot yang
berkontraksi untuk melakukan inspirasi sewaktu bernafas tenang adalah diafragma dan otot interkostal
eksternal. Otot inspirasi utama adalah diafragma, suatu lembaran otot rangkai yang membentuk lantai
rongga thoraks dan disarafi oleh saraf frenikus. Ketika berkontraksi diafragma turun dan memperbesar
volume rongga thoraks dengan meningkatkan ukuran vertikal.

Dinding abdomen, jika melemas menonjol keluar sewaktu inspirasi karena diafragma yang turun
menekan isi abdomen kebawah dan kedepan.

Dua set otot interkostal terletak diantara iga-iga. Kontraksi otot interkostal eksternal, yang serat-
seratnya berjalan kebawah dan depan antara dua iga yang berdekatan, yang memperbesar rongga
thoraks ketika otot berkontraksi, otot interkostal eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum
keatas dan kedepan.

Sebelum inspirasi, pada akhir ekspirasi sebelumnya, tekanan intra-alveolus sama dengan tekanan
atmosfer, sehingga tidak ada udara mengalir masuk atau keluar par. Sewaktu rongga thoraks membesar,
paru dan juga dipaksa mengembang untuk mengisi rongga thoraks yamg lebih besar. Sewaktu paru
membesar, tekanan intra-alveolus turun karena jumlah molekul udara yang sama kini menempati
volume paru yang lebih besar.

Peran otot inspirasi tambahan

Inspirasi dalam dapat dilakukan dengan mengontraksikan diafragma dan otot interkostal eksternal
secara lebih kuat dan dengan mengaktifkan otot inspirasi tambahan (aksesorius) untuk semakin
memperbesar rongga thoraks . Kontraksi otot-otot tambahan ini, yang terletak dileher, mengangkat
sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga thoraks.

Permulaan ekspirasi : Relaksi otot inspirasi

Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi aslinya seperti kubah ketika
melemas. Ketika otot interkostal eksternal melemas sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun
karena gravitasi. Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan intra-alveolus meningkat,karena jumlah
molekul udara yang lebih banyak yang semula terkandung dalam volume paru yang besar pada akhir
inspirasi kini termampatkan kedalam volume yang lebih kecil.
Ekspirasi paksa : Kontraksi otot ekspirasi

Selama pernafasan tenang, ekspirasi normalnya merupakan suatu proses pasif, karena dicapai oleh
recoil elastik paru ketika otot-otot inspirasi melemas, tanpa memerlukan kontraksi otot atau
pengeluaran energi. Sebaliknya, inspirasi selalu aktif karena ditimbulkan hanya oleh kontraksi otot
inspirasi dengan menggunakan energi. Otot ekspirasi yang paling penting adalah otot dinding abdomen.
Sewaktu otot abdomen berkontraksi terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang menimbulkan
gaya keatas pada diafragma, mendorongnya semakin keattas kedalam rongga thoraks daripada posisi
lemasnya sehingga ukuran ventrikal rongga thoraks menjadi semakin lebih kecil.

Otot ekspirasi lain adalah otot interkostal internal, yang kontrakinya menarik iga turun dan masuk,
mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga thoraks; tindakan ini melawan
dengan otot interkostal eksternal.

Sewaktu koktraksi aktif otot ekspirasi semakin mengurangi volume rongga thoraks, volume paru juga
semakin berkurang karena paru tidak harus terenggang lebih banyak untuk mengisin rongga thiraks yang
lebih kecil; yaitu paru dibolehkan mengempis ke volume yang lebih kecil. Tekanan intra-alveolus lebih
meningkat sewaktu udara di paru tertampung di dalam volume yang lebih kecil. Perbedaan antara
tekanan intra-alveolus dan atmosfer kini menjadi lebih besar daripada ketika ekspirasi pasif sehingga
lebih banyak udara keluar menuruni gradien tekanan sebelum tercapai keseimbangan. Dengan cara ini,
selama ekspirasi paksa aktif pengosongan paru menjadi lebih tuntas dibandingkan ketika ekspirasi
tenang pasif.

Selama ekspirasi paksa, tekanan intrapleura melebihi tekanan atmosfer tetapi paru tidak kolaps. Karena
tekanan intra-alveolus juga meningkat setara maka tetap terdapat gradien tekanan transmural
menembus dinding paru sehingga paru tetap terenggang dan mengisi rongga thoraks.
Nama : Fahmy Kharisma Akbar

NIM : 2012730037

5. Jelaskan mengenai ventilasi, perfusi dan difusi!

Ventilasi

Ventilasi merupakan bergeraknya udara masuk dan keluar paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Perubahan tekanan intrapleura
dan tekanan intrapulmoner (jalan napas) dan perubahan volume paru selama ventilasi . Selama inspirasi,
volume toraks bertambah besar karena difragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa
otot.otot sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot serratus , skalenus dan
interkostalis ekternus mengangkat iga-iga. Toraks membesar ke tiga arah : anteroposterior, lateral dan
vertical. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar -4mmHg
(relative terhadap atmosfer) menjadi sekita -8mmHg bila paru mengembang pada waktu inspirasi. Pada
saat yang sama tekanan intrapulmonal menurun sekitar -2mmHg (relative terhadap atmosfer) dari
0mmHg pada waktu inspirasi. Selisih tekanan antara jalan napas dan atmosfer menyebabkan udara
mengalir kedalam paru sampai tekanan jalan napas pada akhir inspirasi sama dengan tekanan atmosfer.

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru.
Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasasi , rangkaiga turun dan lengkung difragma naik ke atas
ke dalam rongg toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Selain itu otot otot abdomen dapat
berkontraksi sehingga tekanan intraabdominal membesar dan menekan difragma keatas. Pengurangan
volume toraks ini meningkatka tekanan intrapelura maupun tekanan intapulmonal. Tekanan
intrapulmonal sekarang meningkat dan mencapai sekitar 1 sampai 2 mmHg diatas tekanan atmosfer
sehingga udara mengalir keluar dari paru sampai tekanan jalan napas dan atmosfer menjadi sama
kembali.

Difusi

Difusi merupakan tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveoluskapiler yang tipis. Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan
parsial O2( PO2) dalam atmosfer sekitar 159mmHg. Namun pada waktu O2 sampai di trakea tekanan
parsial ini akan mengalami penurunan sekitar 149 mmHg karena dihangatkan dan dilembabkan oleh
jalan napas. Tekanan parsial O2 yang diinspirasi akan menurun hingga 103 mmHg pada saat mencapai
alveoli karena tercampur dengan udara dalam ruang mati anatomic pada saluran jalan napas. Ruang
mati anatomic ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekita 1 ml udara per pound berat badan
ideal. Tekanan parsial O2 dalam darah vena campuran (PVO2) di kapiler paru paru kira kira sebesar 40
mmHg. Po2 kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (PAO2= sekitar 103mmHg) sehingga
O2 mudah berdifusi ke dalam aliran darah.

Perfusi
Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru membutuhkan distribusi merata udara
dalam paru dan perfusi ( aliran darah) dalam kapiler. Nilai rata rata rasio antara ventilasi terhadap
perfusi V/Q adalah 0,8. Angka ini didapatkan dari rasio rata rata laju ventilasi alveolus normal (4L/menit)
dibagi dengan curah jantung normal (5L/menit). Ketidakseimbangan antara ventilasi perfusi terjadi pada
kebanyakan penyakit pernapasan antara lain : unit ruang mati ( ventilasi normal tetapi tidak ada
perfusi), unit pirau ( perfusi normal tidak ada ventilasi), unit diam tidak ada ventilasi maupun perfusi.
Nama : Jihan Eka Ariyani

NIM : 2014730044

6. Jelaskan volume dan kapasitas paru normal!

Volume paru

1. Volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reserve volume, ERV)


Nilai rerata: 1000 ml

Volume udara tambahan yang dapat secara aktif dikeluarkan dengan mengontraksikan
secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi udara yang secara normal dihembuskan
secara pasif pada akhir volume alun napas istirahat.

2. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, IRV)


Nilai rerata: 3000 ml

Volume udara tambahan yang dapat secara makasimal dihirup diatas volume alun nafas
istirahat. IRV dicapai oleh kontraksi maksimal diafragma, otot interkostal eksternal, dan
otot inspirasi tambahan.

3. Volume alun nafas (tidal volume, TV)


Nilai rerata: 500 ml (pada kondisi istirahat)
Volume udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali bernapas.

4. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (forced expiratory volume in one second, FEV₁)
Nilai rerata: 80 % dari kapasitas vital (vital capacity, VC)

Volume udara yang dihembuskan selama detik pertama ekspirasi dalam suatu penentuan
VC. Dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dihembuskan secara paksa dari paru
yang telah mengembang maksimal dapat dihembuskan dalam satu detik. Pengukuran ini
menunjukan laju aliran udara paru maksimal yang dapat dicapai.

5. Volume residual (residual volume, RV)


Nilai rerata: 1200 ml

Volume udara minimal yang tertinggal di paru bahkan setelah ekspirasi maksimal

Kapasitas Paru

1. Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity, IC)


Rumus : IC = IRV + TV
Nilai rerata : 3500 ml
Volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi tenang normal.
2. Kapasitas residual fungsional (functional residual capacity, FRC)
Rumus : FRC = ERV + RV
Nilai rerata : 2200 ml
Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal.

3. Kapasitas vital (vital capacity, VC)

Rumus: VC = IRV + TV + ERV

Nilai rerata : 4500 ml

Volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali bernafas setelah inspirasi
maksimal. Hal ini jarang dignakan karena kontraksi otot maksimal yag terlibat
melelahkan.

4. Kapasitas paru total (total lung capacity, TLC)

Rumus : TLC = VC + RV

Nilai rerata: 5700 ml

Volume udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru


Nama : Muhammad Fakhmi A M

NIM : 2014730060

7. Jelaskan mengenai pengendalian pernafasan!

PENGENDALIAN PERNAPASAN

Pusat pernapasan terdiri dari beberapa kelompok neuron yang terletak bilateral di medulla oblongata dan
pons pada batang otak. Daerah ini dibagi menjadi tiga kelompok neuron utama: (1) kelompok pernapasan
dorsal, terletak dibagian dorsal medulla, yang terutama menyebabkan inspirasi, (2) kelompok pernapasan
ventral, yang terletak di ventrolateral medulla, yang terutama menyebabkan ekspirasi, (3) pusat
pneumotaksik dan apneustik, terletak disebelah dorsal bagian superior pons, yang terutama mengatur
kecepatan dan kedalaman napas.

Pusat Pernapasan Di Batang Otak Membentuk Pola Pernapasan Yang Ritmik

Komponen kontrol syaraf pada respirasi

(1) Faktor yang menghasilkan irama inspirasi dan ekspirasi secara bergantian

(2) Faktor yang mengatur besar ventilasi (yaitu kecepatan dan kedalaman napas)

(3) Faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk tujuan lain yang bersifat volunteer,
misalnya mengontrol napas untuk berbicara, atau involunter seperti maneuver pernapasan yang
berkaitan dengan batuk.
Neuron Inspirasi dan Ekspirasi di Pusat di Medulla

1. Kelompok Neuron Pernapasan Dorsal – Pengaturannya pada Inspirasi dan Irama Pernapasan

Kelompok respiratorik dorsal (KRD) terutama terdiri dari neuron-neuron inspiratorik yang
serat-serat desendennya berakhir di neuron motorik yang mensyarafi otot inspirasi. Ketika neuron-neuron
KRD ini melepaskan muatan, terjadi inspirasi; ketika mereka menghentikan sinyal, otot-otot inspirasi
berelaksasi dan terjadilah ekspirasi pasif. Ekspirasi diakhiri ketika neuron-neuron inspiratorik kembali
mencapai ambang dan melepaskan muatan.

2. Kelompok Neuron Pernapasan Ventral – Pengaturannya pada Ekspirasi dan Inspirasi

Kelompok respiratorik ventral (KRV) terdiri dari neuron-neuron inspiratorik dan neuron-neuron
ekspiratorik, yang keduanya tetap inaktif selama bernapas normal tenang. Selama bernapas tenang tidak
ada impuls yang dihasilkan dijalur desenden oleh neuron-neuron ekspiratorik merangsang neuron motoric
yang mempersyarafi otot-otot ekspirasi (otot abdomen dan interkostalis internal). Selain itu, neuron-
neuron inspiratorik KRV, ketika dirangsang oleh KRD, memacu aktivitas inspirasi saat kebutuhan
terhadap ventilasi meninggi.

Pembentukan irama pernapasan

• KRD tidak mengahasilkan irama dasar ventilasi. Pembentukan irama pernapasan terletak di
kompleks pra-Botzinger. Suatu anyaman di region ini memperlihatkan aktivitas pemacu,
mengalami potensial aksi spontan.
Pengaruh dari pusat penumotaksis dan apneustik

 Pusat pneumotaksis mengirim impuls ke KRD yang membantu “memadamkan” neuron-neuron


inspiratorik sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya, pusat apneustik mencegah neuron-
neuron inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat.

Refleks Hering-Breuer


• Reseptor regang paru dilapisan otot polos saluran napas diaktifkan oleh peregangan paru pada
volume tidal yang besar. Potensial aksi dari reseptor-reseptor regang ini berjalan melalui serat
saraf aferen ke pusat medulla dan menghambat neuron insipiratorik. Umpan balik negative dari
paru yang sangat teregang ini membantu mengehentikan inspirasi tepat sebelum paru mengalami
pengembangan yang berlebihan.
Pengaruh Faktor Kimiawi pada Pernapasan

Faktor Kimiawi Efek pada Kemoreseptor Perifer Efek pada Kemoreseptor Sentral

Merangsang hanya ketika PO2 arteri Secara langsung menekan


PO2 di daraharteri turun ke titik yang mengancam kemoreseptor sentral dan pusat
nyawa (<60 mm Hg); suatu respirasi itu sendiri jika <60 mm
mekanisme darurat Hg
Merangsang dengan kuat;
merupakan kontrol ventilasi
yang dominan
PCO2 di daraharteri,
meningkatkan H+ di Merangsang secara lemah
(kadar >70-80 mm Hg secara
CES otak)
langsung menekan pusat
pernapasan dan kemoreseptor
sentral)
Merangsang; penting dalam Tidak mempengaruhi; tidak
H+ di darah arteri pengaturan keseimbangan asam basa dapat menembus sawar darah-
otak
Nama : Issabella Nisrina P

NIM : 2014730043

8. Jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi pernafasan pada tubuh saat berolahraga!

Saat berolahraga, ventilasi meningkat. Faktor-faktor yang menyebabkan ventilasi meningkat pada
saat olahraga, yaitu:

a. Refleks yang berasal dari gerakan tubuh.


Reseptor-reseptor di sendi dan otot yang tereksitasi selama kontraksi otot akan secara
refleks merangsang pusat pernafasan dan dengan cepat meningkatkan ventilasi. Bahkan gerakan
pasif anggota badan ( misalnya, orang lain secara bergantian melakukan fleksi dan ekstensi lutut
seseorang) dapat meningkatkan ventilasi beberapa kali lipat melalui pengaktifan reseptor-
reseptor tersebut, walaupun sebenarnya tidak terjadi olahraga. Dengan demikian, proses
mekanis pada olahraga diyakini berperan penting untuk mengkoordinasikan aktivitas pernafasan
dengan peningkatan kebutuhan metabolisme oeh otot-otot yang aktif.

b. Peningkatan suhu tubuh.


Banyak energi yang dihasilkan selama kontraksi otot diubah menjadi panas dan bukan
menjadi kerja mekanis. Mekanisme pengeluaran panas, misalnya berkeringat, sering tidak
mampu mengimbangi peningkatan produksi panas yang menyertai aktivitas fisik tersebut,
sehingga suhu tubuh sering sedikit meningkat selama olahraga. Karena peningkatan suhu tubuh
merangsang ventilasi, pembentukan panas terkait olahraga ini jelas berperan menentukan
respons pernafasan terhadap olahraga.

c. Pengeluaran epinefrin.
Hormon medula adrenal epinefrin juga merangsang ventilasi. Kadar epinefrin dalam
sirkulasi meningkat selama olahraga sebagai respons terhadap pembentukan potensial aksi di
sistem syaraf simpatis yang menyertai peningkatan aktivitas fisik.
Nama : Verga Baiqillah Terada

NIM : 2014730096

9. Jelaskan peran paru pada pengaturan asam basa tubuh!

Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar enzim sangat peka
terhadap perubahan ph. Selain itu mekanisme protektif harus terus menerus aktif, karena
metabolism menyebabkan terbentuknya asam dan basa (terutama asam). Untuk jangka panjang,
kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru. Untuk jangka pendek, tubuh
dilindungi dari perubahan pH dengan system penyangga. Dua penyangga utama yang terdapat
dalam darah : penyangga bikarbonat dan penyangga yang melibatkan hemoglobin (protein
pembawa oksigen). Kedua mekanisme ini bekerja untuk mempertahankan pH darah antara 7,35
sampai 7,43.

Penyangga bikarbonat bergantung pada kenyataan bahwa karbon dioksida yang dihasilkan
melalui oksidasi bahan bakar bereaksi secara reversible dengan air untuk menghasilkan suatu asam
lemah, asam karbonat, yang mengalami disosiasi parsial membentuk basa konjungtiva, bikarbonat.

Reaksi karbon dioksida dengan air akan menghasilkan asam karbonat yang dikatalisis oleh
enzim karbonat anhydrase pada sel darah merah dan sel jenis lain. Untuk menghindari terjadinya
perubahan pH karena peningkatan asam karbonat, maka jumlah asam karbonat dalam darah dapat
dikurangi dengan bernapas lebih dalam sehigga akan lebih banyak CO2 yang keluar melalui paru.
Strategi ini memungkinkan tubuh menangkal masuknya suatu asam (asidosis metabolic) dengan
menurunkan konsentrasi total asam melalui mekanisme pernapasan kompensatorik. Sebaliknya
apabila pH meningkat (alkalosis metabolic), bernapas akn menjadi lebih dangkal, CO2 ditahan, dan
pH darah menurun.
Nama : M. Sigit Haryanto

NIM : 2014730059

10. Jelaskan mekanisme bersin!

Mekanisme Bersin

Rangsang yang ada ditangkap oleh reseptor taktil dihidung.Rangsang kemudian diteruskan ke
nervus trigeminus dan dilanjutkan ke pusat pernafasan di medulla oblongata. Urutan mekanisme
reflex sama dengan mekanisme reflex batuk, namun pada reflex bersin uvula dikondisikan
kebawah, sehingga memungkinkan aliran udara ekspirasi menjadi kuat dan dapat melalui rongga
mulut dan rongga hidung.

Reflex bersin bermanfaat untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke rongga hidung atau
saluran pernafasan bagian bawah. Bersin adalah respon tubuh yang dilakukan oleh membran
hidung ketika mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke dalam hidung,
sehingga secara otomatis tubuh akan menolak bakteri itu. Syaraf-syaraf yang terdapat di hidung
dan mata itu sebenarnya saling bertautan, sehingga pada saat kita bersin, maka secara otomatis
mata kita akan terpejam. Hal ini untuk melindungi saluran air mata dan kapiler darah agar tidak
terkontaminasi oleh bakteri yang keluar dari membran hidung.

Pada saat kita bersin, secara refleks maka otot-otot yang ada di muka kita menegang, dan jantung
kita akan berhenti berdenyut. Setelah selesai bersin maka jantung akan kembali lagi berdenyut
alias berdetak kembali.Sebenarnya bersin adalah sebuah pertanda bahwa kita ini sehat.Sehat
dalam arti mekanisme tubuh kita berjalan dengan lancar sempurna.Bersin sebagai sebuah reaksi
adanya ketidakberesan dalam saluran pernapasan.Mungkin ada debu atau kotoran dari udara
yang kita hirup yang tidak tersaring dan ikut masuk sehingga tubuh secara spontan bereaksi
mengeluarkan kotoran melalui bersin.
Di dalam hidung, udara yang masuk dihangatkan sampai mendekati suhu tubuh.Kemudian diberi
kandungan air sampai mendekati kejenuhan dan dibersihkan lagi sehingga udara yang masuk ke
paru-paru benar-benar bebas dari benda asing. Bila udara sangat beredebu, sangat dingin atau
mengandung uap atau zat yang merangsang, ujung syaraf dihidung akan terangsang. Akibatnya
refleks bersin segera terjadi untuk membersihkan hidung.
Nama : Tasya Sabrina Chairunnisa

NIM : 2013730183

11. Apa yang dialami oleh nina pada scenario diatas?

Nina jarang berolahraga di atas dijelaskan bahwa gerakan pasif anggota badan (misalnya,
seseorang secara bergantian meluruskan dan menekuk lutut orang lain) dapat meningkatkan
ventilasi beberapa kali lipat apalagi kegiatan aktif seperti berlari,Pada saat berolahraga terjadi
peningkatan ventilisasi dan juga mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu badan,diskenario
juga dijelaskan bahwa nina kurang enak badan yang jika dikaitkan kalau nina badannya panas
menandakan akan terjadi peningkatan suhu yang tinggi diakibatkan berolahraga yang membuat
nina tidak kuat untuk berolahraga lebih lama.

