Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA PRODUK ALAM

PERCOBAAN IV
ALKALOID

Disusun oleh :

1. Yesi Luthfi R (16/397337/FA/11020)


2. Yustika Cahyaning P (16/397340/FA/11023)
3. Andyan Prabowo (16/405659/FA/11025)
Kelas : A
Golongan / Kelompok : IV / 5

Asisten jaga : 1. Anami


2. Shinta

LABORATORIUM KIMIA PRODUK ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2018
ALKALOID

I. Skema Kerja

1. Chinae cortex
Ditotolkan larutan uji sampel kina pada lempeng KLT dan dibiarkan mengering

Dilakukan 2 totolan pada satu titik

Ditotolkan larutan pembanding berupa tablet kina pada lempeng KLT yang sama dengan
jarak 1 cm dari totolan sampel dan dibiarkan mengering

Dilakukan 2-3 kali totolan pada satu titik

Dimasukkan lempeng KLT pada bejana yang berisi fase gerak (diklorometan-dietilamina
(90:10 v/v) ) yang telah dijenuhkan dan bejana ditutup rapat

Dibiarkan fase gerak bergerak ke atas pada permukaan lempeng hingga mencapai batas
elusi

Dikeluarkan lempeng dan dikeringkan, diamati bercak pada sinar tampak, UV 254, dan
UV 366

Disemprot lempeng dengan H2SO4 5% etanolik dan dipanaskan selama 5 menit, diamati
bercak pada sinar tampak, UV 254, dan UV 366

Didokumentasikan hasil

Dihitung Rf sampel dan dibandingkan dengan pembanding

2. Daun teh
Ditotolkan larutan uji sampel (daun teh) pada lempeng KLT dan dibiarkan mengering

Dilakukan 2 kali totolan pada satu titik

Ditotolkan larutan pembanding (kafein) pada lempeng KLT yang sama dengan jarak 1 cm
dari totolan sampel dan dibiarkan mengering

Dilakukan 2 kali totolan pada satu titik


Dimasukkan lempeng KLT pada bejana yang berisi fase gerak (kloroform-aseton (50:50
v/v) ) yang telah dijenuhkan dan bejana ditutup rapat

Dibiarkan fase gerak bergerak ke atas pada permukaan lempeng hingga mencapai batas
elusi

Dikeluarkan lempeng KLT dan dikeringkan, diamati bercak pada sinar tampak, UV 254,
dan UV 366

Diuapkan lempeng KLT dengan iodin, diamati bercak pada sinar tampak, UV 254, dan
UV 366

Didokumentasikan hasil

Dihitung Rf sampel dan dibandingkan dengan pembanding

3. Rauwolfia (strichnin)
Ditotolkan larutan uji sampel rauwolfia radix pada lempeng KLT dan dibiarkan
mengering

Dilakukan 2 kali totolan pada satu titik

Ditotolkan larutan pembanding (strichnin) pada lempeng KLT yang sama dengan jarak 1
cm dari totolan sampel dan dibiarkan mengering

Dilakukan 2 kali totolan pada satu titik

Dimasukkan lempeng KLT pada bejana yang berisi fase gerak (Toluena-etil asetat-
dietilamina (70:20:10 v/v) ) yang telah dijenuhkan dan bejana ditutup rapat

Dibiarkan fase gerak bergerak ke atas pada permukaan lempeng hingga mencapai batas
elusi

Dikeluarkan lempeng dan dikeringkan, diamati bercak pada sinar tampak, UV 254, dan
UV 366
Disemprot lempeng dengan dragendorf dan dilanjutkan dengan NaNO2,
diamati bercak pada sinar tampak, UV 254, dan UV 366

Didokumentasikan hasil

Dihitung Rf sampel dan dibandingkan dengan pembanding

4. Rauwolfia (reserpin)
Ditotolkan larutan uji sampel rauwolfia radix pada lempeng KLT dan dibiarkan
mengering

Dilakukan 2-3 kali totolan pada satu titik

Ditotolkan larutan pembanding (reserpin) pada lempeng KLT yang sama dengan jarak 1
cm dari totolan sampel dan dibiarkan mengering

Dilakukan 2-3 kali totolan pada satu titik

Dimasukkan lempeng KLT pada bejana yang berisi fase gerak (Diklorometan-metanol
(8:2 v/v) ) yang telah dijenuhkan dan bejana ditutp rapat

Dibiarkan fase gerak bergerak ke atas pada permukaan lempeng hingga mencapai batas
elusi

Dikeluarkan kertas dan dikeringkan, diamati bercak pada sinar tampak, UV 254, dan UV
366

Disemprot KLT dengan dragendorf, diamati bercak pada sinar tampak, UV 254, dan UV
366

Didokumentasikan hasil

Dihitung Rf sampel dan dibandingkan dengan pembanding

5. Tembakau
Ditotolkan larutan uji sampel (tembakau) pada lempeng KLT dan dibiarkan
mengering

Dilakukan 2 kali totolan pada satu titik


Ditotolkan larutan pembanding (asam nikotinik) pada lempeng KLT yang sama dengan
jarak 1 cm dari totolan sampel dan dibiarkan mengering

Dilakukan 2 kali totolan pada satu titik

Dimasukkan lempeng KLT pada bejana yang berisi fase gerak (etil asetat-metanol-
ammonia pekat-air) (80:25:0,2:15,8 v/v) ) yang telah dijenuhkan dan bejana ditutup rapat

Dibiarkan fase gerak bergerak ke atas pada permukaan lempeng hingga mencapai batas
elusi

Dikeluarkan lempeng dan dikeringkan, diamati bercak pada sinar tampak, UV 254, dan
UV 366

Disemprot lempeng dengan dragendorf, diamati bercak pada sinar tampak, UV 254, dan
UV 366

Didokumentasikan hasil

Dihitung Rf sampel dan dibandingkan dengan pembanding

II. Hasil dan Analisis Data

Golongan Kinolin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Sinar Tampak UV 254 UV 365 Sinar Tampak UV 254 UV 365
Golongan Xantin
Sebelum Diuap Iod Setelah Diuap Iod
Sinar UV 254 UV 365 Sinar UV 254 UV 365
Tampak Tampak

Golongan Indol
a.) Strichnin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Sinar UV 254 UV 365 Sinar UV 254 UV 365
Tampak Tampak

b.) Reserpin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Sinar UV 254 UV 365 Sinar UV 254 UV 365
Tampak Tampak

Golongan Piridin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Sinar UV 254 UV 365 Sinar UV 254 UV 365
Tampak Tampak
Harga Rf
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑐𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎
Rf = Jarak rambat fase gerak ditetapkan sebesar 5 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
1. Golongan Kinolin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Nomor Rf Sinar UV UV Sinar UV UV
Tampak 254 365 Tampak 254 365
1. Sampel (Kina):
4,85 Kuning Biru Biru Kuning Biru Biru
Rf1: 5 = 0,97 gelap Gelap Kecoklatan Gelap Gelap

3,3
Biru Biru
Rf2: = 0,66 terang terang
5
3,8
Rf3: 5
= 0,76 Tidak Biru Tidak Tidak
4,2 tampak Muda tampak tampak
Rf4: = 0,84 Biru Biru
5
muda gelap

2. Tablet Kina
(pembanding): Tidak Biru Tidak Tidak Biru Biru
3,3
Rf: 5 = 0,66 tampak Gelap tampak tampak Terang Terang

Analisis Data: Diperoleh sampel golongan kinolin dengan Rf 0,66 sama seperti Rf
pembanding. Rf untuk sinkonidin adalah 0,65. Kulit kina diduga mengandung
sinkonidin.

2. Xantin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Nomor Rf Sinar UV UV 365 Sinar UV 254 UV
Tampak 254 Tampak 365
1. Sampel (Teh Hijau Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
hijau): tampak tampak tampak tampak tampak
1,5
Rf1: = 0,3
5

4,4 kuning Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


Rf2: = 0,88
5
tampak tampak tampak tampak tampak
1 hijau Tidak oranye Hijau Coklat
Rf3: 5 = 0,2
Tidak tampak kecoklatan gelap
1,4 tampak kuning Oranye Tidak Tidak Tidak
Rf4: = 0,28
5 menyala tampak tampak tampak
2,5 ungu Tidak Tidak ungu Tidak
Rf5: = 0,5
5 tampak tampak tampak
2. Kafein Tidak ungu Tidak Tidak ungu Tidak
(pembanding): tampak tampak tampak tampak
2,5
Rf: 5 = 0,5

