Fraktur
Fraktur
1. Latar Belakang
Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan
luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang diberikan stres lebih besar dari
kemampuannya untuk menahan (Sapto Harnowo, 2002). Umumnya fraktur
disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor. Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia cenderung
turun, yaitu 47.401 orang pada tahun 1989 menjadi 32.815 orang pada tahun
1995. Rasio jumlah korban cedera sebesar 16,80 per 10.000 penduduk dan
rasio korban meninggal sebesar 5,63 per 100.000 penduduk. Angka
kematian tertinggi berada di wilayah Kalimantan Timur yaitu 11,07 per
100.000 penduduk dan terendah di Jawa Tengah, yaitu sebesar 2,67 per
100.000 penduduk (Lukman, 2009). Badan kesehatan dunia (WHO)
mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan
insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah
satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden
fraktur ekstremitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelekaan yang
terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diistegritas tulang,
penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti
proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Depkes
RI, 2007). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2007
didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan
jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, dari hasil survey tim
depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45
mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas dan
bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Respon
cemas (ansietas) adalah reaksi normal terhadap ancaman stress dan bahaya.
Ansietas merpakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik
yang nyata maupun yang dibayangkan. respon cemas merupakan reaksi
umum yang terjadi terhadap perubahan status kesehatan yang dirasakan
sebagai ancaman: ancaman umum terhadap kehidupan, kesehatan dan
keutuhan tubuh, pemajanan dan rasa malu, ketidaknyaman akibat nyeri dan
keterbatasan gerak. Di Sumatera Selatan berdasarkan data dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 didapatkan sekitar 2700 orang
mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik, 24%
mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami
gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Dinkes
Pemrov Sumsel, 2008). Sementara itu pada tahun yang sama di Rumah Sakit
Umum Kota Prabumulih tercatat terdapat 676 kasus fraktur dengan distribusi
86,2% fraktur jenis terbuka dan 13,8% fraktur jenis tertutup. Berdasarkan
catatan rekam medik RSUD Kota Prabumulih diketahui 68,14% jenis fraktur
yang terjadi adalah fraktur ektremitas bawah (Medikal Record RSUD Kota
Prabumulih, 2008). Data yang diperoleh dari Medikal Record Rumah Sakit
RK Charitas jumlah penderita fraktur pada tahun 2008 sebanyak 51 orang,
tahun 2009 sebanyak 51 orang dan dari bulan Januari sampai dengan Juni
2010 sebanyak 11 orang Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa
fraktur memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Apabila dilihat data
prevalensi yang diperoleh dari Rumah Sakit RK Charitas, Sebagai perawat
tentunya akan berusaha semaksimal mungkin memberikan perawatan
terhadap penderita fraktur/ patah tulang secara menyeluruh proses
pemulihan dan penyembuhan dapat lebih cepat tanpa adanya komplikasi dari
penyakit tersebut. Untuk itulah penulis memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan fraktur cruris dalam sebuah karya tulis ilmiah yang
berjudul, "Asuhan Keperawatan pada Tn."M" dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris di Pavilyun Lukas Kamar 8-2
Rumah Sakit RK Charitas Palembang.
Mengingat peran dan fungsi sebagai calon perawat serta karena keterbatasan
waktu yang penulis miliki maka dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis
membatasi ruang lingkup masalah hanya pada Asuhan Keperawatan Tn."M"
dengan gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris. Pengkajian ini
hanya terbatas hanya pada satu orang klien saja yang dikaji selama tiga hari dari
tanggal 14 Juli 2010 sampai dengan tanggal 15 Juli 2010 di Paviliun Lukas kamar
8-2 Rumah Sakit RK. Charitas Palembang.
3. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan agar penulis menerapkan suatu
konsep tentang Asuhan Keperawatan secara langsung kepada klien dengan
gangguan sistem Muskuloskeletal; Post Op Fraktur Cruris dengan metode
pendekatan proses keperawatan.
Tujuan Khusus
BAB II PEMBAHASAN
SISTEM RANGKA
Dipelihara oleh Sistem Haversian yaitu sistem yang berupa rongga yang di
tengahnya terdapat pembuluh darah. Terjadi proses pembentukan jaringan tulang
baru dan reabsorpsi jaringan tulang yang telah rusak.
FUNGSI TULANG 1. 2. 3. 4. 5.
PEMBAGIAN TULANG
Tulang axial ( tulang pada kepala dan badan) Seperti : tl. tengkorak, tl.
vertebrae, tl. rusuk dan sternum. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
Seperti : extremitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan),
extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak kaki)
HISTOLOGI TULANG
Di antara lapisan tersebut terdapat ruang kecil lacuna Cairan yang mengisi
Osteocyte Osteocyte adalah sel pembentuk tulang. Osteoblast (sel pembentuk) dan
osteoclast (reabsorbsi tulang). Suplai darah pada tulang didapat dari arteriole
sepanjang kanal Haversin. Tulang juga dipersyarafi oleh syaraf-syaraf.
KARTILAGE Kartilage adalah jaringan konektif yang tebal yang dapat menahan
tekanan. Kartilage umum terdapat pada tulang embrio Umumnya kartilage ini
berubah secara bertahap menjadi tulang dengan proses ossifikasi tetapi beberapa
kartilage tidak berubah setelah dewasa..
LIGAMEN DAN TENDON Ligamen dan tendon tersusun dari jaringan konektif
fibrosa yang tebal, mengandung serabut kolagen dalam jumlah yang sangat besar.
Tendon menghubungkan otot ke tulang. Tendon merupakan perpanjangan dari
pembungkus otot yang berhubungan langsung dengan periosteum. Ligamen
menghubungkan tulang dan sendi dan memberikan kestabilan pada saat
pergerakan.
Pengertian Fraktur
A. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan. (Mansjoer A,2000). Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang, fraktur diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur mengubah posisi tulang struktur yang
ada disekitarnya (otot,tendon,saraf dan pembuluh darah juga mengalami
kerusakan). Edera traumatik paling banyak menyebabkan fraktur. Fraktur
patologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang lemah karena demineralisasi
berlebihan.(Carpenito,1999). Fraktur adalah terputusnya continuitas tulang
dan ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. (Brunner, Suddarth,2002).
B. ETIOLOGI FRAKTUR
C. MACAM-MACAM FRAKTUR
1. Menurut jumlah garis fraktur : Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur) Comminutive fraktur
(banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
2. Menurut luas garis fraktur : Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara
langsung) Fraktur komplit (tulang terpotong secara total) Hair line fraktur (garis
fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang)
b. Derajat II
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi stuktur kulit, otot dan
neurovaskulerserta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas:
lunak yang menutupi fragmen tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas, atau
fraktur segmental sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi
tanpa melihat besarnya ukuran luka. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur
tulang yang terpapar atau kontaminasi masif Luka pada pembuluh arteri/saraf
perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak Fraktur
tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
E. PATOFISIOLOGI
F. KOMPLIKASI
Penyembuhan tulang terganggu : Mal union Non union Delayed union Cross union
G. TATA LAKSANA
a. Inflamasi
b. Proliferasi Sel
c. Pembentukan Kallus
d. Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
patah tulang, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah
yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses
yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat
untuk membawa beban yang normal.
e. Stadium Lima-Remodelling