Anda di halaman 1dari 21

CASE BASED DISCUSSION

ULKUS DIABETIKUM DENGAN DEPRESI


DI DUSUN SOKA KECAMATAN PUNDONG

Disusun Oleh :
Try Putra Heny Cendekiawan (42170157)
Agustina Dwi Mariani (42170158)

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


PUSKESMAS PUNDONG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
PERIODE 18 FEBRUARI 2019 – 29 MARET 2019
YOGYAKARTA
2019
BAB I

DATA KLINIS/ PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR

Area Upaya Puskesmas : Pengobatan


Judul : Diabetes Melitus dengan ulkus diabetikum pedis sinistra dan depresi
Anamnesis dan pemeriksaan klinis dilakukan pada hari Selasa, 5 Maret 2019 di Rumah Pasien

Nama LK/Pr Alamat/ Tanggal Keluhan/ Gejala Utama (Diagnosis) Keterangan (Tx atau tindakan lainnya)
Umur Wilayah mulai
keluhan

Ny. M Perempuan, Dusun Soka, 1 Bulan KU : Nyeri pada kaki kiri  Pasien rutin rawat luka ulkus di kaki di
55 tahun Ds.Seloharjo, Puskesmas Pundong
Pundong, RPS :  Pasien mendapatkan terapi insulin injeksi
Bantul dari dokter Sp.PD
Pasien mengeluhkan terdapat luka pada jempol kaki kiri
sejak 3 minggu yang lalu. Luka tersebut tak kunjung  Konseling dengan Psikolog Puskesmas
sembuh dan mulai berbau busuk. Pasien memeriksakan Pundong
diri ke RS Rajawali Citra dan dianjurkan untuk dilakukan
amputasi pada jempol kaki tersebut.
Pasien rutin melakukan rawat luka setiap hari di IGD
Puskesmas Pundong. Luka pasien semakin membaik dan
tidak berbau lagi. Akan tetapi sempat timbul satu luka
ulkus baru di bagian punggung kaki kiri.
Pasien sering merasakan tebal-tebal dan kesemutan pada
tangan dan kakinya. Pasien mengaku kadar gula darahnya
sudah stabil. Pasien sempat stress dan memiliki pikiran
untuk bunuh diri sehingga memerlukan konseling dengan
psikolog
RPD :

 Riwayat Mondok (-)


 Keluhan serupa (-)
 Riwayat Hipertensi (-)
 Riwayat DM (+)
Pasien telah menderita DM sejak 3 tahun yang lalu dan
rutin mengkonsumsi Metformin 2 x 500 mg. Semenjak
terdapat ulkus pada kaki kiri pasien terapi pasien
diganti dengan Insulin dengan dosis 6-6-10 unit.
 Riwayat Jantung (-)
 Riwayat Operasi (+)
Pasien pernah operasi amputasi pada jempol kaki kiri
pada tanggal 11 Februari 2019 di RS Rajawali Citra.
 Riwayat Asma (-)
 Riwayat Alergi (-)
RPK :
 Riwayat penyakit serupa (-)
 Riwayat HT (+): Ayah Pasien
 Riwayat DM (-)
 Riwayat alergi (-)
LIFE STYLE:
Sebelum sakit pasien bekerja sebagai pedagang soto dan
nasi rames. Semenjak sakit, pasien merupakan seorang
ibu rumah tangga yang sehari-hari beraktivitas di tempat
tidur. Pasien bergantung erat pada suami. Pasien sudah
mengubah pola makan sesuai kebutuhannya dengan
mengurangi karbohidrat serta memperbanyak sayur dan
buah. Saat ini pasien menggunakan beras merah yang
dicampur dengan beras putih. Jumlah asupan cairan
pasien sekitar 5-6 gelas per hari. Pasien sempat
mengkonsumsi “teh insulin” yang dipercaya dapat
menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Istirahat
pasien cukup yaitu sekitar 6-7 jam
DIAGNOSIS :
Ulkus diabetikum pedis sinistra post amputatum digiti
manus dengan depresi

Entitas Sumber Alamat/ Wilayah Jenis Hasil Pemeriksaan/ Data yang diperoleh Keterangan (Tx atau tindakan lainnya)
Pemeriksaan

Ny. M 55 tahun Dusun Soka, Desa Pemeriksaan Fisik a. Status Generalis Dari pemeriksaan fisik general dan vital sign
Seloharjo, Umum  KU : Baik dalam batas normal, pemeriksaan lokalis pada
Menggunakan Pundong, Bantul  GCS : EVM 4/5/6 ekstremitas didapatkan ulkus pedis sinistra post
jaminan kesehatan  BB : 58 kg amputatum digiti manus sinistra disertai
berupa (KIS) Kartu  TB : 150 cm gangren di sekitar luka.
Indonesia Sehat  Vital Sign :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 88 kali/menit
- Frekuensi nafas : 20 kali/menit
- Suhu : 36.8 oC

b. Status Lokalis
- Kepala :Normochepali, CA (-/-), SI (-/-
), sianosis (-), lidah kotor (-),
gusi berdarah (-), otorrhea (-),
rhinorea(-)
- Leher :Pembesaran KGB (-), nyeri
tekan (-)
- Thorax :
 Paru
1. Inspeksi : gerakan dada simetris,
retraksi interkosta(-), jejas (-)
2. Palpasi : tidak teraba adanya
benjolan , nyeri tekan (-) , fremitus
kanan dan kiri simetris , ketinggalan
gerak (-)
3. Perkusi : sonor semua lapang
paru
4. Auskultasi : vesikuler(+/+),ronki (-/-
) ,wheezing (-/-)
 Jantung : suara jantung S1/S2 normal
(reguler) , S3 (-) dan S4(-)

- Abdomen
 Inspeksi : distensi (-)
 Auskultasi : BU (+) normal (9 kali/menit)
 Perkusi : tymphani pada 9 regio abdomen
 Palpasi : abdomen teraba supel, nyeri
tekan epigastrik (-), pembesaran hepar (-),
pembesaran limpa (-), turgor kulit normal

- Ekstremitas : akral teraba hangat,


nadi cukup kuat, CRT<2 detik, edema (-)
Post amputatum digiti manus pedis
sinistra, gangren (+), pus (-)

- Pemeriksaan kekuatan otot

5 5
5 5

- Pemeriksaan refleks fisiologis


Bicep ++ ++
Tricep ++ ++
Patella ++ ++
Achilles ++ ++

c. Pemeriksaan Penunjang (-)


d. Pemeriksaan Status Mental : Depresi
- Gejala utama
1. Afek depresif (-)
2. Kehilangan minat dan kegembiraan (+)
3. Kekuragan energi dan menurunnya
aktivitas (+)

- Gejala lain
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang (-)
2. Harga diri dan kepercayaan diri
berkurang (-)
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna (+)
4. Pandangan masa depan suram dan
pesimistis (+)
5. Gagasan dan perbuatan yang
membahayakan diri atau bunuh diri (+)
6. Tidur terganggu (+)
7. Nafsu makan berkurang (+)
RIWAYAT KONDISI LINGKUNGAN

A. Kondisi Lingkungan Rumah


1. Letak/ Lokasi
Rumah pasien beralamat di Dusun Soka, Desa Seloharjo, Pundong

2. Bentuk Rumah
Bangunan rumah permanen dengan luas 6x8 meter. Bangunan berdiri sejak orang
tua pasien dan sudah direnovasi beberapa kali. Bangunan satu lantai ini terdiri dari
1 ruang tamu, 2 kamar tidur,1 dapur, 1 sumur dan kamar mandi luar, serta 1 ruang
kosong untuk sholat. Lantai rumah sudah dilapisi tegel pada seluruh ruangan. Atap
rumah pasien adalah atap genteng tanpa plafon

