Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 2


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 3
2.1. Definisi Kecurangan dalam Audit ................................................................... 4
2.1.1. Jenis-Jenis Kecurangan ................................................................................ 4
2.2. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle) ........................................................ 5
2.3. Mengidentifikasi Kondisi Terjadinya Kecurangan ................................ 7
2.4. Menidentifikasi Tata Kelola Korporasi dan Pengendalian
Lingkungan Lainnya dalam Mengurangi Risiko Kecurangan ......................... 8
2.4.1. Budaya kejujuran dan etika bernilai tinggi ...................................... 9
2.4.2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko
kecurangan. ........................................................................................................................... 10
2.4.3. Pengawasan dari Komite Audit .............................................................. 10
2.5. Area Risiko Kecurangan Spesifik .................................................................. 10
2.5.1. Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha .. 10
2.5.2. Risiko Kecurangan Persediaan ............................................................... 11
2.5.3. Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha.......... 12
2.5.4. Bidang-Bidang Risiko Kecurangan lainnya ..................................... 13
2.6. Teknik Wawancara Dan Kegiatan Lainnya Setelah diDuga Terjadi
Kecurangan ....................................................................................................................... 13
2.6.1. Merespon Salah Saji yang mungkin ditimbulkan Kecurangan
13
2.6.2. Teknik Wawancara Setelah diDuga Terjadi Kecurangan........ 14
2.6.3. Kegiatan Lainnya Setelah diDiga Terjadi Kecurangan ............. 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 17
3.2 Saran.................................................................................................................................. 17

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 1


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecurangan dalam pelaporan keuangan di awal abad ke 21 telah


membuka mata dunia tentang betapa besarnya kerugian yang diderita para
investor yang selama ini mengandalkan keputusan yang diambil berdasarkan
informasi dalam laporan keuangan auditan. Hal ini mendorong profesi
pengauditan untuk meninjau ulang berbagai standard dan ketentuan yang
dipandang sudah tidak memadai. Sebenarnya kecurangan semacam ini sudah
sering terjadi jauh sebelumnya. Contoh yang sering terjadi adalah kecurangan
pada mckesson-Robbins yang menggambarkan bahwa kecurangan pelaporan
keuangan bukan kejadian yang baru terjadi akhir-akhir ini saja.

Setelah kasus itu terjadi, profesi auditing di Amerika Serikat


menanggapinya dengan membuat standar yang formal untuk prosedur
pengauditan. Sebagai tanggapan atas kasus-kasus kecurangan yang terjadi di
Amerika Serikat, Congress AS menerbitkan Sarbanas Oxley Act tahun 2002 dan
AICPA menetapkan standar standar auditing khusus yang berkaitan dengan
penilaian dan pendeteksian risiko kecurangan. Standar audit internasional yang
diadopsi oleh IAPI juga mengatur tentang hal yang sama (SAS 240 -
Tanggungjawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas
Laporan Keuangan), yang menjadi acuan utama makalah ini. Pada makalah ini
akan dibahas tanggungjawab auditor untuk menilai risiko kecurangan, dan
mendeteksi kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan dan
menggambarkan daerah-daerah yang rentan terhadap kecurangan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Jelaskan definisi dari audit kecurangan?


1.2.2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Segitiga Kecurangan?
1.2.3. Bagaimana mengidentifikasi kondisi terjadinya kecurangan?
1.2.4. Bagaimana mengidentifikasi corporate governance dan
pengendalian lingkungan lainnya dalam mengurangi resiko
kecurangan?
1.2.5. Jelaskan Area Risiko Kecurangan Spesifik?
1.2.6. Bagaimana teknik wawancara dan kegiatan lainnya setelah
kecurangan diduga terjadi?

1.3 Tujuan Makalah

1.3.1. Mengetahui definisi dari audit kecurangan


1.3.2. Menerangkan segitiga kecurangan
1.3.3. Mengidentifikasi kondisi terjadinya kecurangan

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 2


1.3.4. Mengidentifikasi corporate governance dan pengendalian
lingkungan lainnya dalam mengurangi resiko kecurangan.
1.3.5. Mengetahui Area Risiko Kecurangan Spesifik
1.3.6. Memahami teknik wawancara dan kegiatan lainnya setelah didiga
terjadi kecurangan.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk


menambah wawasan mahasiswa dalam memahami sebuah studi mengenai mata
kuliah Pemeriksaan Akuntansi khususnya pada materi Audit Kecurangan (Fraud
Audit).

BAB II

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 3


PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kecurangan dalam Audit

Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) kecurangan


adalah perbuatan - perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan
sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru
terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi
untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara
langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi kecurangan ialah setiap


tindakan ilegal ditandai dengan penipuan, penyembunyian atau pelanggaran
kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada aplikasi kekerasan atau
ancaman kekerasan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh partai dan organisasi
untuk memperoleh kekayaan uang atau jasa untuk menghindari pembayaran
atau hilangnya layanan, atau untuk mengamankan keuntungan pribadi atau
bisnis.

Sedangkan defenisi Audit Kecurangan ialah upaya untuk mendeteksi dan


mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat
melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial
memerlukan dua gabungan keterampilan yaitu sebagai auditor terlatih dan
criminal investigator.

2.1.1. Jenis-Jenis Kecurangan

Kecurangan merupakan setiap ketidakjujuran yang disengaja untuk


merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam konteks audit
atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam
laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori kecurangan
adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.

 Kecurangan dalam laporan keuangan

Kecurangan dalam laporan keuangan adalah salah saji atau pengabaian


terhadap jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud untuk
menipu para pemakai laporan itu. Sebagai contoh, Worldcom yang
diberitakan telah mengkapitalisasi miliaran dollarsebagai aset tetap, yang
semestinya harus dibebankan. Pengabaian terhadap jumlah kurang
lazimdilakukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan laba dengan
mengabaikan hutang dagang(usaha) dan liabilitas lainnya.

Praktek yang dilakukan bisa dengan melebih sajikan atau merendah sajikan.
Dua jenis praktek merendah sajikan dapat dilakukan dengan:

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 4


- Manajemen laba (Earning management) menyangkut tindakan
manajemen yang disengaja dilakukan untuk memenuhi target laba.
- Perataan Laba (Income smoothing) merupakan salah satu bentuk
manajemen laba dimana pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara
periode untuk mengurangi fluktuasilaba. Salah satu teknik untuk
meratakan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaandan aset
lainnya yang diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang
mengakibatkanlaba yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di
kemudian hari.

Perusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan


persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengimbangi laba yang
tinggi. Dua jenis teknik yang paling umum digunakan oleh manajemen untuk
melebihsajikan informasi laporan keuangan adalah dengan mengakui
pendapatan dengan tidak tepat dan melebihsajikan aset.

 Penyalahgunaan Aset

Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian


atas aset milik suatu entitas. Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan
untuk mengacu pada pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak
internal lainnya di dalam suatu organisasi.

Menurut perkiraan Association of certified Fraud Examiners, rata-rata


perusahaan merugi 6% dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan,
meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut melibatkan pihak-pihak
eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan danpenipuan yang
dilakukan oleh pemasok. Suatu survey mengenai kecurangan yang
diselenggarakan oleh Association of Certified Fraud Examiners menemukan
bahwa rata-rata jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus kecurangan
yang melibatkan manajemen puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangan
yang melibatkan pegawai lainnya.

