NIM : 16102126
Pengertian Risiko
Risiko adalah peristiwa yang tidak pasti dan risiki mungkin terjadi di masa yang akan
datang. Risiko juga dapat mencegah atau menunda pencapaian tujuan atau suatu sasaran
organisasi atau unit. Risiko sendiri tidak pasti kemungkinannya seperti apa, risiko hanya dapat
diperkirakan. Tetapi tidak semua risiko buruk, ada beberapa risiko yang harus diambil dengan
tujuan untuk memajukan atau mencegah suatu stagnasi.
Keunggulan-keunggulan infrastuktur:
Flow of information
Flow of services
Flow of goods
Jenis-jenis infrastruktur juga dibagi menjadi 2, yaitu:
Pembangunan infrastuktur di Indonesia baru 50% dari GDP (Gross Domestic Product)
karena, ukuran atau pembangunan infrastuktur tidak sesuai. Dengan penduduk indonesia
yang banyak dan pembangunan yang sangat minim. Pemerintah juga bertugas untuk
mengatur risiko dengan biaya yang efektif dan murah.
Kasus manajemen risiko yang pertama yaitu berasal dari perusahaan yang ada di
Amerika Serikat. Dan penyebab dari kerugian Perusahaan Enron ini adalah CFO
melakukan tanda tangan sendiri, tanpa adanya sanksi yang dapat merugikan banyak
orang banyak hingga USD 30 milion, USD 700 milion Net Income hilang secara tiba
tiba. dan mendapat keuntungan atau profit setelah pembelian aset sebesar USD 50
milion yang mengakibatkan penggelembungan aset dan pengurangan biaya, USD 4
bilion utang tidak tercatat dengan jelas dan tidak terdapat bukti atas transaksi tersebut.
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi
pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Yang
menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron adalah yang
merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi
laporan keuangan sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para
pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan enron. Enron
telah melanggar etika dalam bisnis dengan tidak melakukan manipulasi-manipulasi
guna menarik investor. Salah satu yang sangat penting untuk diperhatikan adalah
memperbaiki SOP (Standar Operasional Prosedur) dan memperbaiki sistem manajemen
risiko yang ada di perusahaan Enron.
Kasus manajemen risiko yang kedua yaitu berasal dari Amerika Serikat juga yang
bergerak di bidang perbankan. Kasus Well Fargo yaitu berasal dari kecurigaan nasabah
yang tidak dilakukan oleh Well Fargo. Dalam sehari terdapat kurang lebih 5000
nasabah baru yang mendaftar sebagai nasabah dari Well Fargo tersebut atau sama saja
dengan 2.000.000 pengikut pelanggan selama 5 tahun, setelah diselidiki ternyata
terdapat akun palsu yang mengharuskan nasabah memiliki akun kredit dan debit dari
Well Fargo. Bank Wells Fargo harus kehilangan karyawan dalam jumlah banyak dan
membayar denda kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu banyak nasabah
yang dirugikan karena tidak mendapat perlindungan bank terhadap akun rekening
mereka. Nilai saham Bank Wells Fargo juga bisa turun karena para investor tidak
tertarik dengan prospek bisnis Bank Wells Fargo. Bank Wells Fargo juga harus
kehilangan karyawan dalam jumlah yang sangat besar yaitu sebesar 5000 karyawan
yang dipecat. Banyak karyawan yang dihadapkan pada dilemma etika dimana apa yang
dilakukan karyawan adalah demi tercapainya target perusahaan, namun untuk
mencapainya, karyawan harus melakukan hal yang tidak etis. Bank Wells Fargo harus
memberikan sanksi tegas terhadap karyawan yang melakukan tindakan illegal dengan
cara melakukan pemecatan. Pemecatan ini dilakukan agar memberikan efek jera
terhadap karyawan Bank Wells Fargo lainnya.
Prediksi 2019
Yang akan terjadi di tahun 2019 adalah banyaknya depkolektor bisnis, peminjaman
uang dengan mudah dengan tingkat bunga yang tinggi. Karena pada tahun 2018
banyaknya proses peminjaman uang dengan mudah dan kreditor tidak melihat bunga
yang akan dibayar pada waktu selanjutnya.
- merencanakan implementasi RM
- identifikasi risiko
- daftar risiko
- menilai risiko
- mengurangi risiko
- memonitor resiko
- berkomunikasi RM
RISK MANAGEMENT FRAMEWORK COSO & ISO
Keunggulan COSO :
Langkah selanjutnya adalah penentuan tujuan dari organisasi agar risiko dapat didentifikasi,
diakses, dan dikelola sesuai dengan tujuan tersebut. Objective ini bisa kita klasifikasikan
menjadi dua yaitu strategic objective yang berfokus pada perwujudan visi misi dan activity
objective bertujuan pada aktivitas seperti operasi, reportasi, dan kompliansi.
Langkah ini menilai sejauh mana kejadian atau keadaan tadi dapat mengganggu pencapaian
tujuan. Besarnya dampak dapat dianalisis melelui dua perspektif, yaitu: likelihood
(kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko).
Setelah itu organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Tanggapan ini dapat
berupa menghindari (avoidance) risiko, mengurangi (reduction) risiko, memindahkan (sharing)
risiko, dan menerima (acceptance) risiko, tergantung dengan risiko yang dihadapi.
- Aktivitas pengendalian (control activities)
Fokus dari langkah ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait
melalui media komunikasi yang sesuai dan tepat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat
komunikasi.
- Pemantauan (monitoring)
Langkah terakhir adalah monitoring. Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus
(ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Pada proses monitoring, perlu dicermati
adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan
berlebihan (tidak relevan).
ISO menekankan tujuan manajemen risiko, yaitu menciptakan dan melindungi nilai. Tujuan
itu diwujudkan dengan :
Proses melibatkan penerapan sistematis kebijakan, prosedur, dan praktik pada aktivitas
manajemen risiko. Proses dapat diterapkan pada tingkat strategis, operasional, program, atau
proyek.
Prinsip manajemen risiko merupakan fondasi dari kerangka kerja dan proses manajemen risiko.
Terdapat sebelas prinsip manajemen risiko yang harus dipegang teguh dan diterapkan saat
membangun kerangka kerja dan melakukan implementasi proses manajemen risiko. Kesebelas
prinsip tersebut adalah
Kerangka kerja manajemen risiko merupakan struktur pembangun proses manajemen risiko.
Kerangka kerja dimulai dengan pemberian mandat dan komitmen, lalu dilanjutkan dengan
kerangka implementasi “Plan, Do, Check, Act”, yang terdiri dari:
Manajemen risiko insfrastruktur harus di kendalikan atau dimanage dengan efektif dan dengan
biaya yang tidak berlebihan, karena infrastruktur langsung berdampak langsung kepada kita
seperti jalan raya, tol, rumah sakit dan lain-lain.