Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI LABORATORY & TECHNICAL SERVICES
DIREKTORAT MEGAPROYEK PENGOLAHAN &
PETROKIMIA
PT.PERTAMINA (PERSERO)

Disusun oleh :

Annisa Wulandari
NIM : 14231031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2017
PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Evaluasi Kestabilan Asphaltene


Pada Sampel Atmosferic Residue Outlet Feed Filter AHU
(Atmosferic Residue Hydrodemetalization Unit) RU VI Balongan
di Laboratory & Technical Services
Megaproyek Pengolahan & Petrokimia
PT. Pertamina (Persero) Jakarta

Disusun oleh :

Annisa Wulandari
NIM : 14231031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2017

i
Proposal

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI LABORATORY AND TECHNICAL SERVICES
RESEACH AND DEVELOPMENT MEGAPROYEK
PENGOLAHAN & PETROKIMIA
PT.PERTAMINA (PERSERO)

Diusulkan oleh :

Annisa Wulandari
NIM : 14231031

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Lapangan

Nita Haspriyanti, S.T


NIP. 747500

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan ini tidak terdapat
bagian yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar Ahli Madya atau gelar
lainnya di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya tidak terdapat bagian
yang pernah ditulis dan diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 13 April 2017

Annisa Wulandari

iii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Mandiri
dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang penuh nikmat ini.

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah buah hasil kerja keras saya
selama dua bulan pelaksanaan PKL dan tiga bulan proses pengerjaan laporan.
Oleh karena itu, karya ini ingin saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT karena atas berkat nikmat ilmu-Nya saya dapat menyelesaikan
pelaksanaan Praktik Kerja Mandiri dan penulisan laporan dengan penuh
kemudahan dan kelancaran.
2. Kedua orang tua, Bapa dan Ibu saya yang selalu memberikan ridhonya
dukungan serta doa-doa luar biasa kepada saya.
3. Adik-adik saya, Khaerul Fikri Ramadhan dan Faiz Al-Farizi yang selalu
memberikan semangat kepada saya.
4. Sahabat karib saya, Chaerul Syahfrudin yang selalu memberikan motivasi,
doa dan semangat kepada saya.
5. Sahabat-sahabat terbaik saya, Hikni, Witri, Neni, Alun, Risa, Dalili, Putri,
dan Aning yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada saya.
6. Rekan-rekan sejawat Analis Kimia Universitas Islam Indonesia 2014 yang
selalu memberikan semangat dan dukungan.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nyalah yang
membuat Penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan
penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat diselesaikan dengan
benar dan sebaik-baiknya.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan bertujuan memberikan
kesempatan kepada mahasiswa agar mendapatkan pengalaman kerja sebelum
memasuki dunia kerja, mendapatkan referensi dari instansi atau perusahaan,
membandingkan dan menerapkan kemampuan akademik dan kecakapan yang
telah dimiliki dengan aplikasi di lapangan, memahami konsep kerja yang
sesungguhnya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, serta lebih mematangkan
kecakapan yang telah dimiliki sehingga lebih siap memasuki dunia kerja. Praktik
Kerja Lapangan juga merupakan sebagai bentuk tugas akhir mahasiswa dan
sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan DIII Analis Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Islam Indonesia.
Dalam penyelesaian laporan ini tentu tidaklah lepas dari bantuan, bimbingan,
dukungan serta semangatdari berbagai pihak. Oleh karena ini, pada kesempatan
ini Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Thorikul Huda, S.Si.,M.Sc selaku Ketua Program Studi DIII Analis
Kimia FMIPA UII.
2. Ibu Reni Banowati Istiningrum, S.Si.,M.Sc selaku dosen pembimbing PKL
yang sabar membimbing saya yang melaksanakan PKL jauh dari
Yogyakarta.
3. Ibu Nita Haspriyanti, S.T selaku pembimbing PKL yang senantiasa
membimbing saya.
4. Kedua orangtua, adik serta sahabat-sahabat yang slalu memberikan
motivasi, semangat dan doa kepada Penulis.
5. Mba Ima, Mba Riska, Mba Tia, Mba Heni, Mas Ipul, Mas Adhim, Bu
Siska, Pak Roro dan seluruh Keluarga besar R & D Pertamina yang tidak

v
dapat saya sebutkan seluruhnya yang telah membantu, membimbing,
memberi nasehat dan menjadi keluarga selama 2 bulan saya melaksanakan
PKL.
6. Hartiwi Putri Indah Ratri yang telah menjadi teman suka duka di Jakarta,
teman menjelajah macetnya Jakarta, dan menjadi bagian keluarga saya.
7. Rekan-rekan PKL dari , IPB, UNJ, UPN Surabaya, ITS, Polban, AKABO
yang telah menjadi teman perjuangan selama di Jakarta.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Praktik Kerja


Lapangan (PKL) ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharap kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan karya Penulis selanjutnya.
Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca umumnya. Aamiin. Atas segala kekurangan, penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN...........................................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................................iv

KATA PENGANTAR............................................................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................................vii

DAFTAR TABEL..................................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1

1.3 Tujuan.........................................................................................................................2

1.4 Manfaat......................................................................................................................2

BAB II DASAR TEORI


2.1 Atmosferic Residu Outlef Feed Filter Unit AHU.......................................3

2.2 Asphaltene..............................................................................................................3

2.3 Onset Asphaltene Precipitation.......................................................................4

2.3 Asphaltene Stability.............................................................................................4

BAB III METODOLOGI


3.1 Waktu........................................................................................................................7

vii
3.2 Tempat......................................................................................................................7

3.3 Bahan.......................................................................................................................7

3.4 Alat...........................................................................................................................7

3.5 Cara Kerja...............................................................................................................7


3.5.1 Penentuan Refractive Index Oil dengan Ekstrapolasi
1. Preparasi Sampel......................................................................................7
2. Penentuan Nilai Refractive Index Oil Menggunakan
Refractometer............................................................................................8

3.5.2 Penentuan PRI Onset Asphaltene Precipitation


1. Preparasi Sampel......................................................................................9
2. Pengamatan Onset Asphaltene Precipitation Menggunakan
Mikroskop.................................................................................................9
3. Penentuan Nilai RI pada Awal Terjadinya Onset Asphaltene
Precipitation (PRI).................................................................................10
4. Evaluasi Kestabilan Asphaltene..........................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Refractive Index Sampel 100 % Oil dengan
Ekstrapolasi..............................................................................................................11

4.2 Penentuan Onset Asphaltene Precipitation....................................................15

4.3 Prinsip Penentuan Stability Asphaltene...........................................................18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan............................................................................................................20

5.2 Saran........................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21

LAMPIRAN............................................................................................................................23

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Penentuan Refractive Index Sampel Oil 100 %........................................12


Tabel 4.1.2 Hubungan Antara FRI Oil : Toluene dengan Konsentrasi Oil..............13
Tabel 4.2.1 Tabel Variasi Rasio Campuran Oil : Precipitant.......................................15
Tabel 4.2.2 Tabel Nilai RI Oil dan PRI..............................................................................18

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Molekul Asphaltene...........................................................................4


Gambar 2. Asphaltene Stability Map For 53 Crude Oil Samples.............................5
Gambar 3. Stability Based on RI......................................................................................6
Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Grafik Hubungan antara FRI Campuran
Oil dan Toluene dengan Konsentrasi Oil 14
Gambar 5. Pengolesan Kaca Preparat Dengan Sampel Atmosferic Residu Outlet
Feed Filter AHU 16
Gambar 6. Pengamatan Kaca Preparat Sampel Atmosferic Residu Outlet Feed
Filter AHU Berbagai Konsentrasi % Oil 17
Gambar 7. Peta Kestabilan Sampel Atmosferic Residu
Outlet Feed Filter AHU 18

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penentuan Refractive Index Sampel 100 % Oil dengan


Ekstrapolasi 21

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

LTS atau Laboratory & Technical Services adalah bagian dari R&D atau
Research and Development Direktorat Megaproyek Pengolahan & Petrokimia
PT. Pertamina (Persero) yang bertugas sebagai plant support and technical
services serta mencari problem solving terhadap permasalahan yang terjadi di
kilang dari segi laboratorium. LTS menerima sampel berupa Atmosferic
Residu Outlet Feed Filter AHU (Atmosferic Residue Hydrodemetalization
Unit) yang berasal dari RU VI Balongan dengan adanya permasalahan pada
system feed filter, dimana back flushing semakin cepat rata-rata 3 menit
versus design 30 menit. Hal ini disebabkan terjadinya fouling pada feed filter
yang sulit dibersihkan. Diperkirakan tumpukan deposit tersebut karena
adanya impurities dalam feed.

Fouling adalah akumulasi dari fase yang tidak diinginkan pada suatu unit
proses, fouling biasanya berbentuk solid yang terakumulasi diatas permukaan
peralatan yang didesain untuk mengalirkan cairan atau gas. Penyebab fouling
bermacam-macam, dalam hal masalah yang terjadi pada system feed filter RU
VI Balongan hipotesa awal disebabkan oleh precipitation asphaltene.
Penelitian ini dilakukan evaluasi untuk mengetahui kestabilan asphaltene
pada sampel atmosferic residu outlet feed filter AHU. Kestabilan asphaltene
pada sampel dapat diketahui dari yang merupakan nilai refractive index oil
(RIoil) dikurangi nilai refractive index pada awal terjadinya onset asphaltene
precipitation (PRI) atau memasukkan nilai RI oil dan PRI dalam suatu peta
kestabilan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kestabilan asphaltene dalam sampel Atmosferic Residu Outlet

Feed Filter AHU RU VI Balongan?

1
1.3 Tujuan
1. Melakukan analisis nilai RI oil untuk mengetahui kelarutan pada sampel

atmosferic residu outlet feed filter AHU RU VI Balongan.


2. Melakukan analisis nilai PRI sampel dimana hal tersebut sangat berguna
untuk melihat kecenderungan terbentuknya onset asphaltene precipitation
pada sampel atmosferic residu outlet feed filter AHU RU VI Balongan.
3. Melakukan evaluasi kestabilan asphaltene pada sampel atmosferic residu
outlet feed filter AHU RU VI Balongan berdasarkan nilai atau
memasukkan nilai RI dan PRI dalam peta kestabilan.
1.4 Manfaat
Manfaat dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah :
1.4.1 Bagi Perguruan Tinggi
Merupakan salah satu kesempatan dimana dapat terjalinnya kerjasama
antara perusahaan dalam hal ini Research And Development PT.
Pertamina (Persero) dan perguruan tinggi dalam hal penerimaan
mahasiswa PKL. Kemudian ilmu yang diperoleh selama Praktik Kerja
Lapangan dapat berguna demi terwujudnya visi DIII Analis Kimia
Universitas Islam Indonesia yaitu mampu mencetak analis yang
kompeten dalam dunia analisis.
1.4.2 Bagi Perusahaan

Mendapat tenaga kerja yang membantu penelitian Laboratory &


Technical Services dalam melakukan penelitian terhadap sampel
atmosferic residu outlet feed filter AHU RU VI Balongan, serta dapat
menguntungkan bagi RU VI Balongan sebagai pengirim sampel berupa
permasalahan yang terjadi pada feed filter dalam hal ini adalah
asphaltene dapat diketahui kestabilannya dalam sistem sehingga dapat
mencegah terjadinya fouling pada unit dikemudian hari.

1.4.3 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja, lebih mematangkan


kecakapan yang telah dimiliki sehingga lebih siap memasuki dunia
kerja. Selain itu, mahasiswa juga dapat mengoperasikan alat
refractometer dan mikroskop secara langsung dan dapat mengikuti
pengujian yang dilakukan pada Laboratory & Technical Services.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Atmosferic Residu Oulet Feed Filter AHU


Atmosferic residu outlet feed filter merupakan bahan baku yang berasal
dari hasil proses filter atau penyaringan dan selanjutnya akan dialirkan untuk
AHU (Atmosferic Residue Hydrodemetalization Unit) RU VI Balongan.
Filter berfungsi untuk mengambil padatan yang akan menyebabkan deposit
pada top katalis di reaktor AHU. AHU mengolah Atmosferic Residue yang
berasal dari Crude Distillation Unit sehingga menghasilkan produk reactor
AHU berupa Demetallized Atmosferic Residue (DMAR). Didalam AHU
terdapat feed filter unit yang berfungsi sebagai penyaringan kotoran yang
terdapat dalam feed sebelum dialirkan ke dalam feed surge drum (Rizka,
2013).
Desain feed filter flow adalah 360 ton/jam dengan inlet solid 200 micron
(toluene insoluble). Feed filter berisi 5 filter paralel dengan masing-masing
memiliki 7 pasang element filter dengan ukuran 25 micron. Filter akan
menangkap solid yang ada didalam feed dan akan terakumulasi pada element
filter. Bila pressure drop tinggi, maka peralatan instrument akan menjalankan
sequence dari back flushing untuk satu pasang dari element filter
menggunakan DMAR. Desain awal periode flushing adalah setiap 30 menit
(Nita, 2016).
2.2 Asphaltene

Asphaltene merupakan salah satu kandungan yang terdapat dalam crude


oil, dengan presentase sebesar 0-20%. Komponen penyusun crude oil biasa
disebut SARA, yang terdiri dari Saturates, Aromatics, Resins dan Asphaltene.
Asphaltene adalah bagian komponen asphalt yang bersifat polar, larut dalam
benzene, toluene, carbon disulfide dan chloroform, tetapi tidak larut dalam
alkohol, n-heptane, parafin dengan berat molekul rendah (Belhaj & Khalifeh,
2013).

3
Gambar 1. Struktur Molekul Asphaltene
Asphaltene dalam suatu sampel dapat menjadi penyebab fouling, yang
merupakan pembentukan lapisan deposit yang biasanya berbentuk solid pada
suatu permukaan peralatan yang didesain untuk mengalirkan cairan atau gas
yang diakibatkan oleh akumulasi dari fase atau senyawa yang tidak
diinginkan pada suatu unit proses. Apabila sampel mengakibatkan fouling,
walaupun dalam jumlah kecil fouling sangat merugikan karena dapat
meningkatkan biaya energy dengan cara mengurangi efisiensi panas. Selain
itu moderate fouling juga dapat mengurangi efisiensi unit dan high fouling
dapat mengurangi laju alir serta meningkatkan pressure drop. umumnya unit
harus di stop untuk membersihkan fouling, namun pada kasus dimana fouling
dengan tingkat yang lebih parah dapat menyebabkan unplanned unit shut
down (Nita, 2016).
2.3 Onset Asphaltene Precipitation

Onset Asphaltene Precipitation diamati dalam bentuk PRI atau nilai


refractive index larutan sampel pada awal terjadinya endapan asphaltene.
Onset asphaltene precipitation terjadi karena asphaltene dalam sampel
diganggu kestabilannya didalam sampel dengan menggunakan precipitant.
Kemudian asphaltene menjadi tidak stabil dan akan keluar dari sistem
kemudian membentuk endapan atau agregat yang dapat teramati dibawah
mikroskop. Pada saat pertama kali teramati endapan asphaltene dengan
penambahan precipitant yang paling kecil itulah dimana terjadi onset
asphaltene precipitation.
2.3 Asphaltene Stability
Asphaltene stability dalam sampel merupakan indikasi kecocokan
blending (komposisi), temperature, tekanan sampel dengan melihat kestabilan
asphaltenenya. Asphaltene stability ditentukan berdasarkan kisaran nilai RI

4
oil dan PRI dalam RI. RI dapat menentukan kestabilan asphaltene dalam
suatu sampel karena sumbu absis Refractive Index Oil memberikan indikasi
seberapa baik daya larut sampel terhadap asphaltene. Sumbu ordinat PRI
adalah ukuran stabilitas atau ketidakstabilan asphaltene dari sampel.
Sedangkan kedua nilai berupa RI oil dan PRI ( RI) menentukan kestabilan
asphaltene sampai terjadi pengendapan (asphaltene precipitation) yang
diakibatkan oleh n-heptane (Nita, 2016).

Gambar 2. Asphaltene Stability Map For 53 Crude Oil Samples


(Buckley & Wang, 2002)

Cara menentukan kestabilan asphaltene bisa dilihat berdasarkan gambar 2.


yaitu dengan memplotkan nilai RI oil dengan nilai PRI pada peta kestabilan,
yang kemudian akan menghasilkan titik temu antara kedua titik ( RI).
Berdasarkan peta kestabilan semakin kecil RI semakin tidak stabil asphaltene
yang terdapat dalam sampel dan sebaliknya semakin besar RI semakin stabil
asphaltene dalam suatu sampel.

5
Penentuan kestabilan asphaltene juga dapat dilakukan dengan cara lain,
yaitu berdasarkan nilai RI seperti pada gambar berikut :

Gambar 3. Stability Based on RI


Berdasarkan gambar 3. asphaltene dikatakan stabil apabila nilai RI lebih dari
0,06 , asphaltene dikatakan tidak stabil apabila nilai RI kurang dari 0,045 dan
asphaltene dikatakan stabil pada daerah perbatasan apabila nilai
RI kurang dari 0,06 dan lebih besar dari 0,045. (Amin dkk, 2013).

6
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu
4 s.d 21 April 2017
3.2 Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Crude, Feedstock and Fuel,
Laboratory & Technical Services, Research and Development, PT. Pertamina
(Persero)
3.3 Bahan
1. Aseton
2. N- Heptane
3. Sampel Atmosferic Residu Outlet Feed Filter AHU RU VI Balongan,
tanggal 16 Maret 2016
4. Toluene
5. Tissue
3.4 Alat
1. Heating mantle
2. Kaca preparat
3. Mikroskop merek Olympus DSX510
4. Neraca analitik
5. Pipet tetes
6. Automatic Refractometer RA-620
7. Spatula
8. Vial 10 mL
9. Water bath
3.5 Cara Kerja
3.5.1 Penentuan Refractive Index Oil dengan Ekstrapolasi
1. Preparasi Sampel
1. Dibuat perbandingan sampel yang telah dipanaskan dalam water

bath pada suhu 6dengan toluene dalam vial 10 mL.


Konsentrasi Oil Massa Oil Massa Pelarut
(%) (gram) (gram)
0 0 5
20 1 4

7
30 1,5 3,5
40 2 3

2. Digojog vial hingga larutan homogen.


2. Penentuan Nilai Refractive Index Oil Menggunakan Refractometer
1. Nyalakan Automatic Refractometer, ditunggu alat hingga ready.

2. Pastikan prisma dan plate disekitarnya sudah dibersihkan


menggunakan acetone, pastikan juga temperature prisma sesuai
yang diinginkan (20 ) dan instrument sudah terkalibrasi.
3. Masukkan 50 μl sampel ke dalam prisma, tutup prisma dengan
covernya.
4. Tekan start untuk memulai pembacaan nilai RI. Dicatat pembacaan
refractive index pada alat.
5. Diulangi pembacaan nilai RI sebanyak 2 kali pengulangan dengan
batas repeatability maksimal 0,0002.
6. Dicatat nilai RI kemudian rata-rata nilai RI pada masing-masing
konsentrasi.
7. Ditentukan nilai RI oil dengan cara ekstrapolasi dari 4 titik
(blangko, 20%, 30%, dan 40% oil). Dilakukan langkah-langkah
berikut :
a. Menghitung nilai Faktor Refractive Index (FRI) masing-
masing konsentrasi menggunakan persamaan 1 berikut :

FRI =

Keterangan :
FRI = Faktor Refractive
Index n = Refractive Index
b. Membuat grafik Konsentrasi Oil vs Faktor Refractive Index
c. Menghitung nilai FRI Konsentrasi Oil 1 dari persamaan
linier
(y = ax + b) yang dihasilkan oleh grafik pada poin b
menggunakan persamaan 2 berikut :
FRI = slope (a) x konsentrasi oil (1) + intersep (b)

8
d. Mengekstrapolasi nilai refractive index oil 100% dari nilai
FRI pada poin c menggunakan persamaan 3 berikut :
n=√

Keterangan :
FRI = Faktor Refractive Index yang berasal dari persamaan
linear
n = Refractive Index Oil 100%
3.5.2 Penentuan PRI Onset Asphaltene Precipitation
1. Preparasi Sampel
1. Dibuat perbandingan sampel yang telah dipanaskan dalam water

bath pada suhu 6dengan n-heptane dalam vial 10 mL.


Konsentrasi Oil Massa Oil Massa Precipitant
(%) (gram) (gram)
10 0,5 4,5
20 1 4
30 1,5 3,5
40 2 3
50 2,5 2,5
60 3 2
70 3,5 1,5
80 4 1
90 4,5 0,5

2. Digojog vial hingga larutan homogen.


3. Didiamkan vial berisi sampel selama 48 jam.
2. Pengamatan Onset Asphaltene Precipitation Menggunakan
Mikroskop
1. Digojog vial berisi sampel hingga larutan homogen.
2. Dioleskan sampel pada kaca preparat yang terlebih dahulu telah
dibersihkan dengan menggunakan aseton.
3. Diamati endapan asphaltene dibawah mikroskop dua sumber sinar
dari atas dan bawah dengan perbesaran 416 kali dimulai dari
sampel dengan precipitan yang paling kecil.

9
4. Dicatat pada konsentrasi % oil berapa terbentuk onset asphaltene
precipitation.
3. Penentuan Nilai RI pada Awal Terjadinya Onset Asphaltene
Precipitation (PRI)
1. Nyalakan Automatic Refractometer, ditunggu alat hingga ready.

2. Pastikan prisma dan plate disekitarnya sudah dibersihkan


menggunakan acetone, pastikan juga temperature prisma sesuai
yang diinginkan (20 ) dan instrument sudah terkalibrasi.
3. Masukkan 50 μl sampel yang pertama kali terbentuk asphaltene
precipitation ke dalam prisma, tutup prisma dengan covernya.
4. Tekan start untuk memulai pembacaan nilai RI. Dicatat pembacaan
refractive index pada alat.
5. Diulangi pembacaan nilai RI sebanyak 2 kali pengulangan dengan
batas repeatability maksimal 0,0002.
6. Dicatat nilai RI kemudian rata-rata nilai RI sebagai PRI.
4. Evaluasi Kestabilan Asphaltene
1. Dihubungkan nilai RI oil dengan nilai PRI pada peta kestabilan.

2. Ditentukan titik temu antara kedua nilai dan dihitung nilai RI untuk
mengetahui sampel termasuk stabil, tidak stabil atau stabil pada
daerah perbatasan.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Refractive Index Sampel 100 % Oil dengan Ekstrapolasi

RI (Refractive Index) atau indeks bias adalah perbandingan kecepatan


cahaya dalam ruang hampa udara dengan kecepatan rambat cahaya dalam zat
tersebut. Indeks bias memiliki fungsi untuk mengetahui konsentrasi larutan,
kemurnian dari larutan, komposisi bahan-bahan penyusun larutan, kualitas
suatu larutan serta kelarutan suatu zat yang menjadi indikasi seberapa baik
daya larut sampel dalam hal ini atmosferic residu outlet feed filter AHU
terhadap asphaltene. Pengujian RI didasarkan pada ASTM D-1218, tetapi
untuk pengujian RI sampel atmosferic residu outlet feed filter menggunakan
pengembangan metode dengan cara ekstrapolasi unruk menentukan nilai RI
sampel dengan melakukan pengenceran larutan sampel minimal 3 titik variasi
konsentrasi sampel, dalam hal ini pengujian berdasarkan 4 titik (blangko,
20%, 30% dan 40%).
Ekstrapolasi adalah mengasumsikan pengukuran dengan aturan campuran
tertentu, dalam hal ini sampel dicampur dengan pelarut toluene. Penentuan
refractive index pada sampel ditentukan dengan cara ekstrapolasi karena
sampel atmosferic residu outlet feed filter AHU tidak dapat dianalisis secara
langsung nilai refractive indexnya menggunakan refractometer, sebabnya
sampel berwarna gelap dan termasuk dalam colour 4 apabila diukur dengan
colour secara ASTM D-1500. Semakin gelap warna suatu sampel, semakin
kecil kemungkinan sampel tersebut dapat ditentukan nilai refractive indexnya
secara akurat, karena sinar dari alat refractometer tidak dapat dibiaskan secara
sempurna melalui sampel yang terlalu gelap, sehingga perlu dilakukan
pengenceran dan ekstrapolasi terhadap sampel atmosferic residu outlet feed
filter AHU agar dapat diperoleh nilai refractive index dari sampel dengan
ketelitian tinggi dan mendekati nilai sebenarnya dari refractive index dari
100% oil.
Langkah untuk menentukan refractive index sampel 100 % Oil dengan
ekstrapolasi dimulai dengan preparasi sampel memanaskan Sampel dalam

11
water bath pada suhu 6 , fungsi pemanasan adalah untuk mencairkan sampel
yang berupa padatan agar memudahkan dalam proses penimbangan sampel
sehingga dapat meningkatkan keakuratan dalam penimbangan. Kemudian
dibuat perbandingan sampel yang telah dipanaskan dalam water
bath pada suhu 6 dengan toluene untuk konsentrasi 20%, 30% dan 40% oil
dalam vial 10 mL sebanyak 5 gram. Proses penimbangan dilakukan dengan
cepat karena toluene merupakan senyawa yang bersifat volatil sehingga
apabila terlalu banyak toluene yang menguap akan menjadikan pelarutan
sampel menjadi tidak maksimal.
Penghomogenan larutan adalah langkah selanjutnya dengan digojog vial
dengan kuat hingga seluruh sampel larut dengan toluene. Pelarutan sampel
menggunakan toluene dikarenakan oil larut dalam toluene dan sebagai
pelarut, toluene bersifat memaksimalkan kandungan molekular yang terdapat
dalam crude karena bersifat membersihkan pengotor yang umumnya
mikromolekular yang terdapat dalam sampel, karena kandungan dalam crude
oil sangat kompleks sehingga tidak dapat diketahui kandungan-kandungan
pengotor yang terdapat dalam crude oil.
Nilai refractive index atau indeks bias blangko berupa toluene dan sampel
selanjutnya ditentukan sebanyak dua kali pengulangan dengan batas
repeatability maksimal 0,0002 (ASTM D-1218) menggunakan alat
refractometer pada suhu 20 . Pengujian nilai indeks bias dilakukan pada suhu
20 , suhu ini harus dijaga kestabilannya karena sangat berpengaruh pada nilai
uji indeks bias. Refractometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan
nilai indeks bias dari suatu sampel dengan prinsip kerja berupa pembiasan,
dasar pembiasan adalah penyinaran yang menembus dua macam media
dengan kerapatan berbeda, karena perbedaan kerapatan tersebut akan terjadi
perubahan sudut sinar. Sehingga didapatkan hasil pengukuran nilai refractive
index sebagai berikut :
Tabel 4.1.1 Penentuan Refractive Index Sampel Oil 100 %
Konsentrasi Massa Massa Nilai Rata-rata Nilai
(% Oil) Sampel Akhir Refraction Refraction Index
(gram) (gram) Index
0 1,4968 1,4968
1,4968

12
20 1,0074 5,0165 1,5012 1,5011
1,5011
30 1,5126 5,0128 1,5034 1,5034
1,5034
40 2,0174 5,0810 1,5059 1,5059
1,5060

Hasil pada tabel 4.1.1 semakin besar konsentrasi oil akan semakin besar
nilai refractive index nya dikarenakan semakin besar pula jumlah molekul
dan atomnya yang berinteraksi dengan sinar datang, menandakan bahwa laju
cahaya akan semakin kecil seiring dengan bertambahnya konsentrasi larutan
sehingga nilai refractive index akan semakin besar, selain itu konsentrasi
larutan juga akan berpengaruh secara proporsional terhadap sudut refraksi.
Apabila konsentrasi oil besar maka sudut refraksi akan kecil dan sebaliknya
jika konsentrasi oil kecil maka sudut refraksi akan besar karena adanya
perbedaan refraksi dari prisma dan sampel karena refraktive index prisma
jauh lebih besar dibandingkan dengan sampel. (Hidayanto, 2010) semakin
besar nilai RI menandakan semakin baik daya larut sampel terhadap
asphaltene. Sehingga didapatkan nilai refraction index sampel 100% oil
sebagai berikut :
Tabel 4.1.2 Hubungan Antara FRI Oil : Toluene dengan Konsentrasi Oil
Konsentrasi Nilai refractive index Nilai FRI
0 1,4968 0,2925
0,2 1,5011 0,2947
0,3 1,5034 0,2958
0,4 1,5059 0,2971
1

Berdasarkan tabel 4.1.2 dapat ditentukan grafik hubungan antara FRI yang
dihitung menggunakan persamaan 1 dengan campuran oil dan toluene yang
selanjutnya akan diperoleh persamaan regresi linear yang digunakan dalam
penentuan nilai refractive index 100% oil.

13
FRI of Mixture of Crude Oil and Solvent
0,3100

FRI
(n2 += 2)
(n2 - 1) /

y = 0,0113x + 0,2925
0,3000 R² = 0,9988
0,2971
0,2958
0,2947
0,2925
0,2900
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
Crude Oil Volume Fraction
Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Grafik Hubungan antara FRI
Campuran Oil dan Toluene dengan Konsentrasi Oil

Berdasarkan gambar 3. diperoleh persamaan regresi linier y = 0,0113x


0,2925 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,99939 dan koefisien
2
determinasi (r ) sebesar 0,9988. Linieritas metode dapat menggambarkan
ketelitian pengerjaan analisis suatu metode yang ditunjukkan oleh nilai
koefisien determinasi sebesar >0,997 (Chan,2004). Sehingga dalam hal ini
ketelitian pengerjaan analisis cukup baik karena nilai koefisien determinasi
0,9988 >0,997. Nilai koefisien korelasi dikatakan baik adalah jika nilai
mendekati +1 atau -1. Positif atau negatif bergantung pada arah garis. Tanda
positif (+) menunjukkan korelasi positif yang ditandai dengan arah garis yang
miring ke kanan, sedangkan tanda negatif (-) menunjukkan korelasi negatif
yang ditandai dengan arah garis yang miring ke kiri (Spiegel, 1988).
Persamaan regresi linier yang diperoleh digunakan untuk menentukan
refractive index Sampel oil 100 %, didapatkan nilai FRI menggunakan
persamaan 2 sebesar 0,3042. Pada analisis data pencarian nilai refractive
index Sampel oil 100 % X bernilai 1 karena oil diasumsikan 1 atau 100%,
yang merupakan sampel oil murni tanpa campuran pelarut berupa toluene dan

14
nilai refractive index sampel atmosferic residu outlet feed filter AHU 100 %
didapatkan sebesar 1,5196.
4.2 Penentuan Onset Asphaltene Precipitation
Sampel dipanaskan dalam water bath pada suhu 6 . Fungsi pemanasan
adalah untuk mencairkan sampel yang berupa padatan agar memudahkan
dalam proses penimbangan sampel sehingga dapat meningkatkan keakuratan
dalam penimbangan. Penimbangan sampel dilakukan untuk pembuatan
variasi rasio campuran crude : precipitant dalam hal ini n-heptane dalam vial
tertutup untuk konsentrasi 20%, 30%, 40% sampai 90% oil, sebanyak 5 gram
dalam vial 10 mL. Sehingga didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.2.1 Tabel Variasi Rasio Campuran Oil : Precipitant
Konsentrasi Massa sampel Massa akhir
(% oil) (gram) (gram)
10 0,5040 5,0020
20 1,0188 5.0485
30 1,5032 5,0505
40 2,0257 5,0123
50 2,5075 5,0752
60 3,0239 5,0565
70 3,5065 5,0094
80 4,0710 5,0245
90 4,5051 5,0079

Tahap selanjutnya digojog larutan sampel hingga homogen. Penggojokan


dimaksudkan agar seluruh sampel larut sempurna dan berinteraksi maksimal
dengan pelarut. N-heptane digunakan sebagai precipitant dikarenakan
asphaltene bersifat tidak larut dalam n-heptane karena adanya perbedaan sifat
sehingga mempengaruhi kelarutan, asphaltene bersifat polar sedangkan n-
heptane bersifat nonpolar. Larutan oil : precipitant kemudian didiamkan
selama 48 jam, dengan maksud agar n-heptane secara maksimal terganggu
oleh n-heptane kemudian menjadi tidak stabil didalam sistem sehingga
asphaltene akan keluar dari sistem dan membentuk gumpalan (agregat) dari
seluruh asphaltene yang terdapat pada sistem sampel. Hal ini menghasilkan
pada proses pengamatan akan jelas gambaran asphaltene yang terbentuk..

Tahap pengolesan sampel pada kaca preparat permukaan pengolesan harus


rata, karena apabila penentesan sampel dalam bentuk cembung, sampel akan

15
memantulkan cahaya atas mikroskop sehingga asphaltene yang terbentuk
tidak dapat diamati. Pengolesan dilakukan seperti pada gambar berikut :

Gambar 5. Pengolesan Kaca Preparat Dengan Sampel Atmosferic


Residu Outlet Feed Filter AHU

Kaca preparat sebelum digunakan dibersihkan dengan menggunakan


aseton. Penggunaan aseton dipilih karena aseton bersifat menghilangkan noda
dan uap air yang terdapat pada kaca preparat, kemudian sifat aseton volatil
sehingga setelah noda hilang seluruhnya kaca preparat langsung kering dan
dapat digunakan langsung untuk pengamatan sampel. Selanjutnya segera
amati endapan asphaltene yang terbentuk dibawah mikroskop setelah
penentesan sampel pada kaca preparat. Pengamatan onset asphaltene
precipitation dilakukan dimulai dari sampel yang konsentrasi precipitant (n-
heptane) yang paling rendah, yaitu dimulai dari sampel dengan konsentrasi
90% oil dengan percipitant sebesar 10%.
Onset asphaltene precipitation jika sudah terbentuk pada n-heptane
konsentrasi tertentu, pada konsentrasi oil yang lebih rendah juga tentu
terbentuk asphaltene precipitation. Hal ini dikarenakan semakin banyak
sampel yang bereaksi dengan n-heptane akan memperbesar kemungkinan
terbentuknya asphaltene precipitation karena akan semakin banyak bagian
dari sampel yang ikut menyumbang asphaltene untuk bergabung menjadi
endapan kemudian apabila dengan penambahan sedikit precipitant agregat
asphaltene sudah terbentuk menandakan asphaltene dalam sampel sangat

16
tidak stabil, karena dengan sedikit saja gangguan dari n-heptane terhadap
asphaltene, asphaltene keluar dari sistem. Berdasarkan hal tersebut,
didapatkan gambaran asphaltene menggunakan mikroskop dengan perbesaran
416 kali sehingga didapatkan data sebagai berikut :

Gambar 6. Pengamatan Kaca Preparat Sampel Atmosferic Residu Onset


Asphaltene PrecipitationOutlet Feed Filter AHU berbagai konsentrasi % Oil

Berdasarkan gambar 6. diperoleh onset asphaltene precipitation


atmosferic residu outlet feed filter AHU pada konsentrasi sampel 70% oil :
precipitant 30%. Saat endapan asphaltene terdeteksi, diukur nilai refractive
o
index campuran (PRI) menggunakan refractometer pada suhu 20 C. PRI
adalah nilai refractive index pada awal terjadinya endapan asphaltene (onset
asphaltene precipitation) dan merupakan ukuran stabilitas atau
ketidakstabilan asphaltene dari sampel, semakin besar nilai PRI suatu larutan
sampel maka semakin stabil asphaltene yang terdapat didalam larutan
sampel. Kemudian didapatkan nilai PRI atmosferic residu outlet feed filter
AHU sebesar 1,4854.

17
4.3 Penentuan Stability Asphaltene
Penentuan asphaltene stability dilakukan dengan cara memplotkan nilai RI
oil dan PRI dalam peta kestabilan atau menghitung nilai RI dan menetapkan
kestabilan asphaltene dalam sampel berdasarkan literatur. Didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.2.2 Nilai RI Oil dan PRI
Onset Asphaltene Precipitation Refractive Index @20
% vol n-Heptane PRI RI oil
30 1,4854 1,5196

:
Gambar 7. Peta Kestabilan Sampel Atmosferic Residu Outlet Feed
Filter AHU

Berdasarkan gambar 7. didapatkan hasil titik temu antara RI oil dan PRI
dalam peta kestabilan, yang berdasarkan peta kestabilan sudah termasuk
kedalam zona decreasing stability sehingga sampel atmosferic residu outlet
feed filter AHU bersifat tidak stabil dilihat dari titik temu antara RI oil dan
PRI. yang menurut jurnal Fuzzy Assessment of Asphaltene Stability in Crude
Oils karya Amin Gholami pada tahun 2014 daerah RI tersebut menandakan
crude outlet feed filter tidak stabil.
Apabila aspalthene stability ditentukan berdasarkan nilai RI didapatkan
nilai RI sebesar 0,0342 yang menurut literatur jurnal Fuzzy Assessment of
Asphaltene Stability in Crude Oils jika nilai RI 0,06 sampel bersifat tidak

18
stabil. Sampel yang tidak stabil menandakan asphaltene yang terdapat
didalam sampel tidak stabil terhadap sistem, karena dengan penambahan
%precipitant hanya sekian persen asphaltene sudah terbentuk, contohnya
dalam hal ini sampel atmosferic residu outlet feed filter AHU tidak stabil
asphaltene nya hanya dengan penambahan n-heptane sebanyak 30%. Hal ini
dan mengindikasikan bahwa blending sampel atmosferic residu outlet feed
filter AHU tidak mencapai kecocokan antar komponennya, temperature,
pressure atau sebagainya yang juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kestabilan asphaltene sehingga menimbulkan asphalthene precipitation yang
menjadi salah satu penyebab fouling. Apabila kondisi ini terus dilanjutkan
tanpa adanya perbaikan terhadap hal yang menjadi penyebab fouling pada
system feed filter akan mengakibatkan dampak fouling yang lebih parah
dimasa depan.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

Asphaltene stability dalam sampel Atmosferic Residu Outlet Feed Filter AHU
bersifat tidak stabil, karena nilai RI didapatkan sebesar 0,0342 0,045.
RI didapatkan dari pengurangan nilai Refractive Index oil yang nilainya
sebesar 1,5196 dengan nilai PRI Onset Asphaltene Precipitation yang
terjadi pada sampel : precipitant sebesar 70 %: 30% dengan nilai PRI sebesar
1,4854. kemudian penilitian asphaltene stability ini dilakukan dengan prinsip
didasarkan pada memplotkan nilai PRI dengan nilai RI oil sampel 100%
dalam suatu peta kestabilan dan ditetapkan titik temu kedua garis
berdasarkan nilai RI. Selanjutkan tetapkan titik tersebut termasuk kedalam
zona stabil, tidak stabil atau stabil pada daerah perbatasan sehingga dapat
ditarik kesimpulan kestabilan asphaltene pada sampel tersebut.

5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah :

Perlu dilakukannya perkecilan terhadap range % konsentrasi oil yang diuji


coba, karena range dalam percobaan ini cukup besar yaitu per 10% oil, Hal
ini dimaksudkan agar kelak hasil yang diperoleh dengan keakuratan yang
tinggi.

20
DAFTAR PUSTAKA

ASTM D-1218 Standard Test Method for ASTM Color of Petroleum Products
(ASTM Color Scale)

Belhaj, Hadi, Hadil Abu Khalifeh and Nasser Al-Huraibi, 2013.


Asphaltene Stability in Crude Oil during Production Process. J Pet
Environ Biotechnol 4:3

Buckley, J.S. and Wang, J.X., 2002. Crude Oil and Asphaltene Characterization
For Prediction of Wetting Alteration. Journal of Petroleum Science and
Engineering 33 Hal.195-202.

Chan, C.C., H.LY.C. LEE, & X. Zhang., 2004. Analytical Method Validationand
Instrumental Performent Verification. Willey Intertercina A. John Willy
and Sons. Inc., Publication.

Gholami, Amin., Mojtaba Asoodeh & Parisa Bagheriour., 2013, Fuzzy Assessment
of Asphaltene Stability in Crude Oils. Journal of Dispersion Science and
Technology Hal 35

Haspriyanti, Nita., 2016. Evaluasi Deposit Feed Filter 12-J-501 Unit ARDHM
RU IV Balongan. Jakarta : R & D PT. Pertamina (Persero).

Haspriyanti, Nita., 2016. Sertifikat Hasil Uji No. 184/JL/PS/XI/2012. Jakarta :


R & D PT. Pertamina (Persero).

Hidayanto, Eko dkk. 2010. Aplikasi Portable Brix Meter untuk Pengukran
Indeks Bias. Jurnal Berkala Fisika. Vol. 13 No. 4 Yogyakarta.

Izdihar, Rizka., 2016. Laporan Kerja Praktik PT.Pertamina (Persero) RU VI


Balongan. Balongan.

Murray, Spiegel.,1988. Theory and Problem of Probability and Statistics.


McGraw-Hill Book Company.

21
Wang, J.X., 2002. Asphaltene : A General Introduction, P & Sc Group PRRC.
New Mexico Tech.

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penentuan Refractive Index Sampel 100 % Oil dengan


Ekstrapolasi
Tabel 4.1.2 Hubungan Antara FRI Oil : Toluene dengan Konsentrasi Oil

Konsentrasi Rata-rata Nilai FRI


(% Oil) Nilai
Refractive
Index
0 1,4968 0,2925
20 1,5011 0,2947
30 1,5034 0,2958
40 1,5059 0,2971
100

Penentuan nilai FRI konsentrasi Oil 0-40% berdasarkan persamaan 1 :

FRI =
a. Konsentrasi Oil 0% c. Konsentrasi Oil 30%

FRI FRI

0,2925 0,2958
b. Konsentrasi Oil 20% d. Konsentrasi Oil 40%
FRI FRI

0,2947 0,2971

23
Grafik Hubungan Antara Grafik Hubungan antara FRI Campuran Oil dan Toluene
dengan Konsentrasi Oil

FRI of Mixture of Crude Oil and Solvent


0,3100
FRI = (n2 - 1) / (n2 + 2)

y = 0,0113x + 0,2925
0,3000 R² = 0,9988
0,2971
0,2958
0,2947
0,2925
0,2900
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
Crude Oil Volume Fraction

Persamaan regresi linear y = ax + b


Y = 0,0113x + 0,2925

Penentuan FRI sampel konsentrasi 100% berdasarkan persamaan 2 :

FRI 0,0113 x 1 + 0,2925

0,3038
Penentuan RI sampel konsentrasi 100% berdasarkan persamaan 3 :
n √
=√

= 1,5196

24

Anda mungkin juga menyukai