Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KOASISTENSI KLINIK INTERNA HEWAN BESAR

DI KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA


YOGYAKARTA
26 November – 01 Desember 2018

Disusun oleh :
Kelompok A.2018.4 Gelombang 2

Astriantidiningrum, S.K.H 18/436242/KH/09872


Dea Aprilan Berkam, S.K.H 18/436259/KH/09889
Digita Amanati N., S.K.H 18/436268/KH/09898
Dion Adiriesta Dewananda, S.K.H 18/436270/KH/09900
Lohanthira Kumaar Parumal, S.K.H 18/436312/KH/09942
Loheswini Murthi, S.K.H 18/436313/KH/09943
Ratna Kurnia Ramadhani, S.K.H 18/436357/KH/09987
Rifda Dwiardika Sari, S.K.H 18/436363/KH/09993

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN
KOASISTENSI KLINIK INTERNA HEWAN BESAR
DI KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA
YOGYAKARTA
26 November – 01 Desember 2018

Telah diperiksa dan disahkan pada bulan Januari 2019 guna memenuhi sebagian
persyaratan untuk menyelesaikan kegiatan Koasistensi Klinik Interna Hewan
Besar di bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Gadjah Mada.

Yogyakarta, 15 Januari 2019

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam Dosen Pembimbing Lapangan
Koasistensi Interna Hewan Besar

Dr. drh. Irkham Widiyono drh. Slamet Raharjo, M.P.


NIP. 196306041988031003 NIP. 196904201999031001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan Koasistensi Klinik Interna Hewan
Besar di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. Laporan ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar dokter hewan di Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sehubungan dengan berakhirnya pelaksanaan Koasistensi Klinik Interna
Hewan Besar di KRKB Gembira Loka Yogyakarta dan penyusunan laporan ini,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pimpinan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka yang telah
memberikan izin pelaksanaan kegiatan koasistensi.
2. Dr. drh. Irkham Widiyono selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang
telah memberikan bimbingan dan saran selama pelaksanaan Kegiatan
Koasistensi Klinik Interna Hewan Besar.
3. drh. Slamet Raharjo, MP. dan drh. Karyanti selaku dokter pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama pelaksanaan Kegiatan
Koasistensi Klinik Interna Hewan Besar.
4. Seluruh staf dokter hewan dan karyawan Kebun Raya dan Kebun Binatang
Gembira Loka Yogyakarta yang membantu terlaksananya Kegiatan
Koasistensi Klinik Interna Hewan Besar.
5. Rekan-rekan koasistensi kelompok A.2018.4 atas semangat, doa dan
kerjasamanya.
6. Semua pihak yang membantu baik selama pelaksanaan koasistensi dan
dalam penyusunan laporan ini.

Yogyakarta, 15 Januari 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. v
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
Konservasi Satwa Liar .......................................................................................... 3
KEGIATAN DAN DISKUSI
Kegiatan Koasistensi Bagian Aves........................................................................ 8
Kegiatan koasistensi Bagian Poliklinik Satwa ...................................................... 15
Kegiatan Koasistensi Bagian Reptil dan Amfibi ................................................... 19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................................... 29
Saran ..................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi KRKB Gembira Loka ............................................ 8


Gambar 2. Pengamatan Kesehatan Burung ............................................................. 10
Gambar 3. Burung-burung di kandang akomodasi ................................................... 10
Gambar 4. Burung Elang pada interaksi Aves .......................................................... 10
Gambar 5. Karpet desinfektan pintu masuk dan pintu keluar ................................... 11
Gambar 6. Tempat cuci tangan untuk pengunjung ................................................... 11
Gambar 7. Pembersihan kandang............................................................................. 12
Gambar 8. Desinfektan untuk kandang Lory ........................................................... 12
Gambar 9. Pakan untuk burung merak ..................................................................... 13
Gambar 10. Pakan untuk burung flamingo ................................................................ 13
Gambar 11. Burung elang bondol di area interaksi satwa ......................................... 14
Gambar 12. Burung hantu di area interaksi satwa ..................................................... 15
Gambar 13. Burung macaw di area interaksi satwa. .................................................. 15
Gambar 14. Persiapan pembuatan pakan kura-kura dan iguana berupa sawi,
papaya, dan wortel. ............................................................................... 16
Gambar 15. Pemberian pakan pada satwa reptil ........................................................ 17
Gambar 16. Proses memandikan kura-kura dengan menyikat bagian karapas dan
plastron kemudian dialiri air mengalir dan pembersihan box ............... 18
Gambar 17. Proses penyiraman dan perendaman reptil. ........................................... 18
Gambar 18. Proses penjemuran reptil di bawah sinar matahari ................................ 18
Gambar 19. Pakan yang diberikan untuk satwa di Poliklinik ................................... 20
Gambar 20. Penanganan luka abses pada gajah. ....................................................... 22
Gambar 21. Pember Penanganan kasus pada angsa hitam ........................................ 23
Gambar 22. Memasangkan alat bantu berjalan ......................................................... 24
Gambar 23. 3 ekor kelinci pasca pemberian salep scabimit. .................................... 24
Gambar 24. Obat Betamax LA ................................................................................. 25
Gambar 25. Dokter melakukan jahitan pada insisi rahang ular ................................ 26
Gambar 26. Sengat lebah yang diperiksa dengan mikroskop. .................................. 26
Gambar 27. Pemberian oksigen pada Cekakak Jawa yang disengat lebah. .............. 27
Gambar 28. Cekakak Jawa yang mati akibat sengatan lebah .................................... 28

v
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan beriklim tropis yang terletak

diantara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia serta dua samudera yaitu

samudera Hindia dan samudera Pasifik. Sebagai negara kepulauan dengan jajaran

ribuan pulau, Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai keanekaragaman

dan kekhasan ekosistem yang luar biasa dan masing-masing memiliki komunitas

yang khusus dan mempunyai endemisi yang tinggi (Anonim, 2016). Kepulauan

Indonesia terdiri atas 17.000 pulau, sebagai tempat tinggal bagi flora dan fauna

dari dua tipe yang berbeda asal usulnya. Indonesia memiliki flora dan fauna yang

speltakuler dan unik, walaupun daratannya hanya 1,3% dari seluruh daratan bumi.

Indonesia juga memiliki keragaman hayati yang mengagumkan: 10% dari spesies

berbunga yang ada di dunia, 12% dari spesies mamalia dunia, 16% dari seluruh

spesies reptil dan amfibi, 17% dari seluruh spesies burung dan 25% dari seluruh

spesies ikan yang sudah dikenal manusia (Sutoyo, 2010).

Perusakan habitat, eksploitasi berlebihan dan perubahan iklim yang terjadi

saat ini dapat menyebabkan kelangkaan dan kepunahan spesies berbagai fauna

dan flora. Upaya konservasi satwa liar pada prinsipnya dapat dilakukan baik di

habitat alaminya (in situ) maupun di luar habitat alaminya (ex situ). Salah satu

bentuk konservasi satwa liar di luar habitat alami (ex situ) adalah kebun binatang.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.31/Menhut-II/2012

tentang Lembaga Konservasi antara lain menggariskan fungsi utama lembaga

konservasi termasuk kebun binatang di dalamnya adalah sebagai pusat

1
2

pengembangbiakan terkontrol satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian

genetiknya. Selain fungsi utama tersebut kebun binatang sebagai lembaga

konservasi ex situ juga memiliki fungsi lain yakni sebagai tempat pendidikan,

peragaan, penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk

mendukung populasi in situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan (Pasal 2 (2) Permenhut No P.31/2012). Kebun

binatang memiliki banyak keunikan yang sangat potensial untuk kegiatan

penelitian karena terdapat keanekaragaman makhluk hidup yang dikelola secara

terpantau didalamnya (Puspitasari dkk., 2016).

Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka berada di daerah

Rejowinangun, Kotagede, Kota Yogyakarta merupakan salah satu tempat

konservasi satwa diluar habitat alami (ex situ). Terdapat berbagai spesies hewan

yang dapat di lihat pengunjung seperti primata, mamalia, akuatik, reptil dan aves.

Keberagaman koleksi satwa kebun binatang Gembira Loka tidak terlepas dari

manajemen pemeliharaan satwa yang baik mulai manajemen kandang, manajemen

pakan/nutrisi dan manajemen kesehatan sehingga diperlukan berbagai elemen

multidisipliner dalam rangka mewujudkan hal tersebut.

Tujuan Koasistensi

Tujuan Koasistensi Klinik Interna Hewan Besar di Kebun Raya Gembira

Loka adalah untuk memberikan bekal mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter

Hewan (PPDH) mengani keterampilan medis praktis dan sistematis pada hewan

serta memberikan pengalaman lapangan dengan berbagai kasus-kasus penyakit

pada satwa dalam lingkup konservasi.


TINJAUAN PUSTAKA

Konservasi Satwa Liar

Konservasi sebagaimana dimaksud meliputi upaya pemanfaatan,

pengawetan dan pengendalian terhadap satwa liar. Dalam rangka mengupayakan

konservasi terhadap satwa liar dibentuklah sebuah Unit Pelaksana Teknis yang

berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu Balai

Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pembentukkan BKSDA terkhusus

dalam upaya pengendalian perdagangan satwa liar termasuk kerjasama yang

dibangun oleh BKSDA dengan institusi lain yang berkaitan, khususnya di Daerah

Istimewa Yogyakarta yang merupakan salah satu daerah dengan potensi kejahatan

lingkungan yang cukup tinggi perizinan (Soehartono dan Mardiastuti, 2002).

Upaya-upaya untuk melestarikan beraneka ragam satwa liar telah

diwujudkan oleh pemerintah dan masyarakat dengan menetapkan bentang-bentang

alam tertentu sebagai kawasan-kawasan konservasi. Di Indonesia, upaya

pelestarian satwa liar dilakukan secara in situ dan ex situ. Pelestarian in

situ merupakan usaha pelestarian yang dilakukan di habitat aslinya. Pelestarian ini

ditekankan agar suatu jenis satwa di habitat alinya tetap terjaga dan terpelihara.

Pelestarian in situ dilakukan di tempat-tempat yang dilindungi pemerintah.

Contohnya, pelestarian Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Sedangkan,

pelestarian ex situ dilakukan terhadap suatu spesies di luar habitan aslinya.

Pelestarian ex situdilakukan terhadap hewan langka dan hampir punah. Contoh

tempat pelestarian ex situ adalah Kebun Binatang Ragunan di Jakarta dan Taman

Safari di Cisarua, Jawa Barat.

3
4

Pendirian tempat konservasi ini terkait konvensi tentang keanekaragaman

hayati, adalah CITES (Convention on International Trade in Endangered Species

of Wild Flora and Fauna) yaitu konvensi tentang perdagangan flora dan fauna

yang terancam kepunahan. Konvensi tersebut bertujuan untuk melindungi spesies

satwa liar yang terancam punah dengan cara mengendalikan perdagangan

(hidup/mati), bagian atau organ tubuh dan produk yang dihasilkan spesies tersebut

melalui sistem perizinan (Soehartono dan Mardiastuti, 2002).

Sejarah Berdirinya Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka

Pada tahun 1933 didirikan sebuah tempat hiburan oleh Sultan

Hamengkubuwono IX diberi nama “Kebun Rojo” yang bertempat di Kalibayem.

Atas arahan Ir. Karsten, tempat tersebut berpindah-pindah beberapa kali yaitu ke

Semaki, Muja-muju, Ambarukmo dan terakhir di daerah sungai Gajah Wong yang

bertempat di kecamatan Umbulharjo dan Kotagede (Anonim, 2008).

Pendirian Kebon Rojo sempat terhenti akibat serangan agresi militer

Belanda pada tahun 1949. Kebon Rojo mulai dibangun lagi pada tahun 1950

dengan bantuan beberapa jawatan yang terkait pada waktu itu, yaitu Jawatan

Kehutanan, Jawatan Kehewanan dan Jawatan Pertanian. Pada tahun 1953, rencana

untuk mendirikan “Kebon Rojo” dapat diwujudkan yaitu dengan berdirinya

Yayasan Gembira Loka Jogjakarta dengan Akte Notaris R.M. Wiranto No.11

tanggal 10 September 1953 dan sebagai ketuanya Sri Paduka K.G.P.A.A. Paku

Alam VIII. Yayasan inilah yang merintis berdirinya Kebun Raya dan Kebun

Binatang Gembira Loka (Anonim, 2008).


5

Luas Wilayah KRKB Gembira Loka untuk pertama kalinya adalah 25 Ha

dan sehubungan dengan adanya perluasan jalan serta perumahan, maka luas

KRKB Gembira Loka saat ini hanya 20,5 Ha. Adapun Lokasi KRKB Gembira

Loka adalah berada di Jalan Kebun Raya No. 2 Yogyakarta (Anonim, 2008).

Lokasi KRKB Gembira Loka

Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka terletak di dua wilayah

kecamatan yaitu kecamatan Kotagede dan kecamatan Umbulharjo. Kedua wilayah

tersebut dipisahkan oleh sungai Gajah Wong menjadi 2 bagian. Sebelah barat

dibatasi oleh Jalan Veteran, sebelah utara dibatasi oleh Jalan Kusuma Negara,

sebelah timur dibatasi oleh Jalan Kebun Raya, sebelah selatan dibatasi oleh

kampung Rejowinagun dan Warung Boto (Anonim, 2011).

Status KRKB Gembira Loka

Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka suatu badan berbentuk yayasan

berstatus swasta dengan akte notaris RM. Wiranto No. 11 tanggal 10 September

1953. Pada tahun 2007 Yayasan Gembira Loka menggandeng PT. Buana Alam

Tirta sebagai mitra untuk menangangi manajemen KRKB Gembira Loka. Pola

kemitraan ini bertujuan agar KRKB Gembira Loka terus berbenah untuk

mempertahankan eksistensi dan menjadi lebih baik dan maju lagi dari waktu ke

waktu (Anonim, 2011).

Tujuan KRKB Gembira Loka

Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka didirikan dengan tujuan untuk

mengumpulkan berbagai jenis hewan dari berbagai macam spesies dan daerah,

serta tanaman yang dilestarikan dan diperagakan untuk umum. Hal ini
6

dimaksudkan untuk mengenalkan dan mendidik sikap masyarakat dalam

memelihara kelestarian lingkungan hidup (Anonim, 2008).

Visi KRKB Gembira Loka

Melestarikan tumbuh-tumbuhan dan satwa sesuai dengan alam habitatnya,

sehingga bisa bermanfaat bagi alam dan kehidupan manusia.

Misi KRKB Gembira Loka

Adapun misi KRKB Gembira Loka adalah:

a. Tempat pengembangan dan pelestarian jenis-jenis tumbuhan.

b. Sebagai paru-paru kota dan cadangan air resapan di kota Yogyakarta.

c. Sebagai lembaga konservasi yang mampu mensejahterakan satwa dengan

memelihara dan merawat satwa sesuai habitatnya.

d. Mengembangbiakan tumbuhan dan menangkarkan satwa dengan menjaga

kemurnian genetic dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.

e. Pusat penelitian satwa yang mampu memberikan informasi mengenai jenis

satwa, habitat satwa, pakan, cara reproduksi dan perawatan satwa guna

menunjang pelestarian satwa.

f. Sebagai sarana pendidikan yang mampu memberikan informasi tentang satwa

sehingga menambah pengetahuan akan manfaat pelestarian satwa di lembaga

konservasi.

g. Untuk penyadaran kepada masyarakat untuk mencintai dan melestarikan jenis

tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan.

h. Tempat rekreasi berwawasan lingkungan agar lebih dirasakan manfaat atas

keseimbangan dan kemanfaatan ekosistem yang ada.


7

i. Mengembangkan tempat rekreasi yang kreatif, menarik dan edukatif.

j. Melakukan promosi untuk memperkenalkan, meningkatkan dan menjaga

kunjungan. (Anonim, 2008)

Fungsi KRKB Gembira Loka

Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka mempunyai fungsi sebagai

berikut:

Sarana perlindungan dan pelestarian alam. Kebun Raya dan Kebun

Binatang merupakan tempat penyelamatan dan pelestarian jenis tumbuhan dan

hewan yang terancam punah. Usaha perlindungan dan pelestarian jenis tumbuhan

dan hewan tidak terbatas pada jenis yang terancam punah saja, tetapi juga pada

jenis yang lain.

Penelitian. Kebun Raya dan Kebun Binatang mempunyai peran penting

dalam penelitian, misalnya alam asli kehidupan, sistematik, pakan, reproduksi,

penyakit dan perawatan satwa.

Pendidikan. Peragaan jenis tumbuhan dan hewan memberikan penerangan

mengenai jenis lingkungan alam asli, pakan, reproduksi, perawatan.

Tempat rekreasi dan apresiasi terhadap alam. Sebuah Kebun Raya dan

Kebun Binatang yang keberadaannya terletak di tengah-tengah kota, yang ditata

rapi, dilengkapi dengan sarana rekreasi memadai akan sangat menarik masyarakat

untuk berekreasi (Anonim, 2008).

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Yayasan Gembira Loka

Menurut Peraturan Dewan Pimpinan Yayasan Gembira Loka Yogyakarta

No.042/YGL/kep/IX/2006, tentang susunan organisasi dan tata kerja Yayasan


8

Gembira Loka, berikut ini adalah susunan organisasi dan tata kerja badan

pelaksana Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur organisasi KRKB Gembira Loka (Anonim, 2011).


9

KEGIATAN DAN DISKUSI

Kegiatan Koasistensi Bagian Aves

Managemen Perawatan

Perawatan satwa dimulai dengan melakukan pengamatan satwa yang

dilakukan pada saat pagi hari sembari petugas menyiapkan logistik pakan hewan.

Pengamatan satwa bertujuan untuk mengetahui apakah ada satwa yang sakit, lesu,

tidak mau makan, terluka dan sebagainya. Selain dilakukan pengamatan satwa

juga dilakukan pengecekan kandang dan lingkungannya bertujuan untuk

mengetahui jika ada kandang yang rusak dan memerlukan perbaikan segera.

Setelah dilakukan pembersihan kandang dan tempat pakan, dilakukan

pemberian pakan dan minum pada satwa. Pengamatan kesehatan satwa juga

dilakukan untuk memastikan kembali kondisi kesehatan satwa ketika diberi

pakan. Satwa yang sehat akan cenderung aktif dan mendekati pakan setelah pakan

diberikan.

Beberapa kandang pada bagian aves memiliki kandang akomodasi yang

berfungsi untuk meletakkan aves yang memiliki kelainan dan tidak mampu

untuk survive dikandang kelompok sehingga tidak memungkinkan untuk dilihat

oleh pengunjung. Selain itu, pada burung-burung yang masih kecil maupun

sedang menjalani training juga diletakan pada kandang akomodasi. Aves yang

mengalami sakit ringan dan tidak memerlukan kontrol yang intensif oleh dokter

hewan diletakkan di kandang akomodasi dengan perawatan dilakukan oleh

keeper dengan arahan dokter hewan.


10

Perawatan khusus pada burung-burung yang digunakan sebagai interaksi

seperti burung Macaw dan Elang tidak memiliki jadwal yang pasti. Perawatan

khusus tersebut meliputi pemotongan kuku dan wing clip untuk menghindari

melukai pengunjung atau keeper serta menghindari agar tidak terbang jauh

dilakukan insidentil sesuai pertumbuhan kuku dan bulu.

Wing clipping merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

menjinakkan dan melatih burung paruh bengkok. Menurut Rosyadi et al., metode

ini dilakukan dengan cara memotong bulu sayap primer sehingga burung tidak

dapat terbang jauh. Metode wing clip dilakukan dengan dua cara, yaitu memotong

seluruh bulu sayap primer pada satu sisi sayap atau kedua sayap (Glendell, 2012).

Metode wing clip efektif dalam mencegah burung lepas namun sangat beresiko

karena burung kehilangan kemampuan untuk menghindari ancaman (Bastari,

2018).

Gambar 2. Pengamatan kesehatan Gambar 3. Burung-burung di


burung Gambar kandang akomodasi

Gambar 4. Burung Elang pada


bagian interaksi aves
11

Biosecurity

Biosecurity merupakan manajemen kesehatan lingkungan yang baik

untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Selain itu biosecurity juga

bertujuan sebagai salah satu langkah dalam sanitasi untuk mencegah penyakit

serta membuat nyaman pengunjung Gembira Loka Zoo. Pada bagian aves

biosecurity dilakukan dengan pembersihan kandang satwa setiap hari.

Pembersihan kandang dilakukan dengan menyapu areal kandang untuk

membersihkan sampah dedaunan, sisa kotoran atau yang lain, menyiram dengan

menggunakan selang dan menggosok/menyikat beberapa areal kandang. Selain

itu, pembersihan kaca display juga dilakukan supaya pengunjung nyaman dalam

mengamati satwa. Kegiatan tersebut berlangsung sekitar 2-3 jam dari mulai jam

08.00-10.00/11.00 WIB untuk membersihkan semua area aves.

Pada kandang Dome dan Lory Kingdom, biosecurity juga dilakukan di

pintu masuk dan pintu keluar menggunakan karpet yang diberikan larutan

desinfektan untuk mencegah penularan agen penyakit pada pengunjung maupun

satwa. Tempat cuci tangan juga disediakan untuk pengunjung di kandang tersebut

dan tempat interaksi satwa sebagai antisepsis mencegah penularan zoonosis.

Gambar 5. Karpet desinfektan Gambar 6. Tempat cuci


pintu masuk dan pintu keluar tangan untuk pengunjung
12

Gambar 7. Pembersihan kandang Gambar 8. Desinfektan untuk


kandang Lory

Biosecurity dan desinfeksi merupakan salah satu langkah strategis untuk

pencegahan suatu penyakit. Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan

pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah

semua kemungkinan kontak atau penularan dengan hewan tertular dan penyebaran

penyakit. Sedangkan desinfeksi adalah tindakan pensucihamaan dengan

menggunakan bahan desinfetansia, melalui penyemprotan, penyiraman, dipping,

perendaman yang tujuannya untuk mensucihamakan objek baik berupa peralatan,

lingkungan atau bangunan (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009).

Managemen Pakan

1. Penyiapan pakan

Kegiatan penyiapan pakan dimulai setelah briefing pagi, sekitar

pukul 08.00 WIB. Kegiatan dimulai dari meracik pakan untuk berbagai

jenis burung yang ada. Pakan terdiri dari berbagai jenis, meliputi buah-

buahan, biji-bijian, dan sayuran. Kompoisi pakan untuk setiap jenis satwa

aves disajikan dalam Tabel 1. Pakan yang telah selesai diracik dibawa ke

kandang masing-masing satwa.


13

Tabel 1. Komposisi Pakan Setiap Jenis Aves


Jenis Burung Komposisi Pakan
Predator (elang, burung hantu) Irisan daging sapi dan daging lele,
potongan pepaya
Psittacidae (kakatua, macaw, Campuran jagung, kecambah,
african grey parrot) kangkung, pisang yang dilumuri
madu (pagi), potongan apel (sore)
Bucerotidae (rangkok) Campuran jagung, kecambah,
kangkung, pisang yang dilumuri
madu
Burung merak Kecambah, kangkung, beras merah,
beras putih, konsentrat (Gambar 9)
Burung flamingo Wortel, konsentrat, potongan daging
lele tanpa kulit, vitamin, semua
bahan diblender, dicampur telur,
diaduk rata (Gambar 10)

Gambar 9. Pakan untuk burung merak

Gambar 10. Pakan untuk burung flamingo


14

Pihak manajemen Kebun Binatang Gembira Loka turut mendukung

gerakan pengurangan penggunaan plastik. Pakan hewan diangkut

menggunakan kontainer plastik yang dapat dicuci dan digunakan kembali,

sehingga dapat mengurangi sampah plastik.

2. Interaksi satwa

Kegiatan interaksi satwa dimulai setelah proses pemberian pakan

selesai dilakukan, yaitu sekitar pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul

15.30 WIB. Sebelum dibawa ke area interaksi, burung diberi pakan dan

dibersihkan dengan menyemprotkan air agar tubuh burung menjadi bersih.

Pada kegiatan ini, kami dapat membantu keeper mengarahkan

pengunjung yang ingin berfoto dengan satwa. Terdapat dua jenis interaksi

satwa untuk aves, yaitu interaksi dengan burung elang bondol (Gambar 11)

dan burung hantu (Gambar 12) serta interaksi dengan burung macaw

(Gambar 13) dan kakatua. Pengunjung dapat berfoto dengan satwa

dibawah pengawasan keeper serta dapat menyumbangkan uang secara

sukarela.

Gambar 11. Burung elang bondol di area interaksi satwa


15

Gambar 12. Burung hantu di area interaksi satwa

Gambar 13. Burung macaw di area interaksi satwa

Kegiatan Koasistensi Bagian Reptil dan amfibi

Pemberian pakan

Kegiatan di bagian reptil dan amfibi meliputi mengurus satwa dan

memberikan pakan pada satwa. Persiapan peracikan pakan reptil (Gambar 14)

dilakukan setelah satwa dijemur dan kandang selesai dibersihkan. Pakan yang

diberikan antara lain buah-buahan, sayuran, dan daging (sapi dan ayam).

Buah-buahan yang diberikan biasanya berupa pepaya, pisang, semangka dan

melon. Sayuran yang digunakan yaitu wortel, tomat, sawi hijau, jagung muda,

tauge dan kangkung. Seluruh bahan pakan dicuci kemudian dipotong menurut
16

ukuran yang disesuaikan dengan jenis satwanya. Sayuran dan buah-buahan

diberikan pada kura-kura darat, beberapa kura-kura air dan iguana, sementara

daging diberi pada buaya, biawak, kura-kura air, beberapa spesies kadal dan

ular.

Gambar 14. Persiapan peracikan pakan kura-kura dan iguana berupa sawi,
papaya, dan wortel.

Pemberian pakan (Gambar 15) dilakukan sekitar pukul 13.00 yang dimulai

dari kelompok reptil non display, kemudian dilanjutkan pemberian pakan pada

kelompok reptil amfibi display pada pukul 14.30. Pakan untuk kura-kura darat

adalah sawi hijau, melon, pepaya, semangka dan tomat, sedangkan kura-kura

air diberikan pakan berupa daging sapi yang dipotong dadu, sawi dan papaya.

Menurut Amri dan Khairuman (2002) pemberian pakan seharusnya dilakukan

sebanyak dua kali sehari dengan jumlah pakan 1/10 hingga 1/5 dari berat badan

rataan individu dewasa tetapi pada KRKB Gembira Loka hanya dilakukan satu

kali. Pakan untuk iguana yaitu pepaya yang dipotong dengan ukuran kecil,

kangkung, dan wortel yang sudah diserut tipis. Reptil karnivora seperti buaya,

diberikan dua sampai tiga potong daging ayam setiap hari, beberapa kura-kura

air diberikan cindil dan jangkrik. Pada ular diberikan anak ayam minimal sekali

seminggu.
17

Gambar 15. Pemberian pakan pada satwa reptil.

Memandikan hewan dan membersihkan kandang non display

Kegiatan di unit reptil dimulai pukul 08.00 – 16.00. Kegiatan

diawali dengan mengeluarkan seluruh hewan non display dari ruang

penyimpanan untuk di jemur dibawah sinar matahari dan dimandikan.

Tujuan adalah untuk menghilangkan kotoran dan sisa pakan yang

menempel pada satwa supaya tidak jadi tempat biakan agen patogen dan

hewan vektor. Hewan yang dikeluarkan meliputi beberapa jenis kura-kura,

iguana dan ular. Sebelum dimandikan, hewan ditunggu untuk

mengeluarkan kotoran kemudian hewan dimandikan atau digosok

(Johnson et al., 2001). Kandang berupa box yang ditempati hewan

dibersihkan dengan mengeluarkan seluruh kotoran yang ada, kemudian

diberi sabun, disikat dengan sapu kemudian dibilas dengan air. Wadah

pakan dan minum juga dicuci.

Proses memandikan hewan dimulai dengan menyiram dengan air

(Gambar 16), menyikat karapas dan plastron kura-kura (Gambar 17). Ular

dibersihkan dengan cara memasukkannya ke dalam air kemudian diangkat

sekaligus di keringkan dengan kain. Sementara itu, iguana dimandikan

dengan menyiram bagian tubuhnya dengan selang air. Setelah seluruh


18

hewan dan kandang bersih, hewan dijemur sampai kurang lebih pukul

10.00-11.00 (Gambar 18). Menjemur reptil di bawah matahari memiliki

tujuan untuk aktivasi vitamin D3 dalam proses penyerapan kalsium untuk

memacu pertumbuhan fisik yang seimbang (Diehl et al., 2017).

Gambar 16. Proses memandikan kura-kura dengan menyikat bagian


karapas dan plastron kemudian dialiri air mengalir dan
pembersihan box.

Gambar 17. Proses penyiraman dan perendaman reptil

Gambar 18. Proses penjemuran reptil di bawah sinar matahari


19

Kegiatan Koasistensi Poliklinik Satwa dan Karantina

Poliklinik Satwa dan Karantina

Karantina

Rangkaian kegiatan koasistensi klinik interna hewan besar pada bagian

Poliklinik Satwa dan Karantina Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira

Loka Zoo lebih difokuskan pada kegiatan medis dan membantu manajemen

nutrisi. Mahasiswa koasistensi yang fokus pada kegiatan medis akan membantu

kegiatan yang dilakukan keeper mulai sekitar pukul 07.50 seperti pembersihan

wadah pakan dan minum serta litter kandang yang bertugas untuk

pembersihan. Wadah pakan, minum, dan kandang dibersihkan dengan deterjen,

disikat, dibilas, kemudian dijemur. Kura-kura darat dan iguana yang telah

dipindahkan ke dalam kontainer bersih disediakan air sebagai air minum.

Setelah diperkirakan cukup, kura-kura darat dan iguana diumbar pada tempat

yang telah disediakan.

Sekitar pukul 09.00-11.00 akan dilakukan pengecekan medis kepada

hewan-hewan yang dilaporkan oleh keeper terindikasi tidak sehat atau telah

diberikan penanganan medis sebelumnya. Selesai kegiatan medis, mahasiswa

koas dapat membantu pemberian pakan kepada satwa primata di bagian

karantina. Sedangkan mahasiswa yang bertugas di bagian nutrisi pada waktu

yang sama ke bagian nutrisi untuk membantu pembagian pakan seperti

memotong buah-buahan dan membagi-baginya dalam berbagai wadah. Lalu

memberikan pakan kepada tiga ekor beruang madu yang dilakukan

penimbangan jumlah pakan. Selanjutkan sekitar pukul 10.00 dilakukan


20

pemberian pakan pada primata, dilakukan juga penimbangan pakan dan

pencataan perkiraan pakan yang tersisa dari hari sebelumnya. Waktu istirahat

dimulai pukul 12.00-13.00. Kegiatan mahasiswa koasistensi saat ini akan

berfokus pada medis, di sore hari akan dilakukan pengecekan rutin oleh dokter

hewan yang bertugas untuk tindakan medis yang dilakukan. Kegiatan berakhir

sekitar pukul 16.15.

Pakan yang diberikan kepada satwa yang ada di karantina dan poliklinik

satwa secara umum adalah sayur, buah, dan daging. Simpanse dan orangutan

diberikan pakan yang terdiri atas pisang, ubi rebus, timun, melon, kacang

panjang, pir, sawi hijau, jagung, telur rebus, dan wortel. Adapun pakan yang

diberikan untuk satwa ditunjukkan oleh Gambar 19.

Gambar 19. Pakan yang diberikan untuk satwa di Poliklinik

Adapun tindakan medis yang dilaksanakan oleh tenaga medis veteriner

yang bertugas selama kami di Poliklinik Satwa dan Karantina antara lain:

1. Penanganan abses pada kaki dan vulnus di daerah muka pada gajah

Salah seekor gajah dengan riwayat myiasis yang telah sembuh,

daerah vulnus infeksi mengalami radang dan mengeluarkan nanah (abses).


21

Daerah vulnus juga mengeluarkan bau busuk dan dari pengamatan luar

tempat gajah tersebut lembab sehingga sangat memungkinkan terjadinya

infeksi bakteri pada vulnus tadi. Tindakan medis yang dilakukan berupa

pengeluaran nanah dan pemberian air yang dicampurkan betadine yang

mengandung povidone iodine 1% yang semprotkan lewat spuit 5 ml tanpa

jarum suntik pada daerah vulnus infeksi yaitu sebagian kuku dan sela-

selanya. Daerah vulnus disemprotkan 6-10 kali setiap pagi dan sore.

Vulnus di daerah muka pada kelopak mata sinister dan dahi, sedangkan

abses pada kaki di bagian kiri kuku medial kedua, penanganan yang

diberikan adalah salep rifampicin yang merupakan antibiotik spektrum

luas sekaligus mencegah kotoran masuk di vulnus oleh campuran vaselin

(Plumb, 2017). Pada sore hari diberikan penanganan perendaman kalium

permanganat yang dicampurkan air untuk mematikan jaringan vulnus

bekas miasis sekaligus membersihkan debris-debris. Pemberian gusanex

yang mengandung 1% dichlofention tetap dilakukan untuk mencegah

infestasi dari larva lalat (myiasis) kembali terjadi secara rutin. Adapaun

proses penanganan yang diberikan oleh petugas dapat dilihat pada Gambar

20.
22

Gambar 20. Penanganan vulnus abses pada gajah

2. Penanganan Angsa Hitam (Cygnus atratus)

Salah satu ekor angsa hitam dari kelompok yang terdiri 3 ekor

tampak letargi dengan riwayat pemberian multivitamin curcumin yang

tetap dilakukan. Hewan teramati gejala klinis ini mulai hari Minggu, 25

November 2018. Mulai Senin, 26 November 2018 dilakukan pengobatan

doxytetrasiklin yang ditambahkan dalam 1 kg pakan sebanyak 250-300

gram yang berfungsi sebagai antibiotik spektrum luas yang dapat

menangani infeksi bakteri pada saluran pernafaan dan pencernaan pada

umumnya (Plumb, 2017). Pengobatan ini bersifat kelompok dan

pemberian obat ditambahkan lagi setelah pakan tersisa sedikit untuk

memastikan obat yang diberikan benar-benar habis dikonsumsi. Dilakukan

penandaan pada hewan yang sakit pada kedua kaki dililitkan tanda

berwarna biru. Adapun kegiatan selama penanganan angsa hitam

ditunjukkan oleh Gambar 21.


23

Gambar 21. Penanganan kasus pada angsa hitam

3. Penanganan Merak Hijau yang Pincang dan anakan yang mengalami

gangguan pertumbuhan kaki

Merak Hijau jantan yang pincang berada di atas atap sehingga

perlu diturunkan terlebih dahulu, dari hasil pengamatan luar diketahui kaki

kiri depan tidak dijadikan pijakan untuk berjalan oleh pasien.

Sedangkan pada anakan Merak Hijau yang berumur 2 bulan yang

pada awalnya lahir normal, seiring pertumbuhan mengalami gangguan

berjalan dengan kedua kaki membengkok dan kaku sehingga penanganan

yang diberikan adalah memasangkan alat bantu berjalan selain melindungi

juga memastikan kaki tidak kaku dan bengkok. Adapun pemasangan alat

bantu berjalan ditunjukkan oleh Gambar 22.


24

Gambar 22. Memasang alat bantu berjalan

4. Pengobatan Skabies pada Kelinci

Kelompok kelinci yang terdiri dari 3 ekor diberikan salep

Scabimite® yang beris permethrin sebagai penanganan skabies. Adapun

pasien kelinci yang diobati ditunjukkan oleh Gambar 23.

Gambar 23. Tiga ekor kelinci pasca pemberian salep scabimite

5. Abses pada rahang ular Sanca kembang


Sanca kembang atau sanca batik adalah sejenis ular dari

suku Pythonidae yang berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh

terpanjang di antara ular lain. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi

8.5 meter dan merupakan ular terpanjang di dunia. Nama ilmiahnya yang

sebelumnya adalah Python reticulatus, kini diubah genusnya

menjadi Malayopython reticulatus. Sanca kembang terhitung ular terpanjang

di dunia sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs).
25

Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun

(Mattison C, 1999).

Di GL Zoo terdapat kasus pada divisi reptile yaitu abses pada ular

sanca kembang. Abses pada ular tersebut terlihat sewaktu membersihkan

kontainer pada pagi. Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata abses pada

rahang ular tersebut disebabkan oleh pakan yang diberikan yaitu ayam.

Dokter langsung melakukan insisi kulit pada rahang ular dan membersihkan

abses tersebut mengunakan gauze dan larutan NaCl fisiologis. Setelah

membersihkan abses dan diambil jaringan, lalu dokter menutupkan insisi

dengan jahitan. Kemudian, diberi injeksi Amoxicilin (Betamax ® LA)

dengan dosis 1,5 cc secara intramuskular dengan tambahan injeksi 0.3 cc

Lidocaine. Adapun obat yang diberikan dan penanganan yang dilakukan

oleh tenaga medis veteriner dapat ditunjukkan oleh Gambar 24 dan Gambar

25.

Gambar 24. Obat Betamax ® LA


26

Gambar 25. Dokter melakukan jahitan pada insisi rahang ular.

5. Sengatan Lebah pada Cekakak Jawa

Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris) merupakan jenis burung

insektivora. Panjang tubuh Cekakak Jawa dapat mencapai 27 cm dan berat

93 g. Habitat asli burung Cekakak Jawa adalah daerah pastura, kolam ikan,

dan sawah. (HBW Alive, 2018).

Seekor burung Cekatak Jawa tiba-tiba jatuh menukik saat terbang.

Setelah diperiksa di klinik, ternyata terdapat bukti bahwa burung tersebut

disengat lebah. Bukti sengat lebah ditemukan di seluruh tubuh Cekakak

Jawa, termasuk di conjunctiva (Gambar 26).

Gambar 26. Sengat lebah yang diperiksa dengan mikroskop


27

Racun lebah mengandung fosfolipase A2, melittin, apamin, peptide

401, histamin, hyaluronidase, norepinephrine, dopamin, dan serotonin.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahman, et al. (2015), sengatan lebah

dapat menurunkan suhu tubuh, detak jantung, dan laju pernapasan secara

signifikan, menyebabkan oedema palpebra, kongesti conjunctiva, oedema

masif, pembengkakan kongestif, dan erythema di sekitar area sengatan.

Kerusakan jaringan disebabkan oleh beberapa mekanisme toksik

yang diinduksi oleh fosfolipase A2, melittin, dll. Peningkatan

permeabilitas vaskuler dan seluler diinduksi oleh hyaluronidase, dll.

Apamin bekerja sebagai neurotoksik yang menyebabkan penghambatan

presinaptik asetilkolin yang menyebabkan terjadinya blokade

neuromuskular hingga terjadi kelumpuhan (Rahman, et al., 2015).

Dokter langsung meletakkan burung ke dalam inkubator untuk

menjaga kondisi fisiologis tetap stabil, memberikan pertolongan tambahan

oksigen (Gambar 27), terapi berupa injeksi antihistamin dan salep mata

hidrokortison. Pemberian antihistamin dapat membantu mengurangi efek

toksik dari sengatan lebah. Namun, penanganan yang diberikan tidak

cukup untuk menolong burung Cekakak Jawa tersebut karena jumlah

sengatan lebah yang terlalu banyak (Gambar 28).


28

Gambar 27. Pemberian oksigen pada Cekakak Jawa yang disengat lebah

Gambar 28. Cekakak Jawa yang mati akibat sengatan lebah

Pemberian salep mata yang mengandung hidrokortison sebenarnya

kurang sesuai untuk kondisi peradangan karena justru akan memerlambat

proses penyembuhan luka. Sebaiknya dokter memilih salep mata yang

tidak mengandung hidrokortison untuk membantu penyembuhan luka

apabila burung masih dapat diselamatkan.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kegiatan koasistensi Klinik Hewan Besar di Kebun Raya dan Kebun

Binatang Gembira Loka sudah terlaksana dengan baik dimulai pada tanggal 26

November sampai 1 Desember 2018 pukul 08.00-16.00 WIB. Kegiatan selama

enam hari dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Unit Poliklinik dan Karantina, Unit

Reptil dan Amfibi, serta Unit Aves. Kasus hewan sakit yang ditangani meliputi

abses pada kaki gajah, pemberian antibiotik pada Angsa hitam, Merak hijau

pincang, skabies pada kelinci, abses pada rahang ular, dan sengatan lebah pada

burung Cekakak Jawa.

Saran
Penambahan lokasi untuk koasistensi selain Unit Poliklinik dan Karantina,

Unit Reptil dan Amfibi serta Unit Aves. Penambahan tenaga medis dokter hewan

agar pelayanan medis tersebar secara rata. Perbaikan sarana dan prasarana seperti

tempat pakan di unit Aves.

29
DAFTAR PUSTAKA

Amri K. dan Khairuman. 2002. Labi-labi komoditas perikanan multi manfaat.


Jakarta (ID) : Agro Media Pustaka
Anonim, 2016. Indonesian Biodiversity Strategy and Life Plan 2015-2020.
Jakarta: Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.
Anonim. 2008. Panduan Satwa, Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka.
Bagian Pendidikan KRKB Gembira Loka, Yogyakarta.
Anonim. 2011. Gembira loka Zoo. http://www.webstatsdomain.com/
domains/www.gembira loka.co.id [diakses 27 Desember 2018].
Bastari, R. 2018. Studi Pustaka Kesejahteraan Hewan pada Sistem Perkandangan
Burung Kakatua Jambul Kuning (Cacatua galerita). Bogor: FKH IPB.
Diehl J.J., Baines F.M., Heijboer A.C., Leeuwen J.P., Kik M., Hendriks
W.H.,Oonincx., 2017. A comparison of UVb compact lamps in enabling
cutaneous itmin D systhesis in growing bearded dragons. J Animal Physiol
Anim Nutr.1-9
Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Prosedur Operasional Standar
Pengendalian Avian Influenza di Indonesia. Departemen Pertanian
Republik Indonesia.
Glendell G. 2012. Should my parrot’s wings be clipped? JAFA. 39(1): 37-41.
Johnson J.D., Murray R.C., Jarchow J.L., 2001. Captive care of the dessert
tortoise, Gopherus agassizzi. Journal of Herpetology Medicine and
Surgery
Mattison, C (1999). Snake. New York, NY: DK publishing, Inc
Puspitasari, A., Masy’ud, A. dan Sunarminto, T.. 2016. Nilai Kontribusi Kebun
Binatang Terhadap Konservasi Satwa, Sosial Ekonomi Dan Lingkungan
Fisik: Studi Kasus Kebun Binatang Bandung. Media Konservasi. 21 (2)
Agustus 2016: 116-124.
Plumb, D.C. 2017. Plumb's Veterinary Drug Handbook. USA. CreateSpace
Independent Publishing.
Rahman, M. M., Lee, S., Kim, G., Yang, D. K., Alam, M. R., dan Kim, S. 2015.
An Accidental Fatal Attack on Domestic Pigeons by Honey Bees in
Bangladesh. The Journal of Veterinary Medical Science.
Rosyadi I, Tetuka B, Embeua E, Mukaram E, Barakai N, Djorebe R. 2015.
Perilaku memelihara burung paruh bengkok di Maluku Utara. Acta Vet
Indones. 3(2):51-57.
Soehartono, T., dan Mardiastuti, A., 2002. CITES Implementation in Indonesian,
Nagao Natural Environment Foundation, Jakarta
Sutoyo, 2010. Keanekaragaman Hayati Indonesia Suatu Tinjauan: Masalah dan
Pemecahannya. Buana Sains. 10 (2): 101-106, 2010.
www.hbw.com/species/javan-kingfisher-halcyon-cyanoventris. Diakses pada
tanggal 16 Desember 2018 pukul 16.15 WIB.

30

Anda mungkin juga menyukai