Faktor yang berperan dalam respons ventilasi terhadap nina ketika olahraga:
1. Refleks yang berasal dari gerakan tubuh.
Reseptor sendi dan otot yang tereksitasi selama kontraksi otot secara reflex
merangsang pusat pernafasan, meningkatkan ventilasi secara mendadak. Bahkan gerakan
pasif anggota badan (misalnya, seseorang secara bergantian meluruskan dan menekuk
lutut orang lain) dapat meningkatkan ventilasi beberapa kali lipat melalui pengaktifan
reseptor-reseptor ini, meskipun yang bersangkutan tidak melakukan olahraga yang
sebenarnya. Karena itu, proses-proses mekanis selama olahraga dipercayai berperan
penting dalam mengoordinasikan aktivitas pernapasan dengan peningkatan kebutuhan
metabolic otot-otot yang aktif.

2. Peningkatan suhu tubuh


Banyak dari energy yang dihasilkan selama kontraksi otot diubah menjadi panas
dan bukan untuk melakukan kerja mekanis yang sesungguhnya.Mekanisme pengeluaran
panas misalnya berkeringat sering tidak mengimbangi peningkatan produksi panas yang
menyertai aktivitas fisik,sehingga suhu tubuh sering agak meningkat selama
olahraga.Karena peningkatan suhu tubuh merangsang ventilasi maka produksi panas
terkait olahraga ini jelas berperan dalam respons pernapasan terhadap olahraga. Untuk
alasan yang sama peningkatan ventilasi sering menyertai demam.
3. Pelepasan Epinefrin
Hormon Medula adrenal epinefrin juga merangsang ventilasi.Kadar epinefrin dalam
darah meningkat selama olahraga sebagai respons terhadap lepas-muatan system saraf
simpatis yang menyertai peningkatan aktivitas fisik.

4. Impuls dari korteks serebri


Khususnya pada awal olahraga, daerah motoric korteks serebri dipercayai
merangsang secara bersamaan neuron-neuron pernapsan medulla dan mengaktifkan
neuron-neuron motoric otot.Hal ini serupa pada penyesuaian kardiovaskular yang dimulai
oleh korteks motoric pada awal olahraga.Dengan cara ini, region motoric otak
mengaktifkan respons ventilasi dan sirkulasi untuk menunjang peningkatan aktivitas fisik
yang akan dilakukannya.Penyesuaian antisipatorik ini adalah mekanisme regulatorik
umpan maju,yaitu,penyesuaian terjadi sebelum factor factor homeostatic berubah.Hal ini
berbeda dari hal yang lebih umum terjadi yaitu penyesuaian regulatorik untuk
memulihkan homeostatis berlangsung sesudah suatu factor mengalami perubahan.
BAB IV
KESIMPULAN

Nina jarang berolahraga di atas dijelaskan bahwa gerakan pasif anggota badan (misalnya,
seseorang secara bergantian meluruskan dan menekuk lutut orang lain) dapat meningkatkan
ventilasi beberapa kali lipat apalagi kegiatan aktif seperti berlari,Pada saat berolahraga terjadi
peningkatan ventilisasi dan juga mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu badan,diskenario
juga dijelaskan bahwa nina kurang enak badan yang jika dikaitkan kalau nina badannya panas
menandakan akan terjadi peningkatan suhu yang tinggi diakibatkan berolahraga yang membuat
nina tidak kuat untuk berolahraga lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA

Marks , Dawn B., Allan D. Marks, Collen M. Smith. Biokimia kedokteran dasar : sebuah
pendekatan klinis. Halaman : 37 – 38.

Mescher, Anthony L. 2009.Histologi Dasar JUNQUEIRA Teks & Atlas Ed.12. Terj. Dr.
Frans Dany. Jakarta : EGC.

Junqueira. 2014. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Jakarta : EGC

Sherwood. Lauralee. 2012. Fisiolog Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem; edisi 6 hal. 517; lauralee sherwood; EGC; 2014

Snell, Richard S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC Hal. 35-71
Waschke J dan F.Paulsen.2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Organ-organ Dalam
Edisi 23 Jilid2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hal. 28

Patofisiologi Sylvia A price, Lorraine M Wilson Volume 2 hal.743-746

Mescher, Anthony L. 2009.Histologi Dasar JUNQUEIRA Teks & Atlas Ed.12. Terj. Dr.
Frans Dany. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai