Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANALISIS SISTEM DAN DESAIN


“Manfaat Arang Aktif Untuk Menghilangkan Aroma Tidak Sedap
Perengus Pada Susu Kambing”

Disusun Oleh :

M. NASRUL IZZA (J1B016058)


M. IHSAN F. MBELE (J1B016062)
M. NAUFAL DHEAULHAJRI (J1B016068)
M. SYUKUR (J1B016070)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang


senantiasa melimpahkan petunjuk dan berkah-Nya sehingga makalah berjudul
“Manfaat Arang Aktif Untuk Menghilangkan Aroma Tidak Sedap Perengus Pada
Susu Kambing” untuk Mata Kuliah Analisis Sistem Dan Desain ini dapat
diselesaikan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga segala bentuk masukan kontruktif untuk pengembangan dan perbaikan
makalah ini sangat penyusun harapkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Mataram, 27 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
A. Arang Aktif ............................................................................................... 3
B. Karakteristik Susu Kambing. ................................................................... 4
C. Sistem Penghilangan Aroma Susu Kambing Dengan Arang Aktif. ......... 5
BAB III ................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
B. Saran ......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karbon aktif pertama kali menjadi menonjol karena penggunaannya sebagai
adsorben dalam topeng gas pada Perang Dunia I. Akan tetapi pengetahuan bahwa
karbon hasil dekompresisi kayu dapat menyingkirkan bahan-bahan berwarna dan
larutan sawah sudah ada sejak abad kelima belas. Namun penerapan pertama sifat ini
secara komersial baru dilakukan pada tahun 1794, ketika arang kayu digunakan dalam
sebuah pabrik gula di Inggris. Karbon aktif dapat dibagi atas dua golongan utama yang
digunakan dalam adsorpsi gas dan uap, biasanya berbentuk bijian, dan yang digunakan
untuk memurnikan zat cair, biasanya berbentuk serbuk.

Arang aktif adalah suatu bahan yang mengandung karbon amorf serta memiliki
permukaan dalam (internal surface), sehingga memiliki daya serap yang tinggi. Arang
aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif
dengan luas permukaan yang besar. Sifat adsorpsi ini tergantung pada besar atau volume
pori-pori dan luas permukaan arang aktif (Pramono, 2010).

Susu kambing memiliki komposisi kimia, yang secara umum, tidak berbeda
dengan susu sapi atau air susu ibu (ASI). Perbedaanya terletak pada persentase
kandungannya saja. Butiran lemak susu kambing berukuran antara 1-10 milimikron
sama dengan susu sapi. Namun jumlah butiran lemak yang berdiameter kecil dan
homogen lebih banyak terdapat pada susu kambing, sehingga susu kambing lebih
mudah dicerna alat pencernaan manusia, serta tidak menimbulkan diare pada orang
yang mengkonsumsinya (Sodiq dan Abidin. 2008). Namun susu kambing biasanya
memberikan aroma perengus sehingga konsumen kurang suka susu kambing. Susu
kambing beraroma khas kambing dipengaruhi oleh lemak. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih jelas mengenai sistem penghilangan arang aktif terhadap usaha
menghilangkan bau prengus produk susu kambing.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan arang aktif?
2. Bagaimanakah karakteristik susu kambing?
3. Bagaimana sistem penghilangan aroma susu kambing dengan arang aktif?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan arang aktif
2. Mengetahui karakteristik susu kambing.
3. Mengetahui sistem penghilangan aroma susu kambing dengan arang aktif.

D. Manfaat
1. Memberikan informasi tentang arang aktif.
2. Menjadi salah satu literatur yang membahas tentang manfaat arang aktif untuk
penyerapan aroma tidak sedap

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arang Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu
tinggi. Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara
khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas.

Menurut Sembiring dan Sinaga (2003) mengatakan luas permukaan arang aktif
berkisar antara 300-3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal
yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang aktif dapat
mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif,
tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap ditentukan
oleh luas permukaan partikel. Arang aktif memiliki luas permukaan yang sangat besar,
yaitu 25-1000% terhadap berat arang aktif dan kemampuan ini dapat menjadi lebih
tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-bahan
kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi.

Ada dua metode utama yang dapat digunakan untuk membuat arang aktif dari
bahan dasar organik (Suhendra dan Gunawan. 2010), yaitu cara aktivasi fisik (physical
activation) dan cara aktivasi kimiawi (chemical activation). Aktivasi fisik biasanya
terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah karbonisasi bahan dasar dengan pemanasan
pada suhu sekitar 700 oC yang dilanjutkan dengan tahap berikutnya, yaitu mengalirkan
uap karbon dioksida, dan/atau pemanasan pada suhu 800–1000 oC. Secara kimiawi, hal
ini umumnya dilakukan dengan mengkondisikan bahan dasar dengan dehydrating agent
kuat, misalnya asam fosfat, yang dilanjutkan dengan pemanasan campuran tersebut
o
pada suhu 400–800 C yang bertujuan untuk membentuk karbon sekaligus
mengaktifkannya.

Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau pellet yang
sangat keras diameter pori berkisar antara 10-200 A0 atau 10-200 x 10-7 millimeter, tipe
pori lebih halus, digunakan dalam rase gas, berfungsi untuk memperoleh kembali
pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari tempurung kelapa,

3
tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai bahan baku yang mempunyai
struktur keras.

B. Karakteristik Susu Kambing.


Susu kambing adalah cairan putih yang dihasilkan oleh binatang ruminansia dari
jenis kambing (caprinae). Menurut Chairunisa dkk. (2010) susu kambing memiliki
komposisi protein 3.6%, lemak 3.8%, laktosa 4.1% dan mineral 0.8%. Daya cerna susu
kambing juga lebih tinggi daripada susu sapi karena molekul lemak yang lebih kecil dan
lemak rantai pendek yang lebih banyak dibandingkan pada susu sapi.

Kualitas susu kambing sangat dipengaruhi oleh kadar protein dan menjadi salah
satu kriteria utama dalam penjualan susu kambing di banyak negara. Protein susu
dibedakan menjadi dua jenis yaitu kasein dan whey. Pada ternak kambing rasio kasein
dan whey adalah 80:20. Kasein merupakan penyusun terbesar protein susu yang terdiri
atas empat jenis polipeptida, yaitu αs1-, β-, αs2- dan κ-kasein. Polimorfisme
(keragaman) gen kasein kambing berhubungan erat dengan kualitas protein susu. Gen
kasein pada kambing terdapat pada kromoson 6 sekitar 250 kb (Martin dkk. 2002).
Kappa kasein (κ-kasein) merupakan salah satu fraksi kasein yang berpengaruh terhadap
bentuk dan kestabilan butiran susu. Gen κ-kasein terdiri dari 5 exon dan 4 intron dengan
wilayah pengkodean untuk produksi susu di exon 3 (9 asam amino) dan exon 4 (162
asam amino).

Susu kambing segar bersifat mudah rusak dan memerlukan penanganan


pascapanen dan pengolahan yang cepat dan memadai. Menurut Kustanti (2012)
pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku dengan suhu di
bawah titik didih. Proses pasteurisasi merupakan proses pemanasan dengan suhu yang
relatif cukup rendah (dibawah 100 oC) dengan tujuan untuk menginaktifasi enzim dan
membunuh mikroba pembusuk. Bakteri patogen akan mati pada suhu dan waktu
tertentu. Pasteurisasi tidak berarti sterilisasi, tetapi mematikan semua bakteri patogen,
ragi, jamur dan juga sebagian besar sel vegetative pada bakteri. Pasteurisasi
menghancurkan 90-99% bakteri yang ada di dalam susu dengan kemungkinan
kerusakan yang sangat kecil bagi laktosa, kasein dan unsur lemak, akan tetapi vitamin
C dapat dirusak oleh cara ini. Pasteurisasi digunakan untuk mengawetkan bahan pangan
yang tidak tahan suhu tinggi, misalnya susu kambing. Pasteurisasi tidak mematikan
semua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak membentuk spora.

4
C. Sistem Penghilangan Aroma Susu Kambing Dengan Arang Aktif.
Menurut Said (2007) proses pengolahan air dengan karbon aktif digunakan
untuk menghilangkan kandungan zat-zat yang tidak dapat dibersihkan atau dihilangkan
dengan pengolahan biasa. Zat dalam air yang tidak dapat dihilangkan dengan cara biasa
antara lain bau. Jika air mengandung bau cukup tinggi, dengan cara pengolahan air biasa
maka bau hanya dapat diturunkan sedikit saja. Oleh karena itu, untuk pengolahan air
yang memiliki bau cukup menyengat seperti susu kambing perlu ditambahkan zat
penyerap bau, salah satu zat penyerap bau adalah karbon aktif. Kualitas dari hasil
pengolahan dengan karbon aktif sangat dipengaruhi oleh susu dan jumlah karbon
aktifnya, sehingga untuk mengetahui kemampuan zat arang aktif dalam menghilangkan
bau perengus yang optimal perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan berapa
jumlah arang aktif yang optimal dalam mneghilangkan bau perengus susu kambing.

Arang aktif seperti yang telah diketahui memiliki kekuatan menyerap bau.
Dinyatakan oleh Esvandriyani dkk. (2010) bahwa penambahan arang aktif sebanyak 9%
pada susu kedelai berhasil menghilangkan bau langu dengan waktu pengadukan 3 menit
pada suhu 50 oC. Sehingga penggunaan arang aktif untuk menghilangkan bau perengus
pada susu kambing dapat dilakukan. Putri dkk (2014) di dalam jurnalnya menjelaskan
hal ini dengan sangat jelas. Putri menjelaskan bahwa proses penghilangan bau
dilakukan dengan menambahkan sejumlah arang aktif (0 gr, 6 gr, 12gr, 18 g dan 24 gr)
kedalam produk susu kambing, yang telah melalui proses peusterisasi suhu 50 oC selama
3 menit sebanyak 9,5 liter. Sistem penghilangan aroma susu sapi dengan arang aktif
tergambar di gambar 1.

5
Susu kambing segar

Peusterisasi

Pemberian Arang Aktif

Tidak
Aroma
menghilang?

Ya

Susu kambing tanpa


aroma tidak sedap

Gambar 1 Sistem penghilangan aroma tidak sedap susu kambing dengan arang
aktif

Hasilnya menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap bau


perengus susu kambing pasteurisasi yang dihasilkan, penggunaan level arang aktif yang
semakin meningkat menurunkan bau perengus susu kambing. Terjadinya penurunan
bau prengus dikarenakan jumlah karbon aktif yang digunakan semakin banyak (18-24
gr), semakin besar ukuran pori dan semakin luas permukaan arang aktif sehingga
semakin tinggi daya adsorpsinya. Hal ini dipaparkan oleh Putri dkk (2014) melalui tabel
datanya yang berada di jurnalnya. Data numerik didapat dari penilaian 25 orang panelis
agak terlatih dengan uji organoleptic.

6
Tabel 1. Rataan Nilai Numerik dan Hedonik Bau Susu Kambing Pasteurisasi yang
dibuat menggunakan Level Arang Aktif Berbeda

Perlakuan Rataan Numerik Skala Hedonik

R0 = 0 gr arang aktif 4.5 Berbau Perengus


R1 = 6 gr arang aktif 3.3 Agak tidak berbau perengus
R2 = 12 gr arang aktif 2.7 Agak tidak berbau perengus
R3 = 18 gr arang aktif 2.4 Tidak berbau perengus
R4 = 24 gr arang aktif 2.0 Tidak berbau perengus

Penambahan arang aktif pada level 24 gr dapat menghilangkan bau perengus


dengan rata-rata nilai numerik 3.51% namun penambahan arang aktif pada level 18 gr
sudah dapat menghilangkan bau perengus atau bau perengus sudah tidak nampak lagi,
sehingga untuk efisiensi cukup dengan arang aktif 18 gr tiap 200 ml susu kambing atau
sebesar 9% dari berat susu kambing, disamping hal itu pada level 18 gr penurunan
protein tidak sebesar pada penurunan pada level 24 gr.

Bau perengus dapat hilang karena adanya proses adsorpsi selektif oleh arang
aktif. Menurut Sembiring dan Sinaga (2003) adsorpsi atau penjerapan adalah suatu
proses yang terjadi ketika suatu cairan maupun gas, terikat pada suatu padatan atau
cairan (zat penjerap, adsorpen) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film
(zat terjerap, adsorpat) pada permukaannya. Partikel bau perengus yang ada pada susu
kambing akan terjerat pada permukaan arang aktif.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian penyusun diatas, penyusun dapat memeberikan beberapa
kesimpulan, yaitu:

1. Arang aktif adalah suatu bahan yang mengandung karbon amorf serta memiliki
permukaan dalam (internal surface), sehingga memiliki daya serap yang tinggi.
Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif dengan luas permukaan yang besar.
2. Susu kambing segar bersifat mudah rusak dan memerlukan penanganan pascapanen
dan pengolahan yang cepat dan memadai. Susu kambing memiliki komposisi kimia,
yang secara umum, tidak berbeda dengan susu sapi atau air susu ibu (ASI). Susu
kambing memiliki komposisi protein 3.6%, lemak 3.8%, laktosa 4.1% dan mineral
0.8%.
3. Penambahan sejumlah arang aktif kedalam susu kambing memiliki manfaat untuk
menghilangkan bau khas susu kambing. Terjadinya penurunan bau prengus
dikarenakan jumlah karbon aktif yang digunakan semakin banyak (18-24 gr),
semakin besar ukuran pori dan semakin luas permukaan arang aktif sehingga
semakin tinggi daya adsorpsinya.

B. Saran
Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah
wawasan dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
sebagai pembangun untuk penyusun demi kesempurnaan makalah-makalah
selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chairunisa, H., W. Setyadi dan S. Jemianus. 2010. Karakteristik Produk Fermentasi dari Bahan
Baku Kombinasi Susu Kambing dengan Ekstrak Kedelai, Ekstrak Jagung atau Santan
Kelapa. J. Teknol. dan Industri Pangan. Vol XXI No. 1.

Esvandriyani, M., H. Solihin dan A. Suryatna. 2010. Studi Kerja Adsorpsi Arang Bentonit pada
Aroma Susu Kedelai. ISSN 2087-7421. Vol 1, No 2:135-145.

Kustanti, I. 2012. Otomatisasi Proses Mixing Pada Susu Pasteurisasi. Malang: Jurusan Teknik
Elektro. Universitas Brawijaya.

Martin, P., M. Szymanowska, L. Zwierzchowski and C. Leroux. 2002. The Impact Of Genetic
Polymorphism On The Protein Composition Of Ruminant Milks. Jurnal of Reprodiction.
Nutrition Development. No. 42: 433-459.

Pramono, S. E. 2010. Pembuatan Arang Aktif dari Kulit Biji Kopi dan Aplikasinya sebagai
Adsorbent Zat Warna Methylene Blue (Kation) Dan Naphthol Yellow (Anion).
Yogyakarta: Program Studi Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Negri
Sunan Kalijaga.

Putri, S.D., R. Singgih Sugeng S. dan Mardiati S. (2014). Pengaruh Dosis Penambahan Arang
Aktif Terhadap Kandungan Protein Dan Bau Perengus Pada Susu Kambing Pasteurisasi.
Purwekerto: Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman.

Said, N. I. 2007. Pengolahan Air Minum dengan Karbon Aktif Bubuk Prinsip Dasar
Perhitungan, Perencanaaa Sistem Pembubuhan dan Kriteria Desain. JAI. Vol. 3, No.2.

Sembiring, M.T., Tuti S. Sinaga. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya).
Medan: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara. Hlm: 1-2.

Sodiq, Akhmad dan Zainal Abidin. 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan
Etawa. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hlm: 16-17.

Suhendra, D. dan Erin R. Gunawan. 2010. Pembuatan Arang Aktif Dari Batang Jagung
Menggunakan Aktivator Asam Sulfat Dan Penggunaannya Pada Penjerapan Ion
Tembaga (II). Mataram: Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Mataram. Vol. 14,
No. 1: 22-23.

Anda mungkin juga menyukai