PENDAHULUAN
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat
Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Jenis – jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah
sakit salah satunya adalah pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang memiliki
peran sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu
fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan dalam perannya
sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah sakit tercermin dari kemampuan unit
1
Unit gawat darurat merupakan salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan
penanganan pertama pada keadaan gawat darurat karena sakit atau cedera yang dapat
mengancam keselamatan nyawa dan mencegah cedera lebih lanjut, pelayanan di instalasi
gawat darurat harus memberikan pelayanan 24 jam perhari (UU No 36, 2009).
Keadaaan gawat gawat darurat adalah sebuah kondisi klinik yang memerlukan
pelayanan medik. Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
pasien serta mencegah kecacatan lebih lanjut dan dilarang menolak pasien atau menerima
menginginkan kualitas pelayanan yang bermutu tinggi. Untuk mencapai pelayanan yang
bermutu tinggi tersebut perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia, di samping
prinsip pelayanan yang terjangkau biayanya bagi masyarakat. (PMK No 47, 2018)
pengkajian primer dan sekunder secara terfokus, sistematis, akurat. Pengkajian primer
komperehensif sesuai keluhan utama pasien. Serta adanya pemeriksaan penunjang medik
2
dan dokumentasi pasien. Apabila pelayanan mengalami keterlambatan maka akan
dan kecacatan lebih lanjut. Semakin parahnya kondisi pasien karena keterlambatan
pelayanan akan meningkatnya biaya (cost) yang akan di tanggung oleh pasien dan
radiologi emergensi meliputi X-Ray mobile , USG mobile, apron timbal, CT-Scan, dan
MRI. Tata ruang radiologi menurut Kepmenkes 2009 dapat digabung bersama UGD atau
memberikan pelayan pada pasien gawat darurat, pasien gawat tidak darurat, darurat tidak
gawat, dan pasien tidak gawat tidak darurat. Bangunan IGD RS An-Nisa Tangerang
terletak dilantai dasar dengan pintu masuk mudah diakses dan memiliki pintu yang
berbeda dengan pintu masuk poliklinik atau pintu masuk utama rumah sakit. Untuk
pasien yang datang menggunakan ambulance, IGD RS An-Nisa memiliki jalur masuk
ambulance tanpa hambatan dan dapat menampung lebih dari 2 kendaraan. Sedangkan
untuk ambulance sendiri IGD memiliki 2 buah ambulance, memiliki 10 bed untuk
3
pelayanan medik, standar asuhan keperawatan dan standar operasional prosedur, dalam
1.2. Tujuan
RS An-Nisa Tangerang yang dilakukan dengan sistem dan metode serta membantu
a. Memahami proses pengelolaan rumah sakit sebagai suatu kesatuan unit bisnis
Tangerang.
Nisa Tangerang.
4
e. Mampu memberikan masukan kepada pihak rumah sakit An-Nisa Tangerang
berupa evaluasi, saran, usulan dan sejenisnya, sesuai dengan permasalahan yang
ditemukan.
f. Mampu menyusun laporan hasil residensi secara jelas sesuai dengan ketentuan
1.3. Manfaat
a. Rumah Sakit dapat memanfaatkan kegiatan ini sebagai ajang evaluasi dan
b. Rumah Sakit mendapatkan kerja sama dan bertukar pendapat dengan pihak
lain di luar rumah sakit secara ilmiah dan mempunyai dasar pengetahuan.
5
c. Menciptakan kerjasama/kemitraan baik dengan PS-MARS maupun dengan
a. Hasil kegiatan residensi akan menjadi umpan balik bagi pengembangan materi
pengembangan program.
beralamat di Jalan Gatot Subroto Km. 3 No. 96, Cibodas, Kota Tangerang, Banten.
Kegiatan residensi dilaksanakan sejak bulan Oktober 2018-Desember 2018. Dan unit