Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kata bell’s palsy diambil dari nama seorang dokter pada abad 19, Sir

Charles Bel, orang pertama yang menjelaskan tentang kondisi bell’s palsy dan

menghubungkannya dengan kelainan saraf pada wajah. Bell’s palsy didefinisikan

sebagai gangguan neurologis yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada

nervusfacialis (nervus VII), yang menyebabkan kelemahan pada salah satu sisi

wajah (Dewanto, 2009).

Pada umumnya bell’s palsy ditandai dengan kelumpuhan akut, sepihak,

parsial atau lengkap dari wajah yang dapat terjadi dengan nyeri ringan, mati rasa,

dan rasa yang berubah. bell’s palsy merupakan salah satu penyakit idiopatik,

tetapi proporsi mungkin disebabkan oleh reaktivasi virus herpes dari ganglia saraf

cranial. Terdapat lima teori kemungkinan yang menyebabkan terjadinya bell’s

palsy, yaitu teori iskemik vaskuler, virus, bakteri, herediter dan imunologi. Bell’s

palsy paling sering menyerang pada semua usia. Sebagian besar melakukan

pemulihan spontan dalam waktu satu bulan, tetapi hingga 30% mengalami

keterlambatan atau pemulihan yang tidak sempurna (Holland, 2007).

Dari hasil penelitian yang dilakukan, insiden bell’s palsy dilaporkan

sekitar 40-70% dari semua kelumpuhan saraf fasialis perifer akut. Prevalensi rata-

rata berkisar antara 10–30 pasien per 100.000 populasi per tahun dan meningkat

sesuai pertambahan umur. Insiden meningkat pada penderita diabetes dan wanita

1
2

hamil. Sekitar 8-10% kasus berhubungan dengan riwayat keluarga pernah

menderita penyakit ini (Munilson et al., 2007).

Penderita diabetes mempunyai resiko 29% lebih tinggi dibanding non-

diabetes. Laki-laki ataupun wanita mempunyai perbandingan resiko yang sama

terkena penyakit ini, namun wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan

terkena dari pada laki-laki pada umur yang sama. Bell’s palsy dapat menyerang

semua umur, namun lebih sering terjadi pada umur 15-50 tahun. Pada kehamilan

trimester ketiga dan dua minggu pasca persalinan kemungkinannya lebih tinggi

dibanding wanita tidak hamil (Gilden, 2006).

Fisioterapi adalah suatu bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan

gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan

penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis,

danmekanis), pemeliharaan fungsi serta komunikasi (Keputusan Menteri

Kesehatan RI No : 1363/MENKES/SK/III/2001).

Dalam hal ini fisioterapi menangani problematika yang muncul seperti

kelemahan otot wajah, gangguan sensorik, asimetris wajah, hipotonus, dan

keterbatasan fungsi motorik. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membatasi

permasalahan pada peningkatan fungsional otot-otot wajah dan menghilangkan

spasme dengan metode Kabat Exercise.

Metode Kabat exercise tidak jauh berbeda dengan penanganan dengan

metode PNF (Propioseptive Neuromuscular Facilitation) dimana Kabat exercise

juga merupakan jenis teknik rehabilitasi control motorik yang didasarkan pada
3

fasilitasi neuromuskuler propioseptif. Metode Kabat exercise pada tahap awal

kasus Bell’s palsy terbukti memberikan tingkat pemulihan yang lebih baik dan

cepat dibanding rehabilitasi yang hanya mengandalkan obat (Barbara et al., 2010).

Rehabilitasi kabat terdiri atas fasilitasi respons sukarela dari otot yang terganggu

melalui pola global dari seluruh bagian otot yang mengalami resistensi. Metode

ini sangat rasional untuk otot wajah, karena sebagian besar otot wajah berjalan

secara diagonal, dengan iradiasi yang mudah kedaerah wajah atas karena

persilangan lintas nervus fasialis (Monini et al., 2016).

Dalam hal ini diperlukan peran fisioterapi untuk mengatasi hal tersebut.

Maka penulis tertarik untuk mengangkat judul Karya Tulis Ilmiah “APLIKASI

KABAT EXERSICE PADA KASUS BELL’S PALSY”.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada kondisi bell’s palsy ditemukan permasalahan sebagai berikut:

1. Asimetris wajah karena adanya kelemahan pada salah satu sisi wajah yang

menyebabkan salah satu menjadi tertarik sehingga membuat tidak simetris.

2. Kelemahan otot-otot wajah akibat adanya gangguan pada saraf fasialis yang

mensarafinya.

3. Spasme otot wajah pada salah satu sisi karena adanya kelemahan otot pada

salah satu sisi.

4. Nyeri yang ditimbulkan dari adanya radang pada saraf fasialis.

5. Gangguan sensoris seperti hilangnya rasa pengecapan pada 2/3 anterior dari

lidah.
4

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam kasus bell’s palsy terdapat masalah yang cukup kompleks. Maka

dari identifikasi masalah yang ditemukan, penulis membatasi masalah pada

kelemahan otot-otot wajah dan penurunan kemampuan fungsional otot-otot wajah

dengan metode kabat exercise.

1.4 Perumusan Masalah

Pada kondisi bell’s palsy penulis merumuskan masalah, yaitu bagaimana

pengaruh pemberian terapi latihan metode Kabat Exercise terhadap peningkatan

kemampuan fungsional otot-otot wajah pada pasien bell’s palsy.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan Karya Tulis Ilmiah pada kasus bell’s palsy adalah

untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada problem bell’s palsy.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah pada kasus bell’s palsy

adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi latihan dengan metode kabat

exercise terhadap peningkatan kemampuan fungsi gerak otot-otot wajah pada

bell’s palsy.
5

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Diharapkan karya tulis ini membuat penulis lebih memahami dan

mendalami pengetahuan tentang bell’s palsy dan penerapan terapi latihan dengan

metode kabat exercise pada kasus bell’s palsy.

2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat bermanfaat sebagai di dunia pendidikan untuk lebih

mengembangkan dan menyebarkan informasi mengenai kondisi bell’s palsy.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat mengetahui informasi seputar bell’s palsy, sehingga

masyarakat akan hati-hati dalam segala hal.

4. Bagi Teman Sejawat

Diharapkan dapat menambah wawasan serta dapat mengaplikasikannya

pada kasus bell’s palsy.

Anda mungkin juga menyukai