Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya hidup modern merupakan faktor yang berkaitan erat dengan obesitas dan

penyakit kronis lainnya. Studi ilmiah menunjukkan obesitas memiliki hubungan kuat dengan

gaya hidup modern seperti nutrisi yang kurang sehat, kurang aktivitas, gangguan psikologis,

kurang tidur, dan penggunaal alcohol serta rokok (Egger dan Dixon, 2014). Angka kejadian

obesitas sendiri terus meningkat setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, lebih dari 33% orang

dewasa menderita obesitas. Angka kejadian obesitas pada orang dengan usia muda

mencapai 17% dari seluruh populasi pemuda di Amerika Serikat (CDC, 2015). Tingginya

angka kejadian obesitas menunjukkan pentingnya penatalaksanaan yang tepat terhadap

obesitas. Obesitas memiliki hubungan kuat dengan terjadinya penyakit perlemakan hati non

alkoholik (non alcoholic fatty liver disease (NAFLD)) (Fabbrini et al., 2010)

Penyakit perlemakan hati non alkoholik (non alcoholic fatty liver disease (NAFLD))

merupakan penyakit liver yang angkanya terus meningkat dari tahun ke tahun. NAFLD

merupakan penyakit liver yang paling sering menyebabkan gangguan fungsi hati dan penyakit

hati kronis pada negara berkembang maupun negara maju. Selain obesitas sentral, faktor

risiko NAFLD diantaranya gangguan toleransi glukosa, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi,

dan hipertriglyceridaemia. NAFLD seringkali memiliki hubungan yang kuat dengan sindroma

metabolic dengan resistensi insulin yang merupakan penyebab utamanya. NAFLD seringkali

merupakan penyakit sekunder yang diakibatkan dari tinginya angka obesitas dan faktor

metabolik lainnya (Yilmaz, 2012).

Kegagalan diagnosis dan penatalaksanaan terkini dalam mengendalikan faktor risiko

NAFLD, menyebabkan peningkatan risiko progresivitas NAFLD menjadi penyakit hati kronis

yang akan berkembang menjadi berbagai komplikasi. NAFLD didiagnosis sebagai keadaan

1
dimana terdapat akumulasi lemak pada liver lebih dari 5% dari berat liver tanpa adanya

berbagai penyebab lain yang dapat menyebabkan infiltrasi lemak di liver seperti konsumsi

alkohol, infeksi virus hepatitis, dan sebab lainnya. NAFLD dapat berkembang menjadi kondisi

yang lebih progresif yaitu fibrosis hati. Fibrosis hati yang semakin parah akan menyebabkan

hati jatuh pada kondisi sirosis hepatis yang akan menyebabkan kegagalan liver hingga

menyebabkan kematian (Angulo P, 2002).

NAFLD merupakan penyakit hati yang ditunjukkan dari adanya hepatic stelleate cell

(HSC). Aktivasi HSC dan inisiasi dari sintesis kolagen yang tidak seimbang akan

menyebabkan terjaninya liver fibrosis. Pada NAFLD terjadi akumulasi dari sel inflamasi pada

jaringan hati yang akan menyebabkan peningkatan kadar malondialdehyde (MDA) (Tahan et

al., 2010). Salah satu penyebab dari obesitas adalah diet kolesterol yang tidak terkontrol

sehingga menimbulkan dyslipidemia. Dyslipidemia merupakan factor penting dalam

pathogenesis dari penyakit perlemakan hati non alkoholik, terutama kenaikan dari kadar LDL.

Kadar LDL darah yang tinggi, menyebabkan akumulasi jumlah partikel LDL dalam hepar

sehingga menyebabkan peningkatan kadar LDL. (Prasetyo A., et al., 2000). Peningkatan

kadar oxLDL dapat memicu peningkatan kadar MDA yang akan berujung pada terjadinya

fibrosis hati (Angulo P, 2002). Proses terjadinya fibrosis hati diperantarai oleh peningkatan

ekspresi TGF-β, yang akan memicu penumpukkan jaringan ikat. Hingga saat ini belum ada

terapi yang efektif dalam menghambat fibrosis hati. Sehingga fibrosis hati akan berkembang

secara progresif menjadi sirosis yang akan menyebabkan kegagalan hati sehingga

menyebabkan kematian (Karadeniz et al., 2008).

Salah satu terapi yang sedang menjadi perhatian bagi para peneliti adalah penggunaan

hematopoietic stem cell (HSC) karena kemampuannya untuk berdiferensiasi menjadi

berbagai macam sel dan dipercaya mampu untuk meregenerasi hepatosit yang telah rusak

pasca fibrosis hati. Selain itu HSC juga mempunyai kemampuan sebagai imunomodulator

2
sehingga berpotensi untuk mencegah proses inflamasi berlebih yang menyebabkan

terbentuknya jaringan ikat pada fibrosis hati (Korbling, 2003; Semedo, 2009).

Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar untuk menjadi sumber utama rumput

laut di dunia. Berdasarkan identifikasi penelitian terdapat sekitar 555 jenis rumput laut yang

tumbuh di perairan Indonesia. Salah satu jenis alga yang banyak terdapat di Indonesia adalah

jenis alga coklat seperti Sargassum sp (Nindyaning, 2007). Sargassum sp mengandung

fucoidan, suatu polisakarida sulfat yang memiliki potensi untuk meningkatkan mobilisasi HSC

pada area tubuh yang mengalami kerusakan jaringan dengan menurunkan ekspresi

transforming Growth Factor-β (TGF- β), ekspresi CXCR4 pada permukaan stem cell,

menurunkan kadar MDA dan meningkatkan aktivitas neutrophil elastase (Sweeney, 2002;

Petit, 2002; Jensen, 2007). Fucoidan memiliki potensi kuat sebagai kandidat terapi fibrosis

hati yang efektif dan efisien serta terjangkau bagi semua kalangan karena sumbernya yang

murah dan mudah diperoleh terutama di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian Fucoidan dari Sargassum sp mampu menurunkan profil lipid pada

tikus yang diinduksi diet tinggi lemak?

2. Bagaimana pengaruh pemberian Fucoidan dari Sargassum sp dalam menurunkan

profil lipid pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum

Membuktikan potensi fucoidan dari alga coklat sebagai penurun profil lipid pada penyakit

perlemakan hati non alkoholik.

3
Tujuan Khusus

Mengetahui potensi Fucoidan dari Sargassum sp dalam menurunkan profil lipid pada tikus

yang diinduksi diet tinggi lemak

1.4 Luaran yang Diharapkan

1. Pengembangan metode pengobatan perlemakan hati non alkoholik yang efektif dan

menurunkan kadar profil lipid akibat diet tinggi lemak.

2. Peluang publikasi dalam jurnal-jurnal ilmiah dan mendapatkan paten tentang produksi

anti fibrosis pada penyakit perlemakan hati non alkoholik.

1.5 Kegunaan

Manfaat Keilmuan:

Dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan

sekaligus sebagai dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang

kesehatan, khususnya tentang penurunan kadar profil lipid pada penyakit perlemakan hati

non alkoholik menggunakan fucoidan

Manfaat Aplikatif:

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan perusahaan industri obat untuk

menciptakan suatu alternatif baru dalam pencegahan perlemakan hati non alkoholik hati

melalui penurunan kadar profil lipid menggunakan fucoidan

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 NAFLD

Obesitas merupakan kondisi yang berkaitan dengan berbagai kelainan hati seperti

NAFLD. Pada NAFLD terjadi peningkatan kadar triglyserida inrahepatik (intrahepatic

triglyceride (IHTG)) yang akan menyebabkan terjadinya steatosis. Steatosis yang akan

menyebabkan peradangan hepar (stetohepatitis). Peningkatan IHTG terjadi karena

adanya peningkatan rasio uptake asam lemak hepatik dari plasma dan sintesis de novo

asal lemak lebih besar dibandingkan oksidasi asam lemak dan pelepasan asam lemak.

Steatosis berhubungan kuat dengan gangguan metabolism glukosa, asam lemak, dan

lipoprotein yang dapat dimonitor melalui pengukuran profil lipid. Gangguan metabolism

lemak memiliki hubungan yang kuat dengan adanya inflamasi sitemik dan hepatic yang

akan menyebabkan peningkatan radikal bebas. Peningkatan radikal bebas seperti AGE

berhubungan dengan resistensi insulin, dyslipidemia, dan factor risiko cardiometabolik

lainnya yang akan memperberat progresivitas NAFLD (Fabbrini et al., 2010; Egger dan

Dixon, 2014).

NAFLD merupakan penyakit hati yang ditunjukkan dari adanya hepatic stelleate cell

(HSC). Aktivasi HSC dan inisiasi dari sintesis kolagen yang tidak seimbang akan

menyebabkan terjadinya liver fibrosis. Pada NAFLD terjadi akumulasi dari sel inflamasi

yang terdiri dari peningkatan TNF α, IL-6, peningkatan leptin, dan osteopontin pada

jaringan hati yang akan menyebabkan insulin resisten (J. K. Dowman, 2009). Diet tinggi

lemak yang akan menyebabkan obesitas dan penumpukkan dari oxLDL berperan dalam

regulasi imun inflamasi pada NAFLD dan jika terjadi akumulasi akan menyebabkan

fibrosis hati. Sehingga fibrosis hati akan berkembang secara progresif menjadi sirosis

5
yang akan menyebabkan kegagalan hati sehingga menyebabkan kematian (Karadeniz et

al., 2008).

2.2 Profil Lipid

Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai

sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Lipid mempunyai fungsi

melindungi organ tubuh, membentuk sel, penghasil panas dalam tubuh, sebagai sumber

asam lemak esensial, pelarut vitamin yang larut dalam lemak, pemberi rasa kenyang dan

kelezatan. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari

asupan makanan dan lemak yang dibentuk oleh tubuh (hasil produksi organ hati), yang

bisa disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai cadangan

energi (Nugroho, 2009).

Lipoprotein merupakan molekul yang mengandung kolesterol dalam bentuk bebas

maupun ester, trigliserida, fosfolipid, yang berikatan dengan protein yang disebut

apoprotein. Dari intestinal lipid diangkut lipoprotein sebagai kilomikron dan dari hati

sebagai VLDL ke sebagian besar jaringan tubuh untuk proses oksidasi dan ke jaringan

adiposa untuk disimpan. Lipid diangkut dari jaringan adiposa sebagai asam lemak bebas

(FFA) yang terikat dengan albumin serum. Lipid plasma bila diekstraksi dengan pelarut

lipid terjadi pemisahan berbagai kelompok lipid, yaitu; triasilgliserol, fosfolipid, kolesterol

bebas dan ester kolesterol dan juga fraksi asam lemak rantai panjang yang tidak

teresterifikasi (FFA / asam lemak bebas dalam jumlah kecil dan membentuk sekitar 5 %

dari total asam lemak dalam plasma darah).

FFA merupakan lipid plasma yang secara metabolik paling aktif. Lemak murni

mempunyai densitas yang lebih rendah dari air, sehingga semakin tinggi proporsi lipid

terhadap protein di dalam lipoprotein semakin turun densitasnya, sehingga menyebabkan

dapat dipisahnya lipoprotein dalam plasma secara ultra sentrifugasi.

6
Ada empat kelompok utama lipoprotein yang mempunyai makna secara fisiologis dan

diagnosa klinik, yaitu; (1) kilomikron yang berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus;

(2) lipoprotein dengan densitas sangat rendah atau Very Low Density Liporpotein (VLDL)

atau pre-β-lipoprotein, yang berasal dari hati untuk mengeluarkan triasilgliserol; (3)

lipoprotein dengan densitas rendah atau Low Density Lipoprotein (LDL) atau β-lipoprotein

yang memperlihatkan tahap akhir dalam katabolisme VLDL; dan (4) lipoprotein dengan

densitas tinggi atau High Density Lipoprotein (HDL) atau α-lipoprotein yang terlibat di

dalam metabolisme VLDL dan kilomikron serta pengangkutan kolesterol. Triasilgliserol

merupakan unsur lipid yang dominan pada kilomikron dan VLDL, sedangkan kolesterol

dan fosfolipid masing-masing dominan pada LDL dan HDL (Murray RK, et. al., 2003).

2.2.1 Kilomikron

Kilomikron ialah lipoprotein yang diproduksi oleh usus halus dan bertugas

mengangkut trigliserida dari makanan ke dalam jaringan. Kilomikron merupakan

lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati. Pada waktu mencapai darah,

kilomikron berinteraksi dengan LPL (Lipoprotein Lipase) yang terdapat pada

permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot. Akibat interaksi ini trigliserida

dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke hepar untuk di

metabolisme. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak

dan otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke hati (Rader dan Hobbs,

2005).

2.2.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) merupakan trigliserida endogen.

Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen

kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi

sebagai alat transportasi lemak dari hepar ke jaringan. Trigliserida merupakan

7
bagian terbesar dari VLDL dan ukuran VLDL ditentukan oleh jumlah trigliserida

yang ada (Rader & Hobbs, 2005).

2.2.3 Low Density Lipoprotein (LDL)

Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah lipoprotein yang merupakan alat

transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70-80 persen dari

kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Fungsi LDL yaitu membawa

kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan

lain-lain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya (untuk sintesis membran

plasma dan hormon steroid). Rangkaian proses penyediaan kolesterol pada

jaringan ekstrahepatik disebut LDL receptor pathway, sedangkan rangkaian

proses pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan perifer disebut reverse

cholesterol transport. Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan

lingkungan (Mayes & Botham, 2003).

2.2.4 High Density Lipoprotein (HDL)

Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari jaringan

perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kandung

empedu sebagai asam (cairan) empedu, sehingga penimbunan kolesterol di

perifer berkurang. Komponen HDL ialah 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen

trigliserida dan 50 persen protein. HDL penting untuk membersihan trigliserida dan

kolesterol, dan untuk transportasi serta metabolisme ester kolesterol dalam

plasma. Kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan

kematian karena aterosklerosis. Oleh karena itu, HDL disebut kolesterol baik.

(Rader & Hobbs, 2005).

8
2.2.5 Trigliserida

Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol, trigliserida merupakan

ester gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol

maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan lemak pada daging,

produk susu, dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi utama bagi

tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari

pecahan lemak di hati. Seperti halnya kolesterol, trigliserida juga merupakan lemak

yang bersirkulasi dalam darah.

Sebagian besar lemak dan minyak di alam terdiri atas 97 persen trigliserida

sisanya berbentuk kolesterol dan fosfolipid. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam

bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak

akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas serta

melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Krause’s, 2012).

2.2.6 Kolesterol

Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas

dan ester dengan asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak

dan saraf (Murray et al., 2003). Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk

tumbuh dan berkembang secara semestinya. Sel-sel ini menerima kolesterol dari

LDL (Low Density Lipprotein). Meskipun demikian jumlah kolesterol yang dapat

diterima atau diserap oleh sel ada batasnya. Bila kita makan banyak lemak jenuh

atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol, maka kadar LDL dalam darah

kita tinggi. Kolesterol sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme

tubuh, misalnya (Murray et al., 2003) :

1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel.

2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak.

9
3. Untuk membuat vitamin D.

4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan

kortikosteroid atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan

tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta kekebalan tubuh.

2.3 Sargassum sp.

Rumput laut adalah makro algae yang hidup di laut maupun di air payau. Berdasarkan

identifikasi penelitian terdapat sekitar 555 jenis rumput laut yang tumbuh di perairan

Indonesia (Nindyaning, 2007). Salah satu jenis alga yang banyak terdapat di Indonesia

adalah jenis alga coklat (Putri, 2011). Sargassum sp adalah salah satu genus dari

kelompok rumput laut coklat yang merupakan genera terbesar dari Famili Sargassaceae.

Sargassum sp. mengandung natrium alginat (Na-alginat), laminarin, fucoidan,

selulosa, manitol dan mengandung antioksidan (polifenol), zat besi, iodium, vitamin C dan

mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Fe, Cu, Zn, S, P, Mn serta mineral-mineral lainnya.

Kandungan gizi per 2 gram bubuk kering Sargassum sp. adalah karbohidrat 17,835 %,

protein 0,776 %, dan polifenol 24,58 % (491,5 mg). Selian itu Sargassum sp juga

mengandung senyawa fitokimia seperti flavanoid, triterpenoid, tanin dan saponin yang

dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan herbal (Putri, 2011).

Kemampuan sargassum sp. sebagai obat berhubungan dengan bidang farmakologi

disebabkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder. Metabolit sekunder

merupakan bioactive substances yang dikembangkan melalui berbagai penelitian untuk

dijadikan obat alternatif. Salah satu metabolit adalah fucoidan yaitu suatu komponen

biologi aktif yang menarik untuk dikaji (Shevchenko et al., 2007). Berdasarkan penelitian

sebelumnya diketahui dari banyaknya jenis Sargassum sp yang ada di Indonesia,

Sargassum polycystum merupakan alga coklat yang meliki kandungan fucoidan paling

banyak (Sugiono et al., 2014). Dan diketahui bahwa fucoidan dapat diekstraksi dari

Sargassum sp. menggunakan metode ultrasonic filtration, kombinasi metode ekstraksi

10
menggunakan degradasi melalui gelombang ultrasonic diikuti pemanasan menggunakan

waterbath (Sugiono et al., 2014).

Fucoidan merupakan salah satu jenis polisakarida sulfat yang strukturnya terdiri dari

L-fucose dan sulfate ester. Secara lebih rinci fucoidan terdiri dari 44.1% fucose, 26,3%

sulfate dan 31,1% ash (Black et al., 1952). Fucoidan banyak terkandung dalam ganggang

cokelat yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional China (Chen et al.,

2015). Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa fucoidan memiliki banyak manfaat di

bidang kedokteran, diantaranya adalah sebagai antiinflamasi, antioksidan, antitumor,

imunomodulator, dan banyak pula digunakan sebagai bahan suplemen makanan (Teng

et al., 2015).

11
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

12
3.2 Uraian Kerangka Konsep

Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang

mulai mendapat perhatian dari penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan

untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya konsumsi alkohol

yang berlebih (kurang dari 20 gram per minggu). Spektrum kelainan hati yang termasuk

dalam NAFLD antara lain steatosis sederhana (perlemakan tanpa inflamasi), lalu steatosis

yang disertai inflamasi (non-alcoholic steatohepatitis – NASH) dan dapat berkembang

menjadi fibrosis, fibrosis tingkat lanjut dan pada akhirnya sirosis. NAFLD sangat erat

hubungannya dengan obesitas, diabetes dan sindroma metabolic.

NAFLD merupakan penyakit hati yang ditunjukkan dari adanya hepatic stelleate cell

(HSC). Aktivasi HSC dan inisiasi dari sintesis kolagen yang tidak seimbang akan

menyebabkan terjadinya liver fibrosis. Pada NAFLD terjadi akumulasi dari sel inflamasi

yang terdiri dari peningkatan TNF α, IL-6, peningkatan leptin, dan osteopontin pada

jaringan hati yang akan menyebabkan insulin resisten (J. K. Dowman, 2009). Diet tinggi

lemak yang akan menyebabkan obesitas dan penumpukkan dari oxLDL berperan dalam

regulasi imun inflamasi pada NAFLD dan jika terjadi akumulasi akan menyebabkan

fibrosis hati. Sehingga fibrosis hati akan berkembang secara progresif menjadi sirosis

yang akan menyebabkan kegagalan hati sehingga menyebabkan kematian (Karadeniz et

al., 2008).

3.3 Hipotesis

Tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan diberi terapi fucoidan dari ekstrak kasar

Sargassum sp. memiliki profil lipid serum yang lebih baik (kolesterol total, trigliserida,

kolesterol LDL, lebih rendah dan kolesterol HDL lebih tinggi) dari pada kontrol, sehingga

NAFLD dapat tercegah.

13
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimental murni (True Experiment Design) di

laboratorium secara in vivo dengan rancangan Randomized Post Test Only Controlled

Group Design. Subjek yang dipilih pada rancangan penelitian ini dibagi menjadi 6

kelompok, yaitu kelompok, kelompok II, kelompok III, kelompok IV, kelompok V, dan

kelompok control.

14
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah tikus galur Wistar jantan berusia 8 Minggu.

4.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah model tikus wistar yang diinduksi diet tinggi lemak dan

kemudian diberikan perlakuan. Perhitungan besarnya pengulangan pada sampel

adalah sebagai berikut (Andayani, 2003):

p(n-1) > 15 p : jumlah perlakuan, n : jumlah ulangan

Pada penelitian ini p = 6 sehingga jumlah pengulangan adalah:

6(n-1) > 15

n-1 > 15:6 , n > 3,5 jadi dalam penelitian ini jumlah sampel tiap perlakuan adalah

4 ekor tikus wistar jantan.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Pemeliharaan hewan coba, induksi diet tinggi lemak, dan perlakuan pada

hewan coba dilakukan di Unit Pemeliharaan Lab. Farmakologi Universitas

Brawijaya, Malang. Jaringan diproses dan diwarnai di laboratorium patologi

anatomi Universitas Brawijaya.

15
4.3.2 Waktu Penelitian

Pemeliharaan (aklimatisasi hewan coba, induksi diet tinggi lemak, dan induksi

ekstrak kasar sargassum sp.) berlangsung selama sepuluh minggu, sementara

pembedahan dan analisa data memerlukan waktu 1 minggu. Dimulai dari bulan

Februari 2017 sampai dengan awal Juni 2017.

4.4 Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah diet tinggi lemak, pemberian ekstrak kasar

Sargassum sp.

b. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah profil lipid darah yang terdiri dari atas

kadar kolesterol total, trigliserida kolesterol HDL, dan kolesterol LDL

4.5 Definisi Operasional

a. Pembuatan diet tinggi lemak dilakukan setiap hari. Kebutuhan makanan tikus umur 8

minggu per-ekor setiap hari adalah 30g/100gBB sehingga komposisi total untuk

semua tikus PAR-S 405 gram, tepung terigu 202,5 gram, minyak babi 2 ml, asam

kolat 0.02 gram, 1 gram kuning telur puyuh, dan air sebanyak 351 ml. Diet atherogenik

diberikan selama 14 hari pada kelompok perlakuan 2, 3, 4, dan 5.

b. Pemberian ekstrak sargassum dilakukan menggunakan metode sonde dengan

menggunakan pipa orogastrik yang dihubungkan dengan spuit. Diberikan pada

kelompok hewan coba 1, 2, 3, dan 4 mulai minggu ke 2 setelah induksi

hypercholesterolemia.

16
c. Profil lipid adalah kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol

LDL. Serum darah yang diambil melalui arteri retroorbitalis dan diukur secara

enzimatik dengan spektrofotometer. Skala rasio.

4.6 Alat dan Bahan Penelitian

1. Perawatan Tikus

Bak plastik berukuran 45 cm x 35,5 cm x 14,5 cm 25 buah, tutup kandang terbuat dari

kawat 25 buah, botol air 25 buah, sekam 6 karung, timbangan berat badan dengan

neraca Sartorius, dan makanan dengan pelet.

2. Pemberian Induksi Hypercholesterolemia Hewan Coba

Alat dan bahan: untuk 1 kali sonde pertikus dibutuhkan minyak babi 2 ml, asam kolat

0.02 gram, dan kuning telur puyuh rebus 1 gram, pipa orogastric, dan spuirt.

3. Pemberian terapi fucoidan

Pemberian dilakukan dengan cara menggunakan pipa orogastrik yang dihubungkan

dengan spuit 3cc, kapas alkohol, fucoidan

4. Pembedahan Tikus

Alat dan bahan : Gunting bedah2, Pinset 2, Jarum pentul 2 set, Steroform 2, Kapas,

Kloroform 20 ml, Alkohol, Wadah plastik+tutup 25 buah, Spuit insulin 1 ml

5. Pengecekan Profil Lipid dengan Spektofotometer

Alat dan bahan: Sentrifuge, tabung reaksi, pipet ependorf, pipet hematokrit,

spektrofotometer metertex

4.7 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data diambil dengan metode yang telah dijelaskan sebelumnya. Analisis data

dimulai dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Dilakukan uji One-Way Anova jika

sebaran data normal dan uji nonparametrik (uji Kruskal-Wallis) jika sebaran data tidak

normal. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan

17
program SPSS 18, dengan tingkat signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 (p=0,05) dan

taraf kepercayaan 95% (α=0,05).

4.8 Jadwal Kegiatan

Bulan1 Bulan2 Bulan3 Bulan4


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
1. Mengurus ethical clearance
2. Mengurus perijinan laboratorium

3. Belanja alat dan bahan penelitian


4. Aklimatisasi Tikus
5 Pembuatan ekstrak kasar Sargassum sp
Tahap Pelaksanaan
1. Induksi hypercholesterolemia dan
pemberian ekstrak kasar sargassum sp.
2. Pembedahan tikus
5. Pengecekan kadar Profil Lipid di Hepar
Tahap Penyelesaian
1. Analisa data
2. Penyusunan Laporan akhir

18
DAFTAR PUSTAKA

Angulo P. 2002. Non Alcoholic Fatty Liver Disease. Medical Progress Review Article. The New
England Journal Medicine 346 (16). April

Egger G dan Dixon J.2014. Beyond Obesity and Lifestyle: A Review of 21st Century Chronic
Disease Determinants. Hindawi Publishing Corporation: BioMed Research International
Volume 2014, Article ID 731685, 12 pages

Fabbrini E, Sullivan S, Klein S. 2010. Obesity and Nonalcoholic Fatty Liver Disease:
Biochemical, Metabolic and Clinical Implications. Hepatology. 2010 February ; 51(2):
679–689. doi:10.1002/hep.23280.

Gani, N, IM Lidya, MP. Mariska. 2013. Profil Lipida Plasma Tikus Wistar yang
Hiperkolesterolemia pada Pemberian Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.).

Guo MZ, Sheng LX, Rong XH, Mei ZC, Shen W, Ye XF. 2002. Rhein inhibits liver fibrosis
induced by carbon tetrachloride in rats

Karadeniz G, Serefden A, Tekin AI, Tascýlar O, Gun BD, CömertI M. 2008. Oxidized Low-
Density-Lipoprotein Accumulation is Associated with Liver Fibrosis in Experimental
Cholestasis. Sao Paulo: Clinics. 2008 Aug; 63(4): 531–540.

Meletis, C. D. 2008. Stem Cell Enhancement: Fucoidan’s Novel Role in Tissue Repair and
Heart Health. Vitamin Research News. Complementary Prescriptions Ed. 22(3):1-3

Murray R. , Bender D., Botham K. M, Kennelly P.J. , Rodwell V., Weil P.A., 2012. Harper’s
illustrated biochemistry. 29th Ed. New York : Lange

Nindyaning, Riske. 2007. Potensi Rumput Laut. ARTIKEL SEAWEED. The Plants database
(ver 5.1.1). national Plant Data Centre. NRCS. USDA. Baton Rouge. LA 70874-4490.
USA

Nugroho. 2009. Respirasi Seluler.[cited 2011 March 2]. Available from http://biodas.
files.wordpress.com/2007/09/04-respirasi-sel.ppt.

Putri. K. H. 2011. Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp.) Sebagai Serbuk
Minuman Pelangsing Tubuh. Departemen Teknologi Hasil Perairan. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Rader, D. J. And Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Ed. p
2286-2298. McGraw-Hill. New York.

Shevchenko, N.M.., T.A. Kuznetsova., N.N. Besednova., A.N. Mamaev., A.P.Momot.,


T.N.Zvyagintseva. 2003. Anticoagulant activity of fucoidan from brown algae Fucus
evanescens of the Okhotsk sea. Bull. Exp. Biol. Med. 136, 471-473

Sugiono, Simon Bambang Widjanarko, Loekito Adi Soehono. 2014. Extraction Optimization
by Response Surface Methodology and Characterization of Fucoidanfrom Brown
Seaweed Sargassum polycystum. Food Science and Technology Department,
Brawijaya University,Malang.

19
Tahan G, Akin H, Aydogan F, Ramadan SS, Yapicier O, Tarcin O, Uzun H, Tahan V. 2010.
Melatonin ameliorates liver fibrosis induced by bile-duct ligation in rats. an J Surg. 2010
Oct; 53(5): 313–318.

Teng, H., Yazong Y., Hengyun W., Liu Zundong., Liu Zhichao., Yanhong M., et al. 2015.
Fucoidan Suppresses Hypoxia-Induced Lymphangiogenesis and Lymphatic
Metastasis in Mouse Hepatocarcinoma. Mar. Drugs 13(6):3514-3530

Varun P.S, Anjana B, Nirmal S. 2014. Advanced Glycation End Products in Diabetic
Complication

Yilmaz Y. 2012. Review article: is non-alcoholic fatty liver disease a spectrum, or are steatosis
and non-alcoholic steatohepatitis distinct conditions?. Alimentary Pharmacology and
Therapeutics

20

Anda mungkin juga menyukai