Anda di halaman 1dari 18

CACAR AIR

DOSEN PEMBIMBING:

Pardjono,SKM,MPH

Disusun Oleh

1. ALFA SONY PAMUNGKAS


2. ANGGI APRILIAWATI
3. LEDYA SEKAR
4. MIFTA MUALIFIN
5. YESSINTA DA PENNI

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Adapaun masalah yang dibahas dalam makalah ini

Kami mengucapkan terima kasih kepada telah banyak membantu


dalam terselesaikannya makalah ini. Selain itu, terselesaikannya makalah
ini juga tidak lepas dari kerja sama penulis dan bantuan dari pihak lain.
Untuk itu kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada


kekurangan. Untuk itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar
untuk kedepannya kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penulisan
makalah ini tidak terulang lagi.

Semoga apa yang kami tulis pada makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami dan pembaca.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. 2

Daftar Isi ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 4

A. Latar Belakang .................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................... 6

A. Pengertian .......................................................................................... 6
B. Etiologi ............................................................................................... 6
C. Masa Inkubasi dan Diagnosis ........................................................... 7
D. Gejala – gejala cacar air ................................................................... 8
E. Cara penularan ................................................................................. 9
F. Pencegahan dan penangulangan ...................................................... 9
G. Pengobatan cacar air ......................................................................... 11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 12

A. Distribusi dan frekuensi ................................................................... 12


B. Determinan cacar air ........................................................................ 13

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 17

A. Kesimpulan ........................................................................................ 17
B. Saran .................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit cacar air mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit
yang mendunia. Penyakit cacar air merupakan penyakit menular yang
dapat menyerang siapa saja, terutama mereka yang belum mendapatkan
imunisasi. Di Indonesia tidak banyak data yang mencatat kasus cacar
airsecara nasional. Data yang tercatat merupakan data epidemic cacar air
pada daerah tertentu saja.

Data Dinas Kesehatan Kab.Banyumas menyebutkan, selama periode


Januari hingga November 2007, sedikitnya 671 warga terkena penyakit
cacar air. Jumlah penderita terbanyak pada Kec. Kembaran dengan 155
pasien, kemudian kecamatan Kalibagor 79 penderita, dan kecamatan
Karanglewas 75 orang. Kepala Bidang pemberantasan penyakit menular
dan penyehatan Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat lebih dari lima
ratus penderita, akan tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun
2006. Data Dinkes 2006 mencatat jumlah penderita cacar air sebanyak
1.771 orang.

Hampir setiap orang pernah mengalami cacar air. Penyakit ini memang
tidak pandang bulu, sebab dapat menyerang semua ras, segala umur, laki-
laki atau perempuan, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Orang
kulit putih, hitam dan coklat dapat terkena. Anak-anak, remaja, orang
dewasa, semuanya dapat terkena cacar air. Namun, pada umumnya
penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak usia 2-8 tahun. Cacar air
bawaan (kongenital) dapat terjadi pada bayi dalam kandungan ibu yang
terserang cacar air. Infeksi cacar air pada bayi yang baru lahir dari seorang
ibu yang sehat, jarang terjadi.

4
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus herpes varicella-zoster dan
merupakan penyakit menular. Penularannya dapat melalui kontak
langsung dan kontak tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi
melalui cairan pernafasan dan kontak langsung dengan kulit penderita.
Ruam pada kulit yang mulai merekah dan pecah sangat menular. Kontak
tidak langsung terjadi melalui udara. Menghirup udara yang mengandung
kuman virus herpes varicella-zoster dapat menyebabkan seseorang
terserang cacar air.

B. Rumusan Masalah
masalah dari makalah ini adalah “Bagaimana etilogi, frekuensi, distribusi
dan determinan penyakit cacar air?”

C. Tujuan
Tujuan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk
mengetahui Bagaimana etilogi, frekuensi, distribusi dan determinan
penyakit cacar air.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesia penyakit


ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal
dengan nama chicken-pox. Varisela adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai oleh erupsi yang khas
pada kulit. Penyakit ini biasanya menyebabkan penyakit yang relatif
ringan pada anak-anak. Cacar air mungkin parah pada orang dewasa dan
orang yang mengalami imunosupresi. Infeksi ketika hamil dapat
mengakibatkan kecacatan janin, parut kulit, dan masalah lain pada bayi.
Sebelum vaksinasi rutin mulai pada tahun 2006, cacar air merupakan
penyakit yang sangat umum. Kejadian cacar air mungkin sekali makin
menurun makin banyak orang yang menerima vaksin.

Cacar Air (Varicella, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang
sering timbul dan menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-
bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta
keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.

B. Etiologi

Virus varicella zoster dapat menyebabkan infeksi primer, laten, dan


rekuren. Infeksi primer bermanifestasi sebagai varicella (chipkenpox),
reaktivasi dari infeksi laten menyebabkan herpes zoster (shingles).

Chipkenpox dan shingles disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV)


dari keluarga herpes virus sangat mirip dengan herpes simplex virus. Virus
ini mempunyai amplop, berbentuk ikosehedral, dan memiliki DNA
berantai ganda yang mengkode lebih dari 70 macam protein.

6
C. Masa Inkubasi dan Diagnosis

Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar


ke kelenjar limfe, kemudian menuju ke hati dan sel-sel mononuclear. VZV
yang ada dalam sel-sel mononuclear mulai menghilang 24 jam sebelum
terjadi ruam kulit, pada penderita imunokompromise, virus menghilang
lebih lambat yaitu 24-72 jam setelah timbulnya ruam kulit. Virus-virus ini
bermigrasi dan bereplikasi dari kapiler menuju ke jaringan kulit dan
menyebabkan lesi mokulopapular, vesikuler, dan krusta. Infeksi ini
menyebabkan timbulnya fusi dari sel epitel membentuk sel multinukleus
yang ditandai dengan adanya inklusi eosinofilik intranukkear.

Gejalanya mulai timbul (masa inkubasi) dalam waktu 10-21 hari setelah
terinfeksi. Biasanya pasien sudah terinfeksi virus selama lebih dari 48 jam
sebelum gejalanya muncul. Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun,
gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang dan rasa tidak enak
badan, nafsu makan menurun. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan
pada anak-anak yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat.
24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar
(makula). Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk
lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan
mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan
terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru. Pada hari kelima, biasanya
sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan
mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20
hari. Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit; biasanya
banyak ditemukan pada batang tubuh bagian atas (dada, punggung, bahu).
Bintik-bintik sering ditemukan di kulit kepala. Papula di mulut cepat
pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang seringkali menyebabkan
gangguan menelan. Ulkus juga bisa ditemukan di kelopak mata, saluran
pernafasan bagian atas, rectum dan vagina. Papula pada pita suara dan
saluran pernafasan atas kadang menyebabkan gangguan pernafasan. Bisa
terjadi pembengkaan kelenjar getah bening di leher bagian samping. Cacar
7
air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada, hanya
berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat
garukan dan biasanya disebabkan oleh stafilokokus. Diagnosis cacar air
ditegakkan berdasarkan ruam kulit yang khas (makula, papula, vesikel dan
keropeng). Kebanyakan kasus dapat didiagnosis berdasarkan gejala dan
rupa ruam tersebut. Adakalanya diagnosis dikonfirmasikan dengan
menguji sampel yang diambil dari ruam tersebut atau dari darah.

D. Gejala-gejala cacar air adalah:

1. Munculnya ruam-ruam di kulit

Cacar air ditandai dengan bintik-bintik merah berupa gelembung berisi


gelembung cairan bening yang muncul setelah 24 jam terinfeksi virus
herpes varicella-zoster. Bintik-bintik merah yang muncul di kulit
penderita disebut dengan ruam. Ruam tersebut biasanya menimbulkan
rasa gatal. Bekas ruam yang ditimbulkan itu pada umumnya akan
hilang, tetapi ruam yang terkena infeksi dan merusak lapisan kulit
biasanya membekas di kulit. Ruam yang terinfeksi akan bernanah.
Lalu akan timbul lepuh kemerahan di punggung dan kepala, yang
mudah pecah. Pecahnya ruam, menyebabkan cairan keluar dan
terbentuklah keropeng. Ruam menyebar ke muka dan jarang ke
tungkai dan lengan. Lepuh akan berlanjut 3-4 hari. Kadang-kadang
dijumpai ulkus (luka) pada membran mukosa mulut, alat genital dan
mata. Gatalnya ruam menyebabkan penderita menggaruknya yang
menyebabkan infeksi, keropeng dan menimbulkan infeksi baru.

1. Demam, kepala terasa agak sakit dan tidak enak badan


2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan menghilang
4. Dalam kondisi parah, ruam-ruam dapat muncul di wajah dan
anggota gerak, tangan, lengan, kaki dan lain-lain.

8
E. Cara Penularan

VZV merupakan virus yang menular selama 1-2 hari sebelum lesi kulit
muncul, dapat ditularkan melalui jalur respirasi, dan menimbulkan lesi
pada orofaring, lesi inilah yang yang memfasiltasi penyebaran virus
melalui jalur traktus respiratorius. Pada fase ini, penularan terjadi melalui
droplet kepada membrane mukosa orang sehat misalnya konjungtiva.

Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-
benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Penderita bisa
menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang
terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan,
sebaiknya penderita diisolasi (diasingkan). Jika seseorang pernah
menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan
menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh
manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes
zoster.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus herpes varicella-zoster dan


merupakan penyakit menular. Penularannya dapat melalui kontak
langsung dan kontak tidak langsung. Kontak langsung dapat terjadi
melalui cairan pernafasan dan kontak langsung dengan kulit penderita.
Ruam pada kulit yang mulai merekah dan pecah sangat menular. Kontak
tidak langsung terjadi melalui udara. Menghirup udara yang mengandung
kuman virus herpes varicella-zoster dapat menyebabkan seseorang
terserang cacar air.

F. Pencegahan dan Penanggulangan

Beberapa cara untuk mencegahan menanggulangi penyebaran cacar air,


antara lain:

9
1. Vaksin yang gratis kini dianjurkan untuk semua anak pada usia 18
bulan dan juga untuk anak-anak pada tahun pertama sekolah
menengah, jika belum menerima vaksin cacar air dan belum pernah
menderita cacar air.
2. Vaksin tersebut juga dianjurkan bagi orang yang berusia 14 tahun
ke atas yang tidak mempunyai kekebalan. Ini melibatkan 2 dosis, 1
sampai 2 bulan antaranya. Vaksin ini dianjurkan khususnya bagi
orang yang menghadapi risiko tinggi, misalnya petugas kesehatan,
orang yang tinggal atau bekerja dengan anak kecil, wanita yang
berencana hamil, serta kontak rumah tangga orang yang
mengalami imunosupresi.
3. Penderita cacar air harus menjauhkan diri dari orang lain (dan tidak
menghadiri penitipan anak atau sekolah) sampai sekurang-
kurangnya lima hari setelah ruam timbul dan semua lepuh telah
kering.
4. Penderita cacar air harus menutup hidung dan mulutnya sewaktu
batuk atau bersin, membuang tisu kotor, mencuci tangan dengan
baik dan tidak bersama-sama menggunakan alat makan, makanan
atau cangkir yang sama.
5. Wanita yang hamil harus menjauhi diri dari siapapun yang
menderita cacar air atau ruam saraf dan harus berjumpa dengan
dokternya jika telah berada dekat dengan orang yang menderita
penyakit tersebut.
6. Anak-anak yang menderita kekurangan imunitas (misalnya
leukemia) atau sedang menjalani kemoterapi harus menjauhi diri
dari siapapun yang menderita cacar air atau ruam saraf karena
infeksi tersebut mungkin parah sekali.
7. Mengkonsumsi makanan bergizi Makanan bergizi membuat tubuh
sehat dan berstamina kuat sehingga dapat menangkal serangan
infeksi kuman penyakit
8. Menghindari sumber penularan penyakit cacar air

10
9. Imunoglobulin varicella zoster dapat mencegah (atau setidaknya
meringankan) terjadinya cacar air, bila diberikan dalam waktu
maksimal 96 jam sesudah terpapar. Dianjurkan pula bagi bayi baru
lahir yang ibunya menderita cacar air beberapa saat sebelum atau
sesudah melahirkan
G. Pengobatan Cacar Air

Pengobatan yang diberikan biasanya berupa pengobatan suportif/


simptomatik dan menjaga higienis yang baik agar terhindar dari infeksi
sekunder. Pada anak usia sekolah sebaiknya diistirahatkan dulu dirumah,
guna mencegah penularan terhadapteman-teman di sekolahnya. Dan boleh
masuk kembali apabila keropengnya sudah mengering dan demamnya
sudah turun. Dapat digunakan obat-obatan antipiretik untuk mengurangi
demam, namun sebaiknya menghindari penggunaan aspirin, karena dapat
menyebabkan sindrom Reye. Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah
penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan
losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung
mentol atau fenol. Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal
(antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika
kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. Obat anti-virus
boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir
biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih
berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam
wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. Obat alernatif
lainnya yaitu: Famsiklovir, valasiklovir, vidarabin dan interferon Untuk
mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:

1. kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun


2. menjaga kebersihan tangan
3. kuku dipotong pendek
4. pakaian tetap kering dan bersih.

11
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Distribusi dan Frekuensi Cacar Air

Berdasarkan distribusi dan frekuensi cacar air dibagi tiga yakni menurut orang,
menurut tempat, dan menurut waktu.

1) Menurut Orang

Virus varicella zoster ditemukan pada tahun 1995 dengan manusia sebagai satu-
satunya reservoir. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin maupun ras. Sekitar
50% kasus terjadi pada anak-anak usia 5-9 tahun, banyak pula ditemukan pada
usia 1-4 tahun dan 10-14 tahun. Perinatal varicella dengan kematian dapat terjadi
apabila hamil terjangkit varicella pada 5 hari sebelum melahirkan atau 48 jam
setelah melahirkan, kematian berkaitan dengan rendahnya system imunitas pada
neonates. Secara keseluruhan, insedensi dari herpes zoster adalah 215 per 100.000
orang per tahun. Sekitar 75% kasus terjadi pada umur di atas 45 tahun, insiden
akan meningkat pada penderita dengan system imun yang rendah. Namun, pada
umumnya penyakit ini lebih banyak menyerang anak-anak usia 2-8 tahun.

2) Menurut Tempat

Berdasarkan tempat penyakit cacar air dapat terjadi dimana saja baik di daerah
perkotaan maupun di pedesaan serta baik Negara berkembang maupun Negara
maju. Cacar air menurut tempat tergambar jelas di dalam peta berikut :

3) Menurut Waktu

Berdasarkan waktu cacar air menurut data Dinas Kesehatan Kab.Banyumas


menyebutkan, selama periode Januari hingga November 2007, sedikitnya 671
12
warga terkena penyakit cacar air. Jumlah penderita terbanyak pada Kec.
Kembaran dengan 155 pasien, kemudian kecamatan Kalibagor 79 penderita, dan
kecamatan Karanglewas 75 orang. Kepala Bidang pemberantasan penyakit
menular dan penyehatan Lingkungan Dinkes mengatakan terdapat lebih dari lima
ratus penderita, akan tetapi jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun 2006.
Data Dinkes 2006 mencatat jumlah penderita cacar air sebanyak 1.771 orang.

Berdasrkan data tersebut dapat dilihat bahwa cacar air tidak memiliki waktu yang
tetap kapan perkembangan ataupun kapan melonjaknya penderita cacar air karena
cacar air dapat terjadi pada waktu kapan saja baik musim kemarau maupun hujan.

B. Determinan Cacar Air

Berdasarkan determinan cacar air dibagi atas tiga yaitu host (pejamu) yang terdiri
atas umur, jenis kelamin, umur pemberian vaksin, pendidikan, status gizi,
imunisasi dan imunitas, agent ( penyebeb penyakit), serta lingkungan.

a) Host (pejamu)

Host adalah faktor-faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan host


tersebut terhadap faktor agent.

1) Umur

Cacar air banyak terjadi pada anak-anak usia 5-9 tahun, banyak pula ditemukan
pada usia 1-4 tahun dan 10-14 tahun. Namun, pada umumnya penyakit ini lebih
banyak menyerang anak-anak usia 2-8 tahun.

2) Jenis kelamin

Orang yang terserang cacar air tidak terdapat perbedaan jenis kelamin baik laki-
laki maupun perempuan dan ras .

3) Vaksinasi

13
National Health and Medical Research Council (Dewan Penelitian Kesehatan dan
Medis Nasional, atau NHMRC) menganjurkan satu dosis tunggal vaksin variola
diberikan kepada:

 Semua anak yang berumur 18 bulan, kecuali jika mereka telah menerima
satu dosis vaksin variola atau telah mempunyai sejarah klinis cacar air.
 Anak-anak berumur 10-13 tahun, kecuali jika mereka telah menerima satu
dosis vaksin variola atau telah mempunyai sejarah klinis cacar air.
 Di NSW vaksin ini diberikan kepada para siswa kelas satu sekolah
lanjutan Anak-anak yang pernah menderita cacar air dianggap kebal dan
tidak perlu divaksinasi.

Vaksin Variola tidak boleh diberikan kepada:

 Orang-orang yang sedang hamil – kehamilan sebaiknya dihindari selama


satu bulan setelah vaksinasi Orang-orang dengan kekebalan rendah yaitu:
Penderita AIDS, Orang-orang yang sedang menerima, atau telah menerima
terapi steroid (termasuk steroid mulut dosis tinggi) dan/atau terapi
imunosupresif (termasuk radiasi) dalam waktu 3 bulan terakhir.
 Mereka dengan reaksi anafilaksis terhadap komponen apapun dari vaksin
ini.
 Orang-orang yang telah menerima transfusi darah / injeksi imunoglobulin
dalam 3 bulan terakhir.
 Orang-orang yang telah menerima vaksin hidup dalam 4 minggu terakhir
(misalnya Demam Kuning, MMR, BCG dan OPV).

4) Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang akan mempengaruhi peningkatan


derajat kesehatannya, dengan memiliki pengetahuan seseorang akan menjaga
kesehatannya dan mencegah diri mereka agar tidak terserang penyakit khususnya
cacar air serta apabila sudah terkena cacar air dengan tanda-tanda awal dari
penyakit tersebut maka dapat diobati sesegera mungkin sehingga tidak berakibat

14
fatal, hal ini dapat dilakukan apabila seseorang memiliki pengetahuan dan
pendidikan seseorang.

5) Status gizi

Status gizi seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kerentanan akan terkena
cacar air karena dengan status gizi yang buruk akan mempercepat penularan
penyakit cacar air. Oleh karena itu, di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan
bergizi karenamakanan bergizi membuat tubuh sehat dan berstamina kuat
sehingga dapat menangkal serangan vius cacar air.

6) Imunisasi

Imunisasi jangka pendek dengan imunoglobulin varicella-zoster (VZIG) – yang


dibuat dari antibodi dalam darah yang disumbangkan – dapat mencegah penyakit
di kalangan orang yang menghadapi risiko tinggi komplikasi. Imunisasi ini harus
diberikan dalam waktu 96 jam setelah eksposur terhadap virus supaya efektif.
Orang yang menghadapi risiko tinggi komplikasi setelah eksposur termasuk
wanita hamil yang belum menderita cacar air dan belum diimunisasi, bayi baru
lahir dan sebagian

pasien yang mengalami imunosupresi.

7) Imunitas

Cacar air dapat membahayakan dan menimbulkan kematian pada penderita kanker
dan orang yang mengalami defisiensi sistem imun (penurunan fungsi sistem
imunitas/kekebalan tubuh). Turunnya fungsi sistem imunitas tubuh tersebut
menyebabkan tubuh tidak mempunyai kekebalan dan sistem ketahanan untuk
melawan serangan virus penyebab cacar, sehingga kondisi penderita melemah
yang pada akhirnya dapat mengakibatkan sesuatu yang fatal.

Pada anak yang diberi beberapa jenis obat yang berefek pada menurunnya sistem
imunitas tubuh, cacar dapat menyebabkan kematian, sebab tubuh tidak

15
mempunyai sistem pertahanan untuk menghancurkan virus penyebab cacar.
Penyakit ini juga membahayakan seorang ibu dan bayi yang dikandungnya.

b) Agent

Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup yang
kehadirannya atau ketidakhadiranny, apabila diikuti kontak yang efektif dengan
manusia yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan menjadi stimuli
untuk menginisiasi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit.

Agent dari cacar air (variola) adalah virus varicella-zoster. Virus ini ditularkan
melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi
oleh cairan dari lepuhan kulit. Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai dari
timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir telah mengering. Karena itu, untuk
mencegah penularan, sebaiknya penderita diisolasi (diasingkan). Jika seseorang
pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan
menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh
manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.

c) Lingkungan

Lingkungan (environment) adalah elemen-elemen ekstrinsik yang mempengaruhi


keterpaparan pejamu terhadap faktor agent. Cacar air dapat berada pada
lingkungan dimana saja baik perkotaan maupun pedesaan, tetapi penderita cacar
air lebih dominan terdapat di lingkungan yang tidak bersih dan padat penduduk.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesia penyakit ini


dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan
nama chicken-pox. Varisela adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai oleh erupsi yang khas
pada kulit.
2. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar
ke kelenjar limfe, kemudian menuju ke hati dan sel-sel mononuclear.
3. Berdasarkan distribusi dan frekuensi cacar air dibagi tiga yakni menurut
orang, menurut tempat, dan menurut waktu.
4. Berdasarkan determinan cacar air dibagi atas tiga yaitu host (pejamu) yang
terdiri atas umur, jenis kelamin, umur pemberian vaksin, pendidikan,
status gizi, imunisasi dan imunitas, agent ( penyebeb penyakit), serta
lingkungan.

B. SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini masyarakat dapat mengetahui bagaimana itu
cacar air (varisela) sehingga masyarakat dapat lebih meningkatkan derajat
kesehatannya, menjaga kebersihan diri dan lingkungannya serta apabila sudah
terkena gejala awal dari cacar air dapat mengobatinya sesegera mungkin .
kuncinya adalah lebih baik mencegah daripada pengobati.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fisher RG, Edwar KM. Varisella-Zoster.Pediatrick in Rewiew.1998;19:62-67

Notoatmodjo, soekidjo. Kesehatan Masyarakat ilmu dan seni.Jakarta.Rineka


Cipta.2007.

Parker SP,Quinlivan M, Taha, Breuer J. Genotyping of Varicella-zoster virus and


the discrimination of oka vaccine strains by taqman real-time PCR. Journal of
clinical microbiology 2006;44:33911-3914

Pusat data dan informasi departeman kesehatan republic Indonesia. 22 november


2007.

Soedarmo SSP,Garna H,Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu kesehatan anak infeksi
dan penyakit tropis. Edisi ke-1. Jakarta :Balai penerbit FKUI ;2002.h.152-159

Timreck Phd, Thomas C. Epidemiologi suatu pengantar edisi-2. Jakarta. EGC.


2004.

Warenham DW,Breuer J.Herpes Zoster.BMJ 2007;334:1211-1215

http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/8370/DOH-8370-IND.pdf

http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/cacar-air.pdf

http://susantika.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_16.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197011292003122-
NUR_FAIZAH_ROMADONA/KES_d_GIZI/PENYAKIT_MENULAR__%26__
IMUNISASI.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai