Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ETIKA PROFESI &ASPEK HUKUM KONSTRUKSI


“Kegagalan Konstruksi Bangunan”

MAHASISWA :

SRI PITAYANTI D111 16 001


ZAINAL BIN HAMID D111 16 011
ANDI MUHAMMAD RADITYA RAMADAN D111 16 519
A.MUSTAGHFIRIN D111 16 526
JORDY CLIFFORD NGABALIN D111 16 528
ALWIYANI BADAWI D111 16 535

KELAS A
DOSEN MATA KULIAH:
DR. IR. MUBASSIRANG PASRA, MT

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah Kegagalan Konstruksi Bangunan sebagai tugas Mata

Kuliah Etika Profesi & Aspek Hukum Konstruksi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.

Ir. Mubassirang Pasra, MT sebagai dosen mata kuliah Etika Profesi & Aspek

Hukum Konstruksi, juga kepada semua pihak yang telah membantu sehingga

makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Penulis juga menyadari akan adanya keterbatasan pengetahuan yang

penulis miliki, namun penulis juga berusaha menyelesaikan makalah ini dengan

sebaik-baiknya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan kerendahan hati penulis

mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Gowa, 19 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5

1.3 Batasan Masalah.................................................................................................5

1.4 Tujuan Penulisan.................................................................................................5

1.5 Metode Penulisan...............................................................................................6

BAB II ISI............................................................................................................................7

2.1 Pengertian Kegagalan Konstruksi Bangunan.............................................7

2.2 Penyebab Kegagalan Konstruksi...................................................................8

2.3 Unsur-Unsur Kegagalan Konstruksi.............................................................8

2.4 Kasus Kegagalan Konstruksi..........................................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................14

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................14

3.2 Saran.......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak hal yang bisa dipelajari dari kegagalan, termasuk
kegagalan struktur bangunan. Dengan mengetahui penyebab-penyebabnya,
bisa diharapkan akan tahu bagaimana menghindarinya. Dalam hal
konstruksi bangunan memang unik, karena ia merupakan produk dari
serangkaian kegiatan-kegiatan dari berbagai disiplin keahlian, mungkin
dari berbagai perusahaan, yang secara kontraktual terpisah. Tanggung
jawabnya juga tidak terpusat pada satu pihak. Ini yang mungkin membuat
rumit dalam menentukan siapa yang sebenarnya bertanggung jawab, jika
terjadi kegagalan struktur atau konstruksi bangunan. Tapi jika terjadi
kegagalan, korban pertama adalah pemilik proyek.
Konstruksi bangunan gedung yang baik harus memenuhi 3 kriteria
yaitu kuat, kaku, dan stabil. Oleh karenanya, suatu bangunan gedung
dikatakan cacat atau mengalami kegagalan konstruksi, bila unsur-unsur
struktur tidak memenuhi salah satu atau keseluruhan kriteria di atas.
Kegagalan bangunan merupakan kejadian yang memiliki spectrum
yang sangat luas. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
maupun penggunaan dan pemanfaatan. Lebih detail seperti kesalahan
desain, pelaksanaan yang tidak sesuai bestek, metode pelaksanaan yang
tidak baik, dan kesalahan penggunaan pembebanan berlebih serta
perawatan yang kurang serta hingga penggunaan yang melampaui batas
umur bangunan semua itu berpotensi untuk menimbulkan kegagalan
konstruksi.
Kegagalan bangunan karena strukturnya gagal berfungsi dapat
menimbulkan kerugian harta benda, bahkan korban jiwa. Oleh karena itu
perlu diantisipasi secara cermat. Bangunan yang didesain terhadap beban-
beban rencana dari code-code yang ada, belum dapat menjamin
sepenuhnya bebas dari segala risiko kegagalan bangunan, karena
penyebabnya kompleks. Salah satu strategi mengantisipasi risiko dapat
dimulai dari tahap perencanaan. Langkah pertama yang penting adalah
memperkirakan penyebab kegagalan sehingga dapat dibuat simulasi
kejadiannya. Selain simulasi fisik (eksperimen) maka simulasi numerik
berbasis komputer menjadi alternatif lain yang canggih dan relatif murah.

1.2 Rumusan masalah


Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kegagalan konstruksi bangunan?
2. Apa saja yang dapat menjadi penyebab dan unsur kegagalan suatu
konstruksi bangunan?
3. Apa saja penyebab kegagalan konstruksi pada Kasus Hambalang?

1.3 Batasan masalah


Dari sekian permasalahan yang ada tidak mungkin dapat dibahasnya
secara keseluruhan, karena mengingat kemampuan yang dimiliki sangat
terbatas. Maka perlu diberikan batasan-batasan masalah untuk makalah ini.
Oleh karena itu, kami memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian kegagalan konstruksi bangunan dari berbagai sumber.
2. Hal-Hal yang dapat menjadi penyebab dan unsur utama dalam
kegagalan suatu konstruksi bangunan.
3. Kasus kegagalan konstruksi pada kasus hambalang.

1.4 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui yang dimaksud dengan kegagalan konstruksi bangunan.
b. Menjelaskan penyebab dan unsur-unsur yang dapat mengakibatkan
kegagalan pada konstruksi bangunan.
c. Menjelaskan penyebab kegagalan konstruksi pada kasus hambalan.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam memubuat makalah ini
bersifat kepustakaan. Penulis mengambil referensi dari beberapa situs
internet yang membahas mengenai kegagalan konstruksi bangunan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kegagalan Konstruksi Bangunan


Berdasarkan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi,
Bab 1, Pasal 1 ayat 6 menyatakan Kegagalan bangunan adalah keadaan
bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada
penguasa jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun
sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai
akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.
Sedangkan menurut Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Jasa
Konstruksi, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Bab V Pasal 34 menyatakan Kegagalan
bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan
kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan
Penyedia jasa dan atau Pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi.
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) pada tahun 2001
mencoba mengkaitkan dengan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi, dan memberikan usulan definisi sebagai berikut:
a. Definisi Umum
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai
kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi)
yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang
berlaku saat itu sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik.
b. Definisi Kegagalan Bangunan akibat Struktur.
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan struktur bila tidak mencapai atau melampaui
nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan
toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi
yang berlaku saat itu sehingga mengakibatkan struktur bangunan
tidak memenuhi unsur-unsur kekuatan (strength), stabilitas (stability)
dan kenyamanan layak pakai (serviceability) yang disyaratkan.

2.2 Penyebab Kegagalan Konstruksi


Penyebab kegagalan konstruksi dapat dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu:
a. Dapat diprediksi, yang artinya dapat dikendalikan atau dikarenakan
oleh manusia, diantaranya mencakup:
1) Desain, harus diperhatikan bahwa resiko tidak dapat dihilangkan
sama sekali, tetapi hanya dapat diminimalisir hingga batas yang
dapat diterima.
2) Perencanaan dan pendetailan.
3) Material, kegagalan material biasanya terjadi dikarenakan akibat
kesalahan dalam pemilihan material (mutu yang tidak sesuai)
atau dikarenakan kegagalan dalam proses pembuatan material
tersebut.
4) Pekerja atau tenaga ahli
5) Pengawasan
b. Tidak dapat diprediksi, biasanya hal-hal yang berkaitan dengan alam,
seperti gempa bumi, angin yang terlalu kencang melebihi batas
maksimum peraturan yang ada, kebakaran, dan bencana alam
lainnya.

2.3 Unsur-Unsur Kegagalan Konstruksi


Kegagalan dalam konstruksi dapat diakibatnya oleh beberapa unsur,
diantaranya sebagai berikut :
a. Keruntuhan, ketika semua resistensi gaya dalam struktur tidak lagi
ada, maka akan mengakibatkan keruntuhan total.
b. Keruntuhan progresif biasanya terjadi sangat parah karena ketika
terjadi suatu kesalahan pada satu bagian saja, akan berefek kepada
bagian lain dalam struktur dan ini dapat berlangsung cepat sejak
kegagalan awal dimulai, dinamakan kegagalan "efek domino".
c. Kinerja yang tidak bagus.

Semua proyek konstruksi berjalan secara bertahap sesuai dengan daur


hidupnya (life cycle), yang umumnya terdiri dari 4 tahapan. Tahapan yang
dimaksud adalah:
a. Konsep dan kelayakannya.
b. Desain, detail, dan spesifikasi dokumen kontrak.
c. Kinerja pekerjaan, konstruksi aktual, kontrol, bimbingan, dan
inspeksi pengawasan.
d. Pemilik dan penggunaan fasilitas umum setelah bangunan selesai.

2.4 Kasus Kegagalan Konstruksi Hambalang

a. Ringkasan Umum kasus Hambalang

Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Secara kronologis, proyek


ini bermula pada Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementerian
Pemuda dan Olah Raga) menilai perlu ada Pusat Pendidikan Latihan dan

Sekolah Olah Raga pada tingkat nasional. Oleh karena itu, Kemenpora
memandang perlu melanjutkan dan menyempurnakan pembanugnan proyek
pusat pendidikan pelatihan dan sekolah olahraga nasional di Hambalang,
Bogor. Selain itu juga untuk mengimplementasikan UU Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Pada 30 Desember 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor nomor


641/003.21.00910/BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama
Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup-Bogor. Atas
keberlanjutan tersebut, maka Pembangunan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional mulai dilaksanakan tahun 2010
dan direncanakan selesai tahun 2012. Berdasarkan hasil perhitungan konsultan
perencana, untuk membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan
master plan yang telah disempurnakan, anggaran mencapai Rp 1,75 triliun
yang sudah termasuk bangunan sport science, asrama atlet senior, lapangan
menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan voli pasir.

Sejak tahun 2009-2010 Kementerian Keuangan dan DPR menyetujui


alokasi anggaran sebagai berikut :

4. APBN murni 2010 sebesar Rp 125 miliar yang telah diajukan pada tahun
2009
5. APBNP 2010 sebesar Rp 150 miliar
6. Pagu definitif APBN murni 2011 sebesar Rp 400 miliar
Pada 6 Desember 2010 keluar surat persetujuan kontrak tahun jamak dari
Kemenkeu RI nomor S-553/MK.2/2010. Pekerjaan pembangunan direncanakan
selesai 31 Desember 2012. Penerimaan siswa baru diharapkan akan dilaksanakan
tahun 2013-2014.

b. Pasal yang Dilanggar Dalam Kasus Hambalang


Pasal yang Dilanggar Berdasarkan Temuan BPK atas Penyimpangan
a. Penyimpangan dalam pemberian izin lokasi, site plan, dan Izin
Mendirikan, pasal yang dilanggar adalah:
1) Pasal 22 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa
setiap kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan wajib memiliki Amdal.
2) Perda Kab Bogor Nomor 12 tahun 2009 tanggal 10
Agustus 2010 tentang Bangunan Gedung pasal 25 yang
menyatakan bahwa persyaratan tata bangunan meliputi
adanya pengendalian dampak lingkungan.

3) DN selaku rekanan PT CKS tidak melaksanakan pekerjaan


berupa studi Amdal meskipun telah menerima pembayaran.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab II, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai
kinerja tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi)
yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang
berlaku saat itu sehingga bangunan tidak berfungsi dengan baik.
2. Kegagalan Konstruksi yang terjadi pada kasus Hambalang dapat
diakibatkan oleh 2 hal, yaitu akibat kesalahan manusia dan akibat
kejadian alam yang tidak dapat diprediksi.

3.2 Saran
Diharapkan pada semua pihak terkait dalam bidang konstruksi,
khususnya kalangan kontraktor dan jasa konstruksi agar selalu
meningkatkan mutu dan kualitas saat pengerjaan proyek. Maupun dari sisi
desainer, arsitek dan perancang agar selalu melakukan konsolidasi dan
pengawasan secara berkala terhadap pihak-pihak terkait dilapangan, agar
kegagalan konstruksi yang dapat menimbulkan banyak korban kerugian
material dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Tumilar, Steffie. 2006. Latar Belakang dan Kriteria dalam Menentukan “Tolak
Ukur” Kegagalan Bangunan. Seminar HAKI. Jakarta.
Syuhada, Mukoddas. 2009. Kegagalan Bangunan dan Kegagalan Konstruksi.

http://konsolidasi.wordpress.com/category/newsletter/

http://gouw2007.wordpress.com/2011/11/04/mengungkap-kegagalan-struktur/

http://manajemenproyekindonesia.com/?p=1303

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2012. Laporan Hasil


Pemeriksaan BPK atas Proyek Hambalang Jilid II: Jakarta.

http://m.bisnis.com/quick-news/read/20131110/17/185447/ini-kronologis-
lengkap-bancakan-proyek-hambalang

http://membualsampailemas.wordpress.com/2012/06/17/kronol
ogi-kasus-hambalang-hingga-16-juni-2012/

Anda mungkin juga menyukai