Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman yang semakin modern yang sumber informasi sangat mudah

didapatkan baik melalui Televisi, Internet bahkan media sosial tidak berarti diare

dapat di atasi dengan mudah, terlebih di negara – negara berkembang termasuk

Indonesia. Semua ini dapat disebabkan karena kurang perhatian selayaknya dari

pemerintah, kurangnya fasilitas kesehatan, kurang tersedianya air bersih,

infrastruktur kesehatan yang kurang baik, kebersihan pribadi ( BAB atau buang

air besar sembarangan ), kebersihan lingkungan ( lalat di mana-mana ), adat

istiadat di suatu kelompok masyarakat tertentu dan rendahnya tingkat

pengetahuan masyarakat.

Tingkat Pengetahuan atau Pendidikan merupakan salah faktor yang

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, hal ini disebabkan karena

pengetahuan dan pendidikan yang rendah di masyarakat mengakibatkan banyak

sikap dan perilaku yang mendorong timbulnya penyakit infeksi dan penyakit gizi

(Stephany dkk, 2012)

Diare merupakan salah satu penyakit yang berulang-ulang buang air besar

yang sifatnya encer (cair). Disebut juga sebagai mencret, atau dalam bahas

Minang “mamboco”. Istilah diare berasal dari bahasa Yunani “diarrhea”,

yaitu mengalir melalui. Penyakit diare seperti ini banyak ditemukan di

1
2

negara-negara yang kondisi hidup mereka masih miskin, sehingga mereka

terpaksa makan apa saja, dan tidak teratur dan jenisnya tidak memenuhi

syarat (Saydam, 2011).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya diare, seperti faktor

lingkungan, gizi, kependudukan dan pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku

masyarakat. Sedangkan penyebab diare sendiri adalah peradangan usus yang

disebabkan oleh bakteri, virus, parasit (jamur, cacing, dan protozoa),

keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun

bahan kimia, kurang gizi, alergi terhadap susu dan hilangnya kekebalan

tubuh (Shinta, 2011).

Menurut survey yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

pada tahun 2013, secara global terjadi 1,7 miliar kasus diare setiap tahunnya.

Diare merupakan penyebab utama kedua setelah pneumonia sebagai penyebab

kematian pada anak-anak di bawah lima tahun, dan bertanggung jawab untuk

kematian sekitar 760.000 anak setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia pada

Tahun 2010 angka kesakitan diare adalah 411 per 1.000 penduduk atau 5.090.212

penderita dan pada tahun 2013 angka kesakitan diare menurun menjadi 4.128.256

penderita (Kementrian Kesehatan, 2015)

Menurut Handoko dan Suharyono dalam Septi (2005) pendukung upaya

menurunnya angka kesakitan penyakit diare dipengaruhi banyak faktor, misalnya

pendidikan, pengetahuan ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan


3

semakin tinggi kemampuannya dalam upaya penurunan angka kesakitan penyakit

diare. Partisipasi ibu juga sangat membantu dalam pencegahan dehidrasi agar

keadaan diare tidak memburuk dan angka kematian karena diare menurun.

Usia menjadi salah satu faktor tingkat pengetahuan seseorang. Usia menjadi

variabel yang senantiasa diperhatikan di dalam penyelidikan–penyelidikan

epidemiologi. Angka – angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua

keadaan menunjukkan hubungan dengan usia (Notoadmojo, 2006).

Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 200-400 kejadian diare di

antara 1000 penduduk setiap tahun. Dengan demikian dapat diperkirakan ada

lebih 60 juta kejadian diare setiap tahun. Sebagian besar dari penderita -

penderita ini (60-80%) adalah anak-anak di bawah usia lima tahun sehingga

dengan demikian terdapat kurang lebih 40 juta kejadaian diare pada usia ini

setiap tahunnya (Soegijanto, 2010).

Berdasarkan data di Puskesmas Kedamean Kecamatan Kedamean Kabupaten

Gresik Jawa Timur pada tahun 2015 didapatkan kasus penderita diare pada balita

sebanyak 178 kasus. Dengan perincian 175 kasus diare tanpa dehidrasi dan 3

kasus diare dengan dehidrasi.

Tingginya angka kejadian diare pada anak, tidak terlepas dari peran orang

tua, salah satunya adalah peran ibu. Menurut Setiadi (2008) peran ibu adalah

sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,

pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan
4

juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial. Peran dalam hal masalah

kesehatan adalah bagaimana ibu dapat mencegah dan menangani anak yang

terkena penyakit diare. Peran ibu dalam masalah kesehatan adalah penting

karena di dalam merawat anaknya ibu sebagai pelaksana dan pembuat

keputusan dalam pengasuhan anak yaitu dalam memberi makanan, memberi

perawatan kesehatan dan memberi stimulus mental sehingga ibu dalam

pelaksanaannya diharapkan dapat memberikan pencegahan dan pertolongan

pertama dalam diare (Sularyo, 2002).

Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare

diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu

komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu

menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai

hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya

perubahan perilaku akan cepat (Notoatmodjo S, 2007).

Berdasar latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Usia Ibu Terhadap

Pengetahuan Penanganan Awal Diare pada Balita di Puskesmas Kedamean

Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka penulis

menetapkan rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut: Bagaimana

hubungan tingkat pendidikan dan usia ibu terhadap pengetahuan penanganan

awal diare pada balita di lingkungan kerja Puskesmas Kedamean,

Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat tingkat pendidikan dan usia ibu terhadap

pengetahuan penanganan awal diare pada balita di lingkungan kerja

Puskesmas Kedamean, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, Jawa

Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pendidikan dan usia ibu di lingkungan kerja

Puskesmas Kedamean, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik,

Jawa Timur.

b. Mengidentifikasi pengetahuan penanganan awal diare pada balita

yang dilakukan oleh para Ibu di Lingkungan Kerja Puskesmas

Kedamean, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.


6

c. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dan usia ibu dengan

pengetahuan penanganan awal diare pada balita di lingkungan kerja

Puskesmas Kedamean, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik,

Jawa Timur.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini untuk memberikan pengalaman dan

memperluas wawasan dalam bidang pelayanan kesehatan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan data untuk

melakukan upaya-upaya dalam peningkatan pemberian pengetahuan kepada

mahasiswa – mahasiswi dalam bidang kesehatan khususnya tentang

pentingnya penanganan awal diare pada balita.

3. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian tentang tingkat pendidikan dan usia ibu

terhadap pengetahuan penanganan awal diare pada balita di lingkungan

kerja Puskesmas Kedamean, Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik,

Jawa Timur, dapat memberikan wawasan kepada masyarakat agar dapat

menurunkan angka kejadian diare.

Anda mungkin juga menyukai