2.2. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)

Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam


laporan keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA
70 (SA 316). Tiga kondisi yang menyebabkan kecurangan yang dinamakan
dengan segitiga kecurangan (fraudtriangle) yaitu :

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 5


Insentif
(Tekanan)

The
Fraud
Triangle

Sikap /
Kesempatan
Rasionalisasi

1. Insentif/tekanan
Manajemen atau pegawai lainnya memilik insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
2. Kesempatan
Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.
3. Sikap/rasionalisasi
Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan menajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang
tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang
memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga mengakibatkan
mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

Contoh faktor-faktor risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang:

TIGA KONDISI KECURANGAN


Insentif/Tekanan Kesempatan Sikap/Rasionalisasi
Manajemen atau pegawai Terbukanya kesempatan Ada sikap yang
lain merasakan dorongan bagi manajemen atau memungkinkan manajemen
atau tekanan untuk pegawai untuk menyalah- atau karyawan dengan
melakukan kecurangan. sajikan laporan keuangan. sengaja melakukan
perbuatan tidak jujur, atau
mereka berada dalam
lingkungan yang memberi
cukup tekanan yang
menyebabkan mereka
membenarkan tindakan
tidak jujur.
FAKTOR RISIKO KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 6


Contoh Faktor Risiko
Tekanan yang berlebihan Dewan direksi atau komite
Komunikasi dan dukungan
pada manajemen untuk audit yang tidak efektif
terhadap nilai-nilai entitas
memenuhi persyaratan dalam mengawasi
yang tidak memadai atau
pelunasan utang atau pelaporan keuangan.
tidak efektif.
persetujuan pinjaman
lainnya.
FAKTOR RISIKO KECURANGAN DALAM PENYALAHGUNAAN ASET
Contoh Faktor Risiko
Tekanan dari utang pribadi Adanya jumlah besar kas Meremehkan perlunya
yang sangat besar pada ditangan atau persediaan memantau/mengurangi
mereka yang memiliki yang kecil, bernilai tinggi, resiko penyalahgunaan
akses terhadap kas atau atau paling diminati aset.
aset lain yang dicurigai pelanggan.
telah dicuri.

2.3. Mengidentifikasi Kondisi Terjadinya Kecurangan

SAS 1: dalam melaksanakan skeptisisme profesional, auditor ” tidak


mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan
kejujuran absolut”.

Untuk mempertahankan skeptisime profesional tersebut, ada dua hal yang harus
diingat:

a. Pikiran yang selalu mempertanyakan.Auditor harus selalu


mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa
memperhitungkan kemungkinan kejujuran atau integritasmanajemen.
b. Evaluasi kritis atas bukti audit.Setiap indikasi atau temuan harus
dievaluasi dan dipelajari secara mendalam.

Terdapat lima sumber informasi untuk mengukur risiko kecurangan antara lain :
1. Komunikasi antara sesama tim audit bertujuan untuk melakukan
diskusi untuk berbagi pemahaman dari tim audit yang berpengalaman.
Beberapa ide yang menyangkut diskusi tersebut antara lain :
a. Bagaiman dan kapan bahwa laporan entitas tidak dicurigai terdapat
salah saji yang disebabkan oleh kecurangan
b. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan
dalam laporan keuangan
c. Bagaiamana setiap orang dapat menyalahsajikan aset entitas
tersebut
d. Bagaimana auditor dalam menghadapi kemungkinan adanya salah
saji dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 7


2. Tanya Jawab dengan Manajemen, Pertanyaan yang diajukan harus
spesifik termasuk kemungkinan manajemen mencurigai adanya
kecurangan. Pertanyaan juga diajukan kepada pihak lain termasuk komite
audit.
3. Mengevalusasi Faktor – faktor risiko kecurangan Ketiga faktor
resiko (insentif/tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi) perlu
dipertimbangkan dengan semua informasi yang ada. Faktor tersebut
dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur risiko kecurangan.
4. Prosedur analitis dirancang sejak perencanaan audit. Bila hasilnya
berbeda dengan ekspektasi, harus dievaluasi dengan memperhitungkan
dengan informasi yang lain untuk membantu mengidentifikasi transaksi
atau kejadian yang tidak biasa dalam pengidentifikasian adanya salah saji
material dalam laporan keuangan. Apabila hasil anallitis berbeda dengan
ekspetasi auditor maka auditor mengevaluasi hasil tersebut terhadap
informasi yang didapatkan terkait adanya kecurangan.
5. Mempertimbangkan informasi pihak lain yang didapatkan auditor dalam
setiap fase atau bagian pengauditan ketika mengukur risko kecurangan.
Sebagai contoh informasi mengenai intergritas dan kejujuran manajemen
dalam melakukan prosedur penerimaan klien.

SAS 99 mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang


berhubungandengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material
akibat kecurangan. Data umum yang didokumentasikan mengenai :
1. Hasil diskusi dengan sesama personil tim kerja mengenai perencanaan
audit tentang kecurigaan salah saji laporan keuangan yang mungkin
disebabkan karena ada kecurangan
2. Prosedur yang dilakukan dalam mendapatkan informasi untuk mengukur
risiko kecurangan material
3. Risiko spesifik dalam kecurangan material yang terindentifikasi serta
deskripsi auditor terhadap risiko
4. Alasan yang mendukung tentang kesimpulan yang merupakan informasi
tersebut bukan merupakan risiko signifikan terhadap pengakuan
pendapatan material tidak tepat
5. Hasil dan prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko pengendalian
manajemen
6. Kondisi lain yang berhubungan dengan analitis mengenai prosedur audit
tambahan atau penanganan yang diperlukan.
7. Sifat komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan.

2.4. Menidentifikasi Tata Kelola Korporasi dan Pengendalian


Lingkungan Lainnya dalam Mengurangi Risiko Kecurangan

Manajemen bertugas untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan


prosedur untuk meminimalisirkan resiko kecurangan dengan melalui kombinasi
antara tindakan pencegahan, antisipasi dan pendeteksian. Dalam mencegah,

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 8


mengatisipasi dan mendeteksi kecurangan AICPA dan organisai profesi terkait
membuat panduan yang terdiri dari 3 elemen pendukung antara lain :

2.4.1. Budaya kejujuran dan etika bernilai tinggi


Cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan
mengantisipasinya yaitu dengan menerapkan program-program dan
pengendalian antikecurangan yang berdasarkan pada nilai-nilai utama yang
dianut oleh perusahaan. Dengan adanya nilai-nilai tersebut dapat membantu
menciptakan suatu budaya kejujuran dan etika yang dapat menjadi dasar bagi
tanggung jawab para pegawai. Terdapat 6 elemen untuk menciptakan budaya
kejujuran dan etika yang bernilai tinggi, yaitu :
1. Teladan Dari Pimpinan
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk meberikan
teladan dalam perilaku yang beretika dalam perusahaan melalui
komunikasi yang baik terhadap bawahannya serta meyakinkan bahwa
perilaku tidak jujur tidak dapat diterima,walaupun itu menguntungkan
bagi perusahaan.
2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Lingkungan kerja yang positif dapat menciptakan moral pegawai
yang lebih baik sehingga akan mengurangi kemungkinan dilakukannya
kecurangan terhadap perusahaan. Caranya yaitu dengan mengurangi
tekanan yang berlebihan terhadap pegawai dan memberikan suatu proses
pengaduan jika ada kecurigaan atas kecurangan atau potensi pelanggaran
kode etik lainnya.
3. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Perlu adanya kebijakan pemilihan yang efektif terkait dengan
penempatan orang yang nantinya akan memegang posisi-posisi penting.
Kebijakan mencakup latar belakang kandidat yang akan dipekerjakan.
4. Pelatihan
Pelatihan disini terkait pelatihan mengenai kewaspadaan terhadap
kecurangan dalam perusahaan sesuai posisi pegawai dalam perusahaan
sehingga nantinya akan mampu mengkomunikasikan jika terdapat
kecurangan dalam bagiannya masing-masing.
5. Konfirmasi
Para pegawai diminta untuk membuat pernyataan bahwa mereka
memahami ekspetasi perusahaan dan telah mematuhi kode etik, serta
mewaspadai segala bentuk pelanggaran. Dengan konfirmasi ini dapat
membantu penegakan kebijakan kode etik.
6. Disiplin
Menyangkut penyelidikan menyeluruh atas semua pelanggaran
beserta penanganannya yang tepat dan konsisten dan
pertanggungjawaban pegawai jika tidak mematuhi kode etik perusahaan
serta pemberian punishment atas pelanggaran kode etik tanpa
mempertimbangakan jenjang pegawai yang melakuakn tindakan tersebut.

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 9


2.4.2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko
kecurangan.
Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka
untuk melakukan dan menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung
jawab untuk melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
 Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan
Dimulai dari kesadaran manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi
dan hampir setiap pegawai mampu melakukan tindakan yang tidak jujur
pada kondisi lingkungan yang normal serta mengidentifikasi factor-faktor
yang dapat menimbulkan kecurangan dalam perusahaann.

 Menangani Resiko Kecurangan


Manajemen bertanggung jawab untuk merancang dan menerapkan
program-program dan pengendalian untuk menangani resiko kecurangan.
Dapat dilakukan dengan cara mengubah aktivitas dan proses bisnis yang
rentan terhadap terjadinya kecurangan.

 Pengawasan dalam program-program dan pengendalian pencegahan


kecurangan
Manajemen secara berkala harus mengevaluasi apakah program-program
pengendalian antikecurangan telah diterapkan dan berjalan secara efektif,
tentunya melalui pengendalian internalnya.

2.4.3. Pengawasan dari Komite Audit


Komite Audit memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses
penyusunan laporan keuangan dan pengendalian internal organisasi. Komite
audit juga membantu menciptakan suatu teladan yang efektif mengenai
kejujuran dan etika dalam perusahaan dengan tidak memberikan toleransi sama
sekali terhadap setiap tindakan kecurangan. Pengawasan yang dilakukan komite
audit juga bertindak sebahgai pencegah kecurangan oleh manajemen senior.

2.5. Area Risiko Kecurangan Spesifik


2.5.1. Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha

Akun pendapatan dan piutang usaha yang terkait serta kas biasanya
sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Sebuah penelitian
yang disponsori oleh committee of sponsoring organization (COSO)
menemukan bahwa lebih dari separuh kasus kecurangan dalam laporan
keuangan melibatkan pendapatan dan piutang usaha.

 Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang atas pendapatan

SAS 99 yang dikeluarkan oleh Auditing Standards Board secara khusus


mengharuskanauditor mengidentifikasi pengakuan pendapatan sebagai risiko
kecurangan dalam kebanyakan audit. Alasan terpenting yang membuat
pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah bahwa pendapatan hampir

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 10


selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba rugi, sehingga satu salah
saji yang hanya presentasenya kecil dari pendapatan masih bisa berdampak
besar terhadap laba.

Tiga jenis utama manipulasi pendapatan, yaitu:

 Pendapatan fiktif

Bentuk kecurangan pendapatan yang paling sering dijumpai adalah mencipakan


pendapatan fiktif. Pendapatan fiktif adalah pencatatan pendapatan atas
penjualan akibat transaksi fiktif.

Pelaku kecurangan melibatkan banyak pihak untuk mendukung pendapatan


fiktif. Sebagai contoh, aktivitas kecurangan pada Equity Funding Corp. Of
America yang berlangsung antara 1964-1973, menyangkut penerbitan polis
asuransi fiktif, dan melibatkan belasan karyawan. Pelaku kecurangan melibatkan
bagian penanganan arsip untuk menciptakan polis asuransi fiktif.

 Pengakuan Pendapatan terlalu Cepat (prematur)

Perusahaan seringkali mempercepat waktu pengakuan pendapatan guna


memenuhiprakiraan laba atau penjualan. Misalnya mengakui pendapatan
periode berikut pada periode kini.

 Manipulasi Penyesuaian atas Pendapatan

Penyesuaian yang paling sering dilakukan terhadap pendapatan berkaitan


dengan retur dan pengurangan harga penjualan. Perusahaan bisa
menyembunyikan retur penjualan dari auditor sehingga dapat menaikkan
penjualan bersih dan laba. Apabila barang yang dikembalikan dihitung sebagai
bagian dari persediaan fisik, maka pengembalian tersebut akan menaikkan laba
dalam laporan. Dalam hal ini, kenaikan aset diakui melalui perhitungan fisik
persediaan, tetapi penurunan dalam akun piutang usaha yang bersangkutan
tidak dilakukan.

Perusahaan juga bisa mengecilkan jumlah beban kerugian piutang (bad debt
expense), karena diperlukan pertimbangan yang signifikan untuk menentukan
jumlah yang benar. Perusahaan bisa berusaha untuk mengecilkan beban
kerugian piutang dengan menggecilkan cadangan kerugian piutang. Karena
besarnya cadangan yang diperlukan tergantung pada umur dan kualitas piutang
usaha, banyak perusahaan yang mengubah umur piutang usaha sehingga
nampak umumnya lebih pendek dari yang sesungguhnya.

2.5.2. Risiko Kecurangan Persediaan

Persedian kerap kali merupakan akun terbesar dalam neraca banyak


perusahaan, dan auditor sering merasa sulit memverifikasi eksistensi dan
penilaian persedian. Akibatnya, persedian rentan terhadap manipulasi oleh
manajer yang ingin mencapai tujuan pelaporan keuangan tertentu. Karena

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 11


biasanya juga dalam keadaan siap jual, persediaan rentan terhadap
penyalahgunaan

 Risiko Pelaporan Keuangan yang curang untuk Persediaan

Persedian fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar pelaporan
keuangan yang curang. Walaupun auditor diharuskan memverifikasi eksistensi
persedian fisik, pengujian audit tetap dilakukan atas dasar sampel, dan biasanya
tidak semua lokasi persediaan diuji. Dalam beberapa kasus yang melibatkan
persediaan fiktif, auditor sudah lebih dulu memberi tahu klien lokasi persedian
mana yang akan diuji. Akibatnya, relative mudah bagi klien untuk memindahkan
persediaan ke lokasi-lokasi yang diuji.

 Tanda – tanda Peringatan Kecurangan persedian

Banyak tanda peringatan atau gejala yang berpotensi menunjukkan


kecurangan persediaan, namun yang paling efektif adalah prosedur analitis
untuk mendeteksi kecurangan persedian. Prosedur analitis terutama presentase
margin kotor dan perputaran persedian sering kali membantu membongkar
kecurangan persediaan. Persedian fiktif akan merendahsajikan harga pokok
penjualan dan melebihsajikan presentase margin kotor. Persediaan fiktif juga
memperkecil perputaran persedian.

2.5.3. Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha

Kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan utang usaha relative


umum meskipun lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan kecurangan yang
melibatkan persediaan atau piutang dagang . Kurang saji yang disengaja atas
utang usaha biasanya menghasilkan kurang saji pembelian dan harga pokok
penjualan serta lebih saji laba bersih. Penyalahgunaan yang signifikan yang
melibatkan pembelian juga dapat terjadi dalam bentuk pembayaran kepada
vendor fiktif, serta suap dan perjanjian illegal lainnya dengan pemasok.

 Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang untuk Utang Usaha

Perusahaan mungkin melakukan upaya yang disengaja untuk


merendahsajikan utang usaha dan melebihsajikan laba. Hal ini dapat dicapai
dengan tidak mencatat utang usaha sampai periode berikutnya, dengan
mencatat penurunan fiktif utang usaha. Perusahaan kerap kali mengadakan
perjanjian yang rumit dengan pemasok yang menyebabkan utang usaha
dikurangi untuk kredit periklanan dan penyisihan lainnya. Perjanian tersebut
seringkali tidak didokumentasikan sebaik transaksi akuisisi.

 Penyalahgunaan dalam Siklus akuisisi dan Pembayaran

Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku


melakukan pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam
rekening fiktif. Kecurangan ini dapat dicegah dengan menetapkan bahwa
pembayaran hanya akan dilakukan kepada vendor yang sudah disetujui dan

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 12


dengan meneliti secara cermat dokumentasi yang mendukung akuisisi itu oleh
personil yang berwenang sebelum pembayaran yang dilakukan.

2.5.4. Bidang-Bidang Risiko Kecurangan lainnya

Meskipun beberapa akun lebih rentan dibandingkan dengan yang lainnya,


hampir dapat terjadi manipulasi pada setiap akun. Beberapa akun lain yang
memiliki risiko pelaporan keuangan yang curang atau penyalahgunaan yang
spesifik:

 Asset Tetap

Asset tetap yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak
perusahaan, seringkali didasarkan pada penilaian yang ditetapkan secara
subjektif. Akibatnya, asset tetap dapat menjadi sasaran manipulasi,
terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki piutang atau persedian
yang material. Sebagai contoh, perusahaan mungkin mengkapitalisasi
beban reparasi atau beban operasi lainnya sebagai asset tetap.
Kecurangan seperti ini paling mudah dideteksi jika auditor memeriksa
bukti yang mendukung penambahan asset tetap.

 Beban Penggajian

Kecurangan penggajian yang melibatkan penyalahgunaan asset cukup


umum terjadi, tetapi nilai yang terlibat sering kali tidak material. Dua
bidang kecurangan yang paling umum adalah penciptaan pegawai fiktif
dan lebih saji jumlah jam kerja pegawai. Keberadaan pegawai fiktif
biasanya dapat dicegah dengan memisahkan fungsi sumber daya manusia
dan fungsi penggajian. Lebih saji jumlah jam kerja pegawai biasanya
dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang mencetak jam
dating dan pulang pegawai atau dengan persetujuan jam kerja

2.6. Teknik Wawancara Dan Kegiatan Lainnya Setelah diDuga Terjadi


Kecurangan

Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebih banyak kecurangan


yang terdeteksi oleh pengendalian internal atau fungsi internal audit
dibandingkan oleh auditor eksternal

2.6.1. Merespon Salah Saji yang mungkin ditimbulkan Kecurangan

Selama berlangsungnya audit, auditor terus mengevaluasi apakah


bukti yang dikumpulkan dan observasi lain yang dilakukan

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 13


mengindikasikan adanya salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor selama audit harus
dievaluasi untuk mengetahui setiap indikasi kecurangan. Apabila dicurigai
ada kecurangan , auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Sering kali auditor
memulai dengan mengajukan pertanyaan tambahan kepada manajemen
dan pihak lainnya.

2.6.2. Teknik Wawancara Setelah diDuga Terjadi Kecurangan

Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit


yang efektif. Wawancara akan memungkinkan auditor menjernihkan masalah
yang tidak teramati dan mengamati respons lisan dan nonlisan responden.
Wawancara juga dapat membantu mengidentifikasi masalah–masalah yang tidak
tercantum dalam dokumentasi atau konfirmasi.

Pengajuan pertanyaan sebagai teknik pengumpulan bukti audit harus


disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Tergantung pada tujuan itu, auditor
mungkin mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda dan mengubah
nada wawancara. Salah satu dari tiga kategori pengajuan pertanyaan dapat
digunakan tergantung pada tujuan auditor:

 Pengajuan pertanyaan informasional

Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan informasional untuk


memperoleh informasi tentang fakta dan detail yang belum dimiliki auditor.
Biasanya auditor menginginkan informasi dari terwawancara mengenai
peristiwa atau proses di masa lalu atau yang sedang berjalan saat ini.

 Pengajuan Pertanyaan Interogatif

Pengajuan pertanyaan interogatif sering digunakan untuk memastikan


apakah setiap individu berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan
pengetahuan penting tentang fakta, peristiwa atau situasi penting, terutama
bila auditor curiga si terwawancara sedang mengelabui atau
menyembunyikan informasi.

 Mengevaluasi Respons atas pengajuan pertanyaan

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 14


Agar pengajuan pertanyaan efektif, auditor harus terampil menyimak dan
mengevaluasi respons atas pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tindak
lanjut yang efektif sering kali menghasilkan informasi yang lebih baik untuk
menilai apakah memang ada kecurangan. Teknik menyimak serta
pengamatan atas petunjuk perilaku akan mempertajam teknik pengajuan
pertanyaan auditor.

 Teknik Menyimak

Sangat penting bagi auditor untuk memanfaatkan keterampilan menyimak


yang efektif selama proses pengajuan pertanyaan. Auditor harus terus
memperhatikan dengan mempertahankan kontak mata, mengangguk sebagai
tanda setuju atau memperlihatkan tanda-tanda pemahaman lain. Auditor
juga harus berusaha untuk tisak membentuk terlebih dahulu ide-ide tentang
informasi yang diberikan.

 Mengamati Petunjuk perilaku

Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan pertanyaan akan


mengevaluasi petunjuk lisan dan dan non lisan ketika mendengarkan pihak
yang diwawancarai.

2.6.3. Kegiatan Lainnya Setelah diDiga Terjadi Kecurangan

Auditor seringkali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau


IDEA untuk menentukan mungkin ada. Sebagai contoh, perangkat lunak dapat
digunakan untuk mencari transaksi pendapatan fiktif dengan menyelidiki nomor
faktur penjualan duplikat atau dengan merekonsiliasi database faktur penjualan
dengan database catatan pengiriman, untuk memastikan bahwa semua
penjualan didukung oleh bukti pengiriman.

Demikian pula, perangkat tersebut akan melakukan pencarian yang


efisien untuk mengetahui terputusnya urutan dokumen, yang dapat
mengindikasikan salah saji yang berkaitan dengan tujuan kelengkapan untuk
akun-akun kewajiban dan beban. Auditor menggunakan perangkat lunak audit,
termasuk alat bantu spreadsheet dasar seperti Excel, untuk memilah transaksi
atau saldo akun ke dalam beberapa subkategori guna diuji lebih lanjut.

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 15


Auditor juga menggunakan alat bantu kertas kerja dasar seperti excel
untuk melakukan prosedur analitis pada beberapa tingkatan. Sebagai contoh,
penjualan dapat di pilah untuk memisahkan data menurut lokasi, jenis produk,
atau waktu (bulanan) untuk analisis lebih lanjut dengan prosedur analitis.

Auditor juga dapat memperluas prosedur substantive lainnya untuk


menanggapi risiko kecurangan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, bila ada risiko
bahwa syarat penjualan sudah diubah untuk mencatat pendapatan secara dini,
auditor dapat memodifikasi permintaan konfirmasi piutang usaha agar
memperoleh respons yang lebih terinci dari pelanggan tentang syarat-syarat
transaksi tertentu seperti pembayaran, perpindahan hak menyimpan (custody),
serta syarat-syarat dalam kebijakan return ( pengembalian barang).

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 16


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai


salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua
kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan
penyalahgunaan aset.
 Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam
PSA 70 (SA 316). Terdapat 3 kondisi yang menyebabkan kecurangan, yang
dinamakan segitiga kecurangan (fraud triangle) yaitu tekanan/insentif,
kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.

3.2 Saran

Apabila auditor mencurigai adanya kecurangan, penulis menyarankan


agar auditor harus mengumpulkan bukti tambahan, seringkali dengan cara
meminta keterangan, dan bertanggungjawab untuk melakukan sejumlah
komunikasi tentang kecurangan yang dicurigai atau terdeteksi dengan
manajemen senior dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola.

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 17


DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/makalah-audit-kecurangan-
5680fc673c78d.html

http://ekonomiagungaditya.blogspot.com/2017/01/dampak-teknologi-informasi-
terhadap.html

PEMERIKSAAN AKUNTANSI | Audit Kecurangan 18

Anda mungkin juga menyukai