Halusinasi
Oleh kelompok 1
Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan
makalah dengan judul “Survilans Epidemologi’’ sesuai dengan waktu yang sudah
disediakan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas A
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Sulistyo Andarmoyo, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
2. Yayuk Dwi Rahayu, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku kaprodi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
3. Dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Komunitas A Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
4. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan
dukungan moral maupun material.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
1.3 Tujuan........................................................................................... 1
1.4 Manfaat......................................................................................... 1
LAMPIRAN ................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga.
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”.
Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu
pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik
halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian
obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan
teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan
klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga.
Hal ini penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah
sistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat
menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu
mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa
mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua,
halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama
(kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni
halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien
kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala –
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa
kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala
psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan
sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping:
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada
wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan
perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali
menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15
mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah,
gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala
gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi,
reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam
dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau
kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian:
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5
mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine.
Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek
samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan
terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol
hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun
(2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua
hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal
yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan
dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk
melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal:
2.2 Format Pengkajian Keperawatan Jiwa
√ Ya
Tidak
Pasien mengatakan semenjak anaknya meninggal pasien sering mendengar
suara atau bisikan yang menyuruh pasien untuk sholat. Pasien baru pertama
kali dirawat di RSJ. sebelum dirawat di RSJ pasien hanya mendapatkan obat
dari dokter terdekat. Pasien juga mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang
mengalami sakit seperti klien.
D. Pemeriksaan fisik
1. Tanda vital
TD : 120/90 mmHg HR : 76x/menit
S : 36,5° C RR : 20x/menit
2. Antropometri
BB : 54 kg TB : 162 cm
E. PSIKOSOSAL
1. Genogram
Keterangan
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Pasien Ny S.
2. Konsep Diri
a. Citra Diri
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Saat ditanya
bagian tubuh yang paling disukai adalah tangannya
b. Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama, alamat, hobi).
Pasien mengatakan setiap harinya sebagai Ibu rumah tangga yang
hanya mengasuh kedua anaknya. Pasien suka dengan statusnya
sebagai seorang wanita
c. Peran Diri
Sebelum sakit dirumah pasien mempuyai tanggung jawab sebagai Ibu
rumah tangga. Pasien dapat melakukan pekerjaannya sendiri, tapi
setelah dirawat di RSJ pasien tidak melakukan aktivitas seperti
dirumah
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul dengan
keluarga seperti dulu. Pasien juga mengatakan ingin segera sembuh
dan tidak ingin lagi nmendengar suatu suara atau bisikan-bisikan
e. Harga Diri
Pasien mengatakan merasa percaya diri dengan dirinya. Pasien juga
mengatakan dia mampumengasuh anaknya dengan baik. Dan mampu
melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik. Pasien mengatakan
tidak ada gangguan dengan harga dirinya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan sebelum anaknya meninggal yaitu orang
terdekatnya adalah kedua dua anaknya karena sering bertemu
dirumah, namun setelah anak yang pertama meninggal pasien hanya
dekat dengan anaknya yang ke 2.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Sebelum dirawat di RSJ sering bergaul dengan ibu-ibu sekitar
rumahnya, namun setelah dirwat di RSJ pasien tidak mau bergaul
dengan pasien lainnya karena alasannya malu dengan kondisinya,
pasien tampak sering menyendiri, kontak mata pasien kurang saat
berinteraksi dan pasien sering melamun.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan merasa kehilangan anak pertama yang menjadikan
tidak mau bergaul dengan orang lain.
4. Spiritual
Pasien mengatakan sebelum sakit rajin sholat 5 waktu dan sering
mengikuti pengajian di kampungnya, setelah dirawat di RSJ pasien tetap
rajin sholat 5 waktu.
F. Status Mental
1. Penampilan
√ Rapi
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Penampilan dalam cara berpakaian rapi dan sesuai, postur tubuh sedang,
rambut ikal agak panjang, ekspresi wajah kadang serius saat bercerita,
cara berjalan baik, pasien saat duduk bersama teman-temanya terkadang
hanya melamun.
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras √ Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Pasien dalam berbicara intonasinya kurang jelas dan pelan, dalam
pembicaraan sesuai atau nyambung dengan pertanyaan, pasien terkadang
terdiam ditengah pembicaraan seperti mendengar sesuatu.
3. Aktivitas Motorik
Fleksibilitas serea TIK
Tegang Grimasem
Gelisah √ Tremor
Agitasi Kompulsif
Automatisma Common Automatisma
Negativisme
Pasien tampak mau melakukan aktivitas sehari-hari di RSJ secara
mandiri, saat berinteraksi tampak pasien mengerak-gerakkan tanganya,
tangannya tampk seperti mengepal. Masalah Keperawatan : Resiko
menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
4. Alam Perasaan
√ Sedih
Ketakutan
Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
Pasien mengatakan masih mendengar suara suara bisikan yang
menggangunya, pasien mengatakan terkadang merasa sedih dengan
keaadanyan sekarang, yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga seperti
dahulu.
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Saat di wawancari kadang pasien menunjukan ekspresi mendengar
sesuatu, respon emosional pasien sudah stabil, pasien tenang saat
diakukan interaksi.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Kontak mata kurang
Curiga
Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang di ajukan dengan
sesuai/ baik, kontak mata dengan pasien perawat sedikit kurang, pasien
cenderung menatap kedepan padahal perawat ada di sampingnya,
pembicaraan pasien keheranan saat ditanyai, kadang pasien terdiam
sebentar seperti mendengar sesuatu.
7. Persepsi
Halusinasi/ilusi
√ Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidung
Pasien mengatakan sering mendengar bisikan suara saat ingin tidur dan
sholat, isi suara tersebut yaitu menyuruh klien untuk sholat, suara
tersebut kadang muncul kadang tidak, suara itu muncul lamanya biasa 5
detik, respon pasien untuk mengontrol halusinasinya tersebut hanya
dengan cara berkeluyuran dan bicara sendiri.
8. Proses Pikir
a. Isi Pikir
Obsesi Depersonalisasi Isolasi sosial
Phobia Ide yang terkait Pesimisme
Hipokondria Pikiran Magis Bunuh Diri
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar Pikir
Curiga Kontrol pikir
b. Arus Pikir
Sirkumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan asosiasi Pengulangan
pembicaraan/perseverasi
Inkoheren Logorea
Perkataan pasien dapat dimengerti dengan baik oleh perawat, selama
interaksi berangsung dapat diketaui bahwa pembicaraan sudah terarah.
Tingkat Kesadaran
Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat
Pasien menyadari bahwa dirinya berada di RSJ, pasien mampu
mengingat nama temannya di RSJ yang sudah diajak berkenalan,
orientasi waktu dan tempat
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabusi
Untuk Memori segera menjawab dengan baik tidak ada gangguan ingatan
dalam jangka panjang dan pendek untuk saat ini.
- Jangka panjang : Pasien mengatakan lahir tahun 1980
- Jangka pendek : Pasien mengatakan yang membawa kerumah sakit
adalah suaminya
- Jangka saat ini : Pasien masih ingat tadi pagi makan dengan nasi
dan sayur
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Pasien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung secara sederhana
misalnya berhitung dari 1 sampai 10.
11. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Pasien mengatakan menyadari bahwa dirinya sakit dan dibawa ke RSJ
pasien mengatakan pasien sudah sembuh dan segera ingin pulang.
G. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Makanan disiapkan oleh perawat dirumah sakit pasien mau makan 3x
sehari 1 porsi habis, pasien dapat makan sendiri.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1 hari sekali kalau dirumah, selama dirumah sakit pasien
BAB 1kali sehari dan dapat dilakukan ditoilet dan BAK 4-5 x/hari dan
dapat dilakukan sendiri di toilet.
3. Mandi
4. Pasien mengatakan sehari mandi 2-3 x/hari dan dapat melakukan sendiri
dikmar mandi memakai sabun tetapi tidak handukan , gosok gigi 1kali
sehari dapat dilakukan sendiri dikamar mandi.
5. Berpakaian/berhias
Pasien mampu menggunakan baju sendiri, ganti pakaian 1 kali dalam 2
atau 3 hari sekali.
6. Istirahat Tidur
Pasien mengatakan tidur sekitar jam 21.00 wib & kadang-kadang
terbangun ditengah malam, serta gelisah karena sering mendengar suara
bisikan.
7. Penggunaan obat
Pasien minum obat yang diberikan oleh perawat dan dimonitor oleh
perawat , pasien selalu meminum obatnya sampai habis, pasien
mengatakan mendapatkan obat sejumlah 2
8. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan ingin segera pulang, pasien mengatakan jika nanti
sudah pulang pasien akan ingin minum obat yag akan diberikan oleh
rumah sakit, pasien engatakan bila sudah keluar dari rumah sakit pasien
tidak mau dibawa ke RSJ.
9. Aktifitas dalam rumah
Pasien mengatakan di rumah melakukan pekerjaan rumah.
10. Aktifitas di luar Rumah
Pasien mengatakan tidak suka kegiatan diluar rumah.
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping saat ini pasien yaitu maladaptif, pasien menghindar
dari orang lain.
I. Masalah Psikososial dan Lingkungan
√ Masalah berhubungan dengan lingkungan, pasien tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain
J. Kurang pengetahuan tentang
Pasein mengatakan ada maslah dengan lingkungan, pasien tidak suka
berbicara dengan orang lain dan lebih suka di rumah.
K. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Depresi berat dengan gangguan psikotik
Terapi Medik : Risperidone 2 x 2 mg
Merlopam 2 x 2 mg
ANALISA DATA
Akibat
Resiko menyiderai diri, orang lain dan
lingkungan
TUK:
1. Klien dapat 1. Setelah 1X interaksi
membina klien menunjukkan tanda-
hubungan saling tanda percaya kepada /
percaya terhadap perawat:
o Wajah cerah,
tersenyum 1.1.Bina hubungan saling
o Mau berkenalan percaya dengan:
o Ada kontak mata • Beri salam setiap
o Bersedia berinteraksi.
menceritakan perasaan • Perkenalkan nama,
o Bersedia nama panggilan perawat
mengungkapkan dan tujuan perawat
masalahnya berkenalan
o Bersedia • Tanyakan dan panggil
mengungkapkan nama kesukaan klien
masalahnya • Tunjukkan sikap jujur
dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
• Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi kllien
• Buat kontrak interaksi
yang jelas
• Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
2. Klien mampu 2.Setelah 1 x interaksi 2.1 Tanyakan pada klien
menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang:
penyebab menarik minimal satu penyebab • Orang yang tinggal
diri menarik diri dari: serumah / teman
o diri sendiri sekamar klien
o orang lain • Orang yang paling dekat
o lingkungan dengan klien di rumah/
di ruang perawatan
• Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
• Orang yang tidak dekat
dengan klien di
rumah/di ruang
perawatan
• Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
• Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2 Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
2.3 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
3. Klien mampu 3. Setelah 1x interaksi 3.1. Tanyakan pada klien
menyebutkan dengan klien dapat tentang :
keuntungan menyebutkan keuntungan • Manfaat hubungan
berhubungan berhubungan sosial, sosial.
sosial dan misalnya • Kerugian menarik diri.
kerugian menarik o banyak teman 3.2. Diskusikan bersama
diri. o tidak kesepian klien tentang manfaat
o bisa diskusi berhubungan sosial dan
o saling menolong, kerugian menarik diri.
dan kerugian menarik diri, 3.3. Beri pujian terhadap
misalnya: kemampuan klien
o sendiri mengungkapkan
o kesepian perasaannya.
o tidak bisa diskusi
perilaku kekerasan.
8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
z. Minta dan
menggunakan obat
tepat waktu
aa. Lapor ke
perawat/dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa
Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny S
Umur : 43 th
Hari /
Implementasi Evaluasi
tanggal
Senin Data : S:
10/10/2016 DS : Pasien mengatakan sering Pasien mengatakan mendengar
(SP I) mendengar bisikan suara saat ingin tidur suara atau bisikan yang isinya
dan sholat, isi suara tersebut yaitu pasien disuruh untuk sholat.
menyuruh untuk sholat, suara tersebut Pasien mendengar suara tersebut
kadang muncul kadang tidak, suara itu saat ingin sholat dan tidur, suara
muncul lamanya biasa 5 detik. tersebut bisa muncul sehari bisa
DO : Klien saat interaksi kadang 3 x dan lamanya -/+ 5 detik.
ketawa sendiri dan sering mondar- Respon pasien untuk
mandir, kadang bicara sendiri. mengontrol halusinasinya
Tx : dengan berkluyuran dan
1. Membina hubungan saling berbicara sendiri.
percaya Pasien mengatakan mau
2. Membantu klien untuk dalam diajarkan mengontrol
mengenal halusinasinya ( isi, halusinasinya dengan cara
situasi, frekuensi, durasi, dan menghardik, dan prasaan pasien
respon) setelah di ajarkan sedikit lebih
3. Membantu klien untuk nyaman
mengontrol halusinasinya dengan
cara pertama yaitu menghardik. O:
RTL: Mengajarkan pasien untuk pasien tampak tenang, kontak
menghardik suara palsu. mata sedikit menurun, bicara
Membuat kontrak waktu untuk kurang jelas, pasien mau di ajak
pertemuan SP II komunikasi, pasien tampak
mempraktikan cara mengontrol
halusinasinya secara mandiri
dengan baik
A:
Halusinasi dengar
P:
Mengahardik setiap mendengar
suara palsu.
DAFTAR PUSTAKA
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti Indonesia
Banyuwangi
SP 1
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
atau tidak?”
“Apakah ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu sebaiknya
kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang
selama ini ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya? Berapa lama kira-
kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit?
Bisa? Dimana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu? Atau mau dimana?”
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu? Apakah ibu melihat sesuatu /orang/bayangan/makhluk? Seperti apa yang
kelihatan? Apakah terus menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-
waktu saja? Kapan paling sering ibu melihat sesuatu atau mendengar suara
tersebut? Berapa kali sehari ibu mengalaminya? Pada keadaan apa, apakah pada
waktu sendiri? Apa yang ibu rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang
ibu rasakan pada saat melihat sesuatu? Apa yang ibu lakukan saat melihat sesuatu
tersebut? Apa yang ibu lakukan saat mendengar suara tersebut? Apakah dengan
cara itu suara dan bayangan tersebut hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara
untuk mencegah suara-suara atau bayangan supaya tidak muncul?
“ Ibu ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, minum obat dengan teratur. Ketiga, dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain. Keempat, melakukan kegiatan sesuai
jadwal. Bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya seperti ini, saat suara-suara itu muncul langsung ibu bilang pergi saya
tidak mau dengar..saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu di ulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu..bagus! coba lagi! Iya bagus ibu sudah bisa.”
“Bagaima perasaan ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak dengan
latihan tadi? Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara untuk mencegah suara agar tidak
muncul lagi. Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan ibu coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
“ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang cara minum obat yang
teratur. Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalu besok jam 09.00 WIB,
bisa? Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol dimana ya, apa masih disini
atau cari tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok. Assalamualaikum.”