Analisis Data: Rf sampel golongan xantin diperoleh 0,5 yang mana sama dengan Rf
pembanding kafein. Sampel the diduga mengandung kafein.
3. Golongan Indol
a.) Strichnin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Nomor Rf Sinar UV UV Sinar UV 254 UV
Tampak 254 365 Tampak 365
1. Sampel
(Rauwolvia
Radix): Biru
Merah Hijau Tidak
3,5
Rf1: 5 = 0,7 pudar muda tampak
4 Tidak
Rf2: 5 = 0,8
tampak
Tidak
4,5
Rf3: = 0,9 tampak Biru
5
4,6
Rf4: = 0,92
5

Rf:
4,8
= 0,96 Biru Merah Hijau Biru
5

2. Strichnin
(pembanding)
4
Rf1: 5 = 0,8 Tidak
Biru Biru Merah Hijau Biru
tampak

Analisis Data: Terdapat salah satu Rf pada sampel yang sama dengan nilai Rf pembanding
strichnin yaitu 0,8. Sampel Rauwolvia radix diduga mengandung strichnin.

b.) Reserpin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Nomor Rf Sinar UV 254 UV Sinar UV UV
Tampak 365 Tampak 254 365
1. Sampel
(Rauwolvia Tidak
Biru Merah
Radix): tampak Biru Kuning Biru
keunguan bata
5
Rf1: 5 = 1
2. Reserpin Tidak
(pembanding): Biru Merah
tampak Biru Kuning Biru
5 keunguan bata
Rf1: 5 = 1

Analisis Data: Sampel memiliki Rf yang sama dengan Rf pembanding yaitu 1. Sampel
diduga mengandung reserpin. Fase gerak terlalu polar sehingga bercak
terdapat di batas elusi.

4. Golongan Piridin
Sebelum Disemprot Setelah Disemprot
Nomor Rf Sinar UV UV Sinar UV 254 UV
Tampak 254 365 Tampak 365
1. Sampel Coklat
(Tembakau): Coklat Coklat Hijau Ungu
muda Coklat tua
3,8 tua tua kecoklatan Gelap
Rf1: 5 = 0,76

0,5
Rf2: = 0,1 Tidak Ungu Tidak
5 Ungu
1,5 tampak muda tampak
Rf3: = 0,3 Tidak Tidak
5
2,5 tampak tampak
Rf4: = 0,5
5 Coklat Oranye Ungu
hijau
muda muda gelap

2. Nikotin
(pembanding):
2,5
Rf1: 5 = 0,5
Tidak Tidak Tidak Tidak
4,5 Ungu Ungu
Rf2: = 0,9 tampak tampak tampak tampak
5
5
Rf1: 5 = 1

Analisis Data: Sampel tembakau memiliki Rf yang sama dengan Rf pembanding yaitu 0,5.
Sampel tembakau diduga mengandung nikotin.
III. PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa alkaloid dalam


ekstrak tumbuhan yang dianalisis serta mengidentifikasikan golongan senyawa alkaloid
dengan teknik KLT. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan
campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik
penyerap maupun cuplikannya.Prinsip identifikasi senyawa pada KLT adalah dengan
memisahkan senyawa-senyawa yang ada pada sampel dan membandingkan jarak bercak
dari senyawa pada sampel dan senyawa pada pembanding (Gandjar dan Rohman, 2007).
Ada beberapa pengertian yang menjelaskan bahwa kromatografi Lapis Tipis adalah
metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas fase diam,
ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok.
Campuran yang dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah
plat ditaruh di dalam bejana tertutup yang berisi larutan pengembangan yang cocok (fase
gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya,
senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).
Kandungan senyawa yang akan diidentifikasi pada praktikum ini adalah kinidin, kafein,
strichnin, reserpin, dan nikotin.

Pada KLT, prinsip like dissolve like juga berlaku, dimana senyawa polar akan
larut dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar
(organik). Fase diam yang digunakan dalam praktikum ini adalah silika gel F254 yang
sifatnya polar dan fase geraknya menggunakan campuran larutan yang sifatnya non
polar dan disesuaikan dengan sampel yang akan dielusi. Mekanisme pemisahan yang
terjadi adalah adsorpsi. Adsorbsi melibatkan interaksi-interaksi elektrostatik seperti
ikatan hidrogen, penarikan dipol-dipol, dan penarikan induksi oleh dipol solute yang akan
bersaing dengan fase gerak untuk berikatan dengan sisi polar permukaan fase diam. Jika
campuran senyawa yang dipisahkan ada yang bersifat polar, maka senyawa tersebut akan
lebih kuat berinteraksi dengan fase diam karena silica gel F254 bersifat polar sehingga
senyawa tersebut akan terelusi lebih lambat, akibat tertahan selektif oleh fase diam.
Sebaliknya jika senyawa tersebut bersifat nonpolar, maka interaksinya akan lebih kuat
dengan fase gerak sehingga jarak elusi akan lebih jauh karena tidak ada tertahan selektif
oleh fase diam. Dengan demikian, kromatografi ini menggunakan sistem fase normal.
Adapun sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah Chinae cortex,
Theae folium, Rauwolfia radix dalam pelarut Na2CO3, Rauwolfia radix dalam pelarut
methanol, dan tembakau dalam bentuk ekstrak.
1. Chinae cortex

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae

Order : Gentianales

Family : Rubiaceae

Genus : Chincona L.
Species : Chincona officinales (Trease, 1971)

Kulit batang pohon kina mengandung alkaloid penting golongan kinolin, yaitu kinin,
kinidin, sinkonin, dan sinkonidin (Trease, 1971).

2. Theae folium

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Order : Theales
Family : Theaceae
Genus : Camellia L.
Species : Camellia sinensis (L.) Kuntze (Anonim, 2010)

Komposisi senyawa kimia daun teh terdiri atas 4 kelompok besar, yaitu golongan fenol,
golongan bukan fenol, golongan enzim, dan golongan aromatis. Salah satu substansi yang
termasuk golongan bukan fenol adalah alkaloid. Sifat penyegar teh berasal dari
bahan alkaloid yang menyusunnya. Terdapat 3% - 4% dari berat kering daun. Alkaloid
utama dalam daun teh adalah kafein, theobromin, dan theofilin (Arifin, 1994).
3. Rauwolfia radix

Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Rauwolfia
Species : Rauwolfia serpentina (Anonim, 2014)

Radix Rauwolfiae berisi lebih dari 60 alkaloid indol. Alkaloid utama diidentifikasi
sebagai reserpin dan rescinnamine (Anonim, 1999).

4. Tembakau
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Order : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Species : Nicotiana tabacum L. (Anonim, 2012)

Kandungan tembakau terdiri dari senyawa nitrogen (nikotin, protein),


senyawa karbohidrat (gula, selulose), resin dan minyak atsiri, asam organik serta zat
pewarna (Tirtosatro, 2009).

Langkah awal yang dilakukan adalah penyiapan 5 plat KLT yang berukuran 2 x 6
cm. Kemudian dilakukan penotolan sampel uji dan larutan pembanding sesuai dengan
cara kerja menggunakan pipa kapiler pada jarak 1 cm dari bagian bawah plat dan diberi
batas 0,5 cm dari bagian atas plat sehingga jarak elusinya adalah 5 cm. Pipa kapiler
digunakan agar sampel uji dan senyawa pembanding yang ditotolkan tidak terlalu banyak,
sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya tailing. Lalu, plat KLT dimasukkan
ke dalam chamber yang berisi fase gerak. Sebelumnya chamber sudah dijenuhkan oleh
fase gerak. Penjenuhan ini dilakukan agar gerak fase gerak dapat berjalan bersama. Plat
KLT dikeluarkan setelah fase gerak sudah mencapai jarak elusi yaitu sejauh 5 cm. Setelah
itu, plat KLT didiamkan sampai kering dan tidak berbau fase gerak. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan sinar tampak, sinar UV254, dan sinar UV366.
Setelah pengamatan, dilakukan penyemprotan menggunakan pereaksi untuk
memperjelas visualisasi bercak hasil elusi. Pada plat A perlu dipanaskan selama kurang
lebih 10 menit untuk menghilangkan sisa amina, kemudian disemprot dengan asam sulfat
5% etanolik, setelah itu dipanaskan lagi pada 105 oC selama 5 menit. Pada plat
B disemprot dengan larutan iodin-KI-HCl. Pada plat C disemprot dengan Dagendorff
dilanjutkan dengan NaNO2. Pada plat D disemprot dengan Dagendorff. Dan untuk plat E
disemprot dengan Dagendorff. Kemudian dilakukan pengamatan dengan sinar tampak,
sinau UV254, dan sinar UV366.
Intrepetasi hasil elusi bahan uji dengan Kroatografi Lapis Tipis:

1. Chinae cortex
Dari hasil elusi dengan KLT, totolan senyawa sampel menunjukkan hasil
pemisahan senyawa yang baik pada pembanding (quinidine) maupun sampel. Hal ini
dapat dilihat dari sampel yang terelusi dan pembanding yang terelusi memiliki titik yang
sama pada Rf 0,66 ketika dibaca di UV 254nm saat sebelum disemprot dan setelah
disemprot. Tetapi pada UV 365 tidak terlihat pada saat sebelum disemprot, tetapi setelah
disemprot terlihat. Dari hasil yang didapatkan dapat diduga sampel kinolin mengandung
pembanding (quinidine). Hal ini sesuai dengan teori.
2. Theae folium
Dari hasil elusi dengan KLT, terjadi pemisahan senyawa sampel dan muncul
bercak pembanding pada lempeng KLT. Terdapat bercak sampel pada Rf 0,5 yang sama
dengan Rf dari bercak pembanding (kafein) pada pengamatan dengan UV 254 nm baik
sebelum disemprot maupun setelah disemprot. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
sampel daun the (Theae folium) mengandung senyawa kafein. Hal ini sesuai dengan teori.
3. Rauwolfia radix
Dari hasil elusi dengan KLT, terjadi pemisahan senyawa sampel dan muncul
bercak pembanding pada lempeng KLT. Terdapat bercak sampel pada Rf 0.7, Rf 0.8, Rf
0.9, Rf 0.92, Rf 0.96 . Hanya satu bercak yang sama dengan Rf dari bercak pembanding
(strichnin) yaitu Rf 0.8. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Rauwolfia radix yang
diuji pada praktikum ini mengandung senyawa strichnin.
4. Rauwolfia radix
Dari hasil elusi dengan KLT, terjadi pemisahan senyawa sampel, namun hanya
muncul satu bercak pembanding (reserpine) pada lempeng KLT. Terdapat bercak biru
pada UV 365 nm sebelum disemprot pada bercak sampel. Sehingga belum dapat
disimpulkan apakah sampel Rauwolfia radix pada praktikum ini mengandung senyawa
reserpine atau tidak. Sebab dari pembanding maupun sampel terkumpul Rf=1 yang
dikarenakan fase gerak terlalu polar sehingga tidak dapat memisahkan komponen
senyawa dengan baik.

5. Tembakau (Nicotiana tabacum)


Dari hasil elusi dengan KLT, terjadi pemisahan senyawa sampel dan muncul
bercak pembanding (nikotin) pada lempeng KLT. Muncul bercak abu-abu pada UV
365nm pada sebelum disemprot pada Rf 0,5. Sehingga dapat disimpulkan sampel
Nicotiana tabacum pada praktikum ini mengandung senyawa nikotin, hal ini sesuai teori.

Nilai Rf dan warna noda yang sama menunjukkan bahwa sampel mengandung
senyawa dan polaritas yang sama dengan baku pembanding. Faktor-faktor yang
mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang juga mempengaruhi
harga Rf adalah :
1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
2. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya
Biasanya aktivitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan
molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap. Perbedaan
penyerap akan memberikan perbedaan yang besar terhadap harga Rf meskipun
menggunakan fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi hasil akan dapat diulang
dengan hasil yang sama, jika menggunakan penyerap yang sama, ukuran partikel tetap
dan jika pengikat dicampur hingga homogen.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
Pada praktiknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan
tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak
rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
4. Pelarut dan derajat kemurniannya fase gerak
Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase gerak dalam kromatografi lapis
tipis adalah sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan
yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.
5. Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan
6. Teknik percobaan
Arah pelarut bergerak di atas plat. Metoda aliran penaikan yang hanya diperhatikan,
karena cara ini yang paling umum meskipun teknik aliran penurunan dan mendatar
juga digunakan.
7. Jumlah cuplikan yang digunakan
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan hasil penyebaran
noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak kesetimbangan
lainnya, hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
8. Suhu
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama
untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang
disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.
9. Kesetimbangan
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam
kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan
uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut,
bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan
pelarut yang berbentuk cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian tepi-
tepi dan keadaan ini harus dicegah.
TUGAS

1. Gambarkan struktur kimia dari :


a. Kinina, kinidina, sinkonina,
sinkonidina
b. Kafeina, teobromin
c. Strichnin, reserpine
d. Atropine, skopolamin, nikotin

2. Mengapa untuk deteksi derivate xantin tidak digunakan Dragendorf ?


3. Carilah masing-masing 2 contoh simplisia yang mengandung alkaloid tropan dan
pirrolizidin beserta struktur senyawa kimianya !

JAWAB
1. a. Kinina, Kinidina, Sinkonin, sinkonidina

(Dewick, 2009)
b. Kafein, Teobromin

c. Strichnin, Reserpin
d. Atropin, Skopolamin, nikotin

(Dewick, 2009)

2. Derivat xantin tidak dapat dideteksi dengan Dragendorf sebab Dragendorf merupakan
pereaksi yang digunakan hanya untuk mendeteksi alkaloid dengan atom N yang
berasal dari turunan asam amino, sedangkan derivate xantin merupakan alkaloid dnegan
atom N yang berasal bukan dari turunan asam amino (pseudoalkaloid), sehingga
Dragendorf tidak dapat digunakan untuk mendeteksi derivate xantin.
3. – Alkaloid Tropan
a. Daun dari Duboisia myoporoides, mengandung 3 % alkaloid (-) Hyoscyamine, (-)
hyoscine
b. Daun coca dari spesies Erythroxylum, mengandung 40-50 % kokain (procaine,
benzococaine, tetracaine dll)

(Dewick, 2009)
- Alkaloid Pirrolizidin
a. Slimplisia dari Boraginaceae ( Contoh : Heliotropium, Cynoglossum, dan
Symphytum)

(Dewick, 2009)
b. Simplisia dari Senecio spesies
IV. KESIMPULAN

1. Sampel Chinae cortex yang diidentifikasi mengandung senyawa kinolin


2. Sampel Theae folium (daun teh) yang diidentifikasi mengandung senyawa kafein.

3. Sampel Rauwolfia radix yang diidentifikasi mengandung senyawa strichnin.


4. Sampel Rauwolfia radix yang diidentifikasi mengandung senyawa reserpine.
5. Sampel Tembakau (Nicotiana tabacum) yang diidentifikasi mengandung senyawa nikotin.
6. Penyebab pembanding tidak terjadi pemisahan dalam sistem KLT karena pembanding yang
digunakan sudah rusak, eluen yang digunakan sudah terkontaminasi, atau komposisi dari eluen yang
kurang tepat (kepolaran tidak jauh beda dengan fase diam yang digunakan), sehingga tidak dapat
memisahkan komponen senyawa dengan baik.
7. Penyebab sampel tidak terjadi pemisahan dapat terjadi karena perbandingan komposisi dari
eluen kurang tepat (dalam hal kepolaran dengan fase diam) maupun karena dari sisi sampel yang
digunakan mungki sudah tidak murni lagi (rusak).

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants,


http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js2200e/24.html, diakses pada 5 November
2018 pukul 16:30. Anonim, 2010,
Chinchona L.,
http://plants.usda.gov/java/ClassificationSrvlet?source=display&classid-=CINCH, diakses pada 5
November 2018 pukul 15:35.
Anonim, 2010, Camellia sinensis (L.) Kuntze, http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CASI16,
diakses pada 5 November pukul
14:57.
Anonim, 2012, Tembakau (Nicotiana tabacum L.),
http://www.plantamor.com/index.php?plant=900, diakses pada 5 November 2018 pukul 15:42.
Anonim, 2014, Rauvolfia Serpentina; A Medicinal Herb,
http://www.voicesofyouth.org/en/posts/rauvolfia-serpentina--a-medicinal-herb, diakses pada 5
November 14:32.
Arifin, S., 1994, Petunjuk Teknis Pengolahan Teh, Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Bandung.

Dewick Paul M, 2009, Medicinal Natural Product: A Biosynthesis Approach, 3rd Edition, John
Wiley & Sons, UK

Gandjar, I. G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.
Lin.C.Y., Sariono A.N., 2008, Kinetics Study Of Carbon Dioxide, Journal Of The Taiwan, Institute
Of Chemical Engineers, Taipei.
Stahl, Egon, 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopik, Penerbit ITB, Bandung.
Tirtosastro, Samsuri, 2009, Kandungan Kimia Tembakau Dan Rokok : Buletin Tanaman Tembakau,
Serat & Minyak Industry, Malang.
Trease, George Edward, and William Charles Evans, 1971, Pharmacognosy, 4th ed,. Baillière Tindall,
London.

Yogyakarta, 08 November 2018


Praktikan,

1. Yesi Luthfi R (16/397337/FA/11020)


2. Yustika Cahyaning P (16/397340/FA/11023)
3. Andyan Prabowo (16/405659/FA/11025)

Anda mungkin juga menyukai