Anda di halaman 1dari 27

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

“Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Pada Anak Usia 5-12 Tahun di

Ruang Kronis Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang 2019”

(SIKLUS KEPERAWATAN ANAK)

Disusun Oleh
Kelompok I’18
Ingga Afriona, S.Kep
Elsy Sovianty, S.Kep
Tri Guspita Sari, S.Kep
Ira Anggraini, S.Kep
Suci Rahma Yuni, S.Kep
Ega Ayen Jasri Prawita, S.Kep
Suci Meilisya, S.Kep
Riantika Ervina, S.Kep
Annisa, S.Kep
Zilla Hanifia, S.Kep
Mergana Satwika Arini, S.Kep
Irene Pradita, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019

1
SATUAN ACARA PENGAJARAN TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Stimulasi tumbuh kembang anak.


Sub Pokok Bahasan : Terapi aktivitas kelompok menggambar dan
mewarnai
Sasaran : Anak usia 5 sampai 12 tahun
Tempat : Ruang Bermain Bangsal Anak RSUP DR M.djamil
Padang
Waktu : 35 menit

A. Latar Belakang

Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan


sesuai dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan
harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi,
melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara
individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai orang
atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang
berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis
oleh karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan
lingkungan serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis
ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak, pengalaman
masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support
system serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan.
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi
anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi,
sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin
lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah
satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan

2
perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari
lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).
Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat
di rawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama
mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus
dilakukannya adalah bermain.
Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan
anak secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta
kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan
untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan
dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain
pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting
dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir
sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B
Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting
yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit
membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini
tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui

3
kesenangannya melakukan permainan. Tujuanbermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fasepertumbuhan dan perkembangan
secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih
efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan hasil survei pada tanggal 4 Maret 2019 di ruangan anak lantai 3
didapatkan bahwa sebagian besar pasien berusia 5 – 12 tahun. Melihat
pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang mengalami
hospitalisasi, maka kami akan mengadakan terapi bermain dengan sasaran usia
sekolah (5 tahun sampai 12 tahun) yang berada di ruang rawat inap anak lantai
3 RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kami berharap dengan diadakannya terapi
bermain ini, anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.

B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak diharapkan:
- Melatih strategi dan kecermatan pada anak
- Dapat bersosialisasi dengan teman sebaya yang dirawat di ruang
yang sama
- Ketakutan dan kejenuhan pada anak selama dirawat berkurang
- Mampu mengembangkan imajinasinya dengan menggambar dan
mewarnai
- Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
- Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan

4
C. Manfaat Terapi Bermain
1. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan bermanfaat
untuk melepas kelebihan energi
2. Melalui bermain anak secara berkelanjutan mempraktikan pengalaman
yang lalu mengasimilisasikannya ke dalam berbagai persepsi dan
hubungan yang baru. Bermain membantu anak memahami dunia
tempat mereka tinggal dan membedakan antara fantasi dan kenyataan
3. Mereka belajar untuk saling memberi dan menerima
4. Anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain
melalui setiap media yang mereka miliki.
5. Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
eksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain.
6. Bermain dapat memberikan sarana untuk melepaskan diri dari
ketegangan stress yang dihadapi lingkungan
7. Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak
(Wong, 2000)

D. Sasaran
Sasaran dari kegiatan TAK ini adalah sebagai berikut:
1) Anak usia sekolah (6-12 tahun) berjumlah 5-10 orang.
2) Anak yang dirawat di ruang kronis RSUP Dr.M.Djamil Padang
3) Anak dalam kondisi yang memungkinkan untuk diajak keluar dari
kamar rawat inap
4) Anak tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain.
5) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
6) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar

5
E. Kegiatan Bermain
Strategi Pelaksanaan
Kegiatan
N TAK Kegiatan Waktu PJ Media
o Peserta
Fase 1Orientasi
 Membuka acara  Menjawab salam 5 menit Leader Speker
dan memberikan  Mendengarkan
salam dan
 Memperkenalkan memperhatikan
semua anggota  Mendengar dan
kelompok memperhatikan
 Menjelaskan topik  Mendengarkan
dan tujuan TAK dan
 Menjelaskan memperhatikan
kontrak waktu dan
bahasa

Fase2Kerja
 Menjelaskan  Mendengar dan 20 menit Presentator Speker
aturan permainan memperhatikan Fasilitator Laptop
menggambar dan Kertas
mewarnai kepada gambar
anak Pensil
 Memberikan  Mendengarkan warna
contoh cara dan
menggambar dan memperhatikan
mewarnai  Menggambar
 Mendampingi dan mewarnai
anak saat
menggambar dan
mewarnai

6
3
Penutup
 Mengevaluasi  Menyampaikan 10 Menit Leader
respon anak respon selama Observer
setelah kegiatan
menggambar dan
mewarnai
 Memberikan  Menerima
reinforcement reinforcement
positif kepada positif
anak
 Memberi
kesempatan  Bertanya
kepada peserta
TAK untuk
bertanya
 Bertanya kepada
peserta TAK
bagaimana
perasaannya
setelah mengikuti
TAK
 Menutup
pertemuan dan  Menjawab salam
memberi salam
 Bersalam-
salaman antara
anak dengan
anak dan perawat
dengan anak
 Membagikan
hadiah kenang-
kenangan dari

7
kelompok untuk
peserta TAK

1. Jenis Program Bermain


 Menggambar
 Mewarnai
2. Karakteristik Bermain
 Melatih motorik halus
 Melatih persepsi sensori : penglihatan dan imajinasi anak
 Mengenal bentuk dan motorik halus
 Melatih anak untuk mengenali warna-warna
3. Karakteristik Peserta
 Usia 6-12 tahun
 Jumlah peserta ± 5- 10 orang anak dan didampingi oleh orang
tua
 Keadaan umum mulai membaik
 Peserta kooperatif
4. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
 Hari/ tanggal : Rabu, 6 Maret 2019
 Waktu : 10.00 – 10.35 WIB
 Tempat : Ruang bermain bangsal kronis RSUP DR
M.Djamil Padang
5. Metode
 Gambar dan audio (musik)
6. Alat – alat yang digunakan (Media)
 Laptop
 Speaker
 Meja
 Kertas gambar
 Pensil warna
 Hadiah menarik

8
7. Orientasi dan uraian tugas
Leader : Suci Meilisya
Co Leader : Ira Anggraini
Observer : Ingga Afriona, Mergana Satwika Arini
Fasilitator : Elsy Sofianty, Suci Rahma Yuni, Ega Ayen Jasri,
Riantika Ervina, Annisa, Zilla Hanifia, Irene
Pradita
a. Uraian tugas sebagai berikut:
1) Leader, tugasnya:
a) Membuka acara permainan
b) Memperkenalkan diri dan anggota kelompok
c) Menjelaskan tujuan dari kegiatan
d) Kontrak waktu dan acara
e) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan
sampai selesai.
f) Mengarahkan permainan.
g) Memandu proses permainan.

2) Co Leader, tugasnya :
a) Menyampaikan pelaksanaan dari TAK yang akan
dilakukan
3) Fasilitator, tugasnya:
a) Membimbing anak bermain.
b) Memberi motivasi dan semangat kepada anak dalam
mewarnai
c) Memperhatikan respon anak saat mewarnai
d) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat
dan keluarganya.
4) Observer, tugasnya:
a) Mengawasi jalannya permainan.

9
b) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir
permainan.
c) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses
bermain.
d) Mengevaluasi kegiatan
e) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan

F. Skema Penatalaksanaan Terapi Bermain atau Setting Tempat

Keterangan :
: Leader

: Co Leader

: Fasilitator

: Observer

: Pasien

10
G. Proses Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Evaluasi apakah jumlah peserta sesuai dengan rencana awal yaitu 5-10
orang
b. Evaluasi apakah settingan tempat sudah sesuai dengan rencana,
apakah TAK berjalan tepat waktu atau tidak
c. Evaluasi apakah anggota kelompok hadir semua dan menepati tempat
masing-masing sesuai dengan settingan tempat yang direncanakan
2) Evaluasi Proses
a. Evaluasi proses berlangsungnya acara terapi aktivitas kelompok
yang dilakukan mulai dari awal sampai akhir
b. Evaluasi apakah peserta dapat mengikuti aturan yang telah
ditetapkan, apakah ada peserta yang keluarr masuk selama TAK
berlangsung
c. Evaluasi bagaimana partisipasi peserta dalam kegiatan yang
dilakukan
d. Evaluasi apakah anggota kelompok sudah sesuai denga tugas
masing-masing
3) Evaluasi Hasil
a. Apakah anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya yang dirawat
di ruang yang sama ?
b. Apakah kecemasan dan kejenuhan anak berkurang ?
c. Apakah anak dapat menggambar dan mewarnai dengan baik ?
d. Apakah anak dapat mengekspresikan perasaannya ?

H. Dokumentasi
Catat semua hasil kegiatan terapi aktifitas kelompok (TAK) yang telah
dilakukan pada sesi 1 dengan lengkap, lampiran foto pelaksanaan TAK dan
daftar absensi peserta.

11
Lampiran Materi
A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa
(AzizA,2005).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara
sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi, 2001).
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa.
(aziz alimul, 2009)

B. Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak
yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif (Soetjiningsih, 2007)
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit.
Tujuan bermain susun puzzle adalah untuk merangsang atau memacu
otak dan konsentrasi anak dalam bermain,selain itu juga akan merangsang
perkembanganintelektual kreatifitas dan kecekatan anak dalam berfikir.

12
C. Cara Pelaksanaan
Perawat akan mencontohkan cara mewarnai kemudian diikuti oleh anak-
anak untuk mewarnai
D. Karakteristik Bermain
1. Sederhana
2. Imaginative
3. Kreatif
E. Usia
Usia 6 sampai 12 tahun
F. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi (Hurlock, E B., 2009)
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif
sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan
yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-
motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang
banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun
halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada
saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya

13
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti
ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak
untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak
belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan
belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak
usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak
mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan
belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam
hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika,
terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain

14
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain,
anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui
kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik
dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan
anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang
dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia
toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat.
Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak
melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti
baik/buruk atau benar/salah.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar
anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan
dirumah sakit.Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui
ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau

15
melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman
kelompok bermainnya.
G. Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara
bermain aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain
aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri,
sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain
(Soetjiningsih, 2007)
1. Bermain aktif
 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut.Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
 Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun puzzle-puzzle
menjadi rumah-rumahan.Dll.
 Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
 Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
 Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
 Mendengarkan cerita atau music
 Menonton televisi
 Dll

16
H. Klasifikasi Permainan
Klasifikasi Bermain Menurut Isi (Wong, Donna L. ,2003)
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain
air atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
d. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau
ibu.

Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak
balitaToddler.
b. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre
school.
Contoh : bermain puzzle

17
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.
d. Cooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.
I. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit
J. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
· Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
· Melatih kerjasama mata dan tangan.
· Melatih kerjasama mata dan telinga.
· Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
· Melatih mengenal sumber asal suara.
· Melatih kepekaan perabaan.
· Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
· Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
· Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
· Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
· Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
· Alat permainan berupa selimut dan boneka.

18
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
· Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
· Memperkenalkan sumber suara.
· Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
· Melatih imajinasinya.
· Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
· Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
· Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
· Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
puzzle-puzzle besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas
untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
· Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
· Mengembangkan keterampilan berbahasa.
· Melatih motorik halus dan kasar.
· Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
· Melatih kerjasama mata dan tangan.
· Melatih daya imajinansi.
· Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda
Alat permainan yang dianjurkan :
· Alat-alat untuk menggambar.
· Lilin yang dapat dibentuk
· Pasel (puzzel) sederhana.
· Manik-manik ukuran besar.
· Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
· Bola

19
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
· Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
· Mengembangkan kemampuan berbahasa.
· Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
· Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
· Membedakan benda dengan permukaan.
· Mengembangkan kepercayaan diri.
· Mengembangkan kreativitas.
· Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
· Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
· Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
· Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
· Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong
Alat permainan yang dianjurkan :
· Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
· Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.
5. Usia 6 – 12 tahun
Tujuannya adalah :
· Mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
· Dapat mengatur strategi dan kecermatan pada anak.
· Melatih kemampuan anak bersosialisasi
· Menumbuhkan sportivitaspada anak

20
· Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
Alat permainan yang dianjurkan :
· Berbagai benda dari sekitar rumah, kartu, boneka, robot, buku, alat olah
raga, alat untuk melukis, pekerjaan tangan,alat gambar & tulis, kertas
untuk belajar melipat, gunting, air, ular tangga, puzzle dll.
· Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.
K. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

L. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.(Markum, dkk., 2005)
M. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

21
N. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.
O. Antisipasi Hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya. (Markum, dkk., 2005)
.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz .2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Anggani Sudono, 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo

Champbell. (2015). Psikologi Anak. Jakarta: PT Indeks

Erlita., 2006, Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. Terdapat

Padahttp://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 5 Maret 2018

Foster and Humsberger., 2000, Family Centered Nursing Care of Children. WB

sauders Company, Philadelpia USA

Hayati, Nur. 2012. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. EGC : Jakarta

Hurlock, E B., 2009, Perkembangan Anak Jilid III., Erlangga : Jakarta.

Kliegman, Robert M., 2000, Ilmu Keshatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa

Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15 EGC : Jakarta

Markum, dkk., 2005, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak., IDI : Jakarta

Lanni, D. 2014. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba

Medika.

Potter, P. A, Perry. (2013). Fundamental of Nursing (edisi 4). Jakarta: EGC

Soetjiningsih, 2007, Tumbuh Kembang Anak, EGC: Jakarta

Wong, Donna L. ,2003, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi-4., EGC:

Jakarta

Staf Pengajar IKA FKUI. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol.

3.Jakarta :

FKUI.

Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta :

23
Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain

NO Aspek yang Dinilai Ya Tidak


I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
a. Buku mewarnai
b. Tikar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:
a. Leader (1)
b. Co-leader (1)
c. Fasilitator (8)
d. Observer (2)
3 Kegiatan berjalan tepat waktu
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan, Leader :
a. Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta menyebutkan
nama
c. Menjelaskan kontrak waktu
d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan
tujuan terapi bermain
e. Memberikan contoh kepada peserta cara menggambar
dan mewarnai
f. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai akhir
2. Pelaksanaan
Co-leader :
a. Membantu Leader menjelaskan cara bermain kepada
peserta
b. Membantu Leader memberikan contoh kepada peserta
cara menggambar dan mewarnai
c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut
memulai permainan
d. Mengatur waktu permainan
Fasilitator :
a. Mengarahkan peserta untuk bermain
b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan
c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar
fokus pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu
3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi kemajuan
peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan
kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh leader,

24
dan fasilitator
b. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.
c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun
semua kepingan pada tahap sulit, dan mampu
menyusun setidak separo kepingan ringan dan sedang
dalam waktu yang telah ditentukan

25
Lembar Evaluasi Kemajuan

Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan
yang terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan tugas dalam
permainan dalam berbagai tahapan: Total
a) Tahap ringan Kriteria
b) Tahap sedang
c) Tahap sulit
Sosial
- Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Total
sepermainan Kriteria
- Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat

Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total
Kriteria
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri

26
27

Anda mungkin juga menyukai