Inflamasi didefiniskan sebagai reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cederra dan melibatkan
lebih banyak mediator dibandingkan respon imun didapat. Inflamasi merupakan respon fisiologis
terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedera jaringan. Infeksi dapat lokal, sistemik,
akut, dan kronis yang menimbulkan kelainan patologis. Pada saat terjadi cedera jaringan, akan
timbul vasodilatasi yang menghasilkan peningkatan volume darah pada area cedera yang
menimbulkan perdarahan. Permeabilitas vaskular yang meningkat menimbulkan kebocoran
cairan pembuluh darah yang menimbulkan edema.
Beberapa jam kemudian, leukosit menempel ke sel endotel di daerah inflamasi dan bermigrasi
melewati dinding kapiler masuk ke rongga jaringan yang disebut ekstravasasi. Pada proses
inflamasi, sel endotel mengkerut sehingga molekul-molekul besar dapat melewati dinding
vaskular. Cairan yang mengandung banyak sel inflamasi disebut eksudat inflamasi.
I. SEL-SEL INFLAMASI
Pada inflamasi dini, neutrofil bermigrasi ke jaringan yang berasal dari sumsum tulang
dan persediaan marginal intravascular. Puncaknya terjadi pada 6 jam pertama. Proses
inflamasi itu sendiri diperlukan untuk pertahanan terhadap mikroorganisme yang
masuk tubuh dan membersihkan debris pada lokasi cedera melalui mediator fagosit
seperti enzim, radikal bebas anion superoksid dan oksida nitrit.
A. Sel Endotel
Sel endotel pada keadaan normal merupakan pembatas antara darah dan rongga
ekstravaskular yang merupakan permukaan yang tidak lengket sehingga dapat
mencegah koagulasi, adhesi sel dan kebocoran cairan rongga intravascular. Sel
endotel berperan juga dalam pengaturan tonus vaskular dan perfusi jaringan
melalui penglepasan komponen vasodilator (prostasikllin/PGI2, adenosine dan
EDRF) dan komponen vasokonstriksi (endotelin). Pada inflamasi, sel endotel
menjadi rusak dan menghilangkan sifat antikoagulasi dan menimbulkan agregasi
trombosit dan leukosit.
B. Molekul adhesi-migrasi leukosit
Ikatan leukosit dan sel endotel pada inflamasi diawali oleh ekspresi L-selektin
pada permukaan leukosit, P-selektin dan E-selektin pada permukaan sel endotel,
dengan reseptornya berupa hidrat arang. Penglepasan mediator inflamasi
meningkatkan molekul adhesi pada sel inflamasi (neutrofil, monosit) yang kadang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan akibat penglepasan oksigen reaktif. IL-1
dan TNF-, juga endotoksin meningkatkan ekspresi molekul adhesi ICAM-1 dan
VCAM-1 pada permukaan sel endotel yang berinteraksi dengan ligannya pada
permukaan leukosit (ICAM-1 mengikat LFA-1, VCAM-1 mengikat VLA-4.
C. Ekstravasasi leukosit
Ekstravasasi neutrofil dibagi dalam 4 tahap, yaitu menggulir, aktivasi oleh
rangsangan kemoatraktan, menempel/adhesi dan migrasi transendotel. Pada
tempat infeksi, makrofag melepas sitokin (TNF dan IL-1) yang mengaktifkan sel
endotel sekitar venul untuk memproduksi selektin (ligan integrin dan kemokin).
Selektin berperan dalam pengguliran neutrofil di endotel. Integrin berperan dalam
adhesi neutrofil, kemokin mengaktifkan neutrofil dan merangsang migrasi melalui
endotel ke tempat infeksi. Monosit darah dan sel T yang diaktifkan menggunakan
mekanisme yang sama untuk bermigrasi ke tempat infeksi.
ICAM terdiri atas ICAM-1, ICAM 2 dan ICAM-3. ICAM-1 dan ICAM-2, E-
selektin (ELAM-1) jumlahnya meningkat pada sel endotel yang diaktifkan oleh
TNF-, IL-1 atau endotoksin. Sel endotel yang dirangsang juga melepas peptide
(IL-8) berat molekul rendah dengan sifat kemotaktik untuk leukosit, neutrofil. IL-
8 juga mengaktifkan neutrofil di tempat infeksi bakteri. Sel endotel juga
melepaskan MCP-1 atas pengaruh sitokin yang diduga berperan dalam pegerahan
selektif monosit dari sirkulasi ke tempat jaringan yang rusak. Ekspresi ICAM-1
meningkat pada endotel saluran napas, epitel konjungtiva dan hidung penderita
alergi.
LFA-1 merupakan ligan dari ICAM-1 (CD 50 yang merupakan reseptor virus
rino) dan ICAM-2. Sel-sel yang berperan dalam presentasi antigen seperti sel B,
APC, monosit-makrofag, mengekspresikan banyak LFA-1. Ekspresi LFA-1
ditingkatkan oleh mediator seperti C5a, LTB4, PAF dan TNF-.
INFLAMASI KRONIS
Inflamasi kronis terjaddii bila proses inflamasi akut ggal, bila antigen menetap. Antigen yang
persisten menimbulkan aktivasi dan akumulasi makrofag yang terus-menerus dan menimbulkan
sel epiteloid (makrofag yang sedikit diubah) dan granuloma TNF diperlukan untuk pembentukan
dan mempertahankan granuloma. IFN- dilepas sel T yang diaktifkan menimnulkan transformasi
makrofag menjadi sel epiteloid dan sel multinuclear (sel datia) yang merupakan fusi dari
beberapa makrofag.
Infeksi bakteri kronis dapat memacu pembentukan granuloma berupa agregat fagosit
mononuklear dansel plasma yang disebut DTH. Fagosit terdiri atas monosit yang baru
dikerahkan dengan sedikit makrofag yang sudah ada dalam jaringan. Kadang ditemukan fusi
makrofag dan membentuk sel datia. Pembentukan granuloma akan mengisolasi fokus inflamasi
yang persisten, membatasi penyebaran dan memungkinkan fagosit mononuklear
mempresentasikan antigen ke limfosit yang ada di permukaan.
Sitokin terutama TFN- dan TNF- berperan pada inflamasi kronis. Th1, sel NK dan sel Tc
melepas IFN-, sementara makrofag yang diaktifkan melepas TNF-. Glikoprotein (TNF- dan
TNF-) dilepas sel terinfeksi virus dan memberikan proteksi antivirus pada sel sekitar. IFN-
diproduksi leukosit, IFN- sering disebut interferon fibroblast, IFN- hanya diproduksi sel T dan
sel NK. IFN- menunjukkan sifat pleiotropik yang dapat dibedakan dari IFN- dan IFN- dan
berperan pada respon inflamasi. Salah satu efek IFN- adalah mengaktifkan mikrofag.
IFN- merupakan sitokin utama yang dilepas makrofag yang diaktifkan. Endotoksin memacu
makrofga untuk memproduksi TNF-. Adapun fungsi TNF- berperan dalam kehilangan
material jaringan yang merupakan cirri inflamasi kronis.