Disusun Oleh :
Try Putra Heny Cendekiawan (42170157)
Agustina Dwi Mariani (42170158)
Nama LK/Pr Alamat/ Tanggal Keluhan/ Gejala Utama (Diagnosis) Keterangan (Tx atau tindakan lainnya)
Umur Wilayah mulai
keluhan
Ny. M Perempuan, Dusun Soka, 1 Bulan KU : Nyeri pada kaki kiri Pasien rutin rawat luka ulkus di kaki di
55 tahun Ds.Seloharjo, Puskesmas Pundong
Pundong, RPS : Pasien mendapatkan terapi insulin injeksi
Bantul dari dokter Sp.PD
Pasien mengeluhkan terdapat luka pada jempol kaki kiri
sejak 3 minggu yang lalu. Luka tersebut tak kunjung Konseling dengan Psikolog Puskesmas
sembuh dan mulai berbau busuk. Pasien memeriksakan Pundong
diri ke RS Rajawali Citra dan dianjurkan untuk dilakukan
amputasi pada jempol kaki tersebut.
Pasien rutin melakukan rawat luka setiap hari di IGD
Puskesmas Pundong. Luka pasien semakin membaik dan
tidak berbau lagi. Akan tetapi sempat timbul satu luka
ulkus baru di bagian punggung kaki kiri.
Pasien sering merasakan tebal-tebal dan kesemutan pada
tangan dan kakinya. Pasien mengaku kadar gula darahnya
sudah stabil. Pasien sempat stress dan memiliki pikiran
untuk bunuh diri sehingga memerlukan konseling dengan
psikolog
RPD :
Entitas Sumber Alamat/ Wilayah Jenis Hasil Pemeriksaan/ Data yang diperoleh Keterangan (Tx atau tindakan lainnya)
Pemeriksaan
Ny. M 55 tahun Dusun Soka, Desa Pemeriksaan Fisik a. Status Generalis Dari pemeriksaan fisik general dan vital sign
Seloharjo, Umum KU : Baik dalam batas normal, pemeriksaan lokalis pada
Menggunakan Pundong, Bantul GCS : EVM 4/5/6 ekstremitas didapatkan ulkus pedis sinistra post
jaminan kesehatan BB : 58 kg amputatum digiti manus sinistra disertai
berupa (KIS) Kartu TB : 150 cm gangren di sekitar luka.
Indonesia Sehat Vital Sign :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 88 kali/menit
- Frekuensi nafas : 20 kali/menit
- Suhu : 36.8 oC
b. Status Lokalis
- Kepala :Normochepali, CA (-/-), SI (-/-
), sianosis (-), lidah kotor (-),
gusi berdarah (-), otorrhea (-),
rhinorea(-)
- Leher :Pembesaran KGB (-), nyeri
tekan (-)
- Thorax :
Paru
1. Inspeksi : gerakan dada simetris,
retraksi interkosta(-), jejas (-)
2. Palpasi : tidak teraba adanya
benjolan , nyeri tekan (-) , fremitus
kanan dan kiri simetris , ketinggalan
gerak (-)
3. Perkusi : sonor semua lapang
paru
4. Auskultasi : vesikuler(+/+),ronki (-/-
) ,wheezing (-/-)
Jantung : suara jantung S1/S2 normal
(reguler) , S3 (-) dan S4(-)
- Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : BU (+) normal (9 kali/menit)
Perkusi : tymphani pada 9 regio abdomen
Palpasi : abdomen teraba supel, nyeri
tekan epigastrik (-), pembesaran hepar (-),
pembesaran limpa (-), turgor kulit normal
5 5
5 5
- Gejala lain
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang (-)
2. Harga diri dan kepercayaan diri
berkurang (-)
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna (+)
4. Pandangan masa depan suram dan
pesimistis (+)
5. Gagasan dan perbuatan yang
membahayakan diri atau bunuh diri (+)
6. Tidur terganggu (+)
7. Nafsu makan berkurang (+)
RIWAYAT KONDISI LINGKUNGAN
2. Bentuk Rumah
Bangunan rumah permanen dengan luas 6x8 meter. Bangunan berdiri sejak orang
tua pasien dan sudah direnovasi beberapa kali. Bangunan satu lantai ini terdiri dari
1 ruang tamu, 2 kamar tidur,1 dapur, 1 sumur dan kamar mandi luar, serta 1 ruang
kosong untuk sholat. Lantai rumah sudah dilapisi tegel pada seluruh ruangan. Atap
rumah pasien adalah atap genteng tanpa plafon
3. Kondisi Rumah
Rumah tersebut dihuni oleh pasien, dan suami pasien. Rumah pasien memiliki 1
pintu utama dan 2 jendela kayu di ruang tamu yang dibuka dan cahaya matahari
dapat masuk. Dibagian atas jendela terdapat ventilasi. Ruang tamu tampak gelap
dan terasa sedikit pengap. Tidak banyak perabotan yang dimiliki pasien, hanya
lemari tv, kursi dan meja tamu. Kondisi kamar cukup luas dengan satu lemari baju
dan tempat tidur yang tertata rapi dan terlihat baju-baju yang digantung. Kedua
kamar tidur tidak memiliki jendela. Dapur pasien terletak bersebelahan dengan
kamar mandi. Pada dapur pasien ada 1 jendela dan terdapat satu pintu menuju
pekarangan samping rumah. Dapur luas dengan peralatan masak yang tersusun rapi,
dengan beberapa bagian atap seng yang dapat ditembus cahaya. Ruang sholat
terdapat diseberang kamar tidur dan sebelah ruang tamu
5. Sumber Air
Sumber air berasal dari sumur yang terletak di dalam rumah. Sumur terletak di
samping dapur dan kamar mandi. Sumur tidak tertutup oleh penutup. Kualitas air
tampak berwarna agak keruh, tidak berbau. Tampak 3 buah ember disekitar sumur
yang tengkurap yang biasa digunakan untuk mencuci. Sumur terbuka digunakan
sebagai sumber air untuk mandi dan kegiatan rumah tangga seperti mencuci dan
memasak.
6. Pembuangan air limbah rumah tangga
Pembuangan air limbah rumah tangga termasuk septiktank berada di depan rumah
jaraknya kurang lebih hanya 5 meter dari kamar mandi pasien. Bentuk pembuangan
limbah tertanam dan sudah tertutup semen sehingga limbah rumah tangga tidak
menimbulkan bau
7. Jemuran Baju
Jemuran baju terdapat di sisi kiri rumah pasien dengan disinari cahaya matahari
yang cukup.
A. HASIL
Kasus penyakit tidak menular menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam
beberapa tahun terakhir termasuk pada tahun 2017 ini. Berdasar STP (Surveilans
Terpadu Penyakit) di Puskesmas tahun 2017 jumlah kasus diabetes sebanyak 8.321
kasus. Hasil STP Puskesmas menunjukkan bahwa DM adalah penyakit terbanyak nomer
4 di DIY pada tahun 2017dengan jumlah 8.321 kasus
Berdasarkan dari profil kesehatan kabupaten Bantul tahun 2018, Diabetes Melitus
masih menjadi salah satu kasus penyakit tidak menular yang tertinggi terjadi di seluruh
wilayah Kabupaten Bantul. Grafik berikut menunjukkan jumlah 10 besar penyakit di
Puskesmas se- Kabupaten Bantul tahun 2017 dengan kasus Diabetes Melitus non-
dependen insulin di Kabupaten Bantul yaitu sebanyak 1859 kasus .
Profil kesehatan Puskesmas Pundong tahun 2018 menunjukkan kasus DM
menempati urutan ke-5 dari 10 besar penyakit yaitu sebanyak 1.588 kasus.
B. KAJIAN EPIDEMIOLOGI
Distribusi dan trend (Kecenderungan)
1. Orang Terkena/ Person
Jumlah Terdiagnosis Diabetes Melitus Non-Insulin Dependent
Kecamatan Pundong tahun 2018
59
109
Pria Wanita
50 37
23
0
0
Remaja (12-25) Dewasa (26-45) Lansia (46-65) Manula (>65)
Pasien Terdiagnosis
Dari data diatas tampak rentang usia yang menderita Diabetes Melitus di
Kecamatan Pundong didonimasi oleh rentang usia 46-65 (kelompok lansia sebelum
manula) yang berjumlah 108 penderita disusul oleh kelompok usia >65 tahun
(kelompok manula) yang berjumlah 37 penderita dan kelompok usia 26-45 tahun
(kelompok usia dewasa) berjumlah 23 orang. Persentase ini dihimpun berdasarkan
data kunjungan pasien ke Puskesmas Pundong periode 2018. Sedangkan kelompok
remaja, kanak-kanak dan balita tidak ditemukan menderita Diabetes Melitus pada
bulan Januari sampai Desember 2018.
50 44
39
40
30
20
8
10 3 4
0
Srihardono Panjangrejo Seloharjo
NIDDM IDDM
Dalam basis data kunjungan Puskesmas Pundong tahun 2018, jumlah pasien
terdiagnosis diabetes melitus sebanyak 182 pasien dengan rincian 125 kasus baru
diabetes melitus non-insulin dependent, 13 kasus baru diabetes melitus insulin
dependent, 43 kasus lama diabetes melitus non-insulin dependent, dan 1 kasus lama
diabetes melitus insulin dependent. Pasien yang terdiagnosis tersebar di 3 desa yang
dikepalai puskesmas Pundong
2. Tempat/ Wilayah
3. Waktu
Diagnosis Kasus Lama dan Kasus Baru Non-Insulin
Dependent Diabetes Melitus
Kecamatan Pundong tahun 2018
35 31
30
24 23
25
20 18
14
15 12 12
9
10
3 3 3 4 3 4
5 10 1 1 1 1
0 0 0 0
0
Dari data tahun 2018 juga didapati bahwa terjadi peningkatan diagnosis kasus
baru diabetes melitus non-insulin dependent. Dalam bulan januari sampai Desember
2018 Puskesmas Pundong menerima kasus Diabetes Melitus dimana kunjungan
terbanyak pada bulan Desember dengan 31 kasus dan bulan Januari kunjungan paling
sedikit dengan 1 kasus.
C. ANALISIS DETERMINAN/ FAKTOR RISIKO
Berdasarkan epidemiologi, suatu penyakit terjadi karena interaksi antara pejamu
(host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment). Dalam konteks
penyakit Diabetes Melitus, ketiga faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain yang
kemudian akan memudahkan agen untuk menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus.
Penjelasan keterkaitan antara 3 faktor tersebut sebagai berikut,
1. Faktor Penjamu/ Host
Pejamu atau host adalah populasi atau organisme yang memiliki resiko terkena
penyakit. Di wilayah kerja Puskesmas Pundong tahun 2018 penderita Diabetes
Melitus di dominasi usia > 45 tahun. Penelitian Isnaini (2017) tentang faktor risiko
mempengaruhi kejadian DM tipe 2 bahwa hasil penelitian menandakan adanya
hubungan antara umur dengan kejadian DM tipe dua pada masyarakat di Puskesmas
I Wangon. Semakin meningkat umur seseorang maka semakin besar kejadian DM
tipe dua. Pada penelitian ini didapatkan umur pada kelompok kasus umur antara 51-
60 tahun (41,5%), umur 46-50 (24,5%) dan umur diatas 61 tahun (16,9%). Umur
kurang dari 45 tahun (17%). Peningkatan usia menyebabkan perubahan
metabolisme karbohidrat dan perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh
glukosa dalam darah dan terhambatnya pelepasan glukosa yang masuk kedalam sel
karena dipengaruhi oleh insulin. Jika dilihat dari umur responden saat pertama kali
menderita DM maka dapat diketahui bahwa semakin meningkatnya umur seseorang
maka semakin besar kejadian DM tipe dua.
3. Faktor Lingkungan/Environment
Pada kasus ini, populasi yang terkena penyakit adalah warga-warga di wilayah kerja
Puskesmas Pundong. Hal ini didukung dengan data kunjungan masyarakat sebanyak
182 kasus Diabetes Melitus. Besarnya populasi warga Diabetes Melitus menambah
beban Puskesmas Pundong. Kurangnya motivasi dan dukungan emosional keluarga,
kerabat dalam menggendalikan gula darah yang baik
BAB III
B. INPUT
1. SDM
Puskesmas memiliki sumber daya manusia yang dapat melakukan program yaitu
anggota bidang UKM yang berkolaborasi dengan masyarakat untuk menangani
penyakit DM seperti kader di setiap dusun dengan melakukan promosi-preventif,
pengawasan, dan monitoring.
.
2. Sumber Daya Keuangan
Sumber daya keuangan dapat diperoleh dengan mengajukan proposal permohonan
dana untuk upaya program promotif maupun preventif demi menunjang pelaksanaan
penanganan kasus Diabetes Melitus. Serta manajemen biaya untuk selalu
menyediakan regimen pengobatan penyakit Diabetes Melitus sebagai upaya kuratif
dari penyakit ini.
3. Perangkat Keras
Puskesmas menyediakan beberapa materi promotif maupun preventif khusus berupa
poster, leaflet, maupun spanduk/baliho khusus untuk penyakit tidak menular
terutama tentang penyakit Diabetes Melitus.
4. Perangkat Lunak
Puskesmas telah melakukan pendataan untuk setiap kunjungan pasien dengan
diagnosis Diabetes Melitus, kemudian jumlah pasien disimpan di database
Puskesmas sebagai data acuan statistik serta bagian dari monitoring dan evaluasi
untuk menunjang program penanganan kasus Diabetes Melitus.
C. PROSES
1. P1(Perencanaan)
Rencana usulan kegiatan
a) Skrining PTM terutama pasien DM non-dependen insulin dan DM dependen
insulin.
b) Skrining komplikasi pasien DM yang perlu perawatan rujuk balik ke faskes
pertama, seperti perawatan ulkus diabetikum.
c) Pendampingan pasien DM bersama tenaga paramedis baik perawat,
psikolog, dan masyarakat sekitar.
3. P3 (Pengawasan-Pertanggungjawaban)
Pengawasan internal diawasi langsung oleh atasan atau kepala puskesmas.
Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat seperti kader dan keluarga pasien
yang ikut dibina. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan, dan teknis
pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan penyimpangan yang tidak sesuai
standar dan peraturan yang telah disepakati, perlu dilakukan pembinaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
D. KELUARAN
Target dari perencanaan diatas adalah :
Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Melitus
agar masyarakat dapat lebih waspada serta mandiri dalam deteksi dini,
mengikuti pola makan dan hidup yang lebih sehat serta tahu cara
mengelola penyakit Diabetes Melitus untuk menghindari komplikasi
penyakit ini.
Masyarakat memiliki kesadaran berperilaku hidup sehat dengan
memperhatikan pola makan, beraktivitas fisik teratur, dan rutin
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS
A. DIAGNOSIS KOMUNITAS
Berdasarkan hasil dari pengambilan data yang dilakukan, didapatkan diagnosis
komunitas sebagai berikut :
1. Masalah rendahnya kesadaran diri penderita Diabetes Melitus dalam cek kesehatan
secara berkala dan mengendalikan gula darah dalam batas normal
B. TUJUAN
1. Untuk menemukan permasalahan komunitas pada pasien Diabetes Melitus yang ada
di Puskesmas Pundong
2. Untuk mengkaji serta memberikan edukasi terkait Diabetes Melitus dalam
komunitas.
C. MANFAAT
1. Dapat menambah wawasan dokter muda dalam melakukan pengkajian masalah
komunitas terkait Diabetes Melitus.
2. Dapat memahami epidemiologi terkait penyakit tidak menular terutama tentang
Diabetes Melitus sebagai acuan pembelajaran ilmu kedokteran komunitas.
3. Dapat membantu menemukan penyeleseian untuk permasalahan komunitas terkait
Diabetes Melitus.
D. KAJIAN ANALISIS SWOT PADA ULKUS DIABETIKUM DENGAN DEPRESI
NO Prioritas Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah Terpilih
1. Kurangnya pengetahuan dan Kurangnya sosialisasi Membuat program puskesmas terkait penyakit Inovatif sosialisasi mengenai DM
kesadaran keluarga tentang tentang DM Diabetes Melitus yang rutin dilakukan melalui siaran radio, brosur/
Diabetes Mellitus Kerjasama lintas sektoral Mensosialisasikan mengenai penyakit DM poster ,pertemuan masyarakat
yang belum optimal dalam untuk menambah wawasan masyarakat dan desa, kunjungan rumah untuk
upaya pembinaan pasien keluarga agar memahami serta dapat memantau kondisi pasien dan
dan keluarganya. menghindari faktor resiko dan mulai kepatuhannya serta sosialisasi
Sarana pembinaan yang menjalani perilaku hidup sehat. kepada keluarganya.
masih minim. Mensosialisasikan fasilitas kesehatan yang
Kurangnya sumber daya disediakan Puskesmas bagi masyarakat terkait
manusia dalam Diabetes Melitus
mendampingi keluarga Menyediakan sarana pembinaan seperti poster
dengan DM maupun brosur yang mudah dimengerti
masyarakat mengenai DM
Kerjasama lintas sektoral dalam hal ini ke
pasien, keluarga, masyarakat dengan tenaga
kesehatan dalam hal penanganan kasus DM
2. Monitoring dan pengawasan Pengetahuan dan Meningkatkan upaya pembinaan ke pasien Home visit atau home care
ketaatan terapi terhadap pasien kesadaran masyarakat dan keluarganya mengenai DM pasien dan keluarganya
DM yang kurang yang masih kurang Penilaian klinis berkala dan monitoring DM
mengenai pencegahan dan
pengelolaan DM
3. Pengelolaan stress yang Pengetahuan keluarga dan Melakukan pembinaan kepada keluarga dan Konseling dengan tenaga
kurang baik masyarakat mengenai masyarakat tentang pengelolaan serta deteksi kesehatan yang berkompeten
tanda dan gejala stress dini dini masalah psikis/stress dalam pengelolaan dan
Kurangnya kesadaran Konseling dengan tenaga kesehatan atau pembinaan pasien dengan
pasien untuk mencari psikolog masalah psikis/stress.
pertolongan
BAB VI
REFLEKSI
Dalam refleksi ini, setelah berkunjung ke rumah pasien dan melakukan pembinaan
serta home visit ke rumah pasien saya mendapatkan hal-hal yang bisa menjadi evaluasi.
Keluarga pasien DM memiliki tingkat pengetahuan dan kesadaran diri terhadap penyakit tidak
menular rendah sehingga target menggendalikan gula darah dalam batas normal tidak
berjalan baik. Disini bisa diambil pelajaran bahwa pengetahuan dan kesadaran diri pasien dan
keluarganya terhadap DM adalah hal penting untuk mencegah DM dan penggendalian gula
darah normal. Sebab dengan membekali keluarga pasien DM dengan pengetahuan dan
meningkatkan kesadaran diri akan membantu mereka membentengi diri agar tidak terkena
penyakit dengan komplikasi DM atau meningkatkan kualitas hidup. Pengetahuan yang perlu
dibagi untuk keluarga dan masyarakat mengenai suatu penyakit mencakup: pengertian,
penyebab, tanda-gejala, bagaimana penyakit dapat terjadi, pengobatan, prognosis dan cara
mencegah. Ketika pasien dengan DM bukan saja kita memperhatikan penyakitnya saja,
namun diperlukan juga memahami apa yang diharapkan dan yang dirasakan oleh pasien, agar
pasien tidak merasa stres akan keadaannya sehingga dukungan dan peran keluarga sangatlah
penting dalam mendukung keberhasilan pengobatan pada pasien DM.
Refleksi saya sebagai dokter nantinya, saat sudah terjun di masyarakat yaitu fokus
saya bukan hanya kuratif saja melainkan harus lebih di tegakkan atau diperkuat lagi dalam
masalah promotif dan preventif juga, mendekatkan diri dengan masyarakat sehingga tahu apa
yang dibutuhkan masyarakat dan tahu apa yang menjadi ketakutan bagi masyarakat. Cara ini
diharapkan dapat membangun rasa kepercayaan, keterbukaan dan kerjasama yang lebih baik
antara pihak pelayanan kesehatan dan juga masyarakat untuk bersama-sama menuntaskan
permasalahan penyakit yang ada. Sebagai dokter dapat memberikan edukasi yang benar,
aplikatif dan sesuai dengan kondisi masyarakat dan lingkungan sehingga dapat diterima dan
mudah diterapkan. Selain itu dokter juga harus berpikir secara holistik, karena sebagai dokter
tidak hanya melihat pasien dengan penyakit namun perlu juga melihat faktor-faktor lainnya
yang dapat meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien dengan DM dan dengan atau tanpa
depresi.
LAMPIRAN