Rafiq Zulkarnaen-Makalah Rafiq
Rafiq Zulkarnaen-Makalah Rafiq
Rafiq Zulkarnaen
STKIP Siliwangi Bandung
Abstrak
1
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik: siswa
yang memperoleh pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif
tipe coop-coop lebih baik dibanding siswa yang memperoleh pendekatan
2
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
D. Tinjauan Teoritis
1. Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik
Pembahasan mengenai pemecahan masalah tentunya tidak terlepas dari
pengertian masalah itu sendiri. Munandir (1991:23) mengemukakan bahwa suatu
masalah dapat diartikan sebagai suatu situasi, dimana seseorang diminta
menyelesaikan persoalan yang belum pernah dikerjakan, dan belum memahami
pemecahannya. Selanjutnya pendapat lain dari Hudoyo (1998:218) bahwa suatu
soal matematika atau pernyataan akan merupakan masalah apabila tidak terdapat
aturan atau hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menjawab atau
menyelesaikannya.
Untuk menguasai proses pemecahan masalah lebih mendalam, Polya
(Sumarmo dkk, 1994: 11) menguraikan lebih rinci proses yang dapat dilakukan
pada tiap langkah pemecahan masalah melalui beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
1) Memahami masalah, pada langkah ini siswa harus dapat memahami: Apa
yang diketahui dan apa yang ditanyakan?; Data apa yang diberikan?,
Bagaimana kondisi soal?; Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk
persamaan?; Apakah kondisi yang diberikan cukup untuk mencari yang
ditanyakan?; Buatlah gambar, dan tulislah notasi yang sesuai!
2) Membuat rencana pemecahan, untuk membuat rencana pemecahan siswa
harus memikirkan: Apakah masalah tersebut pernah dijumpai oleh siswa?
Atau pernahkah ada soal yang sama atau serupa dalam bentuk lain?; Konsep
matematika apa yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah?;
Dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah yang sekarang?;
Syarat-syarat apa untuk menyelesaikan masalah?; Perlukah data lain untuk
menyelesaikan soal yang dihadapi?
3) Menjalankan rencana pemecahan, pada langkah ini siswa melaksanakan
rencana pemecahan yang telah direncanakan kemudian memeriksa setiap
langkah demi langkah penyelesaian masalah.
4) Memeriksa hasil pemecahan masalah, pada langkah ini siswa menguji
langkah-langkah yang telah dilakukan: Apakah sesuai dengan yang
ditanyakan kepadanya?; Apakah terdapat langkah penyelesaian masalah
menggunakan cara yang berbeda?; Langkah-langkah yang dijalankan benar
atau tidak? Jika terdapat kesalahan siswa harus dapat menentukan dimana
letak kesalahan tersebut; Dapatkah diperiksa sanggahannya?
3
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
4
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
2. Pendekatan open-ended
Pendekatan open-ended merupakan suatu upaya pembaharuan pendidikan
matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan di Jepang.
Shimada (1997: 2) menjelaskan, munculnya pendekatan open-ended berawal dari
pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif dalam berfikir
tingkat tinggi matematika. Dalam pengajaran matematika, rangkaian pengetahuan,
keterampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya
diberikan pada siswa dalam langkah sistematis. Hal ini tidak diajarkan secara
langsung, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan
kemampuan dan sikap setiap siswa. Dengan demikian akan terbentuk suatu
keteraturan intelektual dalam pikiran tiap siswa.
Sawada (Shimada, 1997: 32-33) menjelaskan, untuk mengembangkan
rencana pembelajaran dengan pendekatan open-ended, guru perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Tuliskan respon siswa yang diharapkan; siswa diharapkan merespon masalah
dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan
atau menuliskan daftar antisipasi respons siswa terhadap masalah.
Kemampuan siswa terbatas dalam mengekpresikan ide atau pikirannya,
mungkin siswa tidak akan mampu menjelaskan aktivitasnya dalam
memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin juga siswa mampu menjelaskan
ide-ide matematika dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, antisipasi
guru membuat atau menuliskan kemungkinan repsons yang dikemukakan
siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa
memecahkan masalah sesuai dengan cara kemampuannya.
2) Tujuan dari masalah itu diberikan kepada siswa harus jelas; Guru memahami
dengan baik peranan masalah itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran.
Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang tertentu, seperti dalam
pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai rangkuman dari kegiatan
belajar siswa.
3) Lengkapi dengan metode pemberian masalah baru, sehingga siswa mudah
memahami maksud masalah itu; Masalah harus diekspresikan sedemikian
rupa sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan
pendekatan pemecahannya.
4) Sajikan masalah semenarik mungkin bagi siswa; Konteks permasalahan yang
diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus
membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual siswa.
5) Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengeksplorasi masalah;
Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah,
memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian, dan
merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus
memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah.
5
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
dihadapi; 2) siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama
besarnya diantara anggota kelompok; 3) siswa akan diberikan suatu evaluasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota
kelompok; 4) siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok. Jenis kooperatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tipe coop-coop. Slavin (2008: 229) mengemukakan, coop-
coop adalah menempatkan kelompok dalam kooperasi antara satu dengan yang
lainnya, dan dalam kegiatan di kelas yang lebih mengutamakan diskusi kelompok
dan antar kelompok untuk mengembangkan pemahaman melalui berbagai
kegiatan dan pengalaman yang dilalui siswa.
Selanjutnya Slavin (2008: 229) mengemukakan, pembelajaran kooperatif
tipe coop-coop merupakan sebuah bentuk grup investigasi yang yang cukup
familiar. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemberian soal-soal atau masalah-
masalah oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka,
artinya tidak terstruktur ketat oleh guru. Dalam kegiatan di kelas yang
mengembangkan diskusi kelompok dan antar kelompok terdapat berbagai
kemungkinan argumentasi terhadap permasalahan yang diajukan berdasar
pengalaman siswa. Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif tipe coop-coop
adalah memberikan bimbingan dan arahan seperlunya kepada kelompok siswa
melalui scaffolding, memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi, dan
menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan siswa. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe coop-coop sebagai berikut: 1) siswa belajar dalam
kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang, 2) masing-masing kelompok
diberikan tugas (masalah) yang harus diselesaikan, 3) siswa mendiskusikan tugas
yang diberikan dalam kelompok,4)dipilih satu kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusinya sementara siswa-siswa dalam kelompok lain bertanya,
menanggapi, 5) setelah diskusi antar kelompok selesai, siswa berdiskusi kembali
dalam kelompok masing-masing untuk pengulangan kembali materi dan merevisi
jawabanya.
E. Metodelogi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok
kontrol pretes-postes. Diagram desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
O X1 O
O X2 O
O X2 O
Keterangan :
X1 : pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe coop-coop
X2 : pendekatan open-ended
O : pretes dan postes pemecahan masalah dan komunikasi matematik
6
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
Tabel. 1
Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematik
Pendekatan Open-ended
dengan Pembelajaran Pendekatan
Konvensional
Kooperatif Open-ended
Tipe Coop-coop
Pretes Postes Gain Pretes Postes Gain Pretes Postes Gain
12,33 23,82 11,72 21,16 11,25 19,02
𝑥̅ 0,49 0,38 0,32
PM 34,25% 66,17% 32,56% 58,77% 31,25% 52,77%
𝑠 3,43 3,84 0,13 3,15 3,25 0,12 3,13 3,80 0,10
7,78 15,16 7,37 13,81 7,84 12,09
𝑥̅ 0,60 0,51 0,34
KM 39,90% 75,80% 36,85% 69,45% 39,20% 60,45%
𝑠 2,50 2,29 0,15 2,72 2,05 0,14 2,40 2,08 0,11
Keterangan : Skor ideal tes pemecahan masalah (PM) = 36
Skor ideal tes komunikasi matematik (KM) = 20
7
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
Tabel.3
Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik
antara Dua Kelompok Sampel
Distribusi
Uji yang
Kelas yang Diuji Nilai Rerata Kesimpulan
Digunakan
gain KM
Pendekatan open-ended dengan
pembelajaran kooperatif Normal,
tipe coop-coop, Uji t Ho Ditolak
Pendekatan open-ended Normal
Pendekatan open-ended dengan
Normal,
pembelajaran kooperatif Uji Mann
Ho Ditolak
tipe coop-coop, Whitney
Pembelajaran Konvensional Tidak Normal
Pendekatan open-ended Normal, Uji Mann
Ho Ditolak
Pembelajaran Konvensional Tidak Normal Whitney
8
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data pretes di bagian terdahulu diperoleh
kesimpulan bahwa kemampuan awal pemecahan masalah dan komunikasi
matematik ketiga kelompok sampel tidak berbeda secara signifikan. Kualifikasi
rerata pretes kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik ketiga
kelompok sampel berada pada kategori kurang, karena persentase rerata dari skor
ideal masing-masing kelompok sampel kurang dari 65%.
Setelah diberikannya perlakuan pembelajaran yang berbeda kepada
masing-masing kelompok sampel, hasil postes menunjukan perbedaan yang
signifikan antara ketiga kelompok sampel. Pencapaian hasil belajar kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan open-ended
dengan pembelajaran kooperatif tipe coop-coop berdasarkan kualifikasi rerata
postes berada pada kategori cukup, sedangkan dua kelompok sampel yang lainnya
berada pada kategori kurang. Kemudian pencapaian hasil belajar kemampuan
komunikasi matematik siswa yang memperoleh pendekatan open-ended dengan
pembelajaran kooperatif tipe coop-coop berdasarkan kualifikasi rerata postes
berada pada kategori baik, sedangkan siswa yang memperoleh pendekatan open-
ended berada pada kategori cukup, dan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional berada pada kategori kurang. Berdasarkan hal tersebut pencapaian
9
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
10
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
11
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
G. Daftar Pustaka
12