HUKUM PERKAWINAN
DAN PERKAWINAN
BEDA AGAMA
DI INDONESIA
Oleh : Sri Wahyuni
(Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Perkawinan
pernikahan menyebutkan adanya larangan Semangat untuk menyebarkan agamanya
pernikahan karena perbedaan agama.3 tersebut semakin tinggi karena di wilayah
yang baru dikunjungi ini mereka harus
Agama Nasrani datang lebih belakan-
berhadapan dengan umat Islam, umat
gan dari agama Islam ke Nusantara, perta-
yang harus mereka hadapi dengan susah
ma kali dibawa oleh bangsa Portugis seba-
payah di Semenanjung Iberia. Agamanya
gai bangsa Barat pertama yang datang ke
diajarkan di Maluku dan Timor Timur.
wilayah Nusantara untuk berdagang dan
Dalam agama ini, perkawinan antara
menjelajah pada akhir abad ke-15 Masehi.
agama dianggap tidak sah dan cenderung
Mereka mencari jalan sendiri untuk bisa
dilarang dengan sangat keras.4
sampai ke Nusantara dengan semangat
yang kelihatannya sangat tinggi, ka-
rena terdorong sekurang-kurangnya
oleh dua hal; yaitu pertama, mereka ... Belanda melakukan penelitian
baru berhasil mengusir umat Islam tentang hukum yang berlaku di
dari Semenanjung Iberia, tahun 1492;
kedua, mereka sangat terkesan dengan
masyarakat, dan menemukan
perjalanan Columbus yang ingin pergi bahwa hukum yang berlaku adalah
ke India tetapi ternyata menemukan hukum Islam.
Amerika.
Lebih dari itu, perdagangan rempah-
Belanda yang datang pada akhir abad
-rempah yang sebelumnya menggunakan
ke-16 Masehi dan berhasil mengalahkan
Jalan Sutera (jalan darat) dari Cina ke Ero-
Portugis, juga menyebarkan agama yang
pa menjadi terganggu karena penyerangan
mereka bawa yaitu Protestan. Pada mula
Timur Lenk (w. 1404 M) ke berbagai wi-
kedatangannya, Belanda tidak membawa
layah Timur Tengah; dan juga kemudian
nama negara atau kerajaannya secara
kemunculan Kesulatanan Usmaniyah di
langsung. Mereka membentuk sebuah
Asia Kecil, yang pada abad ke-15 juga
perusahaan (perserikatan) dagang yang
mampu merebut Konstantinopel dari tan-
popular dengan sebutan VOC tahun 1602.
gan Romawi Timur (1453 M) dan men-
Perusahaan ini diberi kekuasaan kekuasa-
jadikannya sebagai ibukota Kesultanan
an lebih luas dari sekedar berdagang. VOC
Usmaniyah Islam. Guna mencari sumber
selain diberi izin untuk memonopoli per-
rempah-rempah agar mendapat keun-
dagangan, juga diberi izin untuk membuat
tungan yang besar, maka Portugis sejak
perjanjian dengan kerajaan atau penguasa
awal kedatangannya ingin memonopoli
daerah-daerah yang dikunjungi dan lebih
perdagangan rempah-rempah sejak dari
Jurnal Pusaka
mereka buat dari hasil penelitian tersebut Dikutip juga oleh Alyasa Abubakar, Perkawinan ...., hlm.
21–22.
diantaranya adalah Mugharrer (Compen- 7 Ratno Lukito, Islamic Law and Adat Encounter:
dium der voornaamste Javaansche Wetten The Experience of Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), hlm.
37.
nauwkeuring getrokken uit het Muham- 8 Alyasa Abubakar, Perkawinan ..., hlm. 23.
9 Hukum rakyat yang mula sekali dicampuri ada-
medansche Wetboek Mogharreaer) tahun lah hukum pidana. Alasan mereka adalah alasan kemanu-
1747, dibuat sebagai pegangan pengadilan siaan, karena hukum mereka yang hanya mengenal pemi-
danaan dengan pidana penjara dan denda, dianggap lebih
di Semarang dan Pepakem Cirebon (Cire- manusiawi dari pada hukuman pidana adat yang berlaku
di masyarakat seperti pengusiran, hukum cambuk, dan
7
dang tersebut diberlakukan untuk seluruh ini, karena tidak diperbolehkan menurut
wilayah Indonesia.11 hukum Islam. Kemudian, Soemarni men-
gajukan perkaranya ke Pengadilan Negeri
Dalam undang-undang tersebut,
Daerah, dan pengadilan menyatakan
tidak hanya diatur tentang pencatatan
tidak ada landasan hukum untuk perkaw-
semata, akan tetapi secara eksplisit mene-
inan tersebut, sehinga pasangan tersebut
gaskan bahwa tugas PPN (Petugas Pen-
Januari - Juni 2014
dilan Agama, Prospek ..., hlm. 83. non-muslim Marriage in Indonesia” ..., hlm. 105 – 106.
nolak tuntutan tersebut. kemudian, dia ... sehingga menyimpulkan bahwa
mengajukan kasasi terhadap putusan
tersebut ke Mahkamah Agung. Mah-
pembolehan perkawinan beda
kamah Agung membenarkan putusan agama ini secara praktis penting
Pengadilan Negeri, dan menolak bahwa untuk mencegah konsekuensi-
doktrin agama dapat membatasi kebe- konsekuensi sosial yang tidak
basan seseorang untuk menikah den-
gan orang yang berbeda agama. Jadi, berdasarkan hukum.
putusan-putusan pengadilan tersebut
menguatkan adanya perkawinan cam- onal yang diterapkan untuk seluruh warga
pur beda agama. Di sinilah, terjadi kon- negara Indonesia tanpa melihat perbedaan
tradiski antara hukum negara dan hukum asal suku, agama dan kondisi sosialnya.
agama tentang perkawinan campur beda Usaha untuk membentuk satu hu-
agama. menurut pengadilan, tidak ada kum perkawinan nasional yang unifikatif
pembedaan agama ataupun etnisitas bagi ini di mulai tahun 1950, dengan tanpa
masyarakat Indonesia, sehingga menyim- menghiraukan hukum agama. Baru ta-
pulkan bahwa pembolehan perkawinan hun 1952, Menteri Agama membentuk
beda agama ini secara praktis penting panitia menyusun draft RUU Perkawinan
untuk mencegah konsekuensi-konsekuen- dari kelompok agamawan. Kelompok ini
si social yang tidak berdasarkan hukum. membatalkan tujuan awalnya, dan meng-
Menurut pengadilan, kontradiksi antara gantikannya dengan perumusan draf yang
hukum negara dan hukum agama ini bu- didasarkan hukum agama yang berbe-
kan pertentangan yang sebenarnya, kare- da-beda. Tahun 1954, panitia ini menyele-
na tugas hukum negara adalah megatur saikan tugasnya. Mereka telah menyusun
kehidupan masyarakat sedangkan hukum draf perkawinan Islam. Draf tersebut be-
agama secara prinsip mengajarkan kesela- lum selesai dibahas di DPR, hingga tahun
matan di kehidupan akhirat. Hal ini me- 1958, karena ada counter dari kelompok
nimbulkan protes di kalangan umat Islam. nasionalis yang netral keagamaan. Akh-
September 1952, sekitar lima ribu umat irnya, pembahasan deadlock. Upaya baru
Islam berkumpul di masjid Tanah Abang dilakukan pemerintah dengan menyerah-
Jakarta untuk melakukan protes terhadap kan dua draf RUU Perkawinan ke DPR.
perkawinan beda agama tersebut, dan Tahun 1967, UU Perkawinan untuk Mus-
menuntut negara untuk membatalkan per- lim dan tahun 1968 UU Perkawinan di-
kawinan tersebut. mereka membuat per- dasarkan pada prinsip-prinsip hukum ag-
nyataan dan tuntutan resmi kepada Pres- ama diterapkan untuk seluruh kelompok
iden Soekarno, yang menyatakan bahwa
Pusaka
yang melihat status anak adopsi sama yaitu dengan adanya Peraturan Perkaw-
dengan status anak kandung; kelima, Pasal inan Campuran tahun 1898. Perkawinan
beda agama ini ditolak oleh umat Islam
15 Azyumardi Azra, “The Indonesian Marriage
Law of 1974: An Institutionalization of Social Changes,” karena dianggap tidak sesuai dengan Islam
dalam Arskal Salim dan Azyumardi Azra, ed., Shari’a and sebagai pedoman hidup mereka, dan den-
Politics in Modern Indonesia, (Singapore: ISEAS, 2003),
hlm. 82. Katz & Katz, Indonesian Marriage Law, hlm. 660; gan perkawinan ini berarti membiarkan
Antony H. Johns, “Indonesia Islam and Cultural Pluralism,”
dalam John L. Epsosito, ed., Islam in Asia: Religion, Politics wanita Muslim menikah dengan laki-la-
10
sebagaimana halnya agama, sebagai lan- oleh DPR hingga tanggal 22 Desember
11 Jurnal
dasan penentu bagi sahnya perkawinan 1973, dan RUU tersebut ditandangani oleh
yang dilangsungkan oleh orang yang Presiden tanggal 2 Januari 1974, sebagai
menganutnya. Desakan keinginan tersebut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
telah ditolak oleh mayoritas anggota DPR tentang Perkawinan. Sebagai aturan pelak-
17 Ibid., hlm. 83. 19 H.M. Thahir Azhary, Menegakkan Syari’at
18 Daniel S. Lev, Peradilan Agama Islam di In- Islam dalam Konteks Keindonesiaan: Proses Penerapan
donesia: Suatu Studi Tentang Landasan Politik Lembaga- Nilai-nilai Islam dalam Aspek Hukum, Politik dan Lemba-
-lembaga Hukum, Terjemah, Zaini Ahmad Noeh, (Jakarta: ga Negara, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 93.
Intermasa, 1986), hlm. 340. 20 Ibid., hlm. 94.
Rasjidi berpendapat bahwa c) Pro-Kontra Seputar Legislasi
terdapat gerakan untuk RUU Perkawinan tersebut menuai
menjadikan perkawinan beda berbagai respon masyarakat, baik pro
maupun kontra. Majalah tempo melapor-
agama sebagai sebuah praktik
kan bahwa sejarah di Indonesia tidak
yang normal dan wajar, pernah ada legislasi RUU yang lepas dari
sebagaimana dinyatakan dalam perhatian masyarakat. Berbagai organisasi
RUU Perkawinan. Islam termasuk Majelis Ulama Aceh, Gen-
erasi Muda Islam Indonesia (GMII), Pe-
sanaannya, ditetapkan Peraturan Pemerin- lajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar
tah Nomor 9 Tahun 1975, yang mengatur Nahdatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar
tentang prosedur pelaksanaan perkawinan Putri Nahdatul Ulama (IPPNU), Ikatan
dan perceraian.21 Pelajar Muhammadiyah (IPM), juga be-
berapa tokoh Muslim secara individual,
Tidaklah terpikirkan oleh pemer-
menolak RUU Perkawinan tersebut ber-
intah untuk melaksanakan RUU tentang
dasarkan keyakinan mereka bahwa per-
Perkawinan ini tanpa peluang bagi adanya
kawinan beda agama bertentangan dengan
perbaikan dan penyempurnaan oleh DPR
ajaran Islam. Anwar Harjono, misalnya,
RI, karena dalam sistem ketatanegaraan
mengutip fatwa MUI bahwa perkawinan
RI, DPR merupakan partner pemerintah
beda agama haram hukumnya, karena
dalam proses pembentukan undang-un-
mafsadah-nya lebih banyak daripada man-
dang. Keinginan untuk menyempurnakan
faatnya.23
RUU memantul warna-warni yang indah
dan bermanfaat bagi kehidupan parlem- Menurutnya, umat Islam menolak
enter yang demokratik. Adanya perbedaan perkawinan beda agama dalam RUU
pendapat merupakan rahmat serta dibe- perkawinan tersebut murni berdasarkan
narkan asalkan disertai dengan kejujuran keyakinan agamanya, bukan politis. Wa-
dan kesunguhan hati. laupun dalam GBHN dinyatakan bahwa
penting untuk memiliki hukum yang
Mengenai permasalahan Pasal 2
seragam secara nasional yang mengatur
RUU yang oleh FPP dinilai kurang sem-
seluruh warga negara Indonesia, menurut-
purna sebab kurang menegaskan pers-
nya, bahwa sebuah hukum tidak dapat
yaratan keabsahan menurut agama atau
diterapkan dalam semua aspek kehidupan.
yang FPDI dikemukakan seakan-akan
Dia juga menekankan bahwa dalam ma-
aspek pencatatan sebagai superioritas
salah hukum keluarga, hukum nasional
dari kelangsungan perkawinan menurut
yang unifikatif hanya dapat mengatur
Jurnal Pusaka
21 Azyumardi Azra, “The Indonesian…., hlm. 84. 24 “RUU Perkawinan: Mencabut & Merubah,”
22 Daniel S. Lev, Peradilan ...., hlm.330–340. Tempo, 22 September 1973, 8-9 dikutip dalam Ibid.
dalam Hubungan Islam dan Kristen,” dia satuan Protestan, Sinar Harapan, mengek-
berpendapat bahwa perkawinan beda spos sebuah memorandum yang diterbit-
agama tidak diperbolehkan dalam Islam. kan oleh Komite Kesatuan Generasi Muda
Dia merujuk kepada kasus perkawinan di Indonesia yang menyatakan bahwa negara
Keraton Solo, Juli 1973, beberapa bulan tidak dapat dan tidak boleh menetapkan
sebelum RUU Perkawinan diperdebatkan. pelaksanaan ajaran keagamaan kepada
Peristiwa perkawian antara Koes Supiah, para pemeluknya, termasuk masalah per-
putri Susuhunan (Sultan) Pakubuwono kawinan. Dengan kata lain, negara harus
XII, yang menikah dengan seorang yang menjamin kebebasan seluruh warganya
beragama Kristen yang bernama Sylvanus untuk melaksanakan perkawinan beda
dari Kalimantan. agama.26
Menurut Rasjidi, fakta bahwa Koes Dalam edisi Kompas (surat kabar
Supiah tidak diperbolehkan menikah den- milik orang Katolik) dan Sinar Harapan
gan kekasihnya Abdullah Suwarna yang menanggapi isu tersebut, dan menyatakan
beragama Islam, yang telah dikenalnya se- bahwa hukum yang didasarkan pada ag-
lama beberapa tahun, tetapi justru diper- ama tentang perkawinan akan membuka
bolehkan menikah dengan seorang yang jalan bagi penerapan hukum berdasarkan
beragama Kristen. Hal ini merupakan agama lain pada aspek lain dalam ke-
bukti upaya untuk melegalkan perkawinan hidupan. Respon yang lebih serius datang
beda agama. Rasjidi berpendapat bahwa dari surat yang ditandatangani oleh SAE
terdapat gerakan untuk menjadikan per- Nabban dari DGI dan Sekretaris MAWI,
kawinan beda agama sebagai sebuah prak- Leo Soekoto SJ, tanggal 12 Desember
tik yang normal dan wajar, sebagaimana 1973, yang berisi:
dinyatakan dalam RUU Perkawinan. 1) Berdasarkan Pasal 29 UUD 1945
Lebih jauh, Rasjidi menyatakan bah- bahwa negara menjamin warganya
wa RUU tersebut hanyalah merupakan untuk memeluk agamanya dan untuk
upaya untuk mengkristenkan 90% pen- beribadah menurut agama dan keper-
duduk Indonesia yang beragama Islam, cayaannya itu, berarti bahwa kebebasan
dan bahwa hal itu merupakan “upaya kris- untuk memilih merupakan suatu yang
tenisasi”. Walaupun dia juga menyatakan paling penting dalam agama.
bahwa tidak semua umat Katolik dan Kris- 2) Selama perdebatan tentang RUU
ten berkehendak untuk menarik umat Is- Perkawinan di DPR, kami telah melihat
lam masuk ke agama mereka. Rasjidi per- bahwa negara tidak hanya akan men-
caya bahwa terdapat missionaries Kristen jamin kebebasan beragama, melainkan
yang mendukung RUU Perkawinan terse- juga menetapkan pelaksanaan hukum
Pusaka
but sebagai upaya mereka dalam rangka agama, terutama tentang perkawinan.
kristenisasi bagi umat Islam Indonesia.25 3) Kami mengharap setiap warga
Perdebatan di DPR tentang RUU negara akan melaksanakan perka-
Perkawinan juga berlanjut di surat kabar, winan berdasarkan hukum agama
masing-masing dari Islam dan Kristen masing-masing. Bagaimanapun jika
Januari - Juni 2014
Pandangan Rasjidi bahwa adanya upaya perkawinan salah satu agama saja yang
kristenisasi dimuat di beberapa surat ka- benar, maka banyak permasalahan yang
bar seperti KAMI, Nusantara, dan Abadi timbul terkait dengan kebebasan ber-
tanggal 19 Agustus 1973. Pada tanggal 12 agama.27
Desember 1973, sebuah surat kabar per- 26 Sinar Harapan, 12 Desember 1973, dikutip
dalam Ibid.
25 HM. Rasjidi, Kasus-Kasus RUU Perkawinan da- 27 “Negara Perlu Berikan Ruang Untuk Kawin
lam Hubungan Islam dan Kristen, (Jakarta: Bulan Bintang, Sah Menurut Hukum Negara,” Sinar Harapan, 19 Desem-
1974), hlm. 9-12 dikutip dalam Ibid., hlm. 200. ber 1973, dikutip dalam Ibid., hlm. 201.
Demonstrasi besar menentang RUU PENUTUP
Perkawinan membuat pemerintah Orde
Hukum perkawinan beda agama,
Baru khawatir, maka pemerintah mem-
yang selama menjadi polemik antara
buat perubahan-perubahan yang funda-
dilarang atau merupakan kekosongan hu-
mental terhadap RUU ini, yang kemudian
kum, ketika dilihat secara historis dalam
menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun
proses legislasi undang-undang Nomor
1974 tentang Perkawinan. Pasal 2 UU
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dapat
Perkawinan ini menyatakan bahwa Per-
diketahui bahwa proses legislasi tersebut
kawinan adalah sah apabila dilaksanakan
cenderung melarang perkawinan beda
menurut masing-masing hukum agama
agama tersebut. Dalam proses legislasi
dan kepercayaannya itu. Walaupun de-
undang-undang tersebut, terutama dari
mikian, tetap masih banyak kritik terha-
kalangan umat Islam mengajukan apsirasi
dap rumusan baru ini. Perhimpunan Ma-
pelarangan terhadap perkawinan beda ag-
hasiswa Katolik Republik Indonesia (PM-
ama, berdasarkan paham mereka tentang
KRI) mengeluarkan pernyataan bahwa re-
hukum Islam yang melarang perkawinan
visi RUU tersebut menyimpang dari spirit
beda agama. Dalam undang-undang
Pancasila dan UUD 1945 tentang jaminan
perkawinan Indonesia tersebut, hukum
kebebasan beragama, bahwa rumusan
perkawinan merupakan hukum agama,
baru ini telah memaksakan warga negara
sehingga perkawinan tidak boleh dilak-
untuk melaksanakan kewajiban keagaman
sanakan dengan melanggar ketentuan hu-
sebagaimana hukum perkawinan.28
kum agama masing-masing. []
Rasjidi juga menganggap bahwa pe-
nolakan keras yang dilakukan oleh orang-
orang Kristen terhadap revisi RUU Per-
kawinan tersebut sebagai oposisi terhadap
hukum keluarga Muslim, dan dukungan
terhadap kristenisasi. Ia percaya bahwa
inti dari penolakan dari umat Katolik dan
Kristen terhadap RUU Perkawinan mer-
upakan persepsi mereka bahwa agama
harusnya tidak boleh memainkan peran
dalam menentukan kehidupan sosial poli-
tik masyarakat Indonesia.29
Jurnal Pusaka
Januari - Juni 2014
14
Octavianus Eoh (1996).Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktik, Jakarta:
Sri Gunting,
Ratno Lukito (2001).Islamic Law and Adat Encounter: The Experience of Indonesia,
Pusaka
Jakarta: Logos
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Januari - Juni 2014
15 Jurnal