Pembimbing:
dr. Elly Tania, Sp.KJ
Disusun Oleh:
Juniati Marina
11-2016-123
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS UJIAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT : PANTI BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : Senin, 12 Februari 2018
Tanda Tangan
Nama : Juniati Marina
NIM : 112016123
………………………
I IDENTITAS PASIEN:
Nama (inisial) : Tn. T
Tempat & tanggal lahir : Kebumen, 01 Januari 1970 (48 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pemulung
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jembatan Besi, Jakarta Barat
2
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis : Senin, 19 Maret 2018, Jam 14:10 WIB, Ruang Anggrek 6
Selasa, 20 Februari 2018, Jam 13:30 WIB, Ruang Anggrek 6
Kamis, 22 Maret 2018, Jam 12.30 WIB, Ruang Anggrek 6
A. KELUHAN UTAMA
WBS ditangkap oleh satpol PP dan dibawa ke panti sosial Bina Laras 2 ketika
sedang memulung dipinggir jalan dan tidak memiliki kartu identitas.
5
4. Riwayat gangguan sebelumnya
Gejala
Normal
6
4. Riwayat pekerjaan
WBS hanya bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan Rp.8000 perhari dan
uang tersebut digabungkan dengan uang bibinya yang juga hasil memulung. WBS
tidak pernah bekerja di tempat manapun sebelumnya, bahkan WBS tidak pernah
mencoba untuk melamar pekerjaan dimanapun.
5. Kehidupan beragama
WBS beragama Islam. Ia engaku dirinya sudah jarang sekali beribadah dan tidak
pernah sholat 5 waktu karena ia merasa malas, namun WBS masih dapat
menyebutkan sholat 5 waktu apa saja.
6. Kehidupan perkawinan
WBS Belum menikah.
E. RIWAYAT KELUARGA
Menurut pengakuan WBS, tidak ada anggota keluarganya yang mengalami ciri yang sama
dengan WBS. WBS hanya tinggal dengan bibinya dan kedua orangtuanya sudah meninggal
saat WBS kelas 6 SD.
Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan
: WBS : Meninggal Dunia
8
g. Ekspresi : Sesuai
h. Dramatisasi : Tidak ada
i. Empati : Tidak dapat dinilai
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Halusinasi auditorik (WBS mendengar suara yang berniat
akan membunuhnya), Halusinasi visual (melihat bayangan seperti roh dirinya
yang berjumlah 2 kadang 3 orang yang menempel pada dirinya).
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
9
Segera : Baik (Pasien dapat menyebutkan 3 barang yang disebutkan
oleh pemeriksa).
b. Gangguan : Tidak ada
7. Pikiran abstraktif: Buruk, pasien tidak tau persamaan dan perbedaan buah jeruk
dan bola.
8. Visuospatial : Baik, pasien dapat menggambar jam.
9. Bakat kreatif : Belum dapat dinilai.
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien dapat makan, mandi,
berpakaian sendiri, dan dapat merapikan tempat tidurnya sendiri.)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Produktivitas : Realistik
Kontinuitas : Koheren dan relevan
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
Preokupasi dalam pikiran : Tidak ada
Waham : Waham curiga (WBS sering curiga terhadap
orang-orang disekitarnya karena takut dirinya akan dijahati), Waham
Aneh (Ia mengatakan bahwa suara tersebut adalah suara gaib yang
dikirimkan oleh orang tuanya yang sudah meninggal untuk mengguna-
gunai dia). Waham nihilistik (ia menganggap bahwa dirinya tidak
berguna hidup didunia ini setelah kedua orang tuanya meninggal).
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Idea of suicide : Tidak ada.
10
maka ia akan mengambil isi uangnya dulu dan mengembalikan amplop
tersebut)
Daya nilai realitas : Terganggu, ditemukan adanya halusinasi auditorik,
halusinasi visual, waham curiga dan waham aneh.
11
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas normal
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Mata : Dalam batas normal
4. Pupil : Dalam batas normal
5. Oftalmoscopy : Tidak dilakukan
6. Motorik : Tidak dilakukan
7. Sensibilitas : Tidak dilakukan
8. Sistim saraf vegetatif : Tidak dilakukan
9. Fungsi luhur : Tidak dilakukan
10. Gangguan khusus : Tidak ada
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status neurologik tidak ditemukan kelainan.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran pemeriksaan penunjang terhadap pasien :
1. Fungsi Ginjal : Ureum dan Kreatinin
2. Fungsi Hati : SGOT dan SGPT
13
Gangguan kejiwaan atas dasar adanya gangguan pada pikiran, perasan dan
perilaku yang menimbulkan penderitaan (distress) dan menyebabkan gangguan
dalam kehidupan sehari – hari (hendaya).
Gangguan merupakan gangguan fungsional karena:
Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.
