Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem Instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan dalam hal
mendesaian sistem intruksional. Dalam mencapai sistem intruksional yang siap
pakai tidaklah semudah menentukan tujuan perjalanan. Kita mengetahui bahwa
pendidikan itu mempunyai tujuan yang pasti, hanya tidak semua orang dapat
merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dengan pendidikan
yang direalisasikannya.
Tujuan adalah keterampilan , pengetahuan, dan sikap yang diperoleh untuk
memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Tujuan berfokus pada apa yang
dapat dilakukan sibelajar ketika usai pelajaran. Tujuan instruksional idealnya
diperoleh dari proses pengkajian / penelususan kebutuhan (Need Assessment) yang
menetapkan secara luas indikasi-indikasi permasalahan yang harus dipecahkan.
(Dick and Carey, 2009).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang apa yang dicapai
dilakukan dengan cara analisis. Dan seperti yang kita ketahui bahwa dalam
mendesain sistem instruksional dibutuhkan langkah-langkah seperti berikut:
1. Menentukan kebutuhan instruksional dan menentukan tujuan instruksional
umum

2. Melakukan analisis instruksional


3. Mengidentifikasikasi kompetensi dan karakteristik awal mahasiswa
4. Menentukan tujuan instruksional khusus.
5. Menulis tes acuan patokan
6. Menyusun strategi instruksional
7. Mengembangkan bahan instruksional
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9. Mendapatkan sistem instruksional
Setelah mengidentifikasi kebutuhan instruksional untuk menentukan tujuan
intruksional umum maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
intruksional. (Dick and Carey yang didukung oleh suparman 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah maka yang menjadi masalah dalam makalah ini
adalah :
1. Apakah pengertian dari Analisis Instruksional?
2. Hal-hal apakah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis
instruksional?
3. Langkah-langkah apakah yang digunakan daalam melakukan analisis
instruksional?

1.3 Tujuan Pembahasan


Berdasarkan perumusan masalah diatas maka pembahasan ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui pengertian Analisis Instruksional.
2. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis
instruksional
3. Mengetahui Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis
instruksional.

1.4 Manfaat Pembahasan


Manfaat yang dapat diperoleh melalui pembahasan ini adalah:
1. Memberi pengetahuan bagi para desainer intruksional untuk dapat
mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam setiap pengajaran
2. Memberi pandangan bagi calon-calon desainer pembelajaran dalam
merumuskan tujuan intruksional
3. Memberi pengetahuan bagi desainer bagaimana laangkah-langkah dalam
melakukan analisis instruksional

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Instruksional

Analisis intruksional adalah sebagai tahapan proses yang merupakan


keseluruhan dari pemaparan bagaimana perancang (desainer) menentukan
komponen utama dari tujuan instruksional melalui kegunaan analisis tujuan (goal
analysis), dan bagaimana setiap langkah dalam tujuan tersebut dapat dianalisis
untuk mengidentifikasi keterampilan subordinate atau keterampilan prasyarat.
(Dick and Carey 2009)

Analisis instruksional sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika


dipublikasikan ketujuan instruksional, menghasilkan pengindentifikasian langkah-
langkah yang sesuai untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan subordinate bagi
sibelajar dalam rangka mencapai tujuan. (Dick and Carey 2009)

Suparman (2012) lebih cenderung mengartikan analisis instruksional sebagai


proses yang menjabarkan kompetensi umum menjadi kompetensi khusus yang
tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut dimaksudkan
untuk mengidentifikasi kompetensi-kompetensi khusus yang dapat
menggambarkan kompetensi umum secara terperinci. Yang dimaksud kompetensi
khusus tersusun secara logis dan sistematis adalah tahapan apa yang seharusnya
dilakukan terlebih dahuluditinjau dari berbagai alas an seperti karena
kedudukannya sebagai kompetensi prasyarat, prilaku yang menurut urutan fisik
berlangsung lebih dahulu, kompetensi yang menurut proses psikologi muncul lebih
dahulu atau kronologis terjadi lebih awal.

2
2.2 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melasanakan Analisis
Instruksional
Ditinjau dari pendapat Dick and Carey (2009), proses analisis instruksional
dimulai dari melaksanakan analisis tujuan (goal analysis) yang dimulai setelah
memperoleh pernyataan yang jelas dari instruksional.

1. Analisis Tujuan (Goal Analysis)


Hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Pengklarifikasian pernyataan tujuan berdasarkan domain (jenis)
belajar yang akan muncul.
Domain belajar dapat dibagi atas empat yakni:
1. Keterampilan intelektual
Keterampilan yang mensyaratkan sebelajar melakukan
kegiatan kognitif yang unik. Unik yang dimaksud disini adalah
sibelajar harus mempu memecahkan masalah atau
menampilkan satu kompetensi dengan contoh atau informasi
yang tidak ditemukan sebelumnya.
2. Informasi Verbal
Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar memberikan
respons yang spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik.
Biasanya tujuan keterampilan ini dapat dikenali dari kata kerja
yang digunakan. Kata kerja seperti menyebutkan atau
menjelaskan sesuatu.
3. Sikap
Sikap adalah pernyataaan kompleks manusia terhadap orang,
benda dan kejadian. Dick and Carey (2009) mendefenisikan
sebagai kecenderungan membuat pilihan-pilihan tertentu atau
keputusan tertentu terhadap keadaan tertentu. Sikap
mempengaruhi pilihan sikap seseorang dan merupakan tujuan
jangka panjang yang sulit diukur dalam waktu singkat. Tujuan
instruksional yang berfokus pada sikap dan dianggap sebagai
sesuatu yang mempengaruhi sebelajar memilih. Sikap memilih

3
dapat menunjukkan kecenderungan positif atau negative
terhadap objek kejadian atau orang tertentu.
4. Keterampilan psikomotor
Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah sibelajar
harus melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan
untuk mencapai hasil yang spesifik. Ketrampilan ini
melibatkan mental dan fisik. Kompetensi dari tampilan ini
berupa kecepatan gerakan tubuh, keakraban kekuatan dan
kelenturan.

Setiap tujuan dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan “bagaimana


kita menentukan keterampilan belajar apa yang harus dipelajari
sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?” Jawabannya
adalah mengklasifikasian setiap tujuan kedalam salah satu domain
belajar diatas.

b. Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama


ketika sibelajar sedang menampilkan tujuan.

Langkah kedua dari analisis tujuan ini dilakukan setelah kita


mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk lebih spesifik
mengindikasikan apa yang akan dilakukan sibelajar ketika sedang
menampilkan tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh
seorang desainer untuk menganalisa sebuah tujuan adalah dengan
mendiskripsikan langkah demi langkah secara terperinci kegiatan atau
apa yang akan dilakukan seseorang ketika menampilkan sebuah
tujuan.

Analisis tujuan merupakan tayangan visual dari langkah-langkah


spesifik yang sibelajar akan lakukan ketika menampilkan tujuan
instruksional sebaiknya ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi
langkah dalam kotak tersusun disebuah diagram air (flow diagram).
(Dick and Carey 2009)

4
Step Step Step Step Step
1 2 3 4 5

Gbr. Flow diagram

Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut yang harus


diperhatikan adalah sipembelajar, apakah sipembelajar berusia muda
atau dewasa karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus
dibuat. Pendiskripsian setiap langkah harus mencamtumkan sebuah
kata kerja yang menjelaskan sebuah tingkah laku yang dapat
diobservasi. Contohnya “ bila membaca atau mendengar (keduanya
proses internal bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya
diindikasikan apa yang sibelajar akan identifikasi dari apa yang
mereka baca ata dengar. Setiap langkah sebaiknya memiliki outcome
yang dapat diobservasi. Sedikitnya 5 langkah yang ada pada tahapan
ini tetapi tidak lebih dari 15 untuk durasi waktu 1 sampai 2 jam
pengajaran.

Menulis TIU (target objective) mensyaratkan disainer


mengklasifikasikan keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar.
Hal ini memungkinkan melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu
analisis tugas (Task Analysis). Tetapi sebelumnya ada bebrapa hal lagi
yang sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian setiap langkah yang telah
dibuat hingga pada akhirnya akan berbentuk produk akhir dari analisis
tujuan (goal analysis) berupa diagram keterampilan yang
menyediakan gambaran mengenai apa yang akan menyediakan
gambaran mengenai apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika
mereka menampilkan tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja
inilah yang nantinya menjadi dasar bagi analisis keterampilan
prasyarat atau subordinate skill analysis.

5
2. Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate skill analysis)

Setelah langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu


melakukan pengujian setiap langkah untuk menentukan apa yang
seharusnya telah diketahui seibelajar dapat mempelajari langkah yang
ditampilkan (perform) dalam tujuan. Langkah ini disebut analysis
keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis.

Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah
tujuan murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan
intelektual atau hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex
goal) melibatkan beberapa domain / ranah segaligus. Sebuah kombinasi
berbagai pendekatan dapat digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam
rangka memulai sebuah analisis keterampilan prasyarat, perlu diperoleh
deskripsi atau gambaran mengenai tugas utama si belajar yang harus
ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan instruksional umum.

Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan


prasyarat menurut Dick and Carey (2009) yakni:
1. Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)
2. Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)
3. Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan

Suparman (2012) membagi pendekatan tersebut sebagai proses


penguraian kompetensi khusus kedalam empat struktur kompetensi. Empat
susunan struktur kompetensi tersebut sebagai berikut:

1. Struktur Hirarkial
Struktur ini adalah kedudukan dua kompetensi yang menunjukkan
bahwa salah satu kompetensi hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai
kompetensi yang lain (kompetensi=kemampuan).
Misalnya pada mata pelajaran dasar boga, kedudukan kompetensi
memasak makanan dan kompetensi membaca resep makanan tersebut.

6
kompetensi memasak makanan tidak mungkin dapat dilakukan apabila
siswa tidak memiliki kompetensi membaca resep makanan tersebut

Memasak resep makanan

Membaca resep makanan

Gbr. Struktur kompetensi Hirarkial

2. Struktur Prosedural
Struktur ini adalah kedudukan beberapa kompetensi yang
menunjukkan bahwa salah satu seri urutan penampilan kompetensi tetapi
ada yang menjadi kompetensi prasyarat untuk yang lain.
Contoh : tujuan siswa dapat membuat resep makanan sendiri

Pembuatan resep
makanan sendiri

Membuat semua komponen masak Mengaplikasikan beberapa teknik


dalam satu resep memasak dalam satu makanan

Mengubah berbagai Mengkombinasikan


resep menjadi satu beberapa teknik masak

Menentukan bahan Menetukan peralatan Menghubungkan


dalam masakan memasak berbagai resep makanan

Menyiapkan berbagai Mengidentifikasi Mengexplorasi resep


resep makanan sejenis berbagai resep makanan makanan sejenis

Gbr. Struktur Kompetensi Prosedural

7
3. Struktur Pengelompokan
Struktur ini adalah kompetensi-kompetensi khusus yang tidak
mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Misalnya tujuan siswa dapat menjelaskan teknik-teknik masak panas
basah, menjelaskan fungsi satu dengan yang lain tidak terkait secara
hirarki dan procedural. Siswa dapat menyebutkan teknik-teknik masak
panas basah sesuai dengan keinginan siswa.

Menjelaskan teknik masak panas basah

Menjelaskan Menjelaskan teknik Menjelaskan Menjelaskan


teknik saute deep frying teknik bowling teknik frying

4. Struktur Kombinasi
Struktur ini adalah gabungan dari dua atau tiga struktur kompetensi.
apabila kompetensi umumnya di uraikan menjadi subkompetensi maka
dapat terstruktur secara kombinasi dari srtruktur hirarkis, prosedutral, dan
pengelompokan.
Misalnya kemampuan mengapresiasi makanan.

Mengapresisi
Makanan

Bayangkan Kesan yang


dimaksud

Hayati Hayati Hayati Hayati


Rasa Tekstur Warna Platting

Menghayati unsur-
Gbr. Struktur Kompetensi Kombinasi unsur makanan

8
C. Langkah-langkah Melakukan Analisis Instruksional

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis


intruksional adalah sebagai berikut:

1. Menuliskan kompetensi umum yang telah ditulis dalam TIU untuk


mata pelajaran yang dikembangkan
2. Menuliskan setiap kompetensi khusus yang menjadi bagian dari
kompetensi umum tersebut
3. Menyusun kompetensi khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam
urutan yang logis dimulai dari kompetensi umum, kompetensi
khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan kompetensi umum
diteruskan “mundur” sampai kompetensi yang paling jauh dari
kompetensi umum
4. Menambah kompetensi khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha
melengkapi daftar kompetensi khusus tersebut.
5. Menulis setiap kompetensi khusus dalam suatu lembar kartu atau
kertas ukuran 3x5 cm
6. Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan
menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau
pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu
yang lain. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal
untuk kompetensi-kompetensi yang menyerupai struktur prosedural
dan pengelompokan serta letakkan secara vertical untuk
kompetensi-kompetensi yang hirarkial
7. Jika perlu, tambahkan dengan kompetensi khusus lain yang
dianggap perlu atau dikurangi bila dianggap lebih
8. Menggambarkan letak kompetensi-kompetensi tersebut dalam
kompetensi-kompetensi dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai
dengan latak kartu yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak

9
tersebut dengan kertas vertical dan horizontal untuk menyatakan
hubungannya yang hirarkial , prosedural atau pengelompokan.
9. Meneliti kemungkinan menghubungkan kompetensi umum yang
satu dan yang lain atau kompetensi-kompetensi khusus yang khusus
yang berada dibawah kompetensi umum yang berbeda.
10. Memberi nomor urut pada setiap kompetensi khusus dimuali dari
yang terjauh sampai yang terdekat dengan kompetensi umum.
Pemberian nomor akan menunjukkan urutan kompetensi tersebut.
11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun
dengan memperhatikan:
- Lengkap tidaknya kompetensi khusus sebagai penjabaran
dari setiap kompetensi umum
- Logis tidaknya dari kompetensi-kompetensi khusus menuju
kompetensi umum
- Struktur hubungan kompetensi-kompetensi khusus tersebut
(hirarkial, presedural, pengelompokan atau kombinasi)

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebelum menghasilkan suatu desain sitem instruksional yang siap pakai
haruslah melalui tahap-tahap yang ditentukan agar hasil yang didapat lebih
berkualitas dan tujuan yang direalisasikan dapat tercapai secara maksimal. Salah
satu tahap yang tidak kalah pentingnya adalah analisis intruksional, dimana pada
langkah inilah merupakan bertujuan untuk memperolah gambaran tentang apa yang
dicapai. Apa yang kan dicapai merupakan suatu tujuan yang jelas dan spesifik
memberi pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar dan belajar yang serasi
serta memungkinkan penilaain proses dan hasil belajar yang lebih teliti.

3.2 Saran
Kiranya para desainer atau tenaga pendidik menggunakan tahap demi tahap
dalam menganalisis instruksional secara teliti sehingga kebutuhan siswa dapat
tercapai sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dick ‘ W., & Carey, 2009. The Systemafic Design Of Instruction. United State of
America : Pearson Education.

Suparman, Atwi, 2002. Desain Intruksional Modern. Jakarta: Penerbit Airlangga

12

Anda mungkin juga menyukai