Applied Chemistry
Applied Chemistry
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
2017
DAFTAR ISI
Lembar Judul
Daftar Isi………………………………………………………………………….i
Bab I PENDAHULUAN
4.2 Produk……………………………………………………………………….
Kesimpulan…………………………………………………………………….
Daftar Pustaka………………………………………………………………..
i
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Besaran Pokok………………………………………………………………..13
Besaran Turunan…………………………………………………………….13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Injeksi intravena harus steril karena akan disuntikkan melalui kulit atau
membran mukosa ke dalam tubuh. Karena injeksi intravena mengelakkan garis
pertahanan pertama dari tubuh yang paling efesien yakni membran kulit dan
mukosa, maka injeksi intravena tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan
dari komponen toksis dan harus mempunyai kemurnian yang tinggi.
1
Cairan infus intravena dikemas
dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah
plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta
bebas partikel-partikel lain. Oleh karena
volumenya yang besar, pengawet tidak
pernah digunakan dalam infus intravena
untuk menghindari toksisitas yang mungkin
disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Gambar 2. Cairan Infus Intravena
Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa,
elektrolit dan vitamin.
1. Mengetahui bahan baku serta cara pembuatan cairan injeksi intravena atau
infus.
2. Memberi informasi mengenai penerapan konsep kimia pada cairan injeksi
intravena atau infus.
2
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Larutan buffer.
Larutan penyangga atau yang disebut juga larutan buffer
merupakan larutan yang bisa mempertahankan nilai pH meskipun ditambah
sedikit asam, sedikit basa, atau sedikit air (pengenceran). Hal ini dikarenakan
karena larutan penyangga mengandung zat terlarut bersifat “penyangga“ yang
terdiri atas komponen asam dan basa. Komponen asam berfungsi menahan
kenaikan pH, sedangkan komponen basa berfungsi menahan penurunan pH.
Menurut Syukri (1999), larutan buffer juga mempunyai
kapasitas buffer (yang biasa disebut indeks buffer atau intensitas buffer).
Kapasitas buffer merupakan suatu ukuran kemampuan buffer untuk
mempertahankan pHnya yang konstan apabila ditambahkan asam kuat atau
basa kuat. Kapasitas buffer bergantung pada jumlah asam-garam atau basa-
garam yang terkandung di dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran
kesetimbangan ke kanan maupun ke kiri dapat berlangsung banyak
untuk mengimbangi asam kuat atau basa kuat yang ditambahkan. Sehingga
dapat disebut kapasitas buffernya besar. Sebaliknya apabila jumlah asam-
garam atau basa-garam itu kecil, dapat menyebabkan pergeseran
kesetimbangan ke kanan dan ke kiri berlangsung sedikit. Sehingga dapat
dikatakan kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer dapat menahan perubahan
[H+] sebanyak 100x semula. Perubahan pH yang diizinkan hanyalah sekitar 2.
Ka atau Kb adalah konstanta, maka suatu buffer hanya efektif pada daerah pH
tertentu yang disebut rentang daerah buffer. Sesungguhnya penambahan
asam/basa pada suatu buffer akan mengubah pH-nya, namun perubahan itu
sangatlah kecil dan dapat diabaikan. Namun, jika jumlah asam/basa yang
ditambahkan makin banyak, maka perubahan pH-nya tak dapat diabaikan lagi.
Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan suatu buffer sebelum pH larutan
berubah disebut kapasitas buffer.
Kapasitas/daya tahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol
dan perbandingan mol dari komponen penyangganya. Semakin banyak jumlah
mol komponen penyangga, semakin besar kemampuannya mempertahankan
pH. Apabila komponen asam terlalu sedikit, penambahan sedikit basa dapat
mengubah pHnya. Sebaliknya apabila komponen basanya terlalu sedikit,
penambahan sedikit asam dapat mengubah pHnya. Sedangkan, perbandingan
3
mol antara komponen-komponen suatu larutan penyangga sebaiknya antara
0,1-10. Di luar perbandingan tersebut, maka sifat penyangganya akan
berkurang (Keenan et al., 1980).
4
Bab III
METODE PENELITIAN
5
Bab IV
DISKUSI KELOMPOK
Reaksi yang terjadi saat menginjeksi cairan infus adalah reaksi dari sistem
penyangga yang secara alami terjadi di bagian dalam tubuh. Larutan penyangga
bekerja untuk mengubah asam dan basa kuat menjadi asam dan basa lemah dengan
fungsi untuk mempertahankan derajat keasamaan tubuh yang berguna untuk bagian
dalam tubuh, dan dibutuhkan saat keadaan tubuh tidak normal, seperti saat setelah
kecelakaan yang menyebabkan pendarahan. Sistem penyangga yang dibutuhkan
tubuh, antara lain asam karbonat bikarbonat, fosfat, dan hemoglobin.
6
Jika dalam darah banyak terlarut H₂CO₃, maka pH darah menjadi
lebih rendah, sehingga H₂CO₃ segera terurai menjadi air dan CO₂, dimana
gas CO₂ ini dibuang ke paru-paru. Akibatnya pH darah relatif tetap. Akan
tetapi, ketika suatu asam basa dimasukkan ke dalam darah, maka ion OH⁻
dari basa tersebut segera bereaksi dengan asam karbonat (H₂CO₃) dalam
darah yang menghasilkan ion bikarbonat dan air menurut reaksi sebagai
berikut :
OH − (𝑎𝑞) + H2 CO3 (aq) HCO3 − (aq) + H2 O(𝑙)
(Reaksi antara asam hemoglobin menghasilkan ion oksi hemoglobin dan ion
asam).
Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi
konsentrasi ion H+, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada
7
reaksi di atas O 2 bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O2 dapat
mengikat H + dan membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H + yang
dilepaskan pada peruraian H2CO3 merupakan asam yang diproduksi oleh
CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme. Hemoglobin juga bertindak
sebagai penyangga pH dalam darah. Hal ini karena protein hemoglobin
dapat secara bergantian mengikat H+ (pada protein) maupun O2 (pada Fe
dari “gugus heme”), tetapi ketika salah satu dari zat tersebut diikat, maka
zat yang lain dilepaskan. Hemoglobin membantu mengontrol pH darah
dengan mengikat beberapa proton berlebih yang dihasilkan dalam otot
(dalam hal ini proton identik dengan keberadaan ion asam). Pada saat yang
sama, molekul oksigen dilepaskan untuk digunakan oleh otot tersebut untuk
berkontraksi.
4.2 Produk
Larutan NaCl (berisi air dan elektrolit (Na+ , Cl− ), larutan dextrose (berisi
air atau garam dan kalori), ringer laktat [berisi air
+ + − +
(Na , K , Cl , Ca , laktat ; peningkatan dan penurunan konsentrasi K⁺ berbanding
terbalik terhadap fosfat)], penyeimbang isotonik [berisi air, elektrolit, kalori ( Na+,
K+, Mg+, Cl-, HCO, glukonat)], Whole blood (darah lengkap) berisi komponen
darah, Plasma expanders (berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%, hespan
yang dapat meningkatkan tekanan osmotik, menarik cairan dari intertisial kedalam
sirkulasi, dan meningkatkan volume darah sementara), Hiperelimentasi parenteral
(berisi cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori) (Smeltzer & Bare, 2002).
8
KESIMPULAN
brbrgibruhiwefkmlk
9
DAFTAR PUSTAKA
10