3. Kondisi Rumah
Rumah tersebut dihuni oleh pasien, dan suami pasien. Rumah pasien memiliki 1
pintu utama dan 2 jendela kayu di ruang tamu yang dibuka dan cahaya matahari
dapat masuk. Dibagian atas jendela terdapat ventilasi. Ruang tamu tampak gelap
dan terasa sedikit pengap. Tidak banyak perabotan yang dimiliki pasien, hanya
lemari tv, kursi dan meja tamu. Kondisi kamar cukup luas dengan satu lemari baju
dan tempat tidur yang tertata rapi dan terlihat baju-baju yang digantung. Kedua
kamar tidur tidak memiliki jendela. Dapur pasien terletak bersebelahan dengan
kamar mandi. Pada dapur pasien ada 1 jendela dan terdapat satu pintu menuju
pekarangan samping rumah. Dapur luas dengan peralatan masak yang tersusun rapi,
dengan beberapa bagian atap seng yang dapat ditembus cahaya. Ruang sholat
terdapat diseberang kamar tidur dan sebelah ruang tamu

4. Kondisi Kamar Mandi


Kamar mandi terletak di samping sumur yang berada di dalam rumah dan
bersebelahan dengan dapur. Kamar mandi dan sumur tertutup dinding bata dengan
atap seng. Kamar mandi terasa lembab dan gelap karena hanya ada 1 ventilasi kecil
diatas. Bak mandi dan sumur terbuat dari semen yang tidak dicat. Kualitas air
mandi dan air sumur tampak agak keruh, tidak berbau. Pasien mengaku
membersihkan bak mandi seminggu sekali. WC yang digunakan kloset duduk jenis
leher angsa. Kondisi kamar mandi secara keseluruhan tampak cukup bersih.

5. Sumber Air
Sumber air berasal dari sumur yang terletak di dalam rumah. Sumur terletak di
samping dapur dan kamar mandi. Sumur tidak tertutup oleh penutup. Kualitas air
tampak berwarna agak keruh, tidak berbau. Tampak 3 buah ember disekitar sumur
yang tengkurap yang biasa digunakan untuk mencuci. Sumur terbuka digunakan
sebagai sumber air untuk mandi dan kegiatan rumah tangga seperti mencuci dan
memasak.
6. Pembuangan air limbah rumah tangga
Pembuangan air limbah rumah tangga termasuk septiktank berada di depan rumah
jaraknya kurang lebih hanya 5 meter dari kamar mandi pasien. Bentuk pembuangan
limbah tertanam dan sudah tertutup semen sehingga limbah rumah tangga tidak
menimbulkan bau

7. Jemuran Baju
Jemuran baju terdapat di sisi kiri rumah pasien dengan disinari cahaya matahari
yang cukup.

B. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah


Lingkungan rumah pasien dikelilingi pekarangan dan dekat dengan kebun. Sisi kiri
rumah terdapat banyak pohon dan pekarangan yang luas dan sisi kanan rumah
berbatasan dengan tembok tetangga dan terlihat banyak sampah. Di bagian belakang
rumah pasien terdapat pekarangan luas yang digunakan untuk memelihara ayam dan
bebek. Di depan rumah terdapat rumah tetangga pasien yang memelihara 5 ekor sapi
dengan kandang yang menghadap ke rumah pasien.
BAB II

HASIL DAN KAJIAN EPIDEMIOLOGI

A. HASIL
Kasus penyakit tidak menular menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam
beberapa tahun terakhir termasuk pada tahun 2017 ini. Berdasar STP (Surveilans
Terpadu Penyakit) di Puskesmas tahun 2017 jumlah kasus diabetes sebanyak 8.321
kasus. Hasil STP Puskesmas menunjukkan bahwa DM adalah penyakit terbanyak nomer
4 di DIY pada tahun 2017dengan jumlah 8.321 kasus

Berdasarkan dari profil kesehatan kabupaten Bantul tahun 2018, Diabetes Melitus
masih menjadi salah satu kasus penyakit tidak menular yang tertinggi terjadi di seluruh
wilayah Kabupaten Bantul. Grafik berikut menunjukkan jumlah 10 besar penyakit di
Puskesmas se- Kabupaten Bantul tahun 2017 dengan kasus Diabetes Melitus non-
dependen insulin di Kabupaten Bantul yaitu sebanyak 1859 kasus .
Profil kesehatan Puskesmas Pundong tahun 2018 menunjukkan kasus DM
menempati urutan ke-5 dari 10 besar penyakit yaitu sebanyak 1.588 kasus.

B. KAJIAN EPIDEMIOLOGI
Distribusi dan trend (Kecenderungan)
1. Orang Terkena/ Person
Jumlah Terdiagnosis Diabetes Melitus Non-Insulin Dependent
Kecamatan Pundong tahun 2018

59

109

Pria Wanita

Dari data diatas perbandingan penderita Diabetes Melitus berdasarkan jenis


kelamin wanita lebih banyak dari pria yaitu 109 orang sedangkan pria 59 orang dari
jumlah total 182 pasien yang berkunjung. Data ini mencakup dari jumlah pasien yang
berkunjung dari bulan Januari sampai Desember 2018.
Kelompok Umur Pasien Terdiagnosis Diabetes Melitus Non-
Insulin Dependent
di Kecamatan Pundong tahun 2018
150
108
100

50 37
23
0
0
Remaja (12-25) Dewasa (26-45) Lansia (46-65) Manula (>65)

Pasien Terdiagnosis

Dari data diatas tampak rentang usia yang menderita Diabetes Melitus di
Kecamatan Pundong didonimasi oleh rentang usia 46-65 (kelompok lansia sebelum
manula) yang berjumlah 108 penderita disusul oleh kelompok usia >65 tahun
(kelompok manula) yang berjumlah 37 penderita dan kelompok usia 26-45 tahun
(kelompok usia dewasa) berjumlah 23 orang. Persentase ini dihimpun berdasarkan
data kunjungan pasien ke Puskesmas Pundong periode 2018. Sedangkan kelompok
remaja, kanak-kanak dan balita tidak ditemukan menderita Diabetes Melitus pada
bulan Januari sampai Desember 2018.

Grafik Persebaran Pasien Terdiagnosis


Diabetes Melitus tahun 2018
Puskesmas Pundong
80
68
70
60
Jumlah Pasien

50 44
39
40
30
20
8
10 3 4
0
Srihardono Panjangrejo Seloharjo

NIDDM IDDM

Dalam basis data kunjungan Puskesmas Pundong tahun 2018, jumlah pasien
terdiagnosis diabetes melitus sebanyak 182 pasien dengan rincian 125 kasus baru
diabetes melitus non-insulin dependent, 13 kasus baru diabetes melitus insulin
dependent, 43 kasus lama diabetes melitus non-insulin dependent, dan 1 kasus lama
diabetes melitus insulin dependent. Pasien yang terdiagnosis tersebar di 3 desa yang
dikepalai puskesmas Pundong
2. Tempat/ Wilayah

Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan


Wilayah Puskesmas Pundong 2018
100
87
90
80
70
60
49 46
50
40
30
20
10
0
Srihardono Panjangrejo Seloharjo

Pada tahun 2018, jumlah penderita Diabetes Melitus yang berkunjung ke


Puskesmas Pundong Januari sampe Desember 2018, paling banyak berasal dari desa
Srihardono yaitu 87 orang disusul desa Panajangrejo sebanyak 49 orang, dan terakhir
desa Seloharjo sebanyak 46 orang.

3. Waktu
Diagnosis Kasus Lama dan Kasus Baru Non-Insulin
Dependent Diabetes Melitus
Kecamatan Pundong tahun 2018
35 31
30
24 23
25
20 18
14
15 12 12
9
10
3 3 3 4 3 4
5 10 1 1 1 1
0 0 0 0
0

Kasus Lama Kasus Baru

Dari data tahun 2018 juga didapati bahwa terjadi peningkatan diagnosis kasus
baru diabetes melitus non-insulin dependent. Dalam bulan januari sampai Desember
2018 Puskesmas Pundong menerima kasus Diabetes Melitus dimana kunjungan
terbanyak pada bulan Desember dengan 31 kasus dan bulan Januari kunjungan paling
sedikit dengan 1 kasus.
C. ANALISIS DETERMINAN/ FAKTOR RISIKO
Berdasarkan epidemiologi, suatu penyakit terjadi karena interaksi antara pejamu
(host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment). Dalam konteks
penyakit Diabetes Melitus, ketiga faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain yang
kemudian akan memudahkan agen untuk menyebabkan terjadinya Diabetes Melitus.
Penjelasan keterkaitan antara 3 faktor tersebut sebagai berikut,
1. Faktor Penjamu/ Host
Pejamu atau host adalah populasi atau organisme yang memiliki resiko terkena
penyakit. Di wilayah kerja Puskesmas Pundong tahun 2018 penderita Diabetes
Melitus di dominasi usia > 45 tahun. Penelitian Isnaini (2017) tentang faktor risiko
mempengaruhi kejadian DM tipe 2 bahwa hasil penelitian menandakan adanya
hubungan antara umur dengan kejadian DM tipe dua pada masyarakat di Puskesmas
I Wangon. Semakin meningkat umur seseorang maka semakin besar kejadian DM
tipe dua. Pada penelitian ini didapatkan umur pada kelompok kasus umur antara 51-
60 tahun (41,5%), umur 46-50 (24,5%) dan umur diatas 61 tahun (16,9%). Umur
kurang dari 45 tahun (17%). Peningkatan usia menyebabkan perubahan
metabolisme karbohidrat dan perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh
glukosa dalam darah dan terhambatnya pelepasan glukosa yang masuk kedalam sel
karena dipengaruhi oleh insulin. Jika dilihat dari umur responden saat pertama kali
menderita DM maka dapat diketahui bahwa semakin meningkatnya umur seseorang
maka semakin besar kejadian DM tipe dua.

2. Faktor Penyebab Penyakit/ Agent


Agent merupakan suatu faktor esensial untuk terjadinya suatu penyakit. Agen
penyebab Diabetes Melitus umumnya adalah genetik atau keturunan dan gaya
hidup. Penyebab umum Diabetes Melitus di wilayah Puskesmas Pundong adalah
gaya hidup yang kurang baik, misalnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang
manis dengan intensitas yang sering dan dalam kurun waktu yang lama. Selain itu
kurang beraktifitas fisik yang tepat dan benar. Sebab dengan aktivitas fisik dapat
membantu mengontrol gula darah dengan meningkatkan kadar insulin. Dan bagi
yang jarang olahraga dapat menyebabkan zat makanan yang masuk kedalam tubuh
tidak dibakar tetapi ditimbun sebagai lemak dan gula, sehingga jika insulin tidak
mencukupi maka akan timbul resiko penyakit DM.

3. Faktor Lingkungan/Environment
Pada kasus ini, populasi yang terkena penyakit adalah warga-warga di wilayah kerja
Puskesmas Pundong. Hal ini didukung dengan data kunjungan masyarakat sebanyak
182 kasus Diabetes Melitus. Besarnya populasi warga Diabetes Melitus menambah
beban Puskesmas Pundong. Kurangnya motivasi dan dukungan emosional keluarga,
kerabat dalam menggendalikan gula darah yang baik
BAB III

KAJIAN MANAJEMEN-ORGANISASI PROGRAM (PENDEKATAN SISTEM)

A. KAJIAN UTAMA/PENCAPAIAN OBJECTIVE/TARGET


Puskesmas Pundong berperan penting dalam penanganan penyakit tidak
menular terutama tentang penyakit Diabetes Melitus dalam bentuk promotif, preventif,
dan kuratif. Puskesmas telah berkomitmen mengurangi angka kasus baru penyakit
Diabetes Melitus. Dengan menerapkan program-program promosi kesehatan yang
gencar dilaksanakan dalam ruang lingkup masyarakat kecamatan Pundong. Melalui
penyuluhan, mengajak masyarakat menerapkan program CERDIK, GERMAS, PHBS,
senam Prolanis, PIS-PK Posyandu Lansia atau PUSKESLING, dan lain-lain.
Puskesmas berkolaborasi dengan masyarakat dalam pembentukan kader sebagai upaya
meningkatkan peran masyarakat dalam kesehatan serta meningkatkan kinerja kuratif
pada pasien dengan Diabetes Melitus untuk menghindari komplikasi penyakitnya.

B. INPUT
1. SDM
Puskesmas memiliki sumber daya manusia yang dapat melakukan program yaitu
anggota bidang UKM yang berkolaborasi dengan masyarakat untuk menangani
penyakit DM seperti kader di setiap dusun dengan melakukan promosi-preventif,
pengawasan, dan monitoring.
.
2. Sumber Daya Keuangan
Sumber daya keuangan dapat diperoleh dengan mengajukan proposal permohonan
dana untuk upaya program promotif maupun preventif demi menunjang pelaksanaan
penanganan kasus Diabetes Melitus. Serta manajemen biaya untuk selalu
menyediakan regimen pengobatan penyakit Diabetes Melitus sebagai upaya kuratif
dari penyakit ini.
3. Perangkat Keras
Puskesmas menyediakan beberapa materi promotif maupun preventif khusus berupa
poster, leaflet, maupun spanduk/baliho khusus untuk penyakit tidak menular
terutama tentang penyakit Diabetes Melitus.
4. Perangkat Lunak
Puskesmas telah melakukan pendataan untuk setiap kunjungan pasien dengan
diagnosis Diabetes Melitus, kemudian jumlah pasien disimpan di database
Puskesmas sebagai data acuan statistik serta bagian dari monitoring dan evaluasi
untuk menunjang program penanganan kasus Diabetes Melitus.
C. PROSES
1. P1(Perencanaan)
 Rencana usulan kegiatan
a) Skrining PTM terutama pasien DM non-dependen insulin dan DM dependen
insulin.
b) Skrining komplikasi pasien DM yang perlu perawatan rujuk balik ke faskes
pertama, seperti perawatan ulkus diabetikum.
c) Pendampingan pasien DM bersama tenaga paramedis baik perawat,
psikolog, dan masyarakat sekitar.

 Rencana pelaksanaan kegiatan


a) Skrining dapat dilakukan di kegiatan bersama Dusun, seperti
Posyandu/Puskesling dan PIS-PK.
b) Mendata pasien yang rutin datang ke IGD Faskes pertama untuk perawatan
ulkus diabetikum

2. P2 (Pelaksanaan dan pengendalian)


 Pengorganisasian
Program ini dapat dilaksanakan oleh bidang UKM bekerjasama dengan kader
kesehatan yang telah dibentuk untuk meningkatkan keberhasilan program.
 Pemantauan
Keberhasilan program dapat dipantaau dari data yang telah didapat, baik data
tertulis maupun data lisan dari pihak-pihak yang telah bekerja sama.

3. P3 (Pengawasan-Pertanggungjawaban)
Pengawasan internal diawasi langsung oleh atasan atau kepala puskesmas.
Pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat seperti kader dan keluarga pasien
yang ikut dibina. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan, dan teknis
pelayanan. Apabila pada pengawasan ditemukan penyimpangan yang tidak sesuai
standar dan peraturan yang telah disepakati, perlu dilakukan pembinaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

D. KELUARAN
Target dari perencanaan diatas adalah :
 Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang penyakit Diabetes Melitus
agar masyarakat dapat lebih waspada serta mandiri dalam deteksi dini,
mengikuti pola makan dan hidup yang lebih sehat serta tahu cara
mengelola penyakit Diabetes Melitus untuk menghindari komplikasi
penyakit ini.
 Masyarakat memiliki kesadaran berperilaku hidup sehat dengan
memperhatikan pola makan, beraktivitas fisik teratur, dan rutin
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
BAB IV

DIAGNOSIS KOMUNITAS

A. DIAGNOSIS KOMUNITAS
Berdasarkan hasil dari pengambilan data yang dilakukan, didapatkan diagnosis
komunitas sebagai berikut :

1. Masalah rendahnya kesadaran diri penderita Diabetes Melitus dalam cek kesehatan
secara berkala dan mengendalikan gula darah dalam batas normal

2. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit Diabetes Melitus yang dialami


pasien,

3. Kurangnya dukungan keluarga dalam mendampingi pasien Diabetes Melitus yang


telah mengalami penurunan activity daily living (ADL).

B. TUJUAN
1. Untuk menemukan permasalahan komunitas pada pasien Diabetes Melitus yang ada
di Puskesmas Pundong
2. Untuk mengkaji serta memberikan edukasi terkait Diabetes Melitus dalam
komunitas.

C. MANFAAT
1. Dapat menambah wawasan dokter muda dalam melakukan pengkajian masalah
komunitas terkait Diabetes Melitus.
2. Dapat memahami epidemiologi terkait penyakit tidak menular terutama tentang
Diabetes Melitus sebagai acuan pembelajaran ilmu kedokteran komunitas.
3. Dapat membantu menemukan penyeleseian untuk permasalahan komunitas terkait
Diabetes Melitus.
D. KAJIAN ANALISIS SWOT PADA ULKUS DIABETIKUM DENGAN DEPRESI

INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)


 Keluarga secara penuh memberikan  Pengetahuan dan kesadaran keluarga masih kurang
dukungan mengenai pengelolaan DM
 Adanya kader kesehatan di dusun soka  Keluarga masih kurang sadar untuk memeriksakan
 Adanya program PROLANIS, diri ke fasiltas kesehatan
PUSKESLING  Pengetahuan dan kesadaran keluarga masih kurang
EKSTERNAL mengenai pengelolaan stress

PELUANG (O) STRATEGI SO STRATEGI WO


 Akses ke fasilitas kesehatan yang mudah  Tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi  Materi yang diberikan sesuai kebutuhan keluarga
dijangkau dan konseling melalui pendekatan keluarga pasien DM dan mudah dipahami, dapat juga
 Tenaga kesehatan puskesmas yang memadai  Tenaga kesehatan dapat melakukan skrining menggunakan media komunikasi lain
 Adanya kegiatan Surveilans epidemioogi masyarakat berkala  Memberi informasi kepada keluarga dan
 Adanya dana dari pemerintah untuk  Memberdayakan kader untuk membantu masyarakat indikasi pemeriksaan diri di puskesmas
penanganan kasus Diabetes Melitus memberikan pengawasan kesehatan dan untuk pasien DM dan proses pemeriksaan sehingga
dukungan terhadap pasien DM masyarakat tidak takut untuk periksa
 Memberikan informasi serta edukasi tentang
deteksi dini terhadap orang dengan gangguan atau
masalah psikis
ANCAMAN (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
 Petugas kesehatan tidak dapat mendampingi  Melakukan pembinaan kepada keluarga untuk  Melibatkan peran serta tokoh masyarakat ataupun
terus untuk seluruh wilayah kerja Puskesmas dapat mandiri dalam mendampingi pasien organisasi masyarakat setempat dalam mendukung
 Kurangnya transportasi yang memadai dan dengan DM secara penuh penanganan DM
sesuai untuk membantu pasien menuju faskes  Tenaga keehatan bekerja sama dengan kader  Membangun koordinasi yang baik antara
untuk memberikan dukungan transportasi puskesmas, kader, maupun tokoh masyarakat
dengan berkolaborasi dengan stokeholder setempat
sarana dan prasaran dusun
BAB V

STRATEGI DAN PROGRAM PENANGANAN

NO Prioritas Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah Terpilih

1. Kurangnya pengetahuan dan  Kurangnya sosialisasi  Membuat program puskesmas terkait penyakit  Inovatif sosialisasi mengenai DM
kesadaran keluarga tentang tentang DM Diabetes Melitus yang rutin dilakukan melalui siaran radio, brosur/
Diabetes Mellitus  Kerjasama lintas sektoral  Mensosialisasikan mengenai penyakit DM poster ,pertemuan masyarakat
yang belum optimal dalam untuk menambah wawasan masyarakat dan desa, kunjungan rumah untuk
upaya pembinaan pasien keluarga agar memahami serta dapat memantau kondisi pasien dan
dan keluarganya. menghindari faktor resiko dan mulai kepatuhannya serta sosialisasi
 Sarana pembinaan yang menjalani perilaku hidup sehat. kepada keluarganya.
masih minim.  Mensosialisasikan fasilitas kesehatan yang
 Kurangnya sumber daya disediakan Puskesmas bagi masyarakat terkait
manusia dalam Diabetes Melitus
mendampingi keluarga  Menyediakan sarana pembinaan seperti poster
dengan DM maupun brosur yang mudah dimengerti
masyarakat mengenai DM
 Kerjasama lintas sektoral dalam hal ini ke
pasien, keluarga, masyarakat dengan tenaga
kesehatan dalam hal penanganan kasus DM
2. Monitoring dan pengawasan  Pengetahuan dan  Meningkatkan upaya pembinaan ke pasien  Home visit atau home care
ketaatan terapi terhadap pasien kesadaran masyarakat dan keluarganya mengenai DM pasien dan keluarganya
DM yang kurang yang masih kurang  Penilaian klinis berkala dan monitoring DM
mengenai pencegahan dan
pengelolaan DM

3. Pengelolaan stress yang  Pengetahuan keluarga dan  Melakukan pembinaan kepada keluarga dan  Konseling dengan tenaga
kurang baik masyarakat mengenai masyarakat tentang pengelolaan serta deteksi kesehatan yang berkompeten
tanda dan gejala stress dini dini masalah psikis/stress dalam pengelolaan dan
 Kurangnya kesadaran  Konseling dengan tenaga kesehatan atau pembinaan pasien dengan
pasien untuk mencari psikolog masalah psikis/stress.
pertolongan
BAB VI

REFLEKSI

Dalam refleksi ini, setelah berkunjung ke rumah pasien dan melakukan pembinaan
serta home visit ke rumah pasien saya mendapatkan hal-hal yang bisa menjadi evaluasi.
Keluarga pasien DM memiliki tingkat pengetahuan dan kesadaran diri terhadap penyakit tidak
menular rendah sehingga target menggendalikan gula darah dalam batas normal tidak
berjalan baik. Disini bisa diambil pelajaran bahwa pengetahuan dan kesadaran diri pasien dan
keluarganya terhadap DM adalah hal penting untuk mencegah DM dan penggendalian gula
darah normal. Sebab dengan membekali keluarga pasien DM dengan pengetahuan dan
meningkatkan kesadaran diri akan membantu mereka membentengi diri agar tidak terkena
penyakit dengan komplikasi DM atau meningkatkan kualitas hidup. Pengetahuan yang perlu
dibagi untuk keluarga dan masyarakat mengenai suatu penyakit mencakup: pengertian,
penyebab, tanda-gejala, bagaimana penyakit dapat terjadi, pengobatan, prognosis dan cara
mencegah. Ketika pasien dengan DM bukan saja kita memperhatikan penyakitnya saja,
namun diperlukan juga memahami apa yang diharapkan dan yang dirasakan oleh pasien, agar
pasien tidak merasa stres akan keadaannya sehingga dukungan dan peran keluarga sangatlah
penting dalam mendukung keberhasilan pengobatan pada pasien DM.

Refleksi saya sebagai dokter nantinya, saat sudah terjun di masyarakat yaitu fokus
saya bukan hanya kuratif saja melainkan harus lebih di tegakkan atau diperkuat lagi dalam
masalah promotif dan preventif juga, mendekatkan diri dengan masyarakat sehingga tahu apa
yang dibutuhkan masyarakat dan tahu apa yang menjadi ketakutan bagi masyarakat. Cara ini
diharapkan dapat membangun rasa kepercayaan, keterbukaan dan kerjasama yang lebih baik
antara pihak pelayanan kesehatan dan juga masyarakat untuk bersama-sama menuntaskan
permasalahan penyakit yang ada. Sebagai dokter dapat memberikan edukasi yang benar,
aplikatif dan sesuai dengan kondisi masyarakat dan lingkungan sehingga dapat diterima dan
mudah diterapkan. Selain itu dokter juga harus berpikir secara holistik, karena sebagai dokter
tidak hanya melihat pasien dengan penyakit namun perlu juga melihat faktor-faktor lainnya
yang dapat meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien dengan DM dan dengan atau tanpa
depresi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai