TUGAS AKHIR
SUCI RAMDHANI
C024202009
TTD
SUCI RAMDHANI
C024202009
ii
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Disetujui Oleh,
Pembimbing Mahasiswa
Diketahui Oleh,
Ketua
Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Pembuat Pernyataan
Suci Ramdhani
iv
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi tata bahasa, isi maupun analisisnya dalam pengolahan hasil
penelitian yang penulis telah lakukan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dan berharap dapat bermanfaat untuk
kemajuan ilmu pengetahuan. Wassalamu Alaikum Warahatullahi Wabarakatu.
Suci Ramdhani
v
vi
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR........................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
Latar Belakang...................................................................................... 2
Rumusan Masalah................................................................................. 2
Tujuan Penulisan................................................................................... 2
Manfaat Penulisan................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
Anatomi Tulang Extremitas Caudalis.................................................. 3
Etiologi dan Indikasi Amputasi Tulang Extremitas Caudalis.............. 8
Preoperasi Amputasi Tulang Extremitas Caudalis............................... 9
Premedikasi dan Anestesi.................................................................... 9
Teknik Pembedahan Amputasi Tulang Extremitas Caudalis................ 10
Perawatan Post Operasi........................................................................ 12
Komplikasi............................................................................................ 13
BAB III TINJAUAN UMUM.......................................................................... 14
BAB VI MATERI DAN METODE................................................................. 16
Tempat dan Waktu................................................................................ 16
Alat dan Bahan...................................................................................... 16
Prosedur Kegiatan................................................................................. 17
Pengobatan............................................................................................ 17
Tata Laksana Obat................................................................................ 19
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................. 23
Pemeriksaan Hewan.............................................................................. 23
Penanganan........................................................................................... 24
BAB VI PENUTUP.......................................................................................... 26
viii
Kesimpulan........................................................................................... 26
Saran..................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 27
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Tulang Pelvis ................................................................. 5
Gambar 2. Anatomi Tulang Femur Kucing..................................................... 6
Gambar 3. Anatomi Tulang Tibia Fibula........................................................ 7
Gambar 4. Anatomi Tulang Tarsal, Metatarsal, dan Phalang........................ 8
Gambar 5. Pola sayatan kulit dan otot yang ditemukan di lapisan pertama
bagian lateral kaki belakang..........................................................
Gambar 6. Otot-otot yang ditemukan di lapisan kedua bagian lateral kaki
belakang.........................................................................................
Gambar 7. Otot yang dipotong dan pembuluh darah yang di-ligasi di
bagian medial kaki belakang..........................................................
Gambar 8. Kondisi pasien ketika tiba di Klinik..............................................
Gambar 9. Kondisi pasien ketika tiba di Klinik..............................................
Gambar 10. Persiapan operasi.........................................................................
Gambar 11. Pelaksanaan operasi.....................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia banyak menjadikan
kucing sebagai hewan peliharaan. Kucing merupakan salah satu hewan yang
paling disukai dan dipelihara orang dengan berbagai alasan. Mayoritas pemelihara
kucing biasanya menjadikan kucing sebagai hewan kesayangan bahkan ada yang
mengarahkannya untuk mengikuti berbagai kompetisi (Ni’mah, 2018).
Kucing memiliki insting untuk berburu, biasanya mereka bermain di
taman untuk mencari serangga, burung, tikus ataupun hewan lainnya. Kucing
domestik khususnya anak kucing dikenal dengan kesenangan mereka bermain.
Kucing juga senang mengajak pemiliknya untuk beradu. Perilaku alami ini sangat
dibutuhkan sebagai bekal untuk kesiapan dalam menghadapi musuh nantinya
apabila mereka berada di luar rumah. Kucing tidak hanya dianggap sebagai teman
bermain tetapi kadang sudah menjadi bagian dari anggota keluarga. Kucing
memiliki sifat aktif sehingga pemilik tidak bisa setiap saat mengontrol
keberadaannya maka kucing dapat sewaktu-waktu mengalami trauma, seperti
fraktur apalagi saat kucing berada di luar rumah (Widodo et al., 2012).
