MATA KULIAH :
DOSEN :
MANAJEMEN PERUBAHAN
DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Disusun Oleh:
BONY PATTIPAWAEY
NIM: K012182037
DAFTARISI......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Pengertian
2 .Ruang Lingkup…………………………………………...
3. Sejarah ………………………………………...
BAB IV PEMBAHASAN
1. Masalah Perilaku Kesehatan ( Membuang Sampah Ke Pantai Dan Kali)
Berkaitan Dengan Manajemen Perubahan
2. Pentingnya Manajemen Perubahan Untuk Mengatasi Masalah Perilaku
Kesehatan
BAB V RINGKASAN
1 Ringkasan……………………………………………………...
BAB VI PENUTUP
1. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Tentang Manajemen Perubahan Dalam
Pelayanan Kesehatan.
Dalam pembuatan makalah ini, saya menyadari bahwa semua ini tidak terlepas dari
bantuan bimbingan dan arahan dari dosen mata kuliah, oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Semua teman-teman dalam tim mata kuliah dalam
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan
dan menjadi motivasi untuk meningkatkan daya juang mahasiswa/i pada masa kini dan yang
akan datang.
BONY PATTIPAWAEY
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan masyarakat (public health) baik sebagai ilmu (teori), maupun sebagai seni
(praktek) belum begitu popular dibandingkan dengan ilmu kedokteran. Secara teori maupun
prakteknya kesehatan masyarakat menekan pada upaya upaya pencegahan penyakit (preventif),
dan peningkatan kesehatan (promotif), sedangkan kedokteran atau kesehatan perorangan
menekan kan pada upaya pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Namun
demikin peran kedua ilmu tersebut dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan
masyarakat saing melengkapi dan keduanya juga melakukan upaya – upaya preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitative. Perbedaanya hanya terletak pada penekanannya saja.
Menurut teori HL.blum masalah kesehatan di pengaruhi oleh 4 faktor yaitu: environment,
health service, life style dan demografi. Untuk memahami masalah kesehatan yang sering
ditemukan di Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku
kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai
masalah lanjutan seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit
baik menular maupun tidak menular.
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di Amerika Serikat
memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat setelah faktor
lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah kesehatan
sebagai akibat masih rendah pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut
mungkin terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk
berperilaku sehat. Contohnya Membuang sampah Sembarangan.
Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat tinggal
dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah resmi yang
dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak
mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini
berkaitan budaya masyarakat yang kurang pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan
cara mengatasi
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlunya
peran aktif semua pihak didalam masalah kesehatan masyarakat, penyedia layanan kesehatan,
masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan
masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.
Untuk itu diperlukan suatu perubahan di dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat
terutama masalah perilaku masyarakat. Banyak upaya perubahan telah dilakukan oleh berbagai
organisasi dan penelitian menunjukan bahwa dengan melakukan perubahan, kinerja organisasi
dapat maju dengan pesat. Namun, diketahui pula bahwa banyak pula usaha perubahan tidak
berhasil. Hal tersebut berdampak pada tumbuhnya keragu – raguan untuk menjalankan
perubahan.
Usaha perubahan tidak selalu berlangsung dengan mulus, sebagian besar akan menghadapi
resistensi, baik dengan tingkat individual, kelompok maupun organisasional. Resistensi wajar
tejadi karena mempertahankan kemapanan yang telah memberikan keuntungan dan manfaat di
masa lalu. Untuk itu, diperlukan langkah – langkah untuk mengatasi adanya resistensi terhadap
perubahan.
Oleh karena itu perubahan perlu dikenali, dipahami, dikelola bahkan diciptakan untuk
meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan yang diharapkan baik individu, kelompok maupun
organisasi. Sumber daya manusia perlu disiapkan untuk menerima dan menjalankan perubahan.
Dengan melihat kondisi masalah kesehatan masyarakat Indonesia, factor perilaku merupakan
factor utama yang mempengaruhi masalah kesehatan maka diperlukan peran serta semua pihak
dalam melakukan perubahan ini, terutama masalah sumber daya manuasianya yang menerima
dan menjalankan perubahan itu sendiri, maka dari itu penulis mempunyai ketertarikan untuk
membahas manajemen perubahan terhadap masalah kesehatan masyarakat terutama masalah
perilaku masyarakat
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui aplikasi manajemen perubahan dalam masalah kesehatan masyarakat terutama
masalah perilaku masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Hutumuri
b. Mengetahui tentang manajemen perubahan
c. Mengetahui permasalahan strategis dalam kesehatan masyarakat
d. Mengetahui perlunya penerapan manajemen perubahan sebagai problem soving pada masalah
kesehatan di perilaku masyarakat yaitu membuang sampah di got, kali dan pantai.
e. Masyarakat dan pemerintah terkait mampu melaksanakan manajemen perubahan yang di buat.