Tidak ada gangguan fungsi intelektual
Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik, infeksi,
penyakit vaskuler, neoplasma).
Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
Gangguan psikotik, dibuktikan dengan adanya:
Halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham curiga, waham aneh dan
waham nihilistik.
Gangguan fungsi (hendaya): gangguan dalam pekerjaan dan kehidupan sosial
Merupakan gangguan suasana perasaan kearah depresi yang disertai dengan suatu
perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya
adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungan dengan
perubahan tersebut.
Working Diagnosis :
Pada WBS didapatkan adanya gejala halusinasi auditorik, halusinasi visual,
waham curiga, waham aneh dan waham nihilistik yang telah berlangsung selama lebih
dari 1 bulan. Selama dilakukan wawancara, gangguan afektif yaitu depresi cukup
menonjol, ditandai dengan kehilangan minat dan aktivitas serta berkurangnya energi.
Gejala katatonik secara relatif tidak nyata atau tidak menonjol. Gejala Skizofrenia dan
depresi muncul secara bersamaan yaitu sejak WBS berusia 11 tahun setelah kedua orang
tuannya meninggal. Sehingga menurut PPDGJ-III, dapat dikategorikan dalam gangguan
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif :
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan
untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode didominasi oleh skizoafektif
tipe depresif.
Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif
maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif
(F32).
14
Dalam episeode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada dua,
gejala khas skizofrenia (sebagiamana ditetapkan dalam pedoman diagnostik skizofrenia,
F20,- (a) sampai (d).
15
Differential diagnosis:
1. F20.0 Skizofrenia Paranoid
2. F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
3. F33.3 Episode depresif berulang, kini berat dengan gejala psikotik
IX. PROGNOSIS
Indikator prognosis baik :
- Faktor presipitasi cukup jelas
- Ada gejala afektif (depresi)
- Riwayat keluarga dengan ciri yang sama tidak ada
- Teratur dan patuh minum obat (compliance)
Indikator prognosis buruk :
- Onset perlahan-lahan
- Riwayat premorbid (sosial, pekerjaan) buruk
- Status ekonomi buruk
- Tilikan pasien buruk
- Hubungan dengan keluarga (sebagai support system) buruk
- Belum menikah
16
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
X. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik.
2. Psikologi/psikiatrik : Halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham curiga, waham
aneh dan waham nihilistik, tilikan derajat 1.
3.Sosial/keluarga : Masalah ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan keluarga.
XI. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
dr.Juni
R/ Fluoxetin tab 10 mg No. LX
S 1-0-1
R/ Risperidone tab 2 mg No. LX
S 1-0-1
---------------------------- (sign)
R/ Asam Valproat tab 250 mg No. LX
S 1-0-1
Pro: Tn. T
Umur : 48 tahun
2. Psikoterapi
a. Individual
Memberikan dukungan kepada WBS untuk dapat membantu pasien dalam
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian
mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping
yang mungkin timbul selama pengobatan, serta motivasi pasien supaya minum
obat secara teratur.
Membantu WBS untuk mengenali pikiran-pikiran (salah satunya ide bunuh diri)
dan mengatasi dengan cara mengalihkan pikiran tersebut dengan aktivitas.
17
Membantu WBS membangkitkan rasa percaya diri dan rasa percaya terhadap
orang lain, sehingga pasien dapat membangun kontak yang baik dengan orang-
orang disekitarnya.
Mendorong WBS untuk kembali mempunyai impian serta memotivasinya untuk
meraih impian yang diinginkan.
Mendorong pasien untuk kembali melaksanakan Ibadah sesuai agamanya dan
memberikan penjelasan kepada WBS akan pentingnya beribadah.
b. Dalam kelompok
Menyarankan WBS untuk mengikuti setiap kegiatan di panti bersama dengan
rekan lainnya agar terjalin sosialisasi yang baik.
Pembahasan
18
tidak ada perbaikan yang diamati. Meskipun ada efek samping yang disebabkan
oleh antidepresan, risiko itu tampaknya minimal dibandingkan dengan dilihat dari
manfaatnya untuk mengurangi gejala depresi.1
Antipsikotik
Sejumlah penelitian dilakukan untuk menguji efek antipsikotik atipikal pada
kedua jenis gangguan skizoafektif. Antipsikotik dikatakan sebagai pengobatan
terbaik yang tersedia untuk pasien dengan gangguan skizoafektif eksaserbasi akut
atau skizofrenia dengan gejala depresi. Hasil dari tiga penelitian yang dilakukan
untuk mengevaluasi efek clozapine menunjukkan bahwa pasien dengan tipe
bipolar membaik lebih baik daripada tipe depresi. Studi terbuka lainnya
membuktikan bahwa pasien yang diobati dengan clozapine juga menunjukkan
penurunan perilaku bunuh diri. Di sisi lain, pasien skizoafektif tipe depresi
menunjukkan kemajuan yang lebih baik terhadap risperidone jika dibandingkan
dengan tipe bipolar.1 Dosis risperidone yang dapat diberikan yaitu 2 x 1-3 mg per
hari.2 Obat antipsikotik, yang memiliki efek thymoleptic dikatakan tidak cukup
dalam mengatasi gangguan mood pada gangguan tersebut.1
Mood Stabilizer
Obat ini juga dianggap sebagai pengobatan penting untuk pasien skizoafektif.
Lithium dan carbamazepine adalah contoh mood stabilizer yang banyak
digunakan. Ketika membandingkan lithium dengan carbamazepine, ditemukan
bahwa carbamazepine lebih efektif dalam pengobatan gangguan skizoafektif, tipe
depresif.1
Dalam jurnal literature pada kondisi depresif selain diberikan risperidon 2
mg/hari, diberikan juga antidepresan golongan SSRI yakni fluoxetine 10 mg/hari.
Selain itu pasien sindrom ekstrapiramidal yang ada, harus ditangani dengan
pemberian antikolinergik, yakni triheksilfenidil 2 mg sehari.3
Sebenarnya pemberian fluoxetine sudah tepat, tetapi untuk menghindari efek
samping obat dan aman bagi pasien direkomendasikan SSRI yang lain yakni
Sertraline. Sertralin memiliki efek samping yang sangat minimal jika
dibandingkan dengan fluoxetin. Namun mengingat tidak semua pasien dengan
ekonomi yang cukup sehingga sertraline jarang diberikan karena harganya yang
mahal.3
19
2. Pengaruh sosial terhadap biologi otak seseorang dengan gangguan jiwa
Stress maupun distress dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk diantaranya
yaitu faktor social seseorang.4,5
Dengan semakin meningkatnya tekanan kehidupan semakin banyak orang-orang yang
menunjukkan gejala depresi, salah satu contohnya adalah maraknya kasus-kasus bunuh diri
yang dimuat di media massa. Gejala-gejala depresi terdiri dari gangguan emosi (perasaan
sedih, murung, iritabilitas, preokupasi dengan kematian), gangguan kognitif (rasa bersalah,
pesimis, putus asa, kurang konsentrasi), keluhan somatik (sakit kepala, keluhan saluran
pencernaan, keluhan haid), gangguan psikomotor (gerakan lambat, pembicaraan lambat,
malas, merasa tidak bertenaga), dan gangguan vegetatif (gangguan tidur, makan dan fungsi
seksual). Ada beberapa faktor penyebab depresi yaitu mulai dari faktor genetik sampai
nongenetik dengan faktor-faktor risiko seperti jenis kelamin, usia, status perkawinan,
geografis, kepribadian, stresor sosial, dukungan sosial, dan pekerjaan.4
Pada kondisi distres terjadi perubahan fungsional berupa perubahan hormonal dan
neurotransmisi, meliputi peningkatan aktivitas noradrenergik dan kadar kortisol, jika kronis
akan mengakibatkan perubahan struktural, berupa atrofi sel-sel piramidal dan penurunan
volume hipokampus, serta meningkatan aktivitas aksis hipotalamo-pituitariadrenal (aksis
HPA) yang mengakibatkan perubahan kadar Interleukin-6 (IL–6). IL–6 mempunyai korelasi
positif dengan neurotransmiter norepinephrine. Peningkatan kadar kortisol berkorelasi positif
dengan peningkatan kadar katekolamin yaitu adrenalin, norepinefrin, dan dopamine.5
Interleukin-6 (IL–6) yang merupakan salah satu sitokin proinflamasi (key immune
mediator), beserta reseptornya, terdapat di berbagai area otak termasuk hipotalamus dan
hipokampus, yang secara sentral terlibat dalam mediasi emosi serta perilaku. Distres dan
berbagai gangguan jiwa berkaitan erat dengan malfungsi proses neurotransmisi, baik tunggal
maupun secara kombinasi dari beberapa sistem neurotransmisi (multimalfungsi).
Temuan ke tiga pada penelitian tersebut membuktikan bahwa, kortisol secara langsung
dapat mengakibatkan perubahan struktur hipokampus. Hasil temuan penelitian ketiga ini
sesuai dengan penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa stres berkepanjangan
menimbulkan kerusakan di hipokampus yang bersifat plastis dengan petanda biologisnya
berupa reduksi neuron piramidal di area CA3 hipokampus, dan efek ini dimediasi oleh
glukokortikoid meningkatkan aliran ion kalsium di dalam hipokampus. IL-6 dapat
mempengaruhi neurogenesis melalui sejumlah mekanisme yang berbeda-beda yang
merupakan variasi dari kondisi fisiologis.5
20
Daftar Pustaka
21