Anda di halaman 1dari 4

Telah dilakukan praktikum distilasi “Batch Distillation“ dengan tujuan agar dapat

mengaplikasikan konsep pemisahan campuran biner dengan proses distilasi secara batch.
Dimana sampel yang digunakan adalah campuran etanol-air dengan volume 300 mL. Dengan
variabel reflux ratio 100% opening reflux valve dan variasi waktu distilasi 10 menit,20 menit,
30 menit, 40 menit dan 50 menit. Dari literatur yang didapatkan diketahui bahwa titik didih
dari etanol adalah 78,37 oC dengan sifat etanol yang mudah menguap (volatil), dan titik didih
air adalah 100oC. Dengan demikian, dari campuran etanol-air yang akan menguap terlebih
dahulu adalah etanol karena titik didihnya lebih rendah dibandingkan titik didih air. Untuk
itu, etanol yang mudah menguap harus di tutup dengan aluminium foil ketika etanol sudah
dikondensasikan dan terbentuk distilat yang akan turun keerlenmeyer. Jika tidak dilakukan
hal itu, maka ada rongga udara yang akan masuk dan menyebabkan semakin sedikit distilat
(zat murni) yang diperoleh, dan akan mengurangi keakuratan data yang akan diperoleh.
Selanjutnya, yang harus diperhatikan adalah suhu pada saat pemanasan, suhu selama proses
distilasi ini adalah 78 oC. Walaupun terus dilakukan pemanasan suhunya bertahan lama pada
suhu tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa ketika suatu zat mencapai titik didihnya
yang tertinggi, suhu zat tersebut akan tetap atau tidak mengalami kenaikan. Dan jika terjadi
peningkatan suhu, maka kemungkinan bukan sampel yang mendidih, melainkan residu dari
sampel tersebut.
Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh tetesan pertama distilat pada suhu 79
o
C, hasil yang diperoleh tidak begitu jauh dengan titik didih etanol yaitu 78,37 oC. Perbedaan
suhu yang sedikit ini disebabkan oleh perbedaan kondisi pada waktu melaksanakan
percobaan. Ketika sampel telah menguap, uap dari etanol tersebut akan bergerak ke
kondensor. Hal tersebut dikarenakan suhu dan tekanan udara dilabu distilasi lebih tinggi dari
pada suhu dan tekanan pada kondensor. Air akan mengalir dari bawah keatas memasuki
kondensor sehingga suhunya tetap rendah dan dapat dilakukan pendinginan dengan
sempurna, dan seterusnya uap dari etanol tadi akan mengalami pengembunan yang akan
membentuk cairan etanol yang murni.
Dari hasil yang diperoleh saat praktikum maka dapat dibuat grafik korelasi seperti
sebagai berikut :
200
Grafik Waktu Distilasi terhadap Volume Distilat
180

160
Volume Distilat, V (ml)

140

120

100

80

60

40

20

0
0 10 20 30 40 50
Waktu, t (menit)

Gambar 3.2-3 Grafik Hubungan Volume Distilat dengan Waktu Distilasi


Dapat dilihat dari gambar grafik 3.2-3 bahwa semakin lama waktu yang digunakan
maka volume distilat yang akan diperoleh semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui pada
waktu 10 menit volume distilat yang diperoleh 40 ml dengan suhu bottom 80◦C. Pada waktu
20 menit volume distilat yang diperoleh 80 ml dengan suhu bottom 85◦C. Pada waktu 30
menit volume distilat yang diperoleh 123 ml dengan suhu bottom 91◦C, pada waktu 40 menit
volume distilat yang diperoleh 153 ml dengan suhu bottom 98◦C dan pada waktu 50 menit
volume distilat yang diperoleh 180 ml dengan suhu bottom 102◦C. Dengan demikian, dapat
dilihat saat percobaan t = 50 menit suhu menunjukkan 102◦C yang menandakan suhu tersebut
melebihi dari suhu didih air yaitu diatas 100◦C sehingga menghasilkan volume distilat yang
lebih banyak karena air ikut menguap pula ketika suhunya sudah melebihi titik didih airnya.
Hal ini sesuai dengan teori tentang penguapan dimana pemanasan pada zat cair dapat
meningkatkan volume ruang gerak zat cair sehingga ikatan-ikatan antara molekul zat cair
menjadi tidak kuat dan akan mengakibatkan semakin mudahnya molekul zat cair tersebut
melepaskan ikatan molekulnya yang disebut sebagai penguapan. Sehingga semakin lama
waktu operasi, maka semakin banyak uap yang terkandung yang akan terkondensasi pula
menjadi distilat ketika suhunya sudah melebihi dari suhu didihnya.
7
Grafik 1/y-x terhadap x
6
y = 17,908.59266x6 - 35,052.11804x5 + 26,806.36349x4 - 10,121.70146x3 + 1,972.43237x2 -
185.59569x + 8.73136
5 R² = 0.98846

4
1/y-x

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65

Gambar 3.2-4 Grafik Hubungan 1/y-x dengan x

Dapat dilihat dari gambar grafik 3.2-4 bahwa grafik menunjukkan hasil analisis
perhitungan neraca massa untuk proses batch distilasi tanpa menggunakan refluks. Dimana ,
dapat diketahui fraksi mol liquid 0,5 mol. Neraca massa pada saat t = 10 menit, diketahui
mol liquid awalnya 100 % mol dan diperoleh mol liquid akhirnya 40,8876 % mol dan fraksi
mol liquid akhirnya 0,4996 dengan distilat sebesar 82,7740 % mol. Neraca massa pada saat t
= 20 menit, diketahui mol liquid awalnya 100 % mol dan diperoleh mol liquid akhirnya
28,3333 % mol dan fraksi mol liquid akhirnya 0,4995 dengan distilat sebesar 82,7740 % mol.
Neraca massa pada saat t = 30 menit, diketahui mol liquid awalnya 100 % mol dan diperoleh
mol liquid akhirnya 12,4306 % mol dan fraksi mol liquid akhirnya 0,4993 dengan distilat
sebesar 61,7052 % mol. Neraca massa pada saat t = 40 menit, diketahui mol liquid awalnya
100 % mol dan diperoleh mol liquid akhirnya 4,2361% mol dan fraksi mol liquid akhirnya
0,4991 dengan distilat sebesar 61,4958 % mol. Dan untuk Neraca massa pada saat t = 50
menit, diketahui mol liquid awalnya 100 % mol dan diperoleh mol liquid akhirnya 1,8056 %
mol dan fraksi mol liquid akhirnya 0,4989 dengan distilat sebesar 47,0747 % mol. Dari hasil
yang telah didapatkan maka adanya perbedaan disetiap variabel waktu, dimana semakin lama
waktu operasi maka mol liquid akhirnya dan mol distilat akan semakin kecil. Hal ini
disebakan oleh tekanan di dalam kolom distilasi terlalu besar sehingga menyebabkan adanya
sejumlah uap yang lolos dan tidak mengalir ke kondensor.

Anda mungkin juga menyukai