C. RUMUSAN MASALAH
Factor utama yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas
hutumuri adalah perilaku masyarakat, diperlukan kerjasama semua pihak untuk mengatasi ini
semua terutama mempersiapkan sumber dayanya yang akan menerima dan menjalankan
perubahan perilaku tersebut.
D. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan untuk penulisan makalah ini adalah deskriptif.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Robbins dan Coultar (1996:6) memberikan definisi manajemen sebagai proses untuk
membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orag lain. Efisiensi
menunjukkan hubungan antara input dan output dengan mencari biaya sumber daya minimum,
sedangkan efektif merupakan makna pencapaian tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.
Perubahan merupakan transformasi secara terencana atau tidak terencana didalam struktur
organisasi, teknologi dan/atau manusia/pekerja (Greenberg & Baron, 2003)
Manajemen perubahan adalah suatu proses secara sistematis dalam menerapkan pengetahuan,
sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk memengaruhi perubahan pada orang yang akan
terkena dampak dari proses tersebut ( potts dan lamarsh, 2004:16). Sementara itu, perubahan
selalu dimulai dengan inisiatif pandanagan hasil positif. Hambatan paling umum untuk
keberhasilan perubahan adalah resistensi manusia dan perubahan terjadi lebih cepat dan lancer.
Pendekatan dalam amanjemen perubahan adalah : pertama : mengidentifikasi siapa diantara
mereka yang terkena dampak perubahan yang mungkin menolak perubahan, kedua : menelusuri
sumber, tipe dan tingkat resistensi perubahan yang mungkin ditemukan, ketiga : mendesain
strategi yang efektif untuk mengurangi resistensi tersebut.
Kesehatan masyarakat ( public health ) adalah ilmu dan seni : mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha – usaha pengorganisasian
masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan peyakit – penyakit menular,
pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan – pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan dan pengembangan rekayasa social untuk
menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya (
prof.Dr.Soekidjo Notoatmodjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat)
B. RUANG LINGKUP
1. Individu
Kekhawatiran manajemen perubahan individu bagaimana mendapatkan, menempatkan dan
menjaga orang yang tepat dalam peran dan pekerjaan yang tepat untuk memfasilitasi upaya
perubahan yang terbesar pada rekruitmen, seleksi, pergantian dan perpindahan.
Perubahan – perubahan pada tingkat individu jarang menimbulkan implikasi yang signifikan
bagi organisasi yang bersangkutan secara total, walaupun ada kekecualian tertentu pada saat –
saat tertentu. Contohnya : perubahan pada kondisi kedewasaan individu yang bersangkutan yang
terjadi dengan berlangsungnya waktu.
Menurut teori system social setiap perubahan didalam suatu system akan mempengaruhi
bagian – bagian dari sistem tersebut tetapi dampak yang timbul seringkali demikian kurang
berarti. Setiap manajer yang melakukan perubahan pada tingkat individual perlu mengingat
bahwa perubahan tersebut kiranya akan menimbulkan dampak - dampak diluar individu yang
bersangkutan.
2. Kelompok
Perubahan – perubahan pada tingkat ini dapat mempengaruhi arus pekerjaan, desain
pekerjaan, organisasi social, system – system pengaruh dan status dan pola – pola komunikasi.
Dengan demikian para manajer dalam mengimplementasikan perubahan perlu
mempertimbangkan factor – factor kelompok.
Kelompok - kelompok informal dapat menjadi kendala terhadap perubahan, karena kekuatan
inheren yang dimiliki oleh mereka. Contohnya : di negara kita apabila pihak manajemen akan
menyelenggarakan perubahan penting dalam organisasi mereka, maka dengan cepat tantangan –
tantangan muncul dari pihak karyawan dalam bentuk aneka macam bentuk demonstrasi protes –
protes dan dimintanya pemerintah untuk turun tangan menyelesaikan konflik yang timbul atau
akan timbul karena perubahan.
Mengingat pengaruh besar yang dapat ditimbulkan oleh kelompok terhadap individu, maka
implementasi perubahan secara efektif pada tingkat kelompok seringkali dapat mengatasi
tantangan pada tingkat individual ( Gray,Starke, 1984 )
3. Organisasi
Perubahan – perubahan pada tingkat organisasi distimulasi oleh berbagai macam kekuatan
eksternal maupun internal yang seringkali berinteraksi satu sama lain dalam kenyataan.
Ada berbagai macam sumber atau penyebab yang menyebabkan timbulnya perubahan
organisasi.Kerangka pemikiran system dapat di manfaatkan untuk mengilustrasi aneka amcam
sumber atau sebab yang menyebabkan timbulnya perubahan – perubahan di dalam organisasi –
organisasi (Kast,Rosenzweig,1974:575-577). Proses yang berlangsung dapat kita tinjau dari
sudut pandangan suprasistem lingkungan , maupun dari sudut pandang subsistem – subsistem
keorganisasian dengan hal – hal berikut:
a. Persoalan lingkungan
b. Persoalan tujuan – tujuan serta nilai – nilai
c. Persoalan tekhnikal
d. Persoalan structural
e. Persoalan psikososial
f. Persoalan manajerial
C. SEJARAH
Perubahan merupakan suatu fenomena yang pernah terjadi dalam kehidupan organisai,
meskipun banyak yang berpendapat bahwa kecepatan dan besaran perubahan telah meningkat
secara signifikan beberapa tahun belakangan ini. Perubahan dalam skala yang sangat luas
dikemukakan oleh Tofler (1980:23) yang menyatakan bahwa telah terjadi gelombang pertama
sebagai revolusi pertanian, disusul dengan gelombang kedua berupa revolusi industry.
Berikutnya diikuti gelombang ketiga yang dengan ragu –ragu dia namakan sebagai datangnya
masyarakat super-industrial.Sejauh ini manusia telah mengalami dua gelombang besar
perubahan, masing – masing secara besar – besaran melenyapkan budaya atau peradaban
terdahulunya dan menggantikannya dengan gaya dan cara hidup yang tidak apat dibayangkan
oleh mereka yang hidup sebelumnya. Penelitian yang dilakukan the institute of management
tahun 1991 menunjukkan bahwa 90% organisasi menjadi lebih ramping dan datar. Pada tahun
1992 dilaporkan bahwa 80% manajer merespon dengan menstruktur perusahaannya dalam 5
tahun terakhir.
Burnes ( 2000:252) mengungkapkan survey pada tahun 1995 menunjukkan bahwa sebagai
hasil perubahan organisasi, beban tugas manajer meningkat dengan sangat diantaranya harus
bekerja exstra selama 15 jam dalam 1 minggu. Meningkatnya beban tugas telah mencegah
mereka menyediakan waktu yang cukup untuk melakukan perencanaan strategis atau kebutuhan
akan pelatihan dan pengembangannya sendiri.
Perubahan dapat muncul dalam berbagai wujud, ukuran dan bentuk sehingga sulit
mendapatkan gambaran yang akurat tentang tingkat kesulitan yang dihadapi organisasi dalam
mengelola perubahan dengan berhasil, akan tetapi ada 3 tipe perubahan organisasional penting
yang perlu mendapat perhatian yaitu : introduksi tekhnologi baru di tahun 1980an; adopsi total
quality management dalam 15 tahun terkahir dan aplikasi business process Re-engineering sejak
tahun 1990an. Ke 3 tipe perubahan tersebut, pada masanya masing – masing dinyatakan sebagai
pendekatan revolusioner untuk memperbaiki kinerja dan kemampuan bersaing.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kegagalan dari penggunaan tekhnologi baru berkisar
antara 40 – 70%. Aplikasi total quality management tidak menunjukkan keberlanjutan dan 90%
dinyatakan gagal. Business process reengineering 60-70% dinyatakan gagal.
Oleh karena itu, meskipun ke3 tipe inisiatif perubahan tersebut dilengkapi dengan informasi
dan bantuan tetapi tidak ada jaminan akan sukses. Dengan demikian,manajer terus secara
konsisten mengidentifikasi kesulitan mengelola perubahan sebagai salah satu hambatan
meningkatkan daya saing organisasi. Salah satu alasan mengapa keberhasilan perubahan sukar
dipahami adalah karena banyaknya perselisihan tentang berapa sering frekwensi dan seberapa
tingkat perubahan diperlukan.
Wibowo
Menurut Wibowo, manajemen perubahan adalah sebuah proses sistematis dalam penerapan
pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada
orang yang akan terkena dampak dari proses perubahan tersebut.
Nikhols
Menurut Nikhols pengertian manajemen perubahan bisa dibagi menjadi tiga, diantaranya:
Manajemen perubahan, yaitu tugas pengelolaan perubahan yang akan dilakukan, baik itu
perubahan yang direncanakan maupun perubahan yang tidak direncanakan.
Manajemen perubahan, yaitu praktek area profesional, dimana praktisi dalam bidang
manajemen perubahan disebut dengan Agent of change.
Manajemen perubahan, yaitu suatu ilmu yang di dalamnya terdiri dari model, metode,
teknik, alat, dan keterampilan, yang kemudian digunakan sebagai dasar dalam praktek
perubahan organisasional.
Pengertian manajemen perubahan adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus
untuk memperbaharui organisasi. Perubahan ini berhubungan dengan arah, struktur dan
kemampuan untuk melayani permintaan pasar, pelanggan, dan pekerja yang selalu berubah.
Manajemen Perubahan merupakan sebuah wujud pendekatan melalui suatu proses untuk
mengubah individu, tim, dan organisasi/perusahaan menuju kondisi masa depan yang lebih baik.
Tujuan manajemen perubahan yaitu mengelola bisnis atau perusahaan ke arah yang lebih baik
demi mendapatkan lebih banyak keuntungan.
BAB III
APLIKASI MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM PELAYANAN
KESEHATAN
Sistem kesehatan masyarakat tidak mampu berdiri sendiri menghadapi berbagai masalah
kesehatan masyarakat perlu perilaku dan partisipasi masyarakat yang sadar bahwa masalah
kesehatan merupakan tanggung jawab bersama diawali dari yang sederhana dan dapat dilakukan
dimulai oleh setiap individu, keluarga, RT, RW, Desa, Kecamatan, Kota/Kabupaten, Propinsi
dan akhirnya seluruh rakyat. Sebagai contoh perilaku masyarakat didalam membuang sampah
pada tempatnya merupakan upaya sederhana tetapi memberikan efek penghematan anggaran luar
biasa bagi petugas kebersihan dan usaha pencegahan penyebaran penyakit, banjir dan masalah
sosial lainnya. Namun sayangnya pemahaman terhadap sampah masih relatip terbatas, begitu
banyak Kali, Got dan Pantai menjadi korban terhadap buangan sampah yang menyebabkan
banjir dan penyakit termasuk menghilangkan keindahan Alam Pinggiran Pantai. Pemikiran
bahaya sampah terhadap kesehatan menghasilkan perlunya pengolahan sampah menjadi bahan
yang produktif ternyata masih belum menjadi kebijakan daerah secara nasional pada umumnya
ditumpuk menjadi gunung sampah karena lokasi pemukiman yang berdekatan dengan tempat
pembuangan sampah akhir (TPA).
Sampah Kali, Got, dan Pantai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang bertempat
tinggal dipinggiran kali, mereka tidak mempunyai tempat pembuangan sampah resmi yang
dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak
mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini
berkaitan budaya masyarakat yang kurang pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan
cara mengatasi.
Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat
(reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan
kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat
memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
2. Lingkungan
Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air
bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan
makanan.
Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan
masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai
penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki
kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan
lahan perumahan. Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan
atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan
Saat ini masyarakat banyak menerima pelayanan kesehatan di bawah standar. Keterbatasan
ketenagaan di Indonesia yang terjadi karena kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak
terdistribusi secara merata melahirkan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan tidak
sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi sering menjadikan standar
pelayanan belum dikerjakan secara maksimal. Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut
karena ketidaktahuan dan keterpaksaan. Walaupun pemerintah telah banyak melakukan
perbaikan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi
tenaga kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga
kesehatan tetapi belum seluruh petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat
petugas kesehatan yang masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan
aspek preventif dan promotif dalam pelayanan kesehatan belum dominan. Perilaku sehat
masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu
memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada saat sakit.
4. Genetik
Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyak disebabkan
kurang paham terhadap penyebab genetik, disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan
Dari masalah kesehatan yang ditinjau dari teori HL Blum diatas , berbagai perubahan telah
dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta. Seperti masalah kesehatan
pelayanan kesehatan dengan program desa siaga yaitu konsep memandirikan masyarakat untuk
sehat untuk mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan.
Sayangnya kondisi tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih
dominannya perilaku sakit.masalah kesehatan perilaku masyarakat telah dilakukan berbagai
macam pendidikan dan pelatihan tapi masih belum berhasil. Masalah kesehatan genetic telah
dilakukan intervensi pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada pengambil
keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat dan penguasa wilayah).
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
RINGKASAN
Perubahan adalah transformasi dari keadaan sekarang menuju ke keadaan yang diharapkan di
msa yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik. Apabila tidak terjadi perubahan maka
akan terjadi kemandegan dan kehidupan tidak berkembang dengan baik. Perubahan biasanya
disertai berbagai maacam konflik, saling berhadapan tetapi mereka juga sering kali saling
mengkompensasi satu sama lain. Sebuah perubahan tidak mudah untuk melakukannya
sebagimana yang terdapat dalam sejarah manajemen perubahan, tapi kita tetap harus melakukan
perubahan tersebut untuk bisa tetap bersaing dan survive serta mendapatkan yang terbaik. Kita
bisa menjadikan kegagalan sebagai suatu pelajaran dan membuat manajemen perubahan yang
lebih baik lagi.
Dalam melihat adanya gejala perubahan, terdapat beragam pandangan tentang bagaimana
terjadinya perubahan tersebut, ada yang memandang perubahan sebagai suatu proses, ada yang
melakukan dalam bentuk tahapan, ada yang melakukan dengan pendekatan system dan ada pula
yang mengajukan perubahan sebagai suatu model. Oleh karena itu suatu daerah atau organisasi
dalam menyelenggarakan perubahan harus melakukan dengan pendekatan yang tepat sesuai
dengan kondisi yang dihadapi. Peran dan tanggung jawab segenap stakeholder yang terlibat dlam
perubahan harus jelas. Di lain pihak perubahan harus memiliki rencana yang menyeluruh,
bersifat jangka panjang dan berkelnajutan.
Manjemen perubahan dalam bidang kesehatan masyarakat sangat diperlukan, contohnya pada
kasus kesehatan masyarakat : perilaku kesehatan yaitu perilaku masyrakat yang membuang
sampah ke got, kali dan pantai sehingga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
Manajemen perubahan ini bisa dimulai dari ruang lingkup, pribadi, organisasi dan komunitas
dengan menggunakan pendekatan model/ metode ADKAR. Di harapkan dengan metode ini
tujuan dapat tercapai.
BAB VI
PENUTUP
A. REKOMENDASI
1. Pemerintah
Pemerintah harus membuat suatu perubahan yang berarti dalam mengatasi masalah ini dan
harus berkomitmen dengan membuat suatu perubahan dalam kebijakannya. Pemerintah
mengerahkan dinas – dinas yang tekait untuk konsisten melaksanakan perubahan kebijakan yang
telah di buat dan diharapkan instansi seperti RT, RW, desa, camat, walikota/buapti dan gubernur
mau bekerjasama untuk melaksan perubahan kebijakan tersebut.
2. Organisasi
Organisasi yang formal maupun informal yang peduli terhadap lingkungan diharapkan
membantu pemerintah untuk membantu melaksanakan manajemen perubahan di bidang
kesehatan masyarakat : perilaku kesehatan yaitu merubah perilaku masyarakat unuk tidak
membuang sampah di got, kali dan sungai
3. Masyarakat
Masyarakat mau bekerjsama dengan pemerintah dan organisasi formal maupun informal
harus benar – benar memiliki kesadaran untk melksanakan manajemen perubahan di bidang
kesehatan masyarakat yaitu mengubah perilaku masyarakat yang selama ini emmbuang sampah
ke ggot, kali dan sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip – Prinsip Dasar, Rhineka Cipta,
Jakarta,2003
Winardi J, Manajemen Perubahan ( The Management of Change ), Kencana Media Group,
Jakarta, 2008
Wibowo, Manajemen Perubahan ( Edisi ketiga ), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012
https://www.pelajaran.id/2018/17/pengertian-tujuan-komponen-dan-proses-manajemen-
perubahan-menurut-para-ahli.html
http://duniaku84.blogspot.com/
http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/10/makalah-perubahan-perilaku.html