Fraktur pada kucing akibat trauma, contohnya tertabrak oleh kendaraan
bermotor dapat dialami oleh kucing dari semua usia yang dilepasliarkan di luar
rumah. Tulang pada daerah ekstrimitas kaki belakang merupakan tulang yang
paling sering mengalami fraktur (Ni’mah, 2018). Penanganan terhadap kucing
yang mengalami fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tepat, bila terlambat
dilakukan penanganan, maka akan terbentuk callus yang akan menyelimuti tulang
yang mengalami fraktur sehingga akan menyulitkan dalam proses penanganan
fraktur (Denny dan Butterworth, 2008). Fraktur yang terlambat ditangani
menyebabkan jaringan pada fragmen patahan tulang akan mati, sehingga tulang
tidak dapat disambung kembali. Jika hal tersebut terjadi maka satu-satunya
tindakan yang dapat dilakukan adalah amputasi. Amputasi merupakan suatu
tindakan bedah yang dilakukan untuk memisahkan sebagian atau seluruh bagian
tubuh/ekstremitas (Tobias dan Johnston, 2012).
xi
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis ingin menguraikan tentang
tindakan amputasi pada kucing baik dari penyebab, prosedur operasi, dan
perawatan setelah operasi. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi para pemilik hewan kesayangan dalam mengatasi masalah tersebut.
xii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
xiii
peningkatan diameter tulang. dan aktivitas sel-sel periosteal penting dalam
penyembuhan tulang.
j. Endosteum adalah membran fibrosis yang melapisi rongga sumsum dan kanal
osteonal (osteons tulang). Erosi tulang yang sudah ada oleh osteoklas (sel-sel
penghancur tulang) di endosteum menentukan ukuran rongga sumsum dan
ketebalan korteks diafesal. Periosteum dan endosteum mengandung osteoklas
dan osteoblas.
Tulang pelvis terdiri dari pasangan tulang yang saling bersambungan yang
berartikulasi satu sama lain di bagian ventral pada simfisis panggul dan dengan
sakrum di bagian punggung. Periksa spesimen yang dipasang, dan perhatikan
posisi dan orientasi nominasi dalam. Masing-masing dalam nominasi sebagian
besar terdiri dari tiga tulang, ilium, ischium, dan pubis, meskipun pusat osifikasi
keempat, tulang acetabular, memberikan kontribusi kecil. Tulang-tulang ini
menyatu dengan kuat pada kucing dewasa (Luliis dan Pulera, 2011).
Tulang ilium terdiri dari badan, dekat acetabulum, dan sayap yang
menonjol ke arah anterodors. Krista iliaka adalah tepi anterodorsal ilium yang
kasar. Permukaan artikular rugose untuk sakrum terletak pada permukaan medial
sayap. Ischium memanjang ke posterior dari acetabulum dan memiliki ujung yang
melebar, tuberositas ischiadica. Pubis dan sisa ischium berorientasi ventromedial.
Kedua tulang berkontribusi pada margin medial foramen obturatorius. Juga,
ischium dan pubis dari masing-masing sisi tubuh bertemu untuk membentuk,
masing-masing, simfisis iskia dan pubis, yang bersama-sama membentuk simfisis
panggul Tulang acetabular membentuk bagian medial yang tipis dari acetabulum
(Luliis dan Pulera, 2011).
xiv
.Gambar 1. Anatomi Tulang Pelvis (Luliis dan Pulera, 2011).
Tulang femur adalah salah satu jenis tulang Panjang. Tulang femur
merupakan tulang bagian proksimal dari tungkai belakang atau paha. Head atau
kepala tulang femur adalah permukaan hemisfer yang cocok dengan acetabulum.
Kepala disangga oleh leher (neck) yang menonjol dari ujung proksimal tulang
femur. Bagian lateral dari kepala tulang femur adalah trokanter yang lebih besar
(greater trochanter) dan kasar yang berfungsi untuk perlekatan otot pinggul.
Depresi yang dalam di posterior antara trokanter dan kepala adalah fossa
trokanter. Lesser trochanter terdapat pada permukaan posterior poros tepat di
sebelah kepala. Garis intertrochanteric menghubungkan dua trokanter, tetapi
secara khusus didefinisikan sepanjang tepi posterior trokanter yang lebih besar.
Situs penyisipan otot yang paling menonjol pada diafisis disebut linea aspera,
yaitu garis menonjol kasar yang memanjang diagonal sepanjang permukaan
posterior tulang femur. Tulang femur berkembang secara distal ke kondilus
lateral dan medial yang menonjol serta ke arah posterior. Setiap kondilus
memiliki permukaan setengah lingkaran yang halus untuk artikulasi dengan tibia.
Fossa intercondyloid adalah depresi posterior antara kondilus. Area rugosa untuk
perlekatan otot proksimal kondilus merupakan epikondilus lateral dan medial.
Patela trochlea, untuk artikulasi dengan patela, terletak di anterior di antara
kondilus. Bagian ini adalah lekukan yang halus dan dangkal yang berorientasi
secara proksimal (Luliis dan Pulera, 2019).
Patela atau tempurung lutut, adalah tulang sesamoid kecil berbentuk air
mata, dengan puncaknya mengarah ke distal. Permukaan anteriornya kasar. Di
xv
posteriornya terdapat permukaan yang halus dan cekung untuk artikulasi dengan
tulang paha (Luliis dan Pulera, 2011).
xvi
menghadap ke posterolateral dan berbatasan dengan bagian lateral koklea tibiae.
Malleolus medial adalah perpanjangan distal dari permukaan medial tibia. Ini
membentuk tonjolan medial pergelangan kaki (Luliis dan Pulera, 2011).
Fibula adalah tulang yang ramping, lateral, dan lebih pendek dari krus.
Kepala tidak beraturan dan melebar. Ini menanggung segi proksimal untuk
artikulasi dengan tibia. Poros ramping melebar ke distal. Ada dua faset distal,
keduanya menuju setengah anterior permukaan medial. Sisi yang lebih proksimal
adalah untuk artikulasi distal dengan tibia. Sisi distal berartikulasi dengan bagian
lateral troklea astragalus. Malleolus lateral menonjol ke distal dari ujung
posterolateral fibula (Luliis dan Pulera, 2011).
xvii
artikulasi dengan tibia. Tali troklea terdiri dari permukaan lunas medial dan lateral
yang dipisahkan oleh sulkus. Astragalus berartikulasi secara ventral dengan
calcaneum, yang terletak di lateral. Panjangnya kira-kira dua kali lebih panjang
dari astragalus dan menonjol ke belakang sebagai tumit. Distal astragalus
berartikulasi dengan navicular, sedangkan calcaneum berartikulasi dengan
kuboid. navicular berartikulasi distal dengan tulang paku lateral, menengah, dan
medial, dan lateral dengan kuboid. Perhatikan bagaimana artikulasi antara tarsal
dan metatarsal diatur untuk menghasilkan sambungan yang saling mengunci yang
cenderung membatasi gerakan. Misalnya, runcing lateral berartikulasi dengan
metatarsal III distal, tetapi permukaan medialnya berartikulasi dengan runcing
menengah dan metatarsal II. Ada lima metatarsal. Yang pertama sangat direduksi
menjadi nub kecil yang berartikulasi dengan paku medial. Falang untuk digit 1
telah hilang pada kucing. Metatarsal yang tersisa adalah elemen yang kokoh dan
memanjang dan masing-masing berartikulasi dengan serangkaian tiga falang,
falang proksimal, menengah, dan ungula (Luliis dan Pulera, 2011).
.
xviii
extremitas caudalis adalah prosedur penyelamatan yang diindikasikan untuk
pengobatan fraktur multiple, tulang patah menjadi potongan tulang yang lebih
kecil sehingga tidak dapat dilakukan fiksasi internal maupun eksternal, nekrosis
jaringan disekitar fraktur, adanya tumor pada tulang, deformitas organ serta
adanya infeksi yang berat atau yang beresiko tinggi menyebar ke organ lainnya
(Ningrat & Pemayun, 2016).
2.3. Preoperasi Amputasi Tulang Extremitas Caudalis
Hewan yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu
meliputi frekuensi nafas, denyut jantung, suhu tubuh, turgor kulit, dan capillary
refill time (CRT). Inspeksi dan palpasi juga dilakukan. Pemeriksaan darah dan
urin juga dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang. Menurut Widodo (2012),
bahwa suhu rektal normal pada kucing, yaitu 38-39.3 ºC, frekuensi nafas normal
20-30 kali per menit dan frekuensi jantung normal rata-rata berkisar 110-130 kali
per menit. Penimbangan berat badan dilakukan untuk menentukan dosis anestesi.
Pencukuran dilakukan pada daerah yang akan dioperasi. Siapkan dan cukur
tungkai belakang secara melingkar mulai dari garis tengah punggung hingga
tarsus. Posisikan hewan dalam posisi berbaring lateral dengan anggota tubuh
yang luka berada di atas (Johnson dan Dianne, 2005).
2.4. Premedikasi dan Anestesi
2.4.1 Premedikasi
Obat-obatan premedikasi dibutuhkan untuk mempersiapkan hewan
sebelum pemberian obat anestetik baik lokal, regional maupun umum.
Penggunaan premedikasi akan menyebabkan fase induksi menjadi lebih tenang
dan memberikan rasa nyaman bagi pasien maupun dokter hewan. Mekanisme
kerja dari premedikasi seperti Atropin sulfat adalah antikolinergik atau
parasimpatolitik dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva,
terutama apabila obat anestesi yang dipakai menimbulkan hipersekresi kelenjar
saliva. Atropin dapat mencegah bradikardia dan sekresi saliva yang berlebih serta
mengurangi motilitas gastrointestinal pada dosis normal. Efeknya akan tampak
30-60 detik setelah penyuntikan intravena atau 10-15 menit setelah penyuntikan
intramuskular atau subkutan (Ni’mah, 2018)
2.4.2 Anestesi
xix
Anestesi yang digunakan yaitu anestesi umum bertujuan untuk mengurangi
atau bahkan menghilangkan rasa sakit saat dilakukan tindakan operasi. Pemilihan
obat anestesi yang tepat dan cara pemberian yang benar akan meminimalkan efek
samping yang tidak diinginkan terhadap sistem tubuh, khususnya pada sistem
kardiovaskuler, sistem respirasi dan temperatur tubuh (Hall et al., 1983; Ni’mah,
2018). Zoletil merupakan preparat anestesika injeksi yang baru yang berisi
disosiasi tiletamin sebagai tranquilizer mayor dan zolazepam sebagai perelaksasi
otot. Zoletil merupakan kombinasi antara tiletamin dan zolazepam dengan
perbandingan 1:1. Tiletamin merupakan disosiasif anestetikum yang berasal dari
golongan penisiklidin, sedangkan zolazepam merupakan kelompok benzodiazepin
yang dapat menyebabkan relaksasi otot (Gwendolyn, 2002). Obat ini memberikan
anestesi general dengan waktu induksi yang singkat dan sangat sedikit dalam hal
efek samping, sehingga obat ini menjadi anestestika pilihan yang memberikan
tingkat keamanan yang tinggi dan maksimal. Zoletil secara umum dapat
menyebabkan stabilitas hemodinamik pada dosis yang rendah. Selain itu, zoletil
dapat memperbaiki refleks respirasi dan hipersalivasi seperti pada ketamin. Untuk
memperbaiki kualitas induksi, melancarkan anestesi, dan menurunkan dosis yang
dibutuhkan untuk induksi, maka zoletil dapat dikombinasikan dengan premedikasi
seperti acepromazine dan opioid. Zoletil tidak boleh diberikan pada pasien atau
hewan dengan gangguan jantung dan respirasi (McKelvey dan Wayne, 2003).
2.5. Teknik Pembedahan Amputasi Tulang Extremitas Caudalis
Amputasi tungkai belakang dapat dilakukan melalui dua metode: (1)
melepas tungkai di midshaft femur; atau (2) melepasnya di sendi coxofemoral.
Prosedur yang lebih jauh telah dijelaskan, tetapi ini menghasilkan anggota badan
yang tidak berfungsi yang sebenarnya dapat menghambat ambulasi dan yang
secara estetika kurang menyenangkan. Amputasi midshaft femur lebih mudah
dilakukan daripada disartikulasi coxofemoral, dan karena itu merupakan metode
yang disukai oleh sebagian besar dokter hewan. Landmark anatomi untuk
prosedur ini meliputi tulang paha, sendi coxofemoral, dan otot-otot terkait
(Johnson dan Dianne, 2005).
Amputasi midshaft femur: Sayatan kulit dan jaringan subkutan,
menggunakan sayatan melengkung pada aspek lateral kaki yang dimulai pada
xx
lipatan panggul dan meluas secara kaudodistal ke sepertiga distal femur dan
kemudian secara caudodorsal ke umbi ischii (Gambar 5A) . Buat sayatan serupa
pada aspek medial kaki, hubungkan di kedua ujungnya. Tarik kembali kulit dan
jaringan subkutan untuk mengekspos perut otot-otot biceps femoris, tensor fascia
latae, dan quadriceps (Gambar 2B1).
Gambar 5. Pola sayatan kulit dan otot yang ditemukan di lapisan pertama bagian
lateral kaki belakang (Johnson dan Dianne, 2005).
Transekkan kelompok-kelompok otot ini pada tingkat sepertiga distal
tulang paha dengan menggunakan electrocautery dalam mode koagulasi (Gambar
6B2). Identifikasi, blokir, dan putuskan saraf skiatik, suntikkan sebelum transeksi
dengan bupivacaine 0,2 hingga 0,4 mL hingga bleb terbentuk di bawah
epineurium proksimal dari potongan. Pada tingkat yang sama, gunakan
electrocautery untuk transek semitendinosus, semimembranosus, dan otot
adduktor (Gambar 6C).
xxi
femoralis melalui penempatan keliling dan transfiksasi penjahitan secara
proksimal, dan hemostat atau penjahit keliling sirkumferensial (Gambar 7E).
Identifikasi, blokir, dan putuskan saraf femoralis. Transeksi sisa otot pectineus
dan perut kranial otot sartorius untuk sepenuhnya mengisolasi diafisis femoralis.
Tinggikan jaringan atau otot yang tersisa dari tulang paha proksimal di lokasi
osteotomi, dan potong tulang paha menggunakan gergaji atau kawat Gigli untuk
menghilangkan anggota badan (Gambar 7F). Tingkat osteotomi terletak di
sepertiga proksimal poros femoralis untuk memastikan cakupan jaringan lunak
yang tepat (Johnson dan Dianne, 2005).
Gambar 7. Otot yang dipotong dan pembuluh darah yang di-ligasi di bagian
medial kaki belakang (Johnson dan Dianne, 2005).
Penutupan: membalikkan otot perut, menjahit selubung fasia lateral otot
perut dengan pola Lembert yang terputus dengan jahitan yang dapat diserap 0
hingga 2-0 monofilament. Tutupi poros femoralis dengan menjahitkan perut otot
yang ditransformasikan dari paha depan ke adduktor. Jahit jahitan biseps femoris
ke otot-otot gracilis, semitendinosus, dan semimembranosus. Hilangkan ruang
mati dengan 2-0 to3-0 jahitan yang dapat diserap dalam pola cruciate terputus
atau terputus sederhana dalam jaringan subkutan. Gunakan tepi kulit dengan
jahitan interdermal atau kulit (Johnson dan Dianne, 2005)
2.6. Perawatan Post Operasi
Analgesia diberikan pada pasien untuk 48 hingga 72 jam pertama.
Parameter umum harus dievaluasi setelah operasi amputasi adalah denyut jantung,
kualitas denyut nadi, laju pernapasan, waktu pengisian kapiler, suhu tubuh,
xxii
elektrokardiogram, oksimetri nadi, tekanan vena sentral, total protein, glukosa
serum. Jahitan harus dilepas dalam 10 hingga 14 hari. Aktivitas harus dibatasi
selama 2 minggu sampai pengangkatan jahitan. Mungkin perlu untuk membantu
ambulasi dengan kereta, sampai hewan menyesuaikan diri dengan pusat
keseimbangan yang baru (Johnson dan Dianne, 2005).
Sebagian besar hewan peliharaan dapat keluar dari rumah sakit atau klinik
dalam waktu 1 minggu setelah amputasi, tergantung pada kenyamanan dan
kemampuan mereka untuk berjalan setelah operasi. Hewan peliharaan akan
diberikan obat pereda nyeri secara oral. Beberapa pasien juga dapat menerima
antibiotik setelah operasi di rumah. Hewan peliharaan mungkin pulang dengan
perban sesuai kebijaksanaan dokter bedah. Elizabethan collar digunakan dalam
10-14 hari pertama untuk mencegah hewan tersebut menjilati atau mengunyah
sayatan. Pembatasan latihan setelah operasi direkomendasikan untuk melindungi
hewan peliharaan dari cedera sementara mereka mendapatkan kekuatan dan
koordinasi setelah amputasi (ACVS, 2019).
2.7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi amputasi, yaitu infeksi luka,
pembengkakan, dan pucat (Koch, 2003). Memar insisional juga sering terjadi
tetapi akan membaik setelah beberapa hari. Seroma atau cairan di bawah kulit,
dapat berkembang di dekat bagian bawah sayatan untuk amputasi kaki depan
dalam dua minggu pertama infeksi. Pembentukan neuroma, sangat jarang, saraf
yang telah dipotong untuk di-amputasi akan membentuk massa kecil jaringan
saraf yang bisa terasa sakit. Penanganan neuroma memerlukan pembedahan
tambahan atau obat penghilang rasa sakit. Pembentukan hernia (kadang-kadang
dengan hemipelvectomy) dan perdarahan (kadang-kadang dengan
hemipelvectomy) (ACVS,2019).
xxiii
BAB III
TINJAUAN UMUM
xxiv
Rekam medik akan diisi sesuai pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter
hewan. Rekam medis berisikan berkas atau dokumen mengenai identitas pasien,
catatan hasil anamnesa atau pemeriksaan klinis pasien dan tindakan medis yang
dilakukan terhadap pasien serta diagnosis dan pengobatan untuk pasien.
4. Rawat Inap
Di Puskeswan Kota Makassar tidak menerima rawat inap, hewan yang
datang akan di tangani dan diperiksa oleh Dokter jika pada pemeriksaan yang
dilakukan oleh Dokter Hewan dinyatakan kondisi pasien baikbaik saja maka
Dokter akan menyampaikan ke Pemilik Hewan untuk dirawat jalan sambal
memonitoring perkembangan pasien, namun untuk pasien yang urgent yang
memerlukan rawat inap, diberikan rujukan untuk ke klinik swasta.
5. Klinik Obat
Puskeswan tidak memiliki fasilitas klinik obat yang menyediakan kebutuhan
obat hewan, namun untuk hewan yang datang hanya diresepkan oleh Dokter
Hewan untuk pengobatanya.
xxv
BAB IV
MATERI DAN METODE
xxvi
9) Atropin Sulfate
10) Zoletil
11) Penstrep
4.3. Prosedur Kegiatan
4.3.1. Pemeriksaan Hewan
Pemeriksaan pada hewan diawali dengan anamnesis dan sinyalemen,
kemudian dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui status present dari
hewan. Tahapan selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan X-Ray untuk
melihat gambaran patahan tulang pada hewan yang mengalami fraktur akan tetapi
tidak dilakukan pemeriksaan lanjutan X-Ray karena keterbatasan fasilitas alat di
Puskeswan dan dana dari pemilik. .
4.3.2. Diagnosis
Penentuan diagnosis berdasarkan hasil dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
4.4. Pengobatan
4.4.1. Persiapan Ruangan
Ruangan operasi dibagi menjadi 2, yaitu ruang pre-operasi sebagai ruang
untuk persiapan hewan serta operator dan co-operator. Dan ruang operasi sebagai
ruangan untuk pembedahan. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan.
4.4.2. Persiapan Alat
1. Alat bedah minor untuk amputasi dicuci dengan alkohol kemudian
dikeringkan.
2. Alat bedah di masukkan ke autoclave untuk disterilkan.
3. Alat bedah diatur di meja alat operasi setelah dilakukan sterililasi
4.4.3. Persiapan Hewan
1. Hewan yang akan dioperasi dicatat anamnesis dan sinyalamen meliputi
umur, ras, berat badan, jenis kelamin.
2. Lakukan pemeriksaan fisik terhadap kucing yang akan dibedah
menggunakan alat pemeriksaan fisik dan catat pada ambulator
pemeriksaan fisik.
3. Kucing dipuasakan selama 6-8 jam sebelum dilakukan operasi.
4. Lakukan pencukuran pada daerah yang akan di-incisi.
xxvii
4.4.4. Pramedikasi
Pramedikasi dilakukan dengan menggunakan Atropine Sulfat dengan dosis
0,02 mg/kg BB secara subkutan.
mg
0,02 x 0,3 kg
kg
Dosis Atropin= =0,024 ml
0,25 mg /ml
xxviii
femoralis. Transeksi sisa otot pectineus dan kranial otot sartorius untuk
sepenuhnya mengisolasi diafisis femoralis. Tulang dipisahkan dari bagian tubuh.
Penutupan: Menjahit selubung facia lateral otot perut dengan pola
Lembert yang terputus dengan jahitan yang dapat diserap 0 hingga 2-0
monofilament. Tutupi poros femoralis dengan menjahitkan perut otot yang
ditransformasikan dari paha depan ke adduktor. Jahit jahitan biceps femoris ke
otot-otot gracilis, semitendinosus, dan semimembranosus. Hilangkan ruang mati
dengan 2-0 atau 3-0 jahitan yang dapat diserap dalam pola cruciate terputus atau
terputus sederhana dalam jaringan subkutan. Gunakan tepi kulit dengan jahitan
interdermal atau kulit Daerah operasi diolesi alkohol 70% untuk mencegah
kontaminasi mikroorganisme dan mencegah infeksi sekunder pada luka.
4.4.7. Pasca Operasi
1. Pasien (kucing) dapat dipasangi elisabeth collar untuk mencegah kucing
menggapai luka jahitan.
2. Intramox diberikan sebagai antibiotik secara rutin pada kucing selama
masa penyembuhan serta pemberian Glucortin sebagai anti radang, dan
Biodine sebagai vitamin penambah ATP untuk tubuh.
3. Jahitan boleh dibuka pada 14 hari setelah operasi jika persembuhan luka
terjadi dengan baik tanpa disertai infeksi ataupun peradangan bebas.
4.5. Tata Laksana Obat
1. Intramox
Nama obat : Intramox
Bahan aktif : Amoxicillin
Indikasi : Aktif terhadap organisme aerob Gram-positif dan Gram-
negatif tertentu dan banyak anaerob obligat tetapi tidak
terhadap yang menghasilkan penisilinase (beta-
laktamase), mis. Escherichia coli, Staphylococcus
aureus. Organisme Gram-negatif yang lebih sulit
(Pseudomonas, Klebsiella) biasanya resisten.
Amoksisilin diekskresikan dengan baik dalam empedu
dan urin (Ramsey, 2014)
Farmakodinami : Seperti penisilin lainnya, amoksisilin adalah agen
xxix
k bakterisidal (biasanya) yang tergantung waktu yang
bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel.
Amoksisilin umumnya memiliki spektrum aktivitas yang
sama dan digunakan sebagai ampisilin, meskipun
mungkin ada beberapa perbedaan kecil dalam aktivitas
melawan organisme tertentu. Kadar serum yang lebih
tinggi dapat dicapai daripada dengan ampisilin karena
lebih baik diserap secara oral (dalam nonruminan),
(Plumb, 2006)
Kontraindikasi : Hindari antibiotik oral pada pasien yang sakit kritis,
karena penyerapan dari saluran GI mungkin tidak dapat
diandalkan. Jangan berikan penisilin ke hamster, marmut,
gerbil, atau chinchilla. Jangan berikan penisilin oral ke
kelinci (Ramsey, 2014)
Dosis anjuran : 15 mg/kg i.m. q48h (Ramsey, 2014)
Dosis sediaan :
2. Glucortin
Nama obat : Glucortin
Bahan aktif : Dexamethasone
Indikasi : Obat antiinflamasi dan dalam penilaian fungsi adrenal
pada suspek hipadrenokortikisme (HAC). Obat ini juga
digunakan untuk mencegah dan mengobati anafilaksis
xxx
Potensi antiinflamasi 7,5 kali lebih besar dari
prednisolon. Dosis 0,15 mg deksametason setara dengan
1 mg prednisolon. Dexamethasone memiliki durasi aksi
yang panjang dan aktivitas mineralokortikoid yang
rendah dan sangat cocok untuk terapi dosis tinggi jangka
pendek dalam kondisi di mana retensi air akan menjadi
kerugian. Tidak cocok untuk penggunaan harian jangka
panjang atau alternatif (Plumb, 2006)
Farmakodinami : Glukokortikoid (Dexametason) dapat menurunkan
k tingkat sirkulasi T-limfosit; menghambat limfokin;
menghambat migrasi neutrofil, makrofag, dan monosit;
mengurangi produksi interferon; menghambat fagositosis
dan kemotaksis; pemrosesan antigen; dan mengurangi
pembunuhan intraseluler. Kekebalan yang didapat secara
spesifik dipengaruhi kurang dari kekebalan yang tidak
spesifik. Glukokortikoid juga dapat melawan kaskade
komplemen dan menekan tanda-tanda klinis infeksi.
Jumlah sel mast berkurang dan sintesis histamin ditekan.
Banyak dari efek ini hanya terjadi pada dosis tinggi atau
sangat tinggi dan terdapat perbedaan respons spesies
(Plumb, 2006)
Kontraindikasi : Jangan gunakan pada hewan hamil. Kortikosteroid
sistemik umumnya di-kontraindikasi-kan pada pasien
dengan penyakit ginjal dan diabetes mellitus. Gangguan
penyembuhan luka dan pemulihan yang tertunda dari
infeksi mungkin terlihat. Kortikosteroid topikal di-
kontraindikasi-kan pada keratitis ulserativa (Plumb,
2006)
Dosis anjuran : Suntikan: 0,125 - 0,5 mg IV atau IM; dapat diulangi
selama 3 - 5 hari;
xxxi
Dosis sediaan :
50 ml
3. Biodine
Nama obat : Biodin
Bahan aktif : ATP
Indikasi : Untuk stimulasi tubuh secara umum terutama pada tonus otot
dari semua species hewan seperti pada keadaan berikut:
Kelemahan otot akibat kerja keras, kelemahan otot akibat
transportasi, kelemahan otot akibat melahirkan, menjaga
stamina kuda pacu dan anjing, serta kelemahan diakibatkan
oleh kekurangan makanan atau adanya infeksi (Daris, 2017).
Dosis anjuran : 1ml/hari (Daris, 2017)
Dosis sediaan :
100 ml
xxxii
BAB V
PEMBAHASAN
xxxiii
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suhu 38,5 oC (normal: 38-39,5oC),
mukosa hidung normal, konjungtiva normal, frekuensi nafas 32 kali/menit
(normal: 20-30 kali/menit), frekuensi jantung 130 kali/menit (normal: 100-140
kali/menit), capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik (normal:<2detik)
(Orpet dan Welsh, 2002). Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kondisi
tubuh pasien dalam keadaan normal, namun saat dilakukan inspeksi terlihat
adanya tulang yang menonjol sehingga luka melebar.
xxxiv
Gambar 10. Persiapan operasi
Anestesi yang diberikan anestesi yang diberikan adalah anestesi umum
menggunakan zoletil. Sebelum melakukan operasi diberikan premedikasi atropine
sulfate 0,024 ml secara subkutan dan 10 menit kemudian diberikan zoletil
sebanyak 0.9 ml secara intramuskuler. Operasi amputasi dilakukan pada hari
Rabu 1 Desember 2021. Operasi berlangsung selama 3 jam, mulai dari pukul
09.00.00–12.00 WITA.
xxxv
streptococcus). Seperti penisilin lainnya, amoksisilin adalah agen bakterisidal
yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel (Plumb, 2006). Glucortin
merupakan Glucocorticosteroid long acting dengan masa kerja 48 jam. Memiliki
sifat antiinflamasi, antialergi, antistress dan gluconeogenesis yang kuat. Setia Ml
Glucortin-20 mengandung Dexamethasone 20mg. Biodin merupakan vitamin untuk
stimulasi tubuh secara umum terutama pada tonus otot dari semua spesies hewan.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Indikasi dilakukannya amputasi pada kucing adalah pengobatan fraktur
multiple, tulang patah menjadi potongan tulang yang lebih kecil sehingga
tidak dapat dilakukan fiksasi internal maupun eksternal, nekrosis jaringan
disekitar fraktur, adanya tumor pada tulang, deformitas organ serta adanya
infeksi yang berat atau yang beresiko tinggi menyebar ke organ lainnya
6.1.2. Prosedur amputasi tulang extremitas caudalis dapat dilakukan melalui dua
metode, yaitu melepas tulang di midshaft femur dan melepas tulang di
sendi coxofemoral. Amputasi midshaft femur lebih mudah dilakukan
dibandingkan disartikulasi coxofemoral.
6.1.3. Perawatan setelah operasi amputasi, yaitu hewan dibatasi pergerakannya
sampai luka jahitan kering dan diberikan obat antibiotik dan antiinflamasi.
6.2. Saran
Sebelum dilakukan tindakan amputasi tulang femur sebaiknya dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui tingkat keadaan pasien, dan
dilakukan pemeriksaan rutin setelah dilakukannya amputasi. Perawatan luka serta
pengobatan kondisi hewan sebaiknya ditingkatkan agar proses penyembuhan
berlangsung dengan lancar.
xxxvi
DAFTAR PUSTAKA
xxxvii
Luliis, G.D. dan D. Pulera. 2019. The Dissection of Vertebrates (Third Edition).
Elsevier: Amsterdam.
McKelvey D dan Hollingshead KW. 2003. Veterinary Anesthesia and Analgesia,
Edisi ke-3. Auburn, WA, U.S.A.
Ni’mah, Yaumil. 2018. Penanganan Fraktur Os. Femur pada Kucing di Rumah
Sakit Hewan Provinsi Jawa Barat. Universitas Hasanuddin: Makassar
[Skripsi].
Ningrat DAWK, Pemayun IGAGP. 2016. Fraktur Os Tibia Fibula pada Anjing
Lokal. Laporan Koasistensi Bedah. Laboratorium Bedah Veteriner. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Udayana
Orpet, H. dan P. Welsh. 2002. Handbook of Veterinary Nursing. Wiley Blackwell:
USA.
Plumb, D.C. 2006. Plumb’s Veterinary Drug Handbook [Sixth Edition].
Blackwell Publishing: IOWA.
Ramsey, I. 2014. Small Animal Formulary. British Small Animal Veterinary
Association: Gloucester.
Tobias. K.M.. dan Johnston. S.A. 2012. Veterinary Surgery Small Animal Vol.2.
Saunders. an imprint of Elsevier Inc.
Widodo, S. Sajuthi, D. Choliq, C. Wijaya, A. Wulansari, R.Lelana R.P.A. 2012.
Diagnostik Klinik Hewan Kecil. IPB Press: Bogor.
xxxviii