Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi menyebakan semua informasi dapat diperoleh dengan mudah dan
tanpa batasan. Akuntansi tidak terlepas dari efek globalisasi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sebagai organisasi yang berwenang dalam membuat standar akuntansi di indonesia telah
melakukan langkah-langkah penyeragaman standar akuntansi keuangan. IAI pada Desember
2008 telah mengumumkan rencana konvergensi standar akuntansi lokalnya yaitu Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International Financial Reporting Standards
(IFRS) yang merupakan produk dari IASB. Rencana pengkonvergensian ini direncanakan
akan terealisasi pada tahun 2012.

Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full
adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard
(IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP
(United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah
mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini
sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Indonesia mencanangkan akan
adopsi seutuhnya IFRS dan pengadopsiannya wajib diterapkan terutama bagi perusahaan
publik yang bersifat multinasoinal, untuk perusahaan non publik yang bersifat lokal tidak
wajib diterapkan.

Dengan digunakan standart akuntansi keuangan International dapat meningkatkan


keakuratan dalam penilaian performa perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan.
Selain itu para pebisnis dapat dengan mudah membandingkan informasi informasi
perusahaan dengan perusahaan yang lain meskipun adanya perbedaan wilayah (negara).

Akan tetapi akan sulit bagi perusahaan yang semula menggunakan PSAK, dan
kemudian mengadopsi dan menerapkan IFRS. Hal tersebut juga akan membutuhkan proses
yang sangat panjang untuk penerapannya. Ada berbagai hal yang harus dilakukan perusahaan
apabila hendak menerapkan IFRS untuk pertama kali. Penerapan yang dilakukan akan
meningkatkan kredibilitas pasar modal Indonesia dimata investor global. Dengan adanya
teknologi informasi, maka efesiensi terhadap alokasi modal akan lebih mudah. Hal itu
ditunjukkan dari adanya antusiasme para investor yang bebas memilih pasar tanpa dihalangi
oleh batasan negara, maka investasi akan mudah dilakukan.

Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan IFRS pada penerapan setiap proses
keuangan yang terjadi di perusahaan, dan melakukan beberapa penyesuaian ketika dilakukan
penerapan IFRS untuk pertama kalinya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah yang akan dibahas
yakni pengecualiaan terhadap aturan adopsi IFRS pertama kali dan laporan posisi keuangan
awal menurut standar pelaporan keuangan international.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Laporan Posisi Keuangan awal menurut Standar Pelaporan Keuangan


International

Standar akuntansi keuangan menyebutkan jenis informasi keuangan sebagai


komponen laporan keuangan PSAK No.1 par 10 (2009), menyebutkan 6 (enam) komponen
laporan keuangan yang lengkap sebagai berikut :

a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) pada akhir periode


b. Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode
c. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode
d. Laporan Arus Kas selama periode
e. Catatan atas Laporan Keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan
informasi penjelasan lain dan
f. Laporan Posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat
penyajian kembali pos pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi
pos pos dalam laporan keuangannya.

IFRS secara resmi menggunakan terminologi Laporan Posisi Keuangan (Statement of


Financial Position) yang menyajikan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. IFRS
menetapkan akun kun yang minimal harus disajikan di laporan posisi keuangan (PSAK No.1
par 51, 2009), beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Aset Tetap
b. Aset Tidak Berwujud
c. Persediaan
d. Piutang Dagang dan Piutang lainnya
e. Kas dan Setara kas
f. Utang Dagang dan Terutang lainnya
g. Kepentingan Nonpengendali

IFRS (IAS No.1, 2007) menegaskan penggunaan klasifikasi berdasarkan current dan non
current untuk elemen aset dan liabilitas dalam penyajiaan di laporan posisi keuangan; aset
terdiri dari aset lancar dan aset tidak lancar, sedangkan liabilitas terdiri dari liabilitas jangka
pendek dan liabilitas jangka panjang (PSAK No.1, 2009). IFRS menetapkan urutan
penyajian klasifikasi tersebut. Dengan kata lain, perusahaan dapat menyusun aset dimulai
dari aset tidak lancar (lazim di negara negara eropa), ataupun sebaliknya aset disusun dimulai
dari aset lancar (lazim di negara Amerika Serikat dan negara negara yang mengadopsi standar
USA, termasuk Indonesia). Hal ini sekali lagi merupakan salah satu cerminan penerapan
principle-based standards. IFRS memungkinkan penyajiaan berdasar likuiditas, jika hal
tersebut dianggap lebih relevan bagi entitas tertentu.

2.2 Hal hal yang harus dipersiapkan perusahaan untuk melakukan adopsi IFRS

Ada beberapa perusahaan di Indonesia yang telah mengadopsi IFRS yaitu :

1. PT Adhi Karya Tbk


2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
3. PT Aneka Tambang Tbk
4. PT Freeport Tbk
5. PT Garuda Indonesia Tbk, dll

Ada hal- hal yang harus dipersiapkan perusahaan saat melakukan adopsi IFRS saat pertama
kali adalah :

1. Menentukan kebijakan akuntansi

Perusahaan harus menentukan kebijakan akuntansi yang sesuai dengan IFRS pada tanggal
pelaporan untuk laporan keuangan perusahaan tersebut. Perusahaan harus menyesuaikan
kebijakan kebijakan akuntansi yang pernah dibuatnya untuk comply terhadap aturan yang
dipersyaratkan IFRS, yang berarti semua perangkat kebijakan akuntansi sebuah perusahaan
harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan adopsi IFRS.

2. Membuat laporan posisi keuangan IFRS pembuka pada tanggal transisi IFRS

Tanggal transisi IFRS adalah awal periode dimana sebuah entitas menyajikan informasi
komparatif berdasarkan IFRS dalam laporan keuangan IFRSnya. Sebagai contoh, bila
berdasarkan target IAI Indonesia akan full convergence pada 1 Januari 2012, itu artinya pada
laporan keuangan akhir tahunnya per 31 Desember 2012 semua perusahaan di Indonesia
harus membuat laporan keuangan komparatif per 31 Desember 2011 juga, dan juga harus
menyajikan laporan posisi keuangan (hanya laporan posisi keuangan saja) pada awal periode
komparatif yaitu per 1 Januari 2011. Sehingga dalam contoh ini tanggal transisi IFRS adalah
tanggal 1 Januari 2011 (dalam IFRS 1, tanggal ini disebut dengan laporan posisi keuangan
IFRS pembuka (opening IFRS statement of financial position)). Penerapan mundur ini
disebut dengan istilah retrospektif.

Dalam membuat laporan posisi keuangan IFRS pembuka, IFRS 1 menyatakan bahwa
sebuah entitas diharuskan:

1. Mengakui semua aset dan liabilitas yang diakui berdasarkan IFRS.


2. Tidak mengakui item-item sebagai aset dan liabilitas jika IFRS tidak mengizinkannya.
3. Reklasifikasi item-item yang telah diakui berdasarkan GAAP sebelumnya sebagai
satu jenis aset, liabilitas atau komponen ekuitas, tetapi berbeda jenis aset, liabilitas
atau komponen ekuitas berdasarkan IFRS.
4. Menggunakan IFRS dalam mengukur semua asset dan liabilitas yang diakui.
Dalam menyajikan laporan posisi keuangan IFRS pembuka ini, kebijakan akuntansi yang
digunakan sebuah entitas mungkin berbeda dengan yang digunakan pada tanggal yang sama
menggunakan GAAP sebelumnya. Hal ini akan menghasilkan adjustment yang akan diakui
secara langsung dalam laba ditahan pada tanggal transisi. (karena adjustment tersebut
dihasilkan dari kejadian dan transaksi sebelum tanggal transisi IFRS).

Salah satu perusahaan yang mengadopsi IFRS adalah PT.Garuda Indonesia Tbk periode
2012 dan 2013 menggunakan standar akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh IAI.
Dimana laporan keuangan berupa Annual Report yang terdiri dari Neraca Konsolidasi,
Laporan Laba Rugi Konsolidasi, Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi, Laporan Arus Kas
Konsolidasi, Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi serta Daftar Informasi Tambahan.

Kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan perusahaan,


antara lain :

IFRS PSAK
IAS 1 Presentation of Financial PSAK 1 Presentation of Financial
Statements Statements
IAS 7 Statements of Cash Flows PSAK 2 Statements of Cash Flows
IAS 34 Interim Financial Reporting PSAK 3 Interim Financial Reporting
IAS 27 Consolidated and Separate PSAK 4 Consolidated and Separate
Financial Statements Financial Statements
IFRS 8 Operating Segments PSAK 5 Operating Segments
IAS 32 Financial Instruments : PSAK 50 Financial Instruments :
Presentation Presentation
IAS 39 Financial Instruments : PSAK 55 Financial Instruments :
Recognition and Measurements Recognition and Measurements
IFRS 7 Financial Instruments : PSAK 60 Financial Instruments :
Disclosure Disclosure
dll..

Sejak tahun 2011, PT. Garuda Indonesia Tbk telah menerapkan beberapa PSAK tertentu
yang mengacu kepada IFRS, diantaranya PSAK 3, PSAK 7, PSAK 22, PSAK 38, PSAK 51,
PSAK 51, PSAK 60 dan ISAK 25. Terdapat 2 ISAK yang mengacu pada IFRS yang baru
akan efektif digunakan oleh PT. Garuda Indonesia Tbk tahun 2014, yaitu ISAK 27 dan ISAK
28. Dalam penyusunan annual report (laporan keuangan), PT. Garuda Indonesia Tbk dibantu
oleh Independent Public Accountants Osman Bing Satrio & Eny (Lampiran 1 CALK hal 16-
19). Detail mengenai PSAK 48 revisi 2014, penurunan nilai aset yang diubah dengan
memasukkan persyaratan dari PSAK 68, pengukuran nilai wajar (Lampiran 2 CALK hal 71-
73).
Dengan penyusunan laporan keuangan dengan standar IFRS, maka penyusunan laporan
keuangan PT. Garuda Indonesia sudah berstandar internasional, sama seperti perusahaan –
perusahaan lain di dunia dimana PT. Garuda Indonesia meraih penghargaan untuk Annual
Report 2011 di Moscow, Rusia; Penghargaan untuk Annual Report 2011 di Amerika, dan
lain – lain.
Penggunaan standar PSAK diwajibkan untuk direalisasikan pada laporan keuangan di
dunia bisnis baik sektor jasa, perbankan, dagang maupun manufaktur. Agar pemahaman
laporan keuangan menjadi lebih mudah, maka perlu direalisasikannya suatu aturan atau
standar yang seragam.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laporan posisi keuangan menurut IFRS menyajikan laporan posisi keuangan
berdasarkan aset lancar dan aset tidak lancar, dan liabilitas jangka pendek dan jangka
panjang. Perusahaan eropa biasanya menyusun aset dimulai dari aset tidak lancar, ataupun
sebaliknya aset disusun dimulai dari aset lancar yang sering ditemukan di Amerika termasuk
Indonesia. Hal ini sekali lagi merupakan salah satu cerminan penerapan principle-based
standards.
Pengadopsian IFRS untuk pertama kali perusahaan harus menentukan kebijakan
akuntansi yang akan digunakan serta membuat laporan posisi keuangan IFRS pembuka pada
tanggal transisi IFRS.

Anda mungkin juga menyukai