Anda di halaman 1dari 6

KONSEP, JENIS-JENIS DAN SIKLUS ANGGARAN

A. KONSEP ANGGARAN
Anggaran merupakan salah satu alat bantu bagi manajemen dalam melaksanakan
fungsinya terutama dalam perencanaan dan pengendalian. Nilai suatu anggaran
tergantung pada perencanaan dan pengendalian anggaran, apabila terjadi penyimpangan
atas pelaksanaan anggaran dikarenakan terlalu tinggi dalam penetapannya, maka
diperlukan cara untuk mengendalikannya yaitu dengan cara meninjau kembali hasil
penetapan anggaran sebelumnya sehingga pada saat pelaksanaan dapat terwujud dengan
baik serta dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan dalam melaksanakan perencanaan
dan pengendalian anggaran tersebut sehingga pada periode yang akan datang dapat
dijadikan sebagai perbaikan yang positif. Anggaran juga merupakan alat bantu bagi
perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya yaitu memperoleh laba dengan
memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen sehingga perusahaan
memperoleh penghasilan yang optimal.
1. Kegunaan Anggaran
Adapun kegunaan pokok anggaran menurut Munandar (2000 : 10), yaitu sebagai
berikut:
a. Sebagai Pedoman Kerja
Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah sekaligus harus
memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan di
waktu yang akan datang.
b. Sebagai Alat Pengkoordinasi Kerja
Anggaran berfungsi sebagai alat pengkoordinasi kerja agar semua bagian-bagian
yang terdapat di dalam perusahaan harus dapat saling menunjang saling bekerja
sama dengan manajemen untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan, dengan
demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.
c. Sebagai Alat Pengawasan Kerja
Anggaran berfungsi pula sebagai tolak ukur sebagai alat pembanding untuk menilai
(evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti dengan membandingkan antara apa
yang tertuang dalam anggaran dengan apa yang dicapai untuk realisasi kerja
perusahaan, dapat dilihat apakah kerap sukses bekerja dan perbandingan tersebut
dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dan realisasinya
sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Hal
ini berguna untuk menyusun rencana (budget) selanjutnya secara lebih matang dan
lebih akurat.

2. Karakteristik Anggaran
Karakteristik anggaran menurut oleh Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan
(2000 : 1) (penerjemah oleh F.X Kurniawan Tjakrawala), yaitu:
a. Anggaran memperkirakan keuntungan yang potensial dari unit usaha
b. Dinyatakan dalam unit moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung
dengan jumlah non moneter
c. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun
d. Merupakan perjanjian manajemen, bahwa manajer setuju untuk bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan dari anggaran
e. Usulan anggaran diperiksa dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari
pembuat anggaran
f. Sekali setuju anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu
g. Secara berkala kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan
perbedaannya dianalisis dan dijelaskan.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa anggaran umumnya mencakup jangka waktu
satu tahun yang dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
Selain itu, anggaran berisi komitmen manajemen yang berarti bahwa para manajer
setuju untuk menerima tanggung jawab agar mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
anggaran.

3. Manfaat dan Tujuan Anggaran


Manfaat anggaran menurut M. Nafarin (2007 : 19), diantaranya :
a. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai
b. Dapat memotivasi pegawai
c. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan
d. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu
e. Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan dan dana) dapat dimanfaatkan
seefisien mungkin
f. Alat pendidikan bagi para manajer.

Sedangkan tujuan dari pembuatan anggaran menurut M. Nafarin (2007:19) yaitu :


a. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi
dana
b. Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan
c. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat
mempermudah pengawasan
d. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang
maksimal
e. Menyempurnakan rencana yang telah disusun kerena dengan anggaran menjadi
lebih jelas dan nyata terlihat
f. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan
dengan keuangan
Maka dapat dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kurang sukses dari
perbandingan dan analisis dapat diketahui sebab-sebab penyimpangan antara
anggaran dan realisasinya sehingga dapat diketahui pula kelemahan-kelemahan dan
keunggulan yang dimiliki perusahaan. Hal ini akan dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencana-rencana (anggaran)
selanjutnya secara lebih akurat.

B. JENIS-JENIS ANGGARAN
Dalam suatu perusahaan yang telah berjalan dengan baik dan mapan lazimnya
diterapkan suatu anggaran dalam bentuk paket, artinya anggaran tersebut disusun dengan
lengkap menyangkut rencana untuk keseluruhan, sehingga meliputi anggaran untuk
beberapa bagian perusahaan.
Menurut M Nafarin (2007 : 31), jenis-jenis anggaran dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang sebagai berikut:
1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran variabel adalah anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar),
kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran
yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.
b. Anggaran tetap adalah anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas
tertentu.
2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk suatu periode tertentu,
pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode
anggaran.
b. Anggaran kontinyu adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan
anggaran yang pernah dibuat misalnya tiap bulan diadakan perbaikan sehingga
anggaran yang dibuat setahun mengalami perubahan.
3. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis) adalah anggaran yang dibuat dalam
jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal
kerja merupakan anggaran jangka pendek.
b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis) adalah anggaran yang dibuat
dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran yang dibuat untuk
keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang
disebut anggaran modal (capital budget). Anggaran jangka panjang tidak harus
berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar
penyusunan anggaran jangka pendek.
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran Operasional
b. Anggaran Keuangan
Kedua anggaran ini bila digabungkan disebut anggaran induk (master budget).
Anggaran induk adalah suatu jaringan kerja yang berisi berbagai macam anggaran
yang terpisah namun saling berhubungan dan saling berkaitan satu sama lain.
Anggaran induk yang mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk
jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran tahunan dipecah lagi
menjadi anggaran triwulan dan anggaran triwulan dipecah lagi menjadi anggaran-
anggaran bulanan.

C. SIKLUS ANGGARAN
Siklus Anggaran (Budget Cycle) adalah masa atau jangka waktu mulai saat
anggaran (APBN) disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan
undang-undang.Siklus anggaran terdiri atas penyusunan anggaran, pelaksanaan
anggaran, pengawasan anggaran, dan pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran.
1. Penyusunan Anggaran
Pada tahap awal penyusunan anggaran, Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-
pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei
tahun berjalan. Berdasarkan hasil pembahasan kerangka ekonomi makro dan pokok-
pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama DPR membahas kebijaksanaan
umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian
negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.
Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya. RKA-KL disusun
berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai, disertai dengan perkiraan belanja untuk
tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun. RKA-KL tersebut
disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan
APBN. Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai
bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.

2. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran diawali dengan disahkannya dokumen pelaksanaan anggaran
oleh Menteri Keuangan. Terhadap dokumen anggaran yang telah disahkan oleh
Menteri Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Gubernur, Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal
Perbendaharaan, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait,
Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran.
Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan anggaran adalah Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA.
Sedangkan dokumen pembayaran antara lain terdiri dari Surat Permintaan
Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D).

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan anggaran belanja, pasal 17 Undang-Undang


Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran melaksanakan kegiatan yang tercantum dalam dokumen pelaksanaan
anggaran yang telah disahkan dan berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan
pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, pedoman dalam
rangka pelaksanaan anggaran diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004.

Pedoman untuk pelaksanaan belanja negara terdiri atas:


a. Peraturan teknis dalam rangka pelaksanaan anggaran yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara, yaitu yang memuat bagaimana prosedur
pengelolaan keuangan negara mulai dari ketersediaan dana, pengajuan tagihan
kepada negara, penataausahaan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
negara:
1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman
Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2) Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor
PER-11/PB/2011.
b. Peraturan teknis dalam rangka pelaksanaan kegiatan kementerian negara/lembaga
sebagaimana tercantum dalam DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan
ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.

3. Pengawasan Anggaran
Tahap pengawasan pelaksanaan APBN ini memang tidak diungkap secara nyata
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Namun,
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 jo Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun
2004 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN pada Bab IX memuat hal-hal yang
mengatur pengawasan pelaksanaan APBN. Pada tahap ini pengawasan terhadap
pelaksanaan APBN dilakukan oleh atasan/kepala kantor/satuan kerja kementerian
negara/lembaga dalam lingkungannya. Atasan langsung bendahara melakukan
pemeriksaaan kas bendahara sekurang-kurangnya tiga bulan sekali. (Yang berlaku
sekarang sesuai dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor 47/PB/2009 jo.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 bahwa pemeriksaan kas
bendahara tersebut dilaksanakan sekurang-kurangnya satu bulan sekali.)
Inspektur Jenderal masing-masing kementerian negara/lembaga dan unit pengawasan
pada lembaga melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN di lingkungan
kementerian negara/lembaga bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Inspektur Jenderal kementerian negara/lembaga dan pimpinan unit pengawasan
lembaga wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai hal-hal yang terkait
dengan pelaksanaan APBN.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksekutif, terdapat pula pengawasan
yang dilakukan oleh DPR atau legislatif baik secara langsung mupun tidak langsung.
Pengawasan secara langsung dilakukan melalui mekanisme monitoring berupa
penyampaian laporan semester I kepada DPR selambat-lambatnya satu bulan setelah
berakhirnya semester I tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan tersebut harus
pula mencantumkan prognosa untuk semester II dengan maksud agar DPR dapat
mengantisipasi kemungkinan ada atau tidaknya APBN Perubahan untuk tahun
anggaran yang bersangkutan. Laporan semester I dan prognosa semester II tersebut
dibahas dalam rapat kerja antara Panitia Anggaran DPR dan Menteri Keuangan
sebagai wakil pemerintah. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui
penyampaian hasil pemeriksaan BPK atas pelaksanaan APBN kepada DPR.
Pemeriksaan yanag dilakukan BPK menyangkut tanggung jawab pemerintah dalam
melaksanakan APBN.

4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Anggaran


Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN di lingkungan kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya berupa Laporan Keuangan yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang dilampiri
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) pada kementerian negara/lembaga
masing-masing. Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga oleh
menteri/pimpinan lembaga disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-
lambatnya dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kemudian Menteri Keuangan
menyusun rekapitulasi laporan keuangan seluruh instansi kementerian negara.
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara juga menyusun Laporan Arus
Kas. Selain itu, Menteri Keuangan sebagai wakil Pemerintah Pusat dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan
perusahaan negara. Semua laporan keuangan tersebut disusun oleh Menteri Keuangan
selaku pengelola fiskal sebagai wujud laporan keuangan pemerintah pusat
disampaikan kepada Presiden dalam memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN. Presiden menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat kepada BPK
paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Audit atas laporan keuangan
pemerintah harus diselesaikan selambat-lambatnya dua bulan setelah laporan
keuangan tersebut diterima oleh BPK dari Pemerintah.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30
menyebutkan bahwa Presiden menyampaikan Rancangan Undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang
telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya enam bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat setidak-
tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan, serta dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan
negara dan badan lainnya. Mengenai bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai