Anda di halaman 1dari 9

Latar Belakang

Dalam pemberian terapi intravena tidak bisa lepas dari adanyakomplikasi. Komplikasi yang
bisa didapatkan dari pemberian terapi intravenaadalah komplikasi sistemik dan komplikasi
lokal. Komplikasi sistemik lebih jarang terjadi tetapi seringkali lebih serius dibanding
komplikasi lokal sepertikelebihan sirkulat, emboli udara dan infeksi. Komplikasi lokal dari
terapiintravena antara lain infiltrasi, phlebitis, trombophlebitis, hematoma,
danekstravasasi.Beberapa obat mempunyai tingkat komplikasi yang lebih tinggidibandingkan
dengan obat lain dikarenakan sifat fisika kimia dari obat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting
untuk dilaksanakan di rumah sakit sebagai tempat fasilitas pelayanan kesehatan, disamping sebagai
tolak ukur mutu pelayanan juga untuk melindungi pasien, Petugas, pengunjung dan keluarga serta
lingkungan dari resiko tertular penyakit infeksi karena perawatan, bertugas dan berkunjung kerumah
sakit. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar yang
sudah ditentukan. Pendapat masyarakat jika di Rumah Sakit pasti di lakukan tindakan infuse dan di
injeksi intra vena maka setiap pasien yang melakukan rawat inap pasti akan di lakukan tindakan
tersebut sedangkan tidak semua Rumah Sakit memiliki standart pelaksanaan tindakan yang ketat
terhadap tindakan infuse dan injeksi intra vena dan pasien dan keluarga pun ikut berperan dalam
terjadinya efek samping dari tindakan infuse dan injeksi. B.

Tujuan 1. Tujuan Umum Menyiapkan agar Rumah Sakit Ibu dan Anak “Selaras” dengan sumber daya
terbatas dapat menerapkan pencegahan dari efek samping tindakan infuse dan injeksi intra vena,
sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat dari efek samping yang tidak
di harapkan 2. Tujuan Khusus : Membuat standar pelaksanaan Pencegahan dan efek samping dari
tindakan infus dan injeksi intravena bagi pasien di Rumah Sakit Ibu dan Anak “Selaras”, meliputi : a.
Kegunaan infus b. Efek samping infus dan obat injeksi intra vena c. Ada atau tidaknya kegawatannya
di lakukan tindakan infuse dan injeksi intravena

C. Ruang Lingkup Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak “Selaras” dalam melaksanakan pemberian infuse dan injeksi intravena pada pelayanan
terhadap pasien yang dilaksanakan tindakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak “Selaras”.

BAB II KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT DAN CAIRAN A. Pengertian obat

Obat ialah suatu bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosis. Selain itu, obat juga berfungsi
untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit yang
berupa luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan. Obat juga dapat
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. B.
Konsep dasar pemberian obat 1. Pengertian dan Jenis-Jenis Pemberian Obat Obat adalah semua zat
baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau
layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya: a. Jenis –
jenis pemberian obat Adapun Cara pemberian obat didasarkan pada bentuk obat, efek yang
diinginkan baik fisik maupun mental. Diantaranya : 1) Parenteral : Pemberian obat melalui perenteral
merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh.pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika
pemberian obat dari mulut merupakan kontra indikasi. C. Tujuan Pemberian Obat 1. Untuk
menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien. 2. Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal. 3.
Efek samping yang terjadi minimal. 4. Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien.

D. Komplikasi dan Kesalahan Dalam Pemberian Obat. Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik
dan efek samping efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai
kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek
pengobatan), suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutif (berefek
sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan

restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak
yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti
adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-
lain. Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan sebanyak
mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau dokter, dan catat dalam pelaporan. Resiko
kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semakin tingginya keparahan
sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih
rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian kritis dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift
perawat. E. Konsep dasar pemberian cairan 1. Pengertian Terapi Intravena (Infus) Terapi Intravena
adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril
mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat.
(Wahyuningsih, 2005 : 68) Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)Memasang
Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah
banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set. Terapi intravena (IV) digunakan
untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk
memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa
yang diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68). 2. Tujuan
Pemberian Terapi Intravena (Infus) a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara
b. c. d. e.

adekuat melalui oral. Memperbaiki keseimbangan asam-basa. Memperbaiki volume komponen-


komponen darah. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh. Memonitor
tekanan vena sentral (CVP).

f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan. 3. Tipe-tipe Cairan Intravena a.
Isotonik Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada didalam plasma. 1) Nacl
normal 0,9% 2) Ringer Laktat 3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma) 4) Dextrose 5%
dalam air ( D 5 W ) b. Hipotonik Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada yang
ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan
plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di Intrasel dan
Ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak. 1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
2) Nacl 0,45% 3) Nacl 0,2% c. Hipertonik Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih
tinggi dari pada yang ada dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi
larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotic,
sel kemudian akan menyusut. 1) Dextrose 5% dalam Nacl 0,9% 2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45%
(hanya sedikit hipertonis karena dextrose dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara
mempengaruhi tekanan 3) 4) 5) 6) 7) 8)

osmotic). Dextrose 10% dalam air Dextrose 20% dalam air Nacl 3% dan 5% Larutan hiperalimentasi
Dextrose 5% dalam ringer laktat Albumin 25

4. Komposisi Cairan Terapi Intravena a. Larutan Nacl, berisi air dan elektrolit (Na+, cl-)

b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kalori c. Ringer laktat, berisi air (Na+, K+, cl-, ca++,
laktat) d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-, HCO, glukonat ). e.
Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah. f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran,
fraksi protein plasma 5%, hespan yang dapat meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari
intertisiall, kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah sementara. g. Hiperelimentasi
parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori).

5. Menentukan kecepatan cairan Intravena (Infus) a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV.
Tabung makrodrip dapat meneteskan 10 atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60
tetes per 1 ml. Jumlah tetesan yang diperlukan untuk 1 ml disebut faktor tetes. b. Atur jumlah mililiter
cairan yang akan diberikan dengan jumlah total cairan yang akan diberikan dengan jumlah jam infuse
yang berlangsung. Kemudian kalikan hasil tersebut dengan faktor tetes. c. Untuk menentukan berapa
banyak tetesan yang akan diberikan permenit, bagi dengan 60. d. Hitung jumlah tetesan permenit
yang akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak tepat, sesuaikan dengan kecepatan tetesan. 6.
Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Tipe-tipe Infus a. D 5 W (dextrose 5% in water) 1)
Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang, memberikan suplai kalori, juga
dapat dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau berfungsi untuk mempertahankan vena dalam
keadaan terbuka dengan infus tersebut 2) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan
(hiponatremia, sindroma pelepasan hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan
dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian transfusi (darah atau komponen darah). b. Nacl
0,9%

1) Digunakan untuk menggantikan garam(cairan isotonik) yang hilang, diberikan dengan komponen
darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik. 2) Hati-hati terhadap kelebihan volume
isotonik (misalnya : gagal jantung dan gagal ginjal). c. Ringer laktat Digunakan untuk menggantikan
cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang.
7. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus) a. IV push IV push (IV bolus), adalah memberikan
obat dari jarum suntik secara langsung kedalam saluran/jalan infus. Indikasi : 1) Pada keadaan
emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian obat langsung kedalam intravena. 2)
Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid dan digoksin). 3) Untuk
memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infus ( lidocain, xilocain).
4) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan akan injeksi 5) Untuk
mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang dicampur. (Setyorini, 2006 : 7)
b. Continous Infusion (infus berlanjut) Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui
cairan yang digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra
arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam
maupun eksternal. Hal yang perlu dipertimbangkan yatu : 1) Keuntungan a) Mampu untuk
mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat. b) Adanya alarm menandakan
adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau adanya penyumbatan. c) Mengurangi
waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus. 2) Kerugian a) Memerlukan selang yang
khusus. b) Biaya lebih mahal

c) Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrat. 3) Tanggung jawab perawat a)
Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis sama dengan perawat yang
memerlukannya. b) Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi (adanya infiltrat atau
infeksi). c) Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi alat tersebut. d) Lakukan
pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran infus. c. Intermitten Infusion (Infus Sementara) Infus
sementara dapat diberikan melalui heparin lock, “piggy bag” untuk infus yang kontiniu, atau untuk
terapi jangka panjang melalui perangkat infus. 1) Komplikasi Terapi Intravena (Infus) Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus: a) Hematoma, yakni darah mengumpul
dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh
darah. b) Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah),
terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. c) Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi)
pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar. d)
Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang
ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian
cairan melalui infus: a) Rasa perih/sakit b) Reaksi alergi F. Prinsip-prinsip pemberian obat 1. Benar
Obat Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan kebenaran obat
sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan. Jika

lebelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus di kembalikan ke bagian farmasi.Obat
memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama yang asing harus diperiksa
nama generiknya bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generik atau kandungan obat.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat
harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu perawat mengingat nama obat dan kerjanya.
2. Benar Dosis Untuk menghindari kesalahan pemberian obat,
maka penentuan dosis harus

diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas
ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat
benar untuk diberikan kepada pasien. a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien. b.
Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. c. Perawat
harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : tersedianya obat dan dosis obaat yang
diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/kgBB/hari), jika ragu-ragu dosis obat harus
dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis
obat tertentu. 3. Benar Pasien Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan dengan cara mengidentifikai kebenaran obat dengan mencocokan nama, nomor
register, alamat dan program pengobatan pada pasien. a. Klien berhak untuk mengetahui alasan obat
b. Klien berhak untuk menolak pengguaan sebuah obat c. Membedakan klien dengan dua nama yang
sama 4. Benar Cara Pemberian 5. Benar Waktu Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan
wzktu yzng diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek
terapi dari obat. a. Pembarian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

b. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari, tiga
kali sehari,empat kali sehari, dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan. c. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½). Obat yang memiliki
waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek
diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu. d. Pemberian obat juga memperhatikan
diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan. e. Memberikan obat obat-obat
seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan .
f. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat. 6.
Benar Dokumentasi Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standart prosedur yang berlaku dirumah
sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengeni obat yang telah diberikan serta respon
klien terhadap pengobatan.

7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien Perawat mempunyai tanggung jawab dalam
melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar,
alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat,
efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan
makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama
sakit, dan sebagainya. 8.

Hak Klien Untuk Menolak Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan inform consent dalam pemberian obat.

9.

Benar Pengkajian Perawat selalu memeriksa TTV (Tanda Tanda Vital) sebelum pemberian obat.

10. Benar Evaluasi Perawat selalu melihat/memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya. 11.
Benar Reaksi Terhadap Makanan Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang
diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin,dan sebaiknya ada obat yang
harus diminum setelah makan misalnya indometasin. 12. Benar Reaksi Obat Dengan Obat Lain Pada
penggunaan obat seperti ini chloramphenicol diberikan dengan omeprazol penggunaan pada
penyakit kronis.Berdasarkan keamanan dan pengamanan obat, obat di kelompokan atas obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika, dan obat narkotika.

Logo obat keras Logo Simbol Obat keras diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar
merah yang didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi.Obat keras adalah obat yang
termasuk dalam daftar obat yang hanya boleh disertakan oleh apoteker atau dokter. Apoteker hanya
menyerahkan obat keras tersebut hanya berdasarkan permintaan (resep) dari dokter. Dan dokter
hanya menyerahkan obat tersebut, jika obat tersebut diperoleh dari apotek. Pengecualian
diberlakukan menurut Permenkes, beberapa kelompok obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker tanpa resep dokter misalnya obat untuk kontrasepsi oral berupa hormon, obat saluran cerna
seperti papaverin dan diazepam, obat saluran nafas seperti aminofilin dan salbutamol, dan kelompok
lainnya. Obat keras yang memerlukan penawaran khusus, termasuk dalam kelompok obat
“psikotropika”. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus
sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara
pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam
kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai
obat keras melalui keputusan Menteri kesehatan Republik

Indonesia. diperlukan informasi lengkap terkait penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan
secara tepat dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi tubuh sebaiknya konsultasikan
kepada Apoteker jika anda mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep dokter,
penggunaan obat yang terpat akan meningkatkan efektivitas obat terhadap penyakit dan
meminimalkan efek sampingnya. Logo narkotik (Opiat=O) adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, kehilangan rasa, rangsangan semangat , halusinasi,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan. Peredaran
produk jadi obat narkotika dikemas dalam wadah kemasan yang diberi bulatan berwarna hitam
mengelilingi palang merah dengan dasar putih. Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya
diawasi dengan sangat ketat, sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh di Apotek
dengan menggunakan resep dokter yang

asli

(bukan

coppy

narkotik diantaranya:Morfin,Heroin, Coca,

resep).

Bebeerapa

contoh

dari

obat

Codein, Methadone, Cannabis/marijuana/ganja.

Dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetika/obat penghilang rasa sakit. JenisjenisGolonganObat : 1.

ACE inhibitor atau penghambat angiotensin converting enzim (ACE). Penghambat ACE ini
merupakan kelompok obat untuk menurunkan tekanan darah.

2.

Antasid dan alginates. Antasid digunakan untuk masalah dyspepsia atau maag. Beberapa jenis
antasid bisa dijumpai tanpa membutuhkan resep.

3.

Antibiotika. Juga dikenal sebagai antibakteri, merupakan jenis obat yang digunakan untuk masalah
infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
4.

Antidepresan. Sesuai dengan namanya, obat ini untuk mengatasi depresi. Ada beberapa jenis obat
antidepresan. Namun, dua jenis yang sering digunakan, yaitu obat tricyclic seperti amitriptiline dan
imipramine serta selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine.

5.

Antihistamin. Dikenal sebagai obat untuk alergi, seperti demam dan beberapa jenis batuk dan
pengobatan flu.

6.

Benzodiazepine. Kelompok obat ini juga dikenal sebagai penenang minor dan sedatif. Yang banyak
dikenal adalah diazepam (dengan nama valium) dan nitrazepam (dengan nama mogadon).

7.

Beta-antagonist. Obat jenis itu misalnya inhaler yang digunakan untuk melegakan serangan asma,
mengandung beta-antagonist.

8.

Beta-blocker. Beta-adrenoreceptor sering disebut sebagai beta-blockers, bekerja untuk jantung dan
sistem sirkulasi darah. Fungsinya, mengurangi tekanan darah.

9.

Calcium-channel blockers. Obat ini digunakan untuk masalah yang berhubungan dengan jantung dan
sistem peredaran darah, termasuk tekanan darah tinggi dan angina.

10. Kontrasepsi oral kombinasi. Merupakan salah satu dari banyak metode pencegahan kehamilan.
Dinamakan demikian karena obat tersebut merupakan kombinasi dari dua jenis hormon perempuan,
yaitu estrogen dan progesterone. 11. Obat untuk mata. Beberapa kelompok termasuk dalam obat
untuk mata, seperti glaukoma. Ada lima jenis obat yang digunakan untuk pengobatan glaukoma, yaitu
miotik, simpatomimetik, penghambat beta, penghambat karbonik anhydrase, dan latanoprost. 12. H2
antagonist. Ada beberapa jenis obat untuk mengobati luka lambung dan salah cerna. Satu yang
terpenting adalah obat-obatan dari jenis H2 antagonist. 13. Hormone replacement therapy (terapi
sulih hormon). Terapi ini direkomendasikan kepada perempuan saat dan pasca menopause 14.
Inhaler steroid. Obat inhaler jenis kortikosteroid atau steroid, digunakan untuk mencedah terjadinya
gejala asma. 15. Laksatif. Terdapat beberapa jenis obat laksatif yang bekerja dengan berbagai cara
untuk meredakan atau mencegah terjadinya konstipasi (sembelit), seperti jenis diuretik. 16.
Nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat nonsteroid antiperadangan. Biasa digunakan
untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri. Yang biasa digunakan adalah ibuprofen. 17.
Parasetamol. Merupakan pereda nyeri. Kekuatannya hampir sama, tetapi tidak bekerja sebagai
antiperadangan seperti aspirin.

18. Proton pump inhibitor, obat penghambat pompa proton. Merupakan jenis obat yang digunakan
dalam mengobati luka pada lambung dengan menghambat produksi asam lambung. 19. Statin.
Merupakan kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan kolesterol darah. 20. Steroid topical.
Kortikosteroid topical atau dikenal dengan krim steroid, digunakan pada kulit untuk meredakan eksim
dan beberapa gangguan kulit lainnya. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat Faktor-faktor yang
menentukan cara transport obat lintas membran yaitu :

Sifat fisiko-kimia obat : bentuk dan ukuran molekul, kelarutan dalam air, kelarutan dalam lemak,
derajat ionisasi

Bioavailabilitas : adalah ( ketersediaan hayati )

Jumlah obat ( dalam persen terhadap dosis ) yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh /
aktif.Ketersediaan hayati digunakan untuk memberi gambaran mengenai keadaan dan kecepatan
obat diabsorpsi dari bentuk sediaan. Ketersediaan hayati suatu obat dapat diukur pada pasien (
secara in vivo ) dengan menentukan kadar obat dalam plasma darah dengan interval setiap jam
sampai diperoleh kadar puncak dan kadar obat minimum yang masih berefek Obat yang
menghasilkan kadar obat sama antara kadar dalam darah dan dalam jaringan, disebut mempunyai
bioekivalensi . Bila tidak sama, disebut mempunyai bioinekivalensi. Bila bioinekivalensinya lebih dari
10 % menimbulkan inekivalensi terapi, terutama obat-obat yang indeks terapinya sempit ( dosis terapi
hampir sama dengan dosis toksik ) Tidak semua jumlah obat yang diabsorpsi dari tempat pemberian
akan mencapai sirkulasi sistemik. Banyak faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas obat, terutama
bila diberikan per oral, kemungkinan obat dirusak oleh reaksi asam lambung atau oleh enzim-enzim
dari saluran gastrointestinal CARA PEMBERIAN OBAT a. Cara pemberian obat per oral : Cara ini
paling umum dilakukan karena mudah, aman dan murah. Namun untuk obat yang diberikan melalui
oral, ada tiga faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas : 1. Faktor obatnya sendiri (larut dalam lipid,
air atau keduanya) 2. Faktor penderita ( keadaan patologik organ-organ pencernaan dan
metabolisme ) 3. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna. ( interksi dengan makanan )

b. Cara pemberian obat melalui suntikan : Keuntungan pemberian obat secara parenteral
dibandingkan per oral, yaitu : 1. Efeknya timbul lebih cepat dan teratur 2. Dapat diberikan pada
penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah 3. Sangat berguna dalam keadaan
darurat Kelemahan cara pemberian obat melalui suntikan : 1. Dibutuhkan cara aseptis 2.
Menyebabkan rasa nyeri 3. Kemungkinan terjadi penularan penyakit lewat suntikan 4. Tidak bisa
dilakukan sendiri oleh penderita 5. Tidak ekonomis 6. Resikoinfeksi BIOTRANSFORMASI
Biotransformasi atau metabolisme obat, adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi
dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses biotransformasi : 1)

molekul obat diubah menjadi lebih polar sehingga mudah diekskresi melalui ginjal

2)

pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga proses biotransformasi sangat berperan dalam
mengakhiri kerja obat

3)

ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif atau lebih toksik

4)

ada obat yang merupakan calon obat ( pro drug ) yang baru aktif setelah mengalami biotransformasi
oleh enzim tertentu menjadi metabolt aktif yang selanjutnya akan mengalami biotransformasi lebih
lanjut atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir FARMAKODINAMIK Cabang ilmu yang mempelajari
efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya disebut farmakodinamik. ( pengaruh obat
terhadap organ-organ tubuh )

Mekanisme kerja obat yaitu : 1. Obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal ( fisiologi ) tubuh 2.
Obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada ( ini tidak
berlaku bagi terapi gen )

Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk : 1. meneliti efek utama obat 2. mengetahui
interaksi obat dengan sel 3. mengetahui respon khas yang terjadi 4. Interaksi Obat Dengan
Biopolimer Pemberian infuse daninjeksi IV di RS BhayangkarabahwasemuapasienmasukRumahSakit
di lakukantindakanpemberian

infuse

daninjeksi

IV

danjikapasientidak

di

berikantindakantersebutmakapasienakanpulangpaksa, jadi

KepadaYth.

Karumkit RS BhayangkaraLumajang Up:Ka.KomiteKeperawatan:Bp.Andriyanto

di-Tempat Denganhormat, Bersamaini kami sampaikanundangankegiatan “WORKSHOP


IMPLEMENTASI KREDENSIAL KEPERAWATAN & NURSING STAFF BY LAWS “
Seiringdenganadanya UU Keperawatan No. 38 Th 2014, proses kredensialkeperawatan di Indonesia
jugamengalamiperkembangan agar dapattertatasempurna. Selamainisalahsatufaktorutama yang
menyebabkanhambatan proses kredensialadalahbelumdisahkannya RUU PraktikKeperawatan. Dan
dengandisyahkannya UU no 38 Th 2014, proses kredensialkeperawatanmemilikipayunghukum.
Kredensialmeliputipemberianijinpraktik (lisensi), registrasi (pendaftaran), pemberiansertifikat
(sertifikasi)
danakreditasi.Pengembangandanpeningkatansistemkredensialkeperawatansangatbermanfaatuntu
kmenjaminkualitaspelayanan di bidangkesehatanbagimasyarakat.Untukmendukungpelaksanaan
proses kredensial,

profesionalismedankompetensiseorangperawatperluditingkatkandandikembangkan
kinerjanyamemenuhituntutanstandarprofesikeperawatan.

agar

Demikianundangankredensialkeperawatanini kami sampaikan.Atasperhatiandankerjasamanya kami


sampaikanterimakasih.

NB

:Mohondiunduhlampirandibawahiniada

Salam hormat kami, Ttd PANITIA Workshop Kredensial Keperawatan 2016

File

Anda mungkin juga menyukai