Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH MIKOLOGI

“Non Dermatofita”

DISUSUN OLEH :
VIRGITTA RIZKY WIDYA SARI
(P27834016011)
D3 SEMESTER 5

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
D3 ANALIS KESEHATAN
2018/2019
Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur yang
superficial pada pinna dan meatus auditorius eksternus.Mikosis ini menyebabkan adanya
pembengkakan, pengelupasan epitel superficial, adanya penumpukan debris yang berbentuk
hifa, disertai supurasi dan nyeri. Spesies yang paling sering adalah Aspergillus flavus
(42,4%), A. niger (35,9%), A. fumigatus (12,5%), A. candidus (7,1%), A. terreus (1,6%), dan
Paecilomyces variotii (0,5% ). Selain itu, Mucor, Rhizopus dan Candida juga dapat
menyebabkan otomikosis. Otomikosis dapat dijumpai di berbagai wilayah di dunia, umumnya
prevalensi otomikosis terkait dengan wilayah demografis dengan tingkat kelembaban yang
tinggi di daerah tropis dan subtropis. Negara tropis dan subtropis mempunyai derajat
kelembaban. yang tinggi sekitar 70-80% dengan suhu udara sekitar 15-300 C. Faktor
predisposisi dari otomikosis adalah infeksi telinga kronis, penggunaan minyak, obat tetes
telinga, steroid, renang (telinga basah merupakan predisposisi infeksi jamur), infeksi jamur
lain yang ada di dalam tubuh seperti dermatomikosis atau vaginitis, status
immunocompromised, kekurangan gizi pada anak-anak dan perubahan hormonal
menimbulkan infeksi seperti yang terlihat selama menstruasi atau kehamilan 1,3 Meskipun
otomikosis jarang mengancam nyawa, tetapi menjadi tantangan untuk pasien dan dokter
karena membutuhkan perawatan jangka panjang dan tindak lanjut, dan kendala tingkat
kekambuhan yang tinggi.

1. Morfologi
Jamur Penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang terdapat di udara
bebas. Apergillus dan Penicillium membentuk spora aseksual yang tersusun seperti
rantai yang disebut konidia (aleuriospora). Konidia dibentuk pada ujung hifa khusus
yang disebut konidiofora. Spora aseksual yang dibentuk oleh Mucor dan Rhizopus,
ialah sporangiospora yang letaknya didalam sporangium. Rhizopus mempunyai rizoid
(akar semu), sedangkan Mucor tidak. Semua jamur ini membentuk koloni filamen
pada biakan. Jamur Candidaterdiri atas sel-sel ragiyang kadang-kadang bertunas
(blastospora), dan hifa semu (yaitu hifa yang terbentuk dari rantai bastospora) yang
memanjang dan menyempit pada sekatnya. Jamur ini membentuk koloni “seperti ragi”
pada biakan.
2. Patologi dan Gejala Klinis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Otomikosis dapat
bersifat akut atau menahun, biasanya unilateral tetapi dapat juga bilateral. Jamur dapat
masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek
telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh
merasa gatal atau sakit dan rasa penuh di liang telinga. Pada liang telinga akan tampak
berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat
meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang
terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam,
sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama,
mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan
pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema.

3. Diagnosis
Pemeriksaan fisik pada pasien otomikosis akan ditemukan adanya debris berwarna
putih, kehitaman, atau membran abuabu yang berbintik-bintik di liang telinga. Bercak
karena Aspergillus niger cenderung berwarna gelap kehitaman dan Candida albicans
berwarna putih. Dapat ditemukan pula pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana
putih dan panjang dari permukaan kulit. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
pasien didiagnosis otomikosis.
Pemeriksaan penunjang lain adalah kultur debris dari liang telinga dengan
menggunakan media Saboraud’s dextrose, dan dieramkan pada suhu kamar. Koloni
akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan
mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma
dan spora berjejermelekat pada permukaannya. Diagnosa pasti otomikosis ditegakkan
dengan pemeriksaan penunjang yang cukup sederhana, yaitu dengan memeriksa
sampel debris atau swab bercak pada kaca preparat yang difiksasi dengan larutan
KOH 15% - 30%. Selanjutnya dilihat melalui mikroskop dan akan tampak hifa lebar,
berseptum, kadang dapat ditemukan spora kecil jamur dengan diameter 2-3 U.

Keterangan : a.Aspergillus fumigatus, b. Aspergillus niger, c. Aspergillus flavus d.


Aspergillus tereus
Onikomikosis adalah kelainan pada kuku yang disebabkan oleh beberapa jenis jamur,
terutama Candida dan Trichophyton. Kadang dapat pula disebabkan oleh Fusarium,
Cephalosporium, Scopulariopsis, Aspergillus, kelainan penyakit ini dapat mengenai satu kuku
atau lebih, permukaan kuku tidak rata, kuku menjadi rapuh atau keras, dan kuku yang terkena
dapat terkikis. Penyembuhan penyakit ini memerlukan waktu beberapa bulan bahkan bisa
mencapai satu tahun.
Infeksi pada kuku dapat menyerang seseorang yang bekerja atau melakukan kontak
langsung dengan lingkungan yang lembab dan kotor seperti petani dan pemulung. Profesi
sebagai pemulung sangat beresiko terkena jamur terutama pada kaki karena pemulung bekerja
secara langsung di daerah yang basah,lembab dan juga kotor. Pada daerah tersebut sangat
banyak sekali bakteri dan parasit juga jamur. Apalagi saat musim hujan sangat banyak sekali
jamur yang berkembang biak pada tempat yang lembab, basah, kotor dan dingin.
Secara klinis, onikomikosis dibagi menjadi empat tipe yaitu Distal and Lateral
Subungual Onychomycosis (DLSO), Superficial White Onychomycosis (SWO), Proxymal
Subungual Onychomycosis (PSO), dan Candidal Onychomycosis (Doyle dan Devillez, 2009).
Total Dystrophic Onychomycosis merujuk pada bentuk klinis paling lanjut dari keempat
bentuk diatas. Perubahan kuku pada onikomikosis dapat terjadi dalam bentuk yang bervariasi
seperti destruksi pada lempeng kuku, onikolisis, hiperkeratosis subungual, penebalan dan
perubahan warna pada lempeng kuku.

Pemeriksaan yang tersedia untuk onikomikosis adalah pemeriksaan dengan sediaan kalium hidroksida
(KOH), kultur jamur, histopatologis menggunakan pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) dan secara
biologi molekular.Pemeriksaan kultur jamur merupakan baku emas untuk penegakan diagnosis
onikomikosis karena mampu memastikan spesies jamur dengan tepat. Berikut teknik pemeriksaan
langsung menggunakan KOH 10% yaitu
a. Hasil kerokan kuku secukupnya diletakkan di atas objek glass
b. KOH 10% diteteskan sebanyak satu tetes
c. Ditutup dengan deck glass, diamkan 10-15 menit.
d. Diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x dan 40x
e. Hasil positif jika ditemukan jamur penyebab Onikomikosis.

Pemeriksaan Candida albicans dengan Uji Biokimiawi Uji biokimiawi dilakukan dengan
pemeriksaan asimilasi karbohidrat untuk konfirmasi spesies kandida. Carbohydrate
assimilation test yaitu mengukur kekuatan yeast dalam memaksimalkan karbohidrat tertentu
sebagai bahan dasar karbon dalam oksigen. Hasil reaksi positif mengindikasikan adanya
pertumbuhan/ perubahan pH yang terjadi pada media yang diuji dengan memanfaatkan gula
sebagai bahan dasar. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu inkubasi selama 10 hari pada suhu
37ºC. Hasil produksi berupa gas dibandingkan pH standar merupakan indikasi adanya proses
fermentasi. Hasil positif dan hasil negatif pemeriksaan ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut
ini.

Anda mungkin juga menyukai