Anda di halaman 1dari 6

FINESTA Vol. 3, No.

1, (2015) 1-6 1

Analisis Efek Mekanisme Good Corporate Governance


terhadap Manajemen Risiko dalam Pembentukan Kinerja
Perbankan
Devina Angela Joeswanto dan Mariana Ing Malelak
Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: devinajoeswanto@yahoo.com ; mariana.ing@peter.petra.ac.id
Abstrak — Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis menyebabkan perekonomian negara ke dalam krisis
pengaruh mekanisme good corporate governance (GCG) terhadap multidimensional. Salah satu contohnya adalah krisis
manajemen risiko bank, selanjutnya melihat pengaruh manajemen moneter 1997-1998. Kualitas penerapan good corporate
risiko terhadap pembentukan kinerja perbankan. Variabel
governance (GCG) dan manajemen risiko korporasi di
mekanisme GCG dalam penelitian ini, terdiri dari jumlah dewan
komisaris, jumlah dewan direksi, proporsi komisaris independen, Indonesia yang rendah diduga kuat menjadi kejatuhan
kepemilikan institusional dan kepemilikan publik. Variabel perusahaan-perusahaan di Indonesia pada krisis moneter
pengukur manajemen risiko bank terdiri dari interest rate risk, 1997-1998, khususnya industri perbankan. Oleh karena itu,
credit risk, natural hedging strategy, dan solvency/capital risk. pemerintah Indonesia mulai melakukan pengetatan
Sedangkan, kinerja perbankan diukur dengan return on equity. pelaksanaan regulasi industri perbankan (Alamsyah,
Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modeling
dengan data perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
Zulverdi, Gunadi, Idris, & Pramono, 2005).
dalam subsektor perbankan selama periode 2007-2013. Hasil Langkah-langkah stategis yang dilakukan oleh Bank
penelitian menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi berpengaruh Indonesia (BI) selaku bank sentral mengindikasikan bahwa
signifikan terhadap credit risk dan natural hedging strategy, bank sentral sangat memberi perhatian khusus terkait
kepemilikan institusional dan kepemilikan publik berpengaruh pengaruh antara penerapan GCG, manajemen risiko, dan
signifikan terhadap interest rate risk dan natural hedging strategy. kinerja industri perbankan. Hal ini tampak pada
Sedangkan, untuk variabel pengukur manajemen risiko, semuanya
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan.
pemberlakuan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
8/4/PBI/2006 yang mengatur penerapan standar GCG bagi
Kata Kunci— Good Corporate Governance, Kinerja bank umum di Indonesia, yang kemudian direvisi PBI No.
Perbankan, Manajemen Risiko 8/14/PBI/2006, dan kemudian dilengkapi dengan penerbitan
Abstract— This research objective is to analyze the influence of
Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/15/DPNP pada
good corporate governance (GCG) mechanisms toward bank's risk 29 April 2013 tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum.
management, and its influence in the formation of banking Selain itu, BI juga memberlakukan peraturan implementasi
performance. In this research, GCG mechanisms variables consist manajemen risiko perbankan untuk mengontrol operasional
of the number of board of commissioners, the number of board of dan ekspos pada risiko yang dihadapi perbankan melalui
directors, the proportion of independent directors, institutional PBI Nomor 11/25/PBI/2009 tentang perubahan atas PBI
ownership and public ownership. The bank's risk management
variables consist of interest rate risk, credit risk, natural hedging Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang
strategy, and the solvency/capital risk. Meanwhile, the banking penerapan manajemen risiko bagi bank umum.
performance is measured by return on equity. This research Pernyataan di atas menunjukkan penerapan GCG dan
utilized Structural Equation Modeling with data from companies manajemen risiko yang baik sangat penting. Hal ini
listed in IDX in the banking sub-sector during the period 2007- menyebabkan peneliti ingin mengetahui pegaruh mekanisme
2013. This research’s results found that the number of board of
GCG terhadap manajemen risiko dalam pembentukan
directors have significant influence on the credit risk and natural
hedging strategy, institutional ownership and public ownership kinerja perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
have significant influence on interest rate risk and the natural dalam subsektor perbankan selama periode 2007-2013.
hedging strategy. Whereas, for all risk management variables have Tahun 2007 dipilih sebagai titik awal periode pengamatan
significant influence on bank’s performance. oleh karena pelaporan pelaksanaan GCG sebagaimana
Keywords— Bank Performance, Good Corporate Governance, dimaksud dalam PBI Nomor 8/14/PBI/2006 disampaikan
Risk Management pertama kali untuk posisi laporan keuangan akhir Desember
2007.
1. PENDAHULUAN Beberapa variabel mekanisme GCG yang digunakan pada
penelitian ini merupakan pengembangan dari peneliti
Industri perbankan memegang peranan penting dalam
terdahulu (Hasanah, 2013; Lestari, 2011; Tsorhe, Aboagye,
perekonomian suatu negara, tak terkecuali Indonesia. Peran
& Kyereboah-Coleman, 2012; Permatasari & Novitasary,
aktif industri perbankan akan mendorong pertumbuhan
2014; Brogi, 2008) dan juga menyesuaikan dengan
perekonomian nasional ke arah peningkatan kesejahteraan
peraturan penerapan GCG bagi bank umum di Indonesia,
bangsa. Perannya yang penting menyebabkan industri
yaitu meliputi jumlah dewan komisaris, jumlah dewan
perbankan sebagai industri high regulated dan mendapat
direksi, proporsi komisaris independen, kepemilikan
perhatian khusus dari pemerintah dibandingkan industri
institusional dan kepemilikan publik.
lainnya.
Pengukuran manajemen risiko perbankan menggunakan
Stabilitas industri perbankan yang memburuk,
hasil dari dekomposisi DuPont ROE (return on equity).
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 1-6 2

Variabel dekomposisi ROE yang sesuai dengan karakteristik


industri perbankan dan memiliki kontribusi sebagai indikator
manajemen risiko perbankan, yaitu interest-rate risk, credit
risk, natural hedging strategy, dan solvency/capital risk
(Sensarma dan Jayadev, 2009).
Menurut Desfian (2005), kinerja didefinisikan sebagai
hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber
daya yang ada dalam bank dengan efektif dan efisien guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (dalam
Perkasa, 2007), dapat diukur dengan menggunakan rasio
Gambar 1. Dekomposisi Kinerja Perusahaan Perbankan ke dalam Variabel
keuangan yang berdasarkan definisi tersebut adalah ROE. Manajemen Risiko

2. TEORI PENUNJANG C. Kinerja


A. Good Corporate Governance Menurut Desfian (2005), kinerja perbankan didefinisikan
GCG adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola
supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya sumber daya yang ada dalam bank dengan efektif dan efisien
akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen
lainnya, berdasarkan kerangaka aturan dan peraturan yang (dalam Perkasa, 2007). Tujuan pendirian perusahaan adalah
berlaku. Prinsip–prinsip utama dalam GCG yang harus untuk melakukan maksimalisasi nilai kepada pemegang
dilakukan oleh pihak manajemen dan pengawas, yaitu saham maupun stakeholders. Dimensi kinerja yang relevan
transparency, accountability, responsibility, independency dalam pembahasan ini adalah kinerja keuangan. Dengan
dan fairness. Penerapan GCG telah menjadi kewajiban demikian, kinerja dapat diukur dengan menggunakan rasio
semua bank umum konvensional yang beroperasi di return on equity (ROE) (Bachruddin, 2006; Cole, 1972;
Indonesia sesuai dengan PBI Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Kalluci, 2011).
pelaksanaan GCG bagi bank umum. Prinsip-prinsip GCG
tersebut diciptakan untuk dapat melindungi kepentingan D. Hubungan Antar Konsep
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). 1) Jumlah Dewan Komisaris terhadap Manajemen Risiko
Terdapat dua tipe mekanisme GCG yang dapat membantu Semakin besar ukuran dewan komisaris, membuat
menyelesaikan konflik antara owner dan manajer, dan antara masalah koordinasi dan komunikasi kian meningkat,
pemegang saham pengendali dengan pemegang saham membuat efektivitas fungsi komisaris menurun, yang
minoritas. Mekanisme pertama adalah dengan mekanisme akhirnya membuat manajemen risiko menurun (Jensen M.,
internal antara lain dengan dewan komisaris, dewan direksi, 1993; Yermack, 1996; Skully, 2007). Sedangkan
kompensasi eksekutif, dan pengungkapan laporan keuangan, berdasarkan resource-based view, jumlah dewan yang
yang kedua dengan mekanisme eksternal antara lain dengan semakin besar, maka mekanisme monitoring manajemen
komisaris independen, struktur kepemilikan, regulator, dan akan semakin baik, termasuk di dalamnya manajemen risiko
kualitas audit (Cahya, 2013). Mekanisme GCG penelitian ini perusahaan (Chtourou, 2001).
adalah jumlah dewan komisaris, dewan direksi, komisaris 2) Jumlah Dewan Direksi terhadap Manajemen Risiko
independen, struktur kepemilikan berupa kepemilikan Semakin besar ukuran dewan direksi, akan meningkatkan
institusional dan kepemilikan publik. agency problems (free-riding), sehingga membuat direksi
B. Manajemen Risiko tidak efektif dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
dalam mengelola perusahaan, termasuk manajemen risiko
Manajemen risiko dalam industri perbankan sendiri (Jensen M., 1993; Yermack, 1996; Beiner, Drobetz, Schmid,
merupakan serangkaian prosedur dan metodologi yang & Zimmermann, 2003).Sedangkan berdasarkan resources
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dependence point of view, semakin besar jumlah dewan
dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha direksi akan memberikan kontribusi lebih besar terhadap
bank (Bank Indonesia, 2009). Bank umum yang manajemen risiko perusahaan (Wardhani, 2006).
beroperasional di Indonesia wajib menerapkan manajemen 3) Komisaris Independen terhadap Manajemen Risiko
risiko secara efektif sesuai dengan PBI No.5/8/PBI/2003 Semakin besar proporsi komisaris independen, maka
tentang penerapan manajemen resiko bagi bank umum. semakin tinggi independensi dan efektivitas corporate
Pengukuran kemampuan manajemen risiko bank dapat board, sehingga manajemen risiko menjadi semakin efektif
dilihat berdasarkan empat indikator hasil dekomposisi ROE dan baik (Jensen & Meckling, 1976; Barnhart S. W.,
DuPont Analysis, yaitu interest rate risk, credit risk, natural 1998).Sedangkan, menurut Skully (2007), semakin besar
hedging strategy, dan solvency/capital risk (Sensarma dan proporsi komisaris independen, maka free-riding semakin
Jayadev, 2009). Hal tersebut dikarenkan perbankan besar, yang pada akhirnya membuat fungsi komisaris
dihadapkan pada risiko suku bunga (interest rate risk), risiko independen tidak efektif dan cenderung menurun, termasuk
kredit (credit risk), risiko solvabilitas (solvency/capital risk), di dalamnya dalam hal manajemen risiko perusahaan.
dan risiko-risko lain yang tidak dapat diukur secara finansial 4) Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Risiko
seperti risiko kepatuhan, risiko stratejik, risiko hukum Semakin besar kepemilikan insititusional sebagai
(natural hedging stategy). sophisticated investors, maka monitoring oleh pihak institusi
semakin tinggi, agency problem semakin menurun, dan
semakin baik pula manajemen risiko perusahaan (Shleifer &
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 1-6 3

Vishny, 1997; Mohd, Perry, & Rimbey, 1998). Sedangkan, b. Mempublikasikan data laporan keuangan secara teratur
menurut Tsorhe, Aboagye, & Kyereboah-Coleman (2012), dan lengkap selama periode observasi.
semakin besar kepemilikan institusi akan mengeksploitasi c. Informasi pos-pos terkait perhitungan rasio keuangan
hubungan bisnis perusahaan dengan pihak lain yang mana yang digunakan dalam penelitian harus tersedia dengan
akan mengutungkan pihak institusi mereka sendiri dengan lengkap dalam laporan keuangan.
mengorbankan kepentingan stakeholders lainnya, yang
membuat GCG diabaikan dan manajemen risiko perusahaan B. Definisi Operasional Variabel
akan turut menjadi tidak baik. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
5) Kepemilikan Publik terhadap Manajemen Risiko 1) Dewan Komisaris, dengan indikator empirik:
Semakin besar kepemilikan publik dalam perusahaan, (1)
akan memperbanyak mata yang terus mengawasi 2) Dewan Direksi, dengan indikator empirik:
(memudahkan monitoring), intervensi atau beberapa
(2)
pengaruh kedisiplinan lain pada manajemen, yang membuat
3) Komisaris Independen, dengan indikator empirik:
semakin baik pula manajemen risiko perusahaan (Levine,
2004). Sedangkan, Greuning dan Bratanovic (2009) (3)
menyatakan bahwa justru terjadi pengaruh tidak siginifikan 4) Kepemilikan Institusional, dengan indikator empirik:
negatif, yang disebabkan oleh terdispersinya kepemilikan
saham publik, yang menyebabkan suara investor individu (4)
tidak memiliki efek yang siginifikan dalam manajemen 5) Kepemilikan Publik, dengan indikator empirik:
risiko perbankan.
6) Manajemen Risiko terhadap Kinerja (5)
Ketika bank memanajemen risikonya dengan baik, maka Variabel berperan ganda dalam penelitian ini adalah:
bank akan memiliki kemampuan dan kesempatan lebih untuk 1) Interest-Rate Risk (Net Interest Margin / NETIM),
meningkatkan kinerjanya (return). Manajemen risiko yang dengan indikator empirik:
baik pada akhirnya akan membawa bank pada kinerja yang
lebih baik pula (Tsorhe, Aboagye, & Kyereboah-Coleman, (6)
2012; Tandelilin, Kaaro, Mahadwartha, & Supriyatna, 2) Credit Risk (PROV), dengan indikator empirik:
2007).
E. Kerangka Berpikir 3) Natural Hedging Strategy (Non Interest Margin /
NONIM), dengan indikator empirik:

(7)
4) Solvency/Capital Risk (Capital Adequacy Ratio / CAR),
dengan indikator empirik:
Gambar 2. Kerangka Berpikir (9)
F. Hipotesis Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja
Berdasarkan uraian di atas serta kerangka berpikir yang perusahaan, dengan indikator empirik :
ada, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 1 : Mekanisme GCG (jumlah dewan komisaris, (10)
jumlah dewan direksi, proporsi komisaris independen,
kepemilikan institusional dan kepemilikan publik) C. Teknik Analisa Data
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap manajemen Metode analisa yang digunakan dalam penelitian untuk
risiko perbankan (interest-rate risk, credit risk, natural melihat pengaruh variabel dependen terhadap variabel
hedging strategy, dan solvency/capital risk). independen sesuai kerangka berpikir dan hipotesis adalah
Hipotesis 2 : Manajemen risiko bank (interest-rate risk, SEM (Structural Equation Modeling). Pertama, diawali
credit risk, natural hedging strategy, dan solvency/capital dengan uji normalitas data. Pada model SEM, keseluruhan
risk) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja tahap regresi dikerjakan secara bersamaan sesuai dengan
perbankan (ROE). hubungan teoritis yang dimiliki oleh masing-masing
variabel. Selain itu, untuk memastikan bahwa model yang
3. METODOLOGI PENELITIAN dihasilkan SEM layak untuk digunakan, diperlukan ada
A. Gambaran Populasi dan Sampel evaluasi kesesuaian model berdasarkan uji goodness-of-fit
Penelitian ini menggunakan pendekatan data kuantitatif yang terdiri dari 8 macam indeks. Jika model telah sesuai,
dan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah maka peneliti dapat menjalakan uji selanjutnya untuk
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama menjawab hipotesis yang diajukan, yaitu uji hipotesa t
periode 2007-2013. Teknik pengambilan sampel yang dengan α = 0,05 (5%).
digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria
pengambilan sampel adalah: 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
a. Perusahaan yang termasuk dalam subsektor perbankan Dari populasi perusahaan subsektor perbankan yang
yang tercatat kontinu di BEI selama tahun 2007-2013. tercatat di BEI selama 2007-2013 sebanyak 26 emiten, 24
emiten diantaranya memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 1-6 4

menjadi sampel. Dari ke-24 sampel tersebut, terkumpul 168 laten. Hasil kerangka setelah dimodifikasi adalah sebagai
observasi data. berikut:
Ada tiga variabel yaitu BOC, BOD, dan KI, yang
menggunakan nilai bentuk transformasi logaritma natural
(Ln). Hal ini dilakukan dengan tujuan agar data yang semula
merupakan data eksponensial dapat berubah menjadi data
linear atau mendekati linear, sehingga dalam melakukan
analisis data menjadi lebih mudah (intervalnya menjadi lebih
kecil) (Nachrowi & Usman, 2002). Selanjutnya, data disusun
berdasarkan kerangka berpikir dan kemudian dilakukan uji
normalitas data. Hasil menunjukkan residual model data
tidak terdistribusi normal. Namun, hal ini tidak menjadi
masalah serius seperti yang dikatakan oleh Bentler dan Chou
(1987) dan Ghozali (2008) bahwa jika teknik estimasi dalam Gambar 3. Model Struktural Pasca Modifikasi
model SEM menggunakan teknik maximum likelihood Hasil model SEM yang telah dimodifikasi adalah sebagai
estimation (MLE) maka walaupun distribusi datanya tidak berikut:
normal, masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga Tabel 3.
data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil Regresi SEM Pasca Modifikasi & Uji t
Pada teknik analisa SEM, hasil dari model teoritis Hubungan Kausal Beta Sig. Keterangan (Uji t)
berdasarkan kerangka berpikir adalah sebagai berikut : NETIM <--- LnBOC 0.006 0.227 Tidak Signifikan
Tabel 1. NETIM <--- LnBOD 0.000 0.961 Tidak Signifikan
Hasil Regresi SEM Kerangka Model Awal NETIM <--- LnKI 0.000 0.983 Tidak Signifikan
Hubungan Kausal Beta Signifikansi NETIM <--- Sinst 0.041 0.005 Signifikan
NETIM <--- Spub 0.037 0.029 Signifikan
NETIM <--- LnBOC 0.006 0.238
PROV <--- LnBOC -0.001 0.844 Tidak Signifikan
NETIM <--- LnBOD 0.000 0.962
PROV <--- LnBOD 0.007 0.005 Signifikan
NETIM <--- LnKI 0.000 0.983
PROV <--- LnKI 0.009 0.104 Tidak Signifikan
NETIM <--- Sinst 0.041 0.006
PROV <--- Sinst 0.009 0.323 Tidak Signifikan
NETIM <--- Spub 0.037 0.033
PROV <--- Spub -0.008 0.428 Tidak Signifikan
PROV <--- LnBOC -0.001 0.844
NONIM <--- LnBOC -0.008 0.081 Tidak Signifikan
PROV <--- LnBOD 0.007 0.005
NONIM <--- LnBOD 0.014 0.000 Signifikan
PROV <--- LnKI 0.009 0.104
NONIM <--- LnKI -0.002 0.763 Tidak Signifikan
PROV <--- Sinst 0.009 0.323
NONIM <--- Sinst -0.039 0.002 Signifikan
PROV <--- Spub -0.008 0.428
NONIM <--- Spub -0.033 0.026 Signifikan
NONIM <--- LnBOC -0.008 0.081
CAR <--- LnBOC -0.010 0.401 Tidak Signifikan
NONIM <--- LnBOD 0.014 0.000
CAR <--- LnBOD -0.001 0.910 Tidak Signifikan
NONIM <--- LnKI -0.002 0.763
CAR <--- LnKI -0.030 0.123 Tidak Signifikan
NONIM <--- Sinst -0.039 0.002
CAR <--- Sinst -0.044 0.181 Tidak Signifikan
NONIM <--- Spub -0.033 0.026
CAR <--- Spub -0.041 0.473 Tidak Signifikan
CAR <--- LnBOC -0.010 0.401
ROE <--- NETIM 5.593 0.000 Signifikan
CAR <--- LnBOD -0.001 0.910
ROE <--- PROV -1.155 0.000 Signifikan
CAR <--- LnKI -0.030 0.123
ROE <--- NONIM 5.688 0.000 Signifikan
CAR <--- Sinst -0.044 0.181
ROE <--- CAR -0.668 0.000 Signifikan
CAR <--- Spub -0.041 0.473
ROE <--- NETIM 5.714 0.000 Model pasca modifikasi ini memenuhi kedelapan indeks
ROE <--- PROV -1.526 0.000 uji kesesuaian (tabel 4) yang menunjukkan bahwa model ini
ROE <--- NONIM 5.802 0.000 merupakan model final dari SEM. Setelah itu, dilakukan uji
ROE <--- CAR -0.758 0.000 hipotesa dengan uji t, dengan hasil akhir di tabel 3. Variabel
independen dengan nilai signifikansi dibawah 5%, maka
Berikut adalah hasil dari uji kesesuaiannya: memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel
Tabel 2. dependennya, vice versa.
Rangkuman Uji Goodness of Fit Kerangka Model Awal Tabel 4.
Goodness of Indeks keputusan Hasil Kesimpulan Rangkuman Uji Goodness of Fit Pasca Modifikasi
Fit Index analisis Goodness of Hasil
Chi square ≤ Chi square tabel 662.658 Tidak sesuai Indeks keputusan Kesimpulan
Fit Index analisis
Signifikansi ≥ 0.05 0.000 Tidak sesuai Chi square ≤ Chi square tabel 3.383 Sesuai
RMSEA ≤ 0.08 0.428 Tidak sesuai Signifikansi ≥ 0.05 0.759 Sesuai
GFI ≥ 0.90 0.629 Tidak sesuai RMSEA ≤ 0.08 0.000 Sesuai
AGFI ≥ 0.90 0.029 Tidak sesuai GFI ≥ 0.90 0.996 Sesuai
CMIN/DF ≤ 2.00 31.555 Tidak sesuai AGFI ≥ 0.90 0.963 Sesuai
TLI ≥ 0.95 -0.416 Tidak sesuai CMIN/DF ≤ 2.00 0.564 Sesuai
CFI ≥ 0.95 0.339 Tidak sesuai TLI ≥ 0.95 1.020 Sesuai
Hasil dari tabel 2 menunjukkan bahwa model yang ada CFI ≥ 0.95 1.000 Sesuai
tidak berhasil memenuhi satupun indeks kesesuaian. Oleh Berikut adalah pembahasan dari uji hipotesa yang telah
karena itu, model awal dianggap tidak layak dan perlu dilakukan pada model SEM pasca modifikasi:
dimodifikasi dengan memperhatikan pada hubungan variabel
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 1-6 5

1) Pengaruh Mekanisme GCG Terhadap Manajemen Risiko Pengaruh signifikan positif terhadap NONIM, disebabkan
a. Jumlah Dewan Komisaris dan Komisaris Independen banyaknya segmen bisnis unit yang dijalankan suatu bank,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dewan salah satunya ditunjukkan dari jumlah dewan direksi yang
komisaris dan proporsi komisaris independen, keduanya dimiliki. Peningkatan jumlah dewan direksi yang dimiliki
ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bank, berarti membuat keahlian dan pengalaman semakin
semua variabel manajemen risiko bank, baik interest-rate beragam, variasi divisi yang lebih banyak dalam bank,
risk (NETIM), credit risk (PROV), natural hedging strategy dimana divisi-divisi tersebut merupakan pengembangan dari
(NONIM), maupun solvency/capital risk (CAR). bisnis inti yang dijalankan bank terkait. Divisi-divisi ini
Ada beberapa hal yang dapat menjelaskan fenomena ini. menawarkan berbagai layanan dengan berbagai bentuk
Pertama, dalam industri perbankan Indonesia, fungsi inovasinya, yang mana adalah mendatangkan fee based
pengawasan bank secara langsung terkontrol oleh BI. BI income bagi bank, yang digambarkan dalam nilai NONIM.
sebagai pengawas dan regulator perbankan Indonesia Sedangkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada dewan NETIM, oleh karena NETIM merupakan hasil (result) dari
komisaris dan komisaris independen bank. Selain itu, dewan fungsi utama bank sebagai lembaga intermediasi, dengan
komisaris bank dilarang terlibat dalam pengambilan kata lain selisih dari pendapatan bunga (loan) dan beban
keputusan kegiatan operasional bank. Kedua, jumlah dari bunga (deposit). Dimana besarnya tergantung dari strategi,
dewan komisaris dan komisaris independen bank lebih segmentasi, dan jumlah nasabah bank masing-masing.
sebagai bentuk compliance dan penghindaran dari hukuman Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh tidak
terhadap peraturan BI, yaitu sebagaimana yang diatur dalam signifikan terhadap manajemen risiko bank dalam bentuk
PBI No. 8/4/PBI/2006. Ketiga, variasi ukuran dewan CAR. Hal ini disebabkan, oleh karena pada dasarnya
komisaris dan komisaris independen bank yang ada, penentu besarnya CAR suatu bank, selain tunduk pada PBI
dibentuk oleh masing-masing bank sesuai dengan kondisi No. 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
dan kebutuhan bank terkait. Minimum Bank Umum, terlebih tergantung utama dari
strategi bank dan kekuatan finansial para pemegang saham
b. Jumlah Dewan Direksi
sebagai pemilik dari bank terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dewan
direksi berpengaruh signifikan positif terhadap PROV dan c. Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Publik
juga terhadap NONIM, sedangkan tidak berpengaruh Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik kepemilikan
signifikan terhadap NETIM dan CAR. institusional maupun kepemilikan publik keduanya sama-
Terdapat tiga penjelasan yang dapat menjelaskan sama berpengaruh signifikan positif terhadap NETIM,
pengaruh signifikan positif terhadap PROV. Pertama, berpengaruh signifikan negatif terhadap NONIM, sedangkan
besarnya PROV, yang menggambarkan besarnya allowance tidak berpengaruh signifikan terhadap PROV dan CAR.
for possible loan losses, pada dasarnya memang besarnya Pengaruh signifikan positif terhadap NETIM, dapat
tergantung pada pihak manajemen, yaitu dalam hal ini dijelaskan dengan melihat predikat keduanya sebagai
adalah dewan direksi bank. Kedua, jumlah dewan direksi pemilik dari bank melalui investasi modal saham ke dalam
yang semakin besar, berarti membuat diversitas, keahlian, bank bersangkutan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengalaman, jaringan, masukan dari berbagai sudut pandang keduanya sebagai pemilik memiliki perhatian khusus pada
dalam dewan direksi semakin besar. Akhirnya, memberikan manajemen bank dalam hal pencetakan profit bank, yang
manfaat bagi perusahaan dalam berbagai aspek, termasuk di pada dasarnya merupakan potensi imbal hasil yang akan
dalamnya manajemen risiko kredit bank yang menjadi diterimanya. Dimana dalam hal ini, terutama pada sumber
semakin baik. Lebih jauh, jumlah dewan direksi yang profit terbesar bank, yaitu yang berasal dari fungsi
semakin besar, berarti memungkinkan divisi yang dibentuk intermediasi bank, yang tercermin dalam nilai NETIM bank.
dalam bank semakin banyak, terutama dengan adanya Pengaruh yang signifikan negatif terhadap NONIM,
pembentukan direksi yang khusus di bidang manajemen dikarenakan adanya asimetris informasi antara pihak
risiko dan secara spesifik risiko kredit sehingga membuat manajemen dan pemilik terkait NONIM. Dengan melihat
bank lebih terpantau, lebih akurat, dan mempunyai kontrol data historis NONIM bank yang hampir seluruhnya selalu
yang lebih tepat terhadap kualitas kredit, sehingga bank bisa negatif, membuat pemilik, dalam hal ini institusi dan publik,
membuat cadangan kemungkinan penghapusan kredit yang melihat bahwa NONIM cenderung tidak menguntungkan
lebih besar dengan tujuan memberikan perlindungan bagi bagi diri mereka. Oleh karena itu, mereka lebih mendukung
seluruh stakeholders. Ketiga, adanya PBI No. pihak manajemen untuk lebih fokus pada kegiatan yang jauh
14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank lebih tampak menghasilkan bagi pemilik, yakni fokus pada
Umum yang secara eksplisit menyatakan bahwa kelalaian fungsi utama intermediasi bank, yang tercermin di NETIM,
dalam hal menentukan kolektibilitas dari nasabah kredit yang berdasarkan data selalu jauh lebih besar dari NONIM.
bank, yang nantinya digunakan sebagai dasar besarnya Sedangkan, pengaruh tidak signifikan terhadap PROV,
pembentukan cadangan penghapusan aset, dapat berakibat dikarenakan manajemen risiko kredit yang dilihat dari
direksi terkait mengalami kesulitan pada proses fit and besarnya pembentukan allowance for possible loan losses,
proper test. Peraturan ini juga membawa efek dengan pada dasarnya berada di tangan dewan direksi dengan
membuat dewan direksi akan lebih berhati-hati, teliti, dan tunduk pada peraturan BI terkait penentuan kolektibilitas
memungkinkan adanya saling cross-check antar dewan dari nasabah kredit bank. Sedangkan, pengaruh tidak
direksi dalam manajemen risiko kredit bank. Oleh karena signifikan terhadap CAR, dikarenakan pada dasarnya
itu, jumlah dewan direksi yang semakin besar secara satu besarnya CAR suatu bank, selain tunduk pada peraturan BI
kesatuan dapat memanajemen risiko kredit bank yang lebih terkait kewajiban penyediaan modal minimum bank umum,
efektif dan baik. juga lebih tergantung dari strategi bank dan kekuatan
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 1-6 6

finansial para pemegang saham sebagai pemilik dari bank Cahya, B. T. (2013, July). Kilas Kebijakan Good Corporate
terkait. Governance Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Islam, VII(1), 19-20.
2) Pengaruh Manajemen Risiko Terhadap Kinerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel Chtourou, S. B. (2001). Corporate Governance and Earnings
pengukur manajemen risiko memiliki pengaruh yang Management. Working Paper.
signifikan terhadap ROE. Hasil penelitian ini menunjukkan
Cole, D. W. (1972). Return on Equity Model for Banks. The
bahwa manajemen risiko bank memiliki andil yang besar
Bankers Magazine, 40–47.
dalam pembentukan kinerja perbankan. Dengan kata lain,
ketika bank memanajemen risikonya dengan baik, pada Ghozali, I. (2008). Model Persamaan Struktural: Konsep dan
akhirnya akan membawa bank pada kinerja yang lebih baik. Aplikasi dengan Program AMOS Versi 16.0. Semarang:
Hal tersebut dimungkinkan oleh karena manajemen risiko Universitas Diponegoro.
yang baik mengindikasi bahwa bank melakukan aktivitas
operasionalnya pada tingkat risiko yang terukur dan pada Greuning, H. v., & Bratanovic, S. B. (2009). Analyzing Banking
tingkat conflict of interests yang lebih rendah. Hal ini Risk (3rd ed.). Washington, D.C.: The Workd Bank.
kemudian membuat bank memiliki kemampuan dan
kesempatan lebih untuk meningkatkan kinerjanya (return). Jensen, M. (1993). The Modern Industrial Revolution, Exit, and
The Failure of Internal Control System. Journal of Finance, 48,
5. KESIMPULAN DAN SARAN 831-880.
Berdasarkan analisis data serta pembahasan yang
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm:
dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa jumlah dewan Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.
direksi berpengaruh signifikan terhadap credit risk dan Journal of Financial Economics(3), 350-360.
natural hedging strategy, kepemilikan institusional dan
kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap interest Kalluci, I. (2011). Analysis Of The Albanian Banking System In A
rate risk dan natural hedging strategy. Sedangkan, untuk Risk Performance Framework. Athens: Bank of Grace.
variabel pengukur manajemen risiko, semuanya berpengaruh
signifikan terhadap kinerja perbankan. Levine, R. (2004). The Corporate Governance of Banks: A Concise
Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat Discussion of Concepts and Issues. World Bank Policy Research
menggunakan variabel GCG lain, baik berupa indikator Paper WPS3404, 12-25.
GCG kuantitatif maupun kualtitatif dan mekanisme GCG
internal maupun ekstenal di industri perbankan, sehingga Mohd, M. A., Perry, L. G., & Rimbey, J. N. (1998). The Impact of
Ownership Structure on Corporate Debt Policy: A Time Series
dapat mengetahui informasi lebih mendalam terkait variabel Cross Sectional Analysis. The Financial Review, 33, 85–98.
mekanisme GCG yang memiliki pengaruh signifikan pada
manajemen risiko bank yang nantinya juga berpengaruh Nachrowi, D., & Usman, H. (2002). Penggunaan Teknik
signifikan pada pembentukan kinerja bank. Ekonometri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

DAFTAR PUSTAKA Perkasa, P. P. (2007). Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan


Alamsyah, H., Zulverdi, D., Gunadi, I., Idris, R. Z., & Pramono, B. Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Semarang:
(2005). Banking Disintermediation and Its Implication for Universitas Diponegoro.
Monetary Policy: The Case of Indonesia. Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, 499-521. Sensarma, R., & Jayadev, M. (2009). Are Bank Stocks Sensitive to
Risk Management? The Journal of Risk Finance, 10(1), 7-22.
Bachruddin. (2006). Pengukuran Tingkat Efisiensi Bank Syariah
dan Bank Konvensional di Indonesia dengan Formula David Shleifer, A., & Vishny, R. W. (1997, June). A Survey of Corporate
Cole’s ROE For Bank. Jurnal Siasat Bisnis, 11(1), 67–80. Governance. Journal of Finance, LII(2), 737-783.

Bank Indonesia. (2009). Peraturan Bank Indonesia Nomor11/ 25 Skully, M. (2007). Bank Governance and Risk Management.
/PBI/2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Melbourne: Monash University.
Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum . Jakarta: Bank Indonesia. Tandelilin, E., Kaaro, H., Mahadwartha, P. A., & Supriyatna.
(2007). Corporate Governance, Risk Management, and Bank
Barnhart S. W., R. S. (1998). Board Composition, Managerial Performance: Does Type of Ownership Matter? EADN Working
Ownership and Firm Performance: An Empirical Analysis. The Paper No.34.
Financial Review, 33.
Tsorhe, J. S., Aboagye, A. Q., & Kyereboah-Coleman, A. (2012).
Beiner, S., Drobetz, W., Schmid, F., & Zimmermann, H. (2003). Is Corporate Governance and Bank Risk Management in Ghana.
Board Size an Independent Corporate Governance Mechanism? University of Ghana Business School, 3-19.
National Centre of Competence in Research Financial Valuation
and Risk Management, 1-33. Wardhani, R. (2006). Mekanisme Corporate Governance Dalam
Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Simposium
Bentler, P. M., & Chou, C. P. (1987). Practical Issues in Structural Nasional Akuntansi ke-9, Universitas Padang, 12-36.
Modeling.". Sociological Methods & Research, 16(1), 78-117.
Yermack, D. (1996). Higher Market Valuation of Companies with
A Small Board of Directors. Journal of Financial Economics(40),
185–211.

Anda mungkin juga menyukai