Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat

menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/2008).

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 47 tahun 2018

tentang Pelayanan Kegawatdaruratan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan

Minimal, maka perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan standar pelayanan minimal

Rumah Sakit yang wajib dimiliki oleh Rumah Sakit.

Jenis – jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah

sakit salah satunya adalah pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang memiliki

peran sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu

fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan dalam perannya

sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah sakit tercermin dari kemampuan unit

gawat darurat. Bekerja di IGD membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan

setiap saat, (Hardianti, 2008).

1
Unit gawat darurat merupakan salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan

penanganan pertama pada keadaan gawat darurat karena sakit atau cedera yang dapat

mengancam keselamatan nyawa dan mencegah cedera lebih lanjut, pelayanan di instalasi

gawat darurat harus memberikan pelayanan 24 jam perhari (UU No 36, 2009).

Keadaaan gawat gawat darurat adalah sebuah kondisi klinik yang memerlukan

pelayanan medik. Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah

maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan untuk menyelamatkan nyawa

pasien serta mencegah kecacatan lebih lanjut dan dilarang menolak pasien atau menerima

uang muka (UU No 44, 2009).

Pelayanan kegawatdaruratan meliputi pelayanan kegawatdaruratan pada bencana

dan pelayanan kegawatdaruratan sehari-hari. Pelayanan Kegawatdaruratan ini harus

ditingkatkan secara terus-menerus untuk memenuhi harapan masyarakat yang selalu

menginginkan kualitas pelayanan yang bermutu tinggi. Untuk mencapai pelayanan yang

bermutu tinggi tersebut perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia, di samping

peningkatan sarana dan prasarana Fasilitas Pelayanan Kesehatan, tanpa meninggalkan

prinsip pelayanan yang terjangkau biayanya bagi masyarakat. (PMK No 47, 2018)

Pelayanan yang dilakukan di IGD antara lain melakukan triase, melakukan

pengkajian primer dan sekunder secara terfokus, sistematis, akurat. Pengkajian primer

untuk melihat keadaan keadaan airway, breathing, circulation, dissability, exposure.

Pengkajian sekunder merupakan pengkajian head to toe yang dilakukan secara

komperehensif sesuai keluhan utama pasien. Serta adanya pemeriksaan penunjang medik

2
dan dokumentasi pasien. Apabila pelayanan mengalami keterlambatan maka akan

berefek pada kondisi pasien (Standar pelayanan IGD, 2011).

Efek lamanya pelayanan di instalasi gawat darurat akan memperparah kondisi

pasien, memperburuk kondisi primer pasien sehingga terjadinya peningkatan mortalitas

dan kecacatan lebih lanjut. Semakin parahnya kondisi pasien karena keterlambatan

pelayanan akan meningkatnya biaya (cost) yang akan di tanggung oleh pasien dan

dipertimbangkan secara total oleh rumah sakit (Nahab, 2012).

Selain pelayanan medis di Instalasi gawat darurat, IGD juga melakukan

pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan radiologi emergensi. Pemeriksaan

radiologi emergensi meliputi X-Ray mobile , USG mobile, apron timbal, CT-Scan, dan

MRI. Tata ruang radiologi menurut Kepmenkes 2009 dapat digabung bersama UGD atau

terpisah (standar pelayanan IGD, 2011).

Instalasi Gawat Darurat di RS An-Nisa Tangerang merupakan unit yang

memberikan pelayan pada pasien gawat darurat, pasien gawat tidak darurat, darurat tidak

gawat, dan pasien tidak gawat tidak darurat. Bangunan IGD RS An-Nisa Tangerang

terletak dilantai dasar dengan pintu masuk mudah diakses dan memiliki pintu yang

berbeda dengan pintu masuk poliklinik atau pintu masuk utama rumah sakit. Untuk

pasien yang datang menggunakan ambulance, IGD RS An-Nisa memiliki jalur masuk

ambulance tanpa hambatan dan dapat menampung lebih dari 2 kendaraan. Sedangkan

untuk ambulance sendiri IGD memiliki 2 buah ambulance, memiliki 10 bed untuk

operasional pelayanan, memiliki SDM yang bersertifikat gawat darurat, standar

3
pelayanan medik, standar asuhan keperawatan dan standar operasional prosedur, dalam

rangka memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien.

Pada kesempatan ini penulis melakukan Residensi di RS An-Nisa Tangerang

dengan focus pada pelayanan di Instalasi Gawat Darurat RS An-Nisa Tangerang.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pelayanan Instalasi Gawat Darurat secara

langsung melalui pengamatan (observasi), wawancara dan penelaahan dokumen di

RS An-Nisa Tangerang yang dilakukan dengan sistem dan metode serta membantu

memberi masukan dalam rangka memberikan solusi atas permasalahan yang

ditemukan pada saat residensi di Instalasi Gawat Darurat RS An-Nisa Tangerang.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Memahami proses pengelolaan rumah sakit sebagai suatu kesatuan unit bisnis

pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

b. Mengetahui Alur Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat RS An-Nisa

Tangerang.

c. Memahami proses manajemen operasional di Instalasi Gawat Darurat RS An-

Nisa Tangerang.

d. Mampu menggali dan mengidentifikasi unsur-unsur atau factor-faktor apa saja

yang mempengaruhi tidak optimalnya fungsi atau pelayanan di Instalasi

Gawat Darurat RS An-Nisa Tangerang.

4
e. Mampu memberikan masukan kepada pihak rumah sakit An-Nisa Tangerang

berupa evaluasi, saran, usulan dan sejenisnya, sesuai dengan permasalahan yang

ditemukan.

f. Mampu menyusun laporan hasil residensi secara jelas sesuai dengan ketentuan

dan kaidah-kaidah pelaporan.

1.3. Manfaat

1.3.1. Manfaat Bagi Penulis

a. Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan keterampilan dan

pengasahan ilmu di bidang administrasi dan manajemen rumah sakit.

b. Mendapatkan pengalaman dalam berkomunikasi dengan para praktisi di

rumah sakit dalam rangka menerapkan hasil perkuliahan pada proses

administrasi rumah sakit secara nyata.

c. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengkajian terhadap suatu

masalah melalui pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach).

1.3.2. Manfaat Bagi Rumah Sakit

a. Rumah Sakit dapat memanfaatkan kegiatan ini sebagai ajang evaluasi dan

control kegiatan operasional yang ada, disamping analisis dari pelaksanaan

sistem yang telah ditentukan.

b. Rumah Sakit mendapatkan kerja sama dan bertukar pendapat dengan pihak

lain di luar rumah sakit secara ilmiah dan mempunyai dasar pengetahuan.

5
c. Menciptakan kerjasama/kemitraan baik dengan PS-MARS maupun dengan

Program Studi lainnya di lingkungan URINDO.

1.3.3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

a. Hasil kegiatan residensi akan menjadi umpan balik bagi pengembangan materi

kurikulum dan metode pembelajaran.

b. Mendapatkan informasi terkini terkait isu rumah sakit.

c. Terbinanya jaringan kerjasama (networking) yang sangat potensial bagi

pengembangan program.

1.4. Ruang Lingkup

Kegiatan residensi ini dilakukan di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang yang

beralamat di Jalan Gatot Subroto Km. 3 No. 96, Cibodas, Kota Tangerang, Banten.

Kegiatan residensi dilaksanakan sejak bulan Oktober 2018-Desember 2018. Dan unit

kerja yang diambil adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Anda mungkin juga menyukai