Anda di halaman 1dari 8

Rencana Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Melalui Terapi Musik Keroncong dengan

Kecamasan pada Lansia RT 01 RW 05 Kelurahan Pedalangan

A. Topik
Terapi aktivitas kelompok stimulasi melalui terapi musik relaksasi keroncong

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu mengatasi kecemasannya
2. Tujuan Khusus
1) Klien mempunyai musik yang disukai
2) Klien mampu memliih musik yang disukai
3) Klien mampu melakukan terapi musik

C. Landasan Teori
Lanjut usia di seluruh dunia pada tahun 2025 diperkirakan berjumlah 1,2 milyar.
Menurut Departement Kesejahteraan Sosial (2008) jumlah penduduk lansia di Indonesia
pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa atau 8,90%. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebesar
23,9 juta jiwa atau 9,77% dan diperkirakan pada tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa atau
sekitar 11,34%. Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990
sampai 2025 mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%. Saat ini jumlah
kelompok lansia yang berusia 60 tahun ke atas berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia di Indonesia sebesar 7,28 persen dari jumlah penduduk.
Lansia atau lanjut usia merupakan tahap akhir dalam pertumbuhan. Lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih, baik pria maupun wanita. Lansia
mengalami perubahan baik secara fisik atau pun secara psikologis. Kemunduran atau
perubahan yang terjadi diantaranya kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa,
kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima hal atau
ide baru dan masalah gangguan mental pada lansia yaitu kecemasan depresi dan insomnia.
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung situasi. Hal
ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang (Nugroho, 2008).
Gejala yang dialami oleh lansia diantaranya takut yang tidak rasional akan kejadian yang
akan terjadi atau perasaan khawatir, rasa panik terhadap masalah yang ringan, rasa gelisah,
perubahan tingkah laku, tidak memahami penjelasan atau tidak konsentrasi dan sering
membayangkan hal-hal yang menakutkan.
Cara mengatasi kecemasan ada berbagai cara, diantara dengan teknik relaksasi,
distraksi, melalui hipnotis lima jari, dan melalui kegiatan spiritual. Salah satu teknik
relaksasi yang digunakan yaitu dengan terapi musik. Dalam hal ini musik yang digunakan
adalah musik keroncong. Pemberian musik keroncong mempengaruhi telinga dan otak
kemudian gelombang otak oleh karena respon dari stimulus auditori dan mendorong
perubahan gelombang otak secara keseluruhan serta tingkat kesadaran Perubahan
gelombang otak menjadi gelombang otak alfa akan menyebabkan peningkatan serotonin
yaitu suatu neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap peristiwa lapar dan
perubahan mood. serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon melantonin
yang memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh. Musik yang didengar seseorang akan
disalurkan oleh Syaraf Auditory kemudian aktivitas suara yang ditimbulkannya direkam
pada EEG (Electro Ensepealo Graph) terutama pada lapisan korteks serebri yang
superficial, yang kemudian mengalir antara fluktuatuing sipoles yang terbentuk dari
dendrit-dendrit sel kortikal dan badan sel. Dendrit-dendrit tersebut berorientasi serupa dan
merupakan unit-unit yang bersatu dengan kompleks pada korteks serebri. Aktivitas banyak
unit dendrit tersebut berjalan sinkron untuk membentuk corak gelombang alfa yang
menandakan kondisi heightened awareness dan tenang.
Sesuai mekanisme yang dijelaskan oleh Atwater (2009) dalam Maryati dan Suyami
(2015), gelombang alfa tercipta pada korteks cerebri melalui hubungan kortikal dengan
thalamus. Gelombang ini merupakan hasil dari osilasi umpan balik spontan dalam sistem
talamokortikal (Guyton & Hall, 2006). Perubahan gelombang otak menjadi gelombang
otak alfa akan menyebabkan peningkatan serotonin.
Pemberian terapi musik keroncong dapat mempengaruhi gelombang otak menuju
gelombang otak yang diinginkan. Prinsip pemberian terapi musik keroncong adalah
dengan memberikan suara yang berbeda tempo irama lagu, dan dapat mempengaruhi
telinga dan otak kemudian akan menangkap selisih dari perbedaan frekuensi tersebut
kemudian mengikutinya sebagai gelombang otak. Mekanisme ini disebut dengan FFR
(Frequency Following Response) dan terjadi di dalam otak, tepatnya di dua superior olivary
nuclei. Frequency Following Response (FFR) didefinisikan sebagai penyesuaian frekuensi
gelombang otak oleh karena respon dari stimulus auditori dan mendorong perubahan
gelombang otak secara keseluruhan serta tingkat kesadaran.

D. Klien
1. Karakteristik/Kriteria
1) Klien dapat diajak bekerja sama
2) Lansia RT 01 RW 05 Kelurahan Pedalangan
3) Sehat fisik, cukup kooperatif
2. Proses Seleksi
1) Melakukan pengkajian oleh mahasiswa
2) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan
TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok

E. Pengorganisasi
1. Tempat : Balai RW 05 Kelurahan Pedalangan
2. Hari, tanggal : Kamis, 21 Maret 2019
3. Waktu : Pukul 10.00 WIB
4. Jumlah Klien : 21 orang
5. Pembagian tugas
1) Leader
a. Menyiapkan proposal TAK
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
c. Menjelaskan proses/cara terapi aktivitas kelompok
d. Mampu memotivasi aAnggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
e. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2) Co-leader
a. Mendampingi leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas pasien
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah
dibuat
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses
terapi
3) Fasilitator
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
b. Memotivasi klien yang kurang aktif
c. Memfaslitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok
untuk aktif mengikuti jalanya terapi
4) Observer
a. Mengobservasi jalanya proses kegiatan
b. Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan non-verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c. Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan

6. Metode dan Media


1) Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab

2) Media dan Alat


a. Laptotp
b. Musik/lagu
c. Speaker
d. Mikrofon
F. Setting Tempat

Keterangan gambar:
L : Leader
CL :Co-Leader
F :Fasilitator
O :Observer
P :Pasien
OP :Operator

G. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1) Salam terapeutik
Mengucapkan salam
2) Evaluasi/Validasi
a. Menanyakan perasaan atau kabar klien hari ini
b. Memperkenalkan diri dan perkenalan dari klien
3) Kontrak
a. Menjelaskan tujuan kegiatan
b. Menjelaskan aturan main lain:
 Berkenalan dengan anggota kelompok
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin
pada pemimpin TAK
 Kontrak waktu berapa lama
3. Kerja
1) Mengarahkan klien untuk duduk rileks dan nyaman
2) Melatih untuk tarik napas dalam
3) Memutar music keroncong
4) Menginstruksikan klien untuk rileks mendengarkan musik
5) Menyanyi bersama klien
4. Terminasi
1) Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Klien bersedia meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan pendidikan
kesehatan

Alat dan media sesuai dengan perencanaan


b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
Klien tidak meninggalkan tempat saat kegiatan berlangsung
Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Klien bersikap kooperatif selama berlangsungnya kegiatan
Klien berperan aktif selama jalannya kegiatan pendidikan kesehatan
c. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi melalui terapi musik
keroncong, diharapkan klien:
Klien mempunyai musik yang disukai
Klien mampu memliih musik yang disukai
Klien mampu melakukan terapi musik
2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk melakukan terapi musik apabila cemas
3) Kontrak yang akan datang
Daftar Pustaka
Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology, Eleventh Edition.

Maryati S, Suyami. 2015. Dampak terapi musik keroncong terhadap tingkat.


kecemasan lansia di desa Pasung Wedi Klaten.

Nugroho,W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Edisi 3. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai