Disusun Oleh:
Kelompok 2
Imam Hidayat 1710202019
Putri Rahmadani 1710202033
Putri Rindiyani 1710202034
Puji syukur kami curahkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Ayat-ayat Tentang Allah” dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini kami
gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah tafsir.
Terima kasih Penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Baldi Anggara, M.Pd.I
selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
sehingga penulis selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca
yang nantinya akan penulis gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya Allah menciptakan jin dan manusia dimuka bumi ini hanya
untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi
segala larangannya. Terdapat berbagai macam bukti yang telah di perlihatkan oleh
Allah atas kekuasaan-Nya, akan tetapi masih banyak umat manusia yang lalai atas
perintahnya sebagai khalifah fil ardh, mereka cenderung memikirkan kehidupan
yang bersifat duniawi semata atau lebih menuruti hawa nafsu untuk kepentingan
dunia saja.
Allah membekali makhluk-Nya dengan Al-Qur‟an, yang mana dalam hal
ini, Al-Qur‟an haruslah mampu menjawab segala sesuatu persoalan yang timbul.
Dengan dasar ini, banyak persoalan yang muncul tentang Allah itu sendiri, akan
tetapi banyak yang hanya mampu menjawab secara rasio, bukan memakai Al-
Qur‟an. Maka dari itu, demi memahami ayat-ayat yang ada kaitannya dengan
Allah, perlulah dibahas pentafsiran ayat-ayat tersebut berdasarkan pendapat dan
riwayat dari para sahabat maupun tabiin.1
Banyak penafsiran ayat-ayat yang menjelaskan tentang zat Allah serta
akhlak terpuji terhadap Allah, yaitu: Surah Al-Ikhlas, Al-Baqarah, Al-Hasyr, Al-
Baqarah, dan At-Talaq. Di dalam ayat tersebut telah dijelaskan betapa agungnya
Allah dengan segala kebesarannya yang telah menciptakan makhluk dengan
penciptaan yang sempurna, memberikan rizki, maka tidaklah pantas ketika kita
sebagai makhluk ciptaan-Nya berani menyekutukan-Nya dengan menyembah
tuhan yang lain selain Dia.
Dengan demikian, di dalam makalah ini kami akan membahas tafsir ayat-
ayat tentang Allah yang menunjukkan bukti-bukti akan kebesaran-Nya yang
dijelaskan di dalam QS. Al-Ikhlas ayat 1-4, QS. Al-Baqarah ayat 255, QS. Al-
1
Oktavia, 2015, Tafsir Ayat-ayat Tentang Allah, dalam https://oktaviakhatulistiwa.
wordpress.com/2015/03/17/tafsir-ayat-ayat-tentang-allah/diakses pada tanggal 05 September 2018
pukul 17:32.
1
Hasyr ayat 21-24, dan ayat tentang akhlak terpuji terhadap Allah yang terdapat
dalam QS. Al-Baqarah ayat 152, dan At-Talaq ayat 3.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tafsir ayat-ayat tentang Allah SWT?
2. Bagaimanakah tafsir ayat tentang akhlak terpuji terhadap Allah SWT?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tafsir ayat-ayat tentang Allah SWT.
2. Untuk mengetahui tafsir ayat tentang akhlak terpuji terhadap Allah SWT.
2
BAB II
AYAT-AYAT TENTANG ALLAH SWT
2
Baldi, Anggara dan Zuhdiyah, Tafsir, (Palembang: NoerFikri, 2018), cet v, h. 17.
3
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), h. 1371.
4
Listiawati, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Palembang: Rafah Press, 2013), cet I, h. 27.
3
mematuhi setiap perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan hanya Allah lah yang
berhak disembah, karena Allah itu Esa, yakni satu untuk selamanya bagi umat
Muslim. Serta mentauladani Nabi Muhammad SAW sebagai Habib Allah
(kekasih Allah) SWT.
Dalam menerangkan ayat ini adalah ayat yang sangat agung. Lafaz: Allahu
laa ilaaha illa huwaa: Yang mengkhabarkan tentang ketauhidan yang tunggal
kepada Allah bagi semua makhluk. Sedangkan lafaz haiyul qayyuum yakni hidup
bagi diri-Nya dan tidak mati selamanya ini menunjukkan bahwa Allah berbeda
dengan makhluk lainnya.6
Sedangkan, ayat al-kursiy ini adalah ayat yang paling agung di antara
seluruh ayat-ayat Al-Qur‟an. Karena dalam ayat ini, tidak kurang enam belas kali,
bahkan tujuh belas kali, kata yang menunjuk kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa. 7
5
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 80.
6
Listiawati, Op.Cit., h. 30.
7
Ibid., h. 31.
4
Dari uraian di atas dapat dianalisis bahwa makna surah Al-Baqarah ayat
255 menerangkan Allah adalah zat yang sangat agung dengan semua
keistimewaan diri-Nya. Tidak ada satupun keraguan terhadap Allah SWT. Hanya
Allah lah Yang Maha Esa, maha sempurna, dan tidak akan mati selamanya. Tidak
ada satu pun mahkluk yang menyamai-Nya.
8
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 1180.
5
Dalam QS. Al-Hasyr Ayat 21 menjelaskan kepada umat manusia tentang
kebesaran Al-Qur‟an. Andaikan Al-Qur‟an itu ditugaskan kepada gunung, pasti
gunung akan tunduk, patuh mengikuti perintah Allah. Bahkan gunung tersebut
akan retak karena ketakutannya kepada-Nya. Oleh karena itu, di serukan kepada
manusia agar mewarisi, mempelajari, memperhatikan dan melaksanakan semua
ajaran Al-Qur‟an. Baik yang berkenaan dengan akidah maupun yang berkaitan
dengan mu‟amalah dan syari‟ah.9 Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
membaca di waktu pagi, Audzubillahi sami’i aliim minasyaithonirrajim sebanyak
tiga kali kemudian juga ayat terakhir dalam surat Al-Hasyr, maka Allah
menyerahkan padanya 70.000 malaikat membacakan doa baginya hingga sore,
dan jika mati pada hari itu ditulis mati syahid, dan jika dibaca di waktu sore, maka
ia mendapat kedudukan seperti itu yakni hingga pagi.” (HR. At-Tirmidzi dan
Ahmad).10
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui surah Al-Hasyr ayat
21, Allah SWT memberikan suatu pengajaran kepada umat Muslim. Dalam ayat
itu dijelaskan bahwa gunung saja tunduk, dan patuh kepada Allah. Ayat ini
merupakan suatu pelajaran bagi umat manusia agar bisa berfikir terhadap ayat
tersebut sehingga mau melaksanakan semua ajaran dalam Al-Qur‟an.
9
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op. Cit., h. 19
10
M. Yusuf Hamiri, dkk., Tafsir, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013), cet. I, h. 43-44.
11
A. Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Thoha Putra, 1993),
h. 92.
12
Listiawati, Op. Cit., h. 37.
6
dalam Islam; kedua, tentang sifat Ar-Rahman; dan yang ketiga, tentang sifat Ar-
Rahim bagi Allah swt. Mengenai kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua
nama Allah yang sangat dominan dalam Al-Qur‟an. Dalam Al-Qur‟an disebutkan
kata Ar-Rahman sebanyak 57 kali, sedangkan Ar-Rahim di ulang sebanyak 95
kali.13 Ayat ini yang menjelaskan bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah
merupakan konsep aqidah shahihah (aqidah yang benar) dalam Islam.14
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna surah Al-Hasyr ayat
22 yakni membahas tentang kekuasaan Allah atas seluruh alam semesta, dan
menjelaskan sifat-sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang bagi seluruh
makhluk-Nya. Dalam ayat ini membahas tentang masalah ketauhidan bahwasanya
tiada Tuhan selain Allah dengan kata lain Allah itu Esa. Yang merupakan konsep
aqidah Islam. Dan hanya Allah-lah yang maha mengetahui segala sesuatu, baik itu
perkara yang ghaib maupun yang nyata, dan menunjukkan betapa luasnya
kekuasaan Allah SWT di seluruh alam semesta, serta menjelaskan sifat-sifat Allah
yang Maha Pengasih dan Penyayang bagi seluruh makhluk-Nya.
13
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op. Cit., h. 21.
14
Akhmad Alim, Tafsir Pendidikan Islam, (Jakarta: AMP Press, 2014), h. 183.
7
mengandung arti “Pembenaran” dan “Ketenangan Hati”. Mengenai kata al-Aziz
yang terulang sebanyak 99 kali dalam al-Qur‟an, antara lain bermakna angkuh,
tidak terbendung, keras, kasar, dan semangat membangkang. 15
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna surah Al-Hasyr ayat
23 menerangkan tentang ke Esa-an Allah SWT (ketauhidan). Ayat ini masih
lanjutan dari surah Al-Hasyr ayat 22. Dan membantah orang-orang musyrik yang
menyekutukan-Nya.
15
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op. Cit., h. 22-23.
16
Listiawati, Op. Cit., h. 45.
8
B. Tafsir Ayat tentang Akhlak Terpuji terhadap Allah SWT
1. Surah Al-Baqarah ayat 152
Dalam Al-Qur‟an, disebutkan beberapa akhlak (budi pekerti) yang terpuji
terhadap Allah. Salah-satu yang paling utama adalah syukur. Masalah syukur
ini disebut di dalam Al-Qur‟an pada ayat:
ٌِ ُٔفَب ْر ُكشُٔ ًَِ أَ ْر ُكشْ ُك ْى َٔا َْ ُكشُٔا ِنً َٔ ََل تَ ْكفُش
Artinya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku.”17
Dalam menerangkan konsep syukur bagi ayat ini, Imam Ibn Katsîr
menerangkan di dalam tafsirnya bahwa ayat { ٌِ ُٔ } َٔا َْ ُكشُٔا نًِ َٔ ََل تَ ْكفُشitu adalah
sebuah perintah Allah untuk bersyukur kepada-Nya, dan syukur tersebut
dilaksanakan dengan menambahkan kebaikan. Dari ini Allah berfirman { ٌََٔإِ ْر تَأ َ هر
} َسبُّ ُك ْى نَئِ ٍْ ََكَشْ تُ ْى َْلَ ِصٌ َذَه ُك ْى َٔنَئِ ٍْ َكفَشْ تُ ْى إِ هٌ َع َزا ِبً نَ َش ِذٌ ٌذ. Imam Ahmad bin Hanbal
meriwayatkan sebuah hadis yang datang dari Abû Rajâ` al-„Uthâridî yang
menceritakan bahwa “„Imrân keluar menemuiku, dan „Imrân membawa sepotong
kain dari sutera ( )يطشف يٍ خضyang belum pernah aku melihat sebelum ini dan
setelahnya, lalu „Imrân berkata: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barang
siapa yang Allah memberi nikmat kepadanya dengan sebuah nikmat, maka Allah
itu menyukai untuk diperlihatkan efek dari nikmat tersebut dari makhluk-Nya”.18
Menurut Imam al-Thabarî menyatakan bahwa ayat ini menyuruh orang-
orang mukmin agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah
diberikan Allah kepada mereka, yaitu berupa Islam, atau hidayah berupa agama
yang telah disyariatkan bagi nabi-nabi Allah serta kekasih-Nya. Lalu Allah
memerintahkan untuk tidak melakukan kekufuran (tidak bersyukur) terhadap
kebaikan Allah kepada mereka (mukmin), niscaya Allah akan merampas nikmat
yang telah diberikan kepada mereka. Sebaliknya kalau mereka bersyukur, maka
17
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 44.
18
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op.Cit., h. 28-29.
9
Allah akan menambah lalu menyempurnakan nikmat-Nya terhadap mereka, dan
Allah akan memberi mereka hidayah seperti hidayah yang diberikan kepada
hamba-Nya yang diridhai-Nya. Selanjutnya, Imam al-Thabarî menjelaskan bahwa
makna syukur di sini adalah memuji.
Menurut Wahbah al-Zuhailî, Allah memerintahkan untuk bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan Allah kepada orang mukmin dengan cara hati, lisan,
dan mengunakan segala anggota pada apa yang dijadikan Allah bagi anggota
tersebut untuk melakukan kebaikan dan kemanfaatan. Orang mukmin dilarang
mengkafiri nikmat ini dengan cara memalingkan penggunaan anggota tersebut
menuju apa yang dilarang syariat. Akal sehat juga tidak dapat menerima
kekufuran tersebut. Sesungguhnya kalau perbuatan itu bagus, maka baguslah
balasannya, dan kalau perbuatan itu tercela, maka tercelalah balasannya. Ini
seperti ayat:
{}ٔإِ ْر تَأ َ هرٌَ َسبُّ ُك ْى نَئِ ٍْ ََكَشْ تُ ْى َْلَ ِصٌ َذَه ُك ْى َٔنَئِ ٍْ َكفَشْ تُ ْى إِ هٌ َع َزابًِ نَ َش ِذٌ ٌذ.
َ
Tafsiran ayat ini menurut tafsir Jalâlain, al-Khâzin, dan al-Nawawî,
menyatakan bahwasanya mensyukuri nikmat Allah itu adalah dengan cara
melakukan ketaatan kepada Allah. Sedangkan Imam Zamakhsyari cuma menafsiri
dengan bersyukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada mukmin.19
19
Ibid., h. 30.
10
yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.”20
Kata {ِأيش ِ }ببن ُغadalah bacaaan Imam Hafsh. Bagi bacaan imam selainnya
adalah {ِ}ببن ٌغ أي َش.Ibn Mardawaih dan al-Khathîb meriwayatkan dari Ibn „Abbâs
menyatakan bahwa “Sesungguhnya ayat ini turun pada seorang anak dari Auf bin
Mâlik yang ditawan musuh, lalu dia dan istrinya memperbanyak membaca kalimat
[]َل حٕل َٔل قٕة إَل ببهلل. Lalu musuh yang menawan anaknya lengah dalam
menjaganya, sehingga anak itu berhasil melarikan diri dengan membawa
kambing-kambing musuh dan diserahkannya kepada ayahnya. Lalu turunlah ayat
ini”.21
Imam al-Khâzin menafsiri kata {ّ }ٔيٍ ٌتٕكم عهى َّللا فٕٓ حسبdengan
mengatakan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah pada apa yang diwakilkan
kepadanya (dipinjamkan Allah kepadanya), maka Allah akan mencukupkan apa
yang lebih penting bagi orang tersebut. al-Khâzin juga menambahkan dengan
dukungan Hadis: Rasulullah SAW bersabda: “Andaikan kamu bertawakal
(menyerah) kepada Allah dengan sungguh-sungguh niscaya Allah akan memberi
rezeki kepadamu sebagaimana burung yang keluar pagi dengan perut kosong
(lapar) dan kembali senja hari sudah kenyang”.22
Dalam kitab Tanwîr al-Miqbâs lafaz {ّ }ٔيٍ ٌتٕكم عهى َّللا فٕٓ حسبitu
bermakna “barangsiapa yang percaya dengan Allah dalam masalah rezeki, maka
Allah akan mencukupinya”. Wahbah al-Zuhailî menambah dari pendapat kitab
Tanwîr al-Miqbâs dengan qayyid setelah orang tersebut melakukan usaha untuk
mencari rezeki. Setelah wujudnya usaha ini barulah Allah akan mencukupkan apa
yang paling penting bagi orang tersebut dalam semua hal. Ini dikarenakan Allah
adalah Zat yang Maha mampu pada segala sesuatu ()انقبدس عهى كم ًَء, yang Maha
kaya. Apabila datangnya rezeki dan selain-Nya itu dari perkara yang tidak akan
ada kecuali dengan takdir Allah, maka seseorang tidak akan disebut sebagai orang
yang memiliki akal kecuali apabila ia percaya kepada takdir Allah. Ini didasari
20
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 1203.
21
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op.Cit., h. 31.
22
Ibid., h.31-32.
11
ٍ } َٔ ُكمُّ ََ ًْ ٍء ِع ُْ َذُِ بِ ًِ ْقذ. Hujah ini adalah sebagai dalil tentang
23
dengan firman Allah {َاس
wajibnya bertawakal kepada Allah dan memasrahkan segala perkara kepada-Nya.
Syaikh Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî menjelaskan makna dari tawakal adalah
memberi/memasrahkan masalah-masalah kepada Allah. Selanjutnya, al-Shâwî
menjelaskan bahwa melakukan beberapa sebab (usaha) agar tercapai apa yang
diingini, itu tidak bertentangan dengan tawakal, karena sesungguhnnya melakukan
sebab (usaha) di sini adalah yang diperintah. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan
tidak muktamad bergantung pada sebab-sebab tadi.24
Berdasarkan penafsiran ayat di atas dapat dianalisis melalui surah Al-
Baqarah ayat 152 bahwasanya sebagai umat Muslim harus banyak bersyukur
dengan apa yang telah diberi Allah swt baik itu berupa rezeki, umur, tahta, dan
lainnya. Selanjutnya, dalam penafsiran surah At-Talaq dapat dianalisis bahwa
Allah akan mencukupkan keperluan hamba-Nya jika ia bertawakal kepada Allah.
23
Ibid., h.32.
24
Ibid., h.33.
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai tafsir ayat-ayat tentang Allah,
dan juga tafsir ayat tentang akhlak terpuji terhadap Allah. Dapat disimpulkan
bahwa Allah itu Esa, yakni satu tiada tuhan selain Allah. Allah mempunyai sifat-
sifat keagungan dan kesempurnaan. Allah membantah orang-orang yang musyrik
yakni menyekutukan-Nya. Manusia mempelajari sifat-sifat Allah untuk manusia
itu sendiri bukan untuk-Nya. Dengan segala pemberian Allah di alam semesta ini,
kita sebagai hamba-Nya harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya
dengan bersungguh-sungguh bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan apa yang dikehendaki makhluk-Nya.
B. Saran
Sebagai pemakalah kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mohon kepada para pembaca agar dapat
memberikan saran-sarannya demi terciptanya suatu karya yang lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14