Anda di halaman 1dari 8

D.

PELAKSANAAN KEGIATAN PKL DI LABOROTARIUM HAMA DAN


PENYAKIT

1. UNIT (PBD.APO2.034.01): MENGIDENTIFIKASI HAMA YANG


MENYERANG IKAN

a. Mengidentifikasi bentuk-bentuk hubungan antar organisme

Suatu parasit merupakan organisme yang hidup pada permukaan atau


dalam suatu organisme kedua, yang disebut inang. Interaksi yang membentuk
hubungan inang- parasit adalah kompleks. Ketika suatu parasit mencoba untuk
menyebabkan infeksi, inang merespon dengan menggerakkan suatu kesatuan
tempur dari mekanisme pertahanan. Kemampuan mencegah penyakit yang akan
memasuki mekanisme pertahanan disebut resistensi (kekebalan). Tanpa
resistensi disebut kerentanan.
Resistensi inang terhadap masuknya parasit dipisahkan menjadi dua tipe:
resistensi non-spesifik dan resistensi spesifik. Resistensi nonspesifik, atau alami,
resistensi yang termasuk mekanisme pertahanan alami yang melindungi inang
dari bermacam parasit tanpa menghiraukan apakah tubuh menghadapi tipe
parasit sebelumnya atau tidak. Resistensi spesifik, atau imunitas, merupakan
mekanisme pertahanan yang telah dikembangkan untuk merespon suatu parasit
tertentu, atau spesifik. Mekanisme pertahanan imun spesifik demikian didapatkan
inang sebagai suatu akibat dari permulaan adanya parasit.

b. Mengidentifikasi Jenis-Jenis Parasit

Untuk mengidentifikasi jenis parasit pada ikan diperlukan alat dan bahan
sebagai berikut :

No Alat dan bahan Fungsi


1 Mikroskop Sebagai alat untuk mengamati bentuk
morfologi dari parasit
2. Slide galss Sebagai alat untuk meletakan preparat
yang akan di amati
3 Alat bedah Sebagai alat untuk pengambilan organ
tubuh ikan yang terjangkit penyakit
4 Cawan petri Sebagai alat untuk meletakan organ yang
telah dibedah sebelum diamati
5 Larutan fisologis Sebagai bahan untuk menjaga agar organ
yang diambil tetap segar/utuh
6 Buku identifikasi penyakit Sebagai sumber refrensi untuk identifikasi
Dalam pengamatan ini, pemeriksan parasit dilakukan dengan mengamati
letak penyerangannya dimana letak penyerangan parasit terbagi menjadi 2
kelompok. Kelompok pertama disebut ektoparasit yaitu parasit yang menempel di
bagian luar tubuh ikan, dan kelompok kedua disebut endoparasit yaitu parasit
yang berada di dalam tubuh ikan. Dalam pengamatan dan indentifikasi yang
dilakukan ditemukan satu jenis parasit yang menginfeksi hewan uji yang di amati.
Adapun hewan uji yang di amati adalah ikan mas koki (carassius auratus)
dimana organ yang terjangkit terkmaksud dalam kelompok endoparasit yang
terdapat pada insang ikan. Adapun parasit yang ditemukan dari hasil
pengamatan yaitu Chilodonella sp.

1. Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Mahasri (2011) dalam kumalasari (2016) klasifikasi Chilodonella


sp. adalah sebagai berikut:

Filum : Protozoa

Klas : Ciliata

Ordo : Cyrtophorida

Famili : Chilodonellidae

Genus : Chilodonella

Spesies : Chilodonella sp

Ikan yang terinfeksi terlihat mengilap saat terkena cahaya dan


menunjukkan tanda-tanda seperti iritasi. Chilodonella sp. berukuran cukup besar
(60-80 µm), berbentuk seperti hati bersilia. Organisme ini dapat diidentifikasi
dengan perbesaran 10x dan 40x. Chilodonella sp. berbentuk ovoid atau seperti
ginjal dengan garis silia sepanjang sumbu tubuh, pipih dorsoventral dan
transparan. Chilodonella sp. bergerak secara bebas dan sering menyebabkan
ikan memproduksi lendir yang berlebihan. Parasit ini berbetuk oval seperti
jantung, mempunyai butiran sitoplasma dan sejumlah vakuola kecil,
makronukleus oval berukuran kira-kira sepertiga badan, mikronukleus
membundar dan letaknya bervariasi. Pada permukaan ventral ditutupi bulu-bulu
silia yang pararel, ada sekelompok silia besar di sekitar lubang mulut
(Kumalasari, 2016).
2. Gejala Klinis

Ikan sering kali terlihat melompat-lompat insang terlihat berwarna


keputihan dan sering kali tinggal kerangka tulang rawannya saja, karena dirusak
oleh gerakan menggaruk, ikan sulit bernafas dan terlihat kurus, tidak mau makan,
tidak bergerak aktif dan iritasi pada kulit karena memakan sel epitel (Kumalasari,
2016).
2. UNIT (PBD.APO2.034.01) : MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB PENYAKIT
IKAN

a. Mengidentifikasi Bentuk-Bentuk Hubungan Antara Organisme dan lingkungan

Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada


ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan
dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang
kurang menunjang kehidupan ikan. Jadi, timbulnya serangan penyakit ikan di
kolam terjadi karena interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan,
dan patogen. Interaksi yang tidak serasi tersebut menyebabkan stres pada ikan,
sehingga mekanisme pertahanan tubuh ikan menurun dan akhirnya mudah
diserang penyakit. Hubungan antara parasit, ikan, dan faktor stres lingkungan
terhadap proses terjadinya penyakit dapat dilihat pada Gambar 1 berikut
(Suwarsito dan Mustafidah, 2011).:

Gambar 1. Proses Terjadinya Penyakit pada Ikan

Penyakit ikan dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (oleh bakteri,
virus, parasit, dan jamur) dan penyakit non-infeksi (stress, tumor, gangguan gizi
pakan, dan traumatik). Sedangkan sumber penyakit yang sering menyerang ikan
di kolam dikelompokkan menjadi 3, yaitu : hama, parasiter, dan non- parasiter.
Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan
gangguan pada ikan, yang terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Parasiter
adalah penyakit yang disebabkan oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus,
bakteri, jamur, protozoa, cacing, dan udang renik. Non-parasiter adalah penyakit
yang disebabkan bukan oleh hama atau parasit, tetapi disebabkan oleh
lingkungan, pakan, dan keturunan. Berdasarkan daerah penyerangannya,
penyakit yang disebabkan oleh parasit dibagi menjadi penyakit kulit, penyakit
pada insang, dan penyakit pada organ (Suwarsito dan Mustafidah, 2011).
b. mengidentifikasi jenis-jenis penyakit pada ikan

Untuk mengidentifikasi penyakit pada ikan dengan teknik inokulasi


membutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :

No Alat dan bahan Fungsi


1 Jarum ose Sebagai alat untuk menggores mikroba
pada media
2. Media Petri isolasi Sebagai media tumbuh mikroba sebelum
diinokulasi
3 Lampu bunsen Sebagai media sterilisasi
4 Tabung reaksi Sebagai media untuk meletakan Agar/
sebagai media inokulasi
5 Inkubator Sebagai media penyimpanan media agar
6 Tisu Sebagai bahan untuk membersihkan
peralatan
7 Agar TSV dan TSA Sebagai media tumbuh bakteri

Adapun prosedur kerja yang dilakukan untuk inukolasi bakteri adalah


sebagai berikut :
1. Pertama untuk menginokulasi mikroba, semua peralatan dan lingkungan
harus steril sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya kontaminasi.
2. Sterilisasi ruang, peralatan, pakaian dan praktikan sehingga dapat
meminimalkan terjadinya kontaminasi . Sterilisasi dapat dilakukan secara
kering atau basah.
3. Lakukan pengambilan mikroba dari media isolasi yang telah ada
sebelumnya dan inokulasikan ke media agar miring dan agar tegak.
Pengambilan mikroba dilakukan dengan menggunakan ose.
4. Panaskan ujung ose hingga berpijar. Bagian api berwarna biru paling
panas sehingga bisa memanaskan ose lebih cepat. Panaskan pula kawat
baja hingga ke pangkal pegangan. Dinginkan ose selama 10-20 detik.
Ose jangan diletakkan di atas meja untuk mencegah kontaminasi.
5. Pegang tabung reaksi berisi mikroba dan tabung reaksi yang akan
diinokulasi pada satu tangan, sementara tangan lainnya tetap memegang
ose. Buka kedua tutup tabung reaksi menggunakan tangan yang
memegang ose.
6. Panaskan mulut tabung reaksi dengan melewatkan sekilas melalui api.
7. Ambil sample mikroba dari tabung reaksi menggunakan ose, baik ose
berbentuk lingkaran atau jarum. Kemudian panaskan kembali mulut
tabung reaksi sebelum ditutup.
8. Sentuhkan koloni mikroba pada ujung ose ke media tanpa merusak
permukaan agar.
9. Saat menginokulasi ke media agar tegak dan miring, goreskan ose
lingkaran ke permukaan media agar dengan pola lurus atau zigzag
secara hati-hati tanpa ditekan sehingga tidak merusak permukaan agar.
Inokulasi pada agar tegak dilakukan dengan menusukkan ose jarum ke
dalam media agar hingga mencapai dasar tabung reaksi dan kemudian
dicabut kembali.
10. Mikroba yang telah diinokulasi selanjutnya diinkubasi selama 2 x 24 jam
di dalam incubator.
11. Amati karakteristik koloni mikroba yang tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, P., S, Herowati., dan Rokhmani. 2011. Keragaman Dan Prevalensi


Serta Intensitasnya Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Secara
Polikultur Di Desa Beji Kecematan Kedungbanteng Kabupaten
Banyumas. Universitas Jendral Sudirman. Purwokerto.

Suwarsito, dan H. Mustafidah. 2011. Diagnosa Penyakit Ikan Menggunakan


Sistem Pakar (Diagnozing Fish Disease Using Expert Syetem). ISSN:
2086-9398 Vol. I (4), Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Kumalasari, N. 2016. Pemeriksaan Ektoparasit Pada Ikan Lele Masamo
(clarias sp.) di Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Fakultas Perikanan dan
Kelautan.Universitas Airlangga.
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Ria Maharani Putri. H


Nim : L22114027
Waktu pelaksanaan pkl : 14-24 November 2017

Mengetahui,

Pembimbing PKL di Laboratorium Hama dan penyakit

Prof. Dr.Ir. Hilal Anshary, M.Si


NIP. 19671012 199202 1 001

Anda mungkin